Oleh Kelompok 5 :
JURUSAN SOSIOLOGI
NOVEMBER 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut proyeksi pertumbuhan penduduk Badan Perencanaan Pembangunan Nasioal
(BPN), Badan Pusat Statistik (BPS) dan United Nations Population Fund jumlah
populasi penduduk di Indonesia sebanyak 265 Juta Jiwa, dimana terdapat 133,12 juta
jiwa penduduk berjenis kelamin laki-laki dan 131,88 juta jiwa penduduk perempuan 1
1
data box, “Jumlah Penduduk Perempuan Indonesia pada 2018 Mencapai 131,9 Juta Jiwa,”
2018, https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/06/08/jumlah-penduduk-perempuan-
indonesia-pada-2018-mencapai-1319-juta-jiwa.
2
Michiko Miyamoto, “Tren Tenaga Kerja dan Sosial di Indonesia 2014 - 2015,” 2015,
https://www.google.co.id/sear ch?
dcr=0&source=hp&ei=DZMRWquEO4z08gW69KiYCA&q=tren
+tenaga+kerja+dan+sosial+di+indonesiaoq=tren+tenaga+kerja+dan+ sosial+di+indonesia.
Bidang pekerjaan yang umumnya dilakukan dan ditekuni oleh perempuan
yaitu bagian keuangan (bendahara), sekretaris, SPG, kasir, berdagang dan lain-lain.
Yang dimana posisi tersebut bagi masyarakat yang menganut sistem patriarki sangat
cocok dan seorang perempuan akan dianggap negatif jika melakukan pekerjaan selain
diatas. Selain itu dalam dunia olahraga sendiri keberadaan perempuan juga
mengalami diskriminasi gender, Sebuah laporan yang baru saja dirilis Women in
Sport mengungkap, sebanyak 40 persen wanita di dunia masih mengalami
diskriminasi gender dalam industri olahraga 3
yang memang sudah tidak dapat
dipungkiri lagi, perempuan sangat rentan terhadap diskriminasi gender terutama jika
bidang pekerjaan yang dilakukan juga sama-sama dikerjakan oleh laki-laki. Walaupun
setelah berkembangnya teori feminisme telah merubah peran perempuan dan laki laki
di kalangan publik maupun dalam sebuah keluarga yang menyamaratakan kedudukan
antara perempuan dan laki-laki. Sehingga beberapa pekerjaan yang hanya bisa
dikerjakan oleh perempuan berubah semua pekerjaan bisa dilakukan oleh seorang
perempuan, tetapi juga tak banyak juga masyarakat yang belum mengerti tentang
paham feminisme ini.
Penelitian yang membahas tentang perempuan dalam ranah industri khususnya
UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) sebenarnya sudah banyak di tulis, dalam
sektor industri kecil yang memang terdapat perempuan yang juga berpartisipasi di
dalamnya sehingga sangat menarik untuk dikaji . Seperti penelitian yang dilakukan
oleh Darsono Wisadirana dan Ratih Kusula Dewi dalam tulisannya yaitu tentang
peran perempuan dalam industri kecil (studi kasus perempuan bekerja pada industri
kecil pengrajin manik-manik di desa plumbon gambang kecamatan gudo kabupaten
malang). dalam tulisannya tersebut penelitian difokuskan kepada bagaimana peran
perempuan dalam wujud keterlibatan pada industri kecil terutama dalam industri
pembuatan manik-manik dan rumah tangga yang pembagian kerjanya berdasarkan
atas gender. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Sri Endah Wahyuningsih, Urip
Wahyuningsih dan Muh Fakhrihun N, dalam tulisannya yang berjudul permasalahan
wanita pengusaha kecil menengah pakaian jadi dalam mengembangkan industri
konveksi di era global. Dalam tulisannya tersebut penelitian difokuskan kepada faktor
dan Jenis permasalahan pengusaha khusunya pengusaha perempuan dalam sektor
3
ahmad ibo, “40 Persen Perempuan Masih Alami Diskriminasi Gender dalam Industri
Olahraga,” 21 juni 2018, 2018, https://www.liputan6.com/lifestyle/read/3565095/40-persen-
perempuan-masih-alami-diskriminasi-gender-dalam-industri-olahraga.
industri kecil menengah pada industri konveksi yang meliputi permasalahan
struktural, umum, proses produksi dan rumah tangga.
Perbedaan gender sudah tidak menjadi pengaruh dan penghalang bagi
perempuan untuk menduduki segala posisi dan bidang pekerjaan pada ranah publik.
Proporsi tenaga kerja di sektor informal perempuan mencapai angka 40% sedangkan
laki-laki mencapai angka 60% . Proporsi tenaga kerja perempuan di sektor informal
ini mencakup 70% dari keseluruhan tenaga kerja perempuan 4
dengan ini dapat
diketahui bahwa dari 70% penguasaan perempuan dalam sektor informal tersebut
salah satunya pada sektor pekerjaan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah).
Penelitian tentang hubungan antara pekerja perempuan dan industri memang
sudah banyak dilakukan, tetapi pada penelitian yang akan dilakukan ini memang
sedikit berbeda. Mungkin terdapat kesamaan atau kemiripan didalam judul tetapi
dalam hal lokasi dalam penelitian ini memilih di Kelurahan Polehan Kecamatan
Blimbing Kota Malang yang memang diketahui bahwa di daerah tersebut telah
banyak berdiri industri-industri rumahan masyarakat yang dapat dikatakan juga
dengan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) Sektor pekerjaan UMKM yang
ada di Polehan ini walaupun juga dilakukan oleh pekerja laki-laki tetapi juga terbuka
bagi pekerja perempuan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan rumusan
masalah adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana peran perempuan dalam memajukan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan
Menengah) di Kelurahan Polehan?
2. Bagaimana Kendala yang dihadapi perempuan yang bekerja disektor UMKM
(Usaha Mikro Kecil dan Menengah) di Kelurahan Polehan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat disimpulkan tujuan dari penelitian ini
yaitu:
4
khusnul khotimah, “DISKRIMINASI GENDER TERHADAP PEREMPUAN DALAM
SEKTOR PEKERJAAN” 4 (2019), http://portalgaruda.org/article.php?
ref=search&mod=document&select=title&q=diskriminasi+gender+terhadap+perempuan+dal
am+sektor+pekerjaan&button=Search+Document.
1. Mengidentifikasi bagaimana peran perempuan dalam memajukan UMKM (Usaha
Mikro Kecil dan Menengah) di Kelurahan Polehan
2. Mendeskripsikan kendala apasajakah yang dihadapi perempuan yang bekerja
disektor UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) di Kelurahan Polehan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis :
a) Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang bagaimana peran tenaga
kerja perempuan dalam upaya memajukan UMKM (usaha mikro kecil dan
menengah) di Kelurahan Polehan
b) Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan acuan dan juga referensi untuk
penelitian yang akan dilakukan selanjutnya
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan dan
pertimbangan bagi semua pihak dalam memahami masalah peran adanya
perempuan terhadap pekerjaan yang dilakukan terutama di sektor UMKM (Usaha
Mikro Kecil dan Menengah) khususnya masyarakat (Perempuan) yang tinggal di
daerah perkotaan. Sehingga dapat diketahui bagaimana pentingnya peran
perempuan dalam memajukan pekerjaan tersebut
BAB II
A. KAJIAN TEORI
1. Historis Feminisme (Marx)
Dasar teori yang digunakan untuk menganalisis peran tenaga kerja perempuan
dalam upaya memajukan UMKM (Usaha Mikro Kecik dan Menengah) di Kelurahan
Polehan adalah teori Karl Marx tentang pandangan materialisme historis.
Materialisme menurut Marx yaitu kegiatan pokok manusia adalah kerja sosial.
Sejarah yang dimaksudkan Marx adalah perjuangan kelas-kelas untuk mewujudkan
dirinya mencapai kebebasan/emansipasi.
Menurut Marx untuk memahami sejarah dan arah perubahannya, manusia
tidak perlu memperhatikan apa yang dipikirkan oleh manusia, melainkan bagaimana
ia bekerja dan bagaimana ia berproduksi untuk menghasilkan sesuatu barang yang
dibutuhkan. Peran tenaga kerja perempuan dalam upaya memajukan UMKM (Usaha
Mikro Kecil dan Menegah) di kelurahan Polehan merupakan salah satu bentuk proses
produksi yang yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan material dan menentukan
arah perekembangan kemajuan masyarakat kelurahan Polehan dalam bidang ekonomi
dan industri.
Untuk membahas realita yang ada tentang peran perempuan dalam kegiatan
produksi. Marx membagi tiga tipe kolektifitas (sebagai sudut pandang) terpenting
dengan memisahkan 523) Dengan menjadikan sudut pandang perempuan sebagai cara
untuk mengkaji peran tenaga kerja perempuan maka dapat dilihat bahwa wanita
memiliki peran yang ganda. Dimana mereka harus menjalankan perannya pada proses
produksi tanpa mereka sadari mereka juga berada dibawah tekanan sistem patriarki.
Selain itu perempuan wajib menjalankan tugas reproduksi sosial seperti melahirkan
anak, merawat anak, pelayan emosional, menyiapkan makanan, dan mengurus
keperluan rumah tangga yang lain.
2. Aliran Feminis
a. Feminisme Liberal
Feminisme Liberal merupakan salah satu bagian dari aliran Feminisme yang di
mana ciri pergerakannya yang menekankan adanya kesetaraan antara laki-laki
dan perempuan dengan menempuh jalan yang bersifat hukum dan sah 5. Untuk
memperjuangkan hak perempuan dibidang sosial feminisme liberal ini
mendukung atas perundang-undangan untuk menghapuskan halangan-halangan
pada perempuan untuk maju serta akses yang mudah dan kesetaraan gaji yang
diterima oleh laki-laki dan perempuan.
b. Feminisme Radikal
Lahir sekitar tahun 1960-an di Amerika Serikat. Dikatakan radikal karena
Feminisme tipe ini pergerakan pahamnya langsung menyerang pada institusi
keluarga dan sangat menolak keras terhadap sistem patriarki yang masih terjadi di
masyarakat. Feminis ini lebih cenderung mengajak para penganutnya untuk tidak
mengakui legitimasi patriarki dengan cara mengajak wanita untuk mandiri agar
tidak selalu tergantung pada laki-laki. Keluarga merupakan institusi paling
terkecil di masyarakat juga ditolak karena jika mereka berkeluarga sama halnya
dengan mereka melegitimasi atas perkembangan patriarki. Dengan menjadi
lesbian menurut para penganutnya baru mereka dapat menjadi individu yang tidak
melegitimasi sistem patriarki 6. Namun para Feminis Liberal tidak sepenuhnya
setuju dengan arah gerakan Feminis Radikal karena dinilai tindakan ini akan
merugikan wanita itu sendiri. Pada dasarnya laki-laki tidak terbebani dengan
masalah reproduksi. Jika paham ini menyebar maka yang bahas bukan fokus pada
persamaan gender melainkan tuntutan persamaan sexualitas.
5
Nur Zaini, “Representasi Feminisme Liberal Dalam Sinetron `Analisis Semiotika Terhadap
Sinetron Kita Nikah Yuk`.,” 2014 18 (2014), https://www.google.co.id/search?
q=Representasi+Feminisme+Liberal+Dalam+Sinetron+
%60Analisis+Semiotika+Terhadap+Sinetron+Kita+Nikah+Yuk
%60.&rlz=1C1CHFX_enID774ID774&oq=Representasi+Feminisme+Liberal+Dalam+Sinetr
on+%60Analisis+Semiotika+Terhadap+Sinetron+Kita+Nikah+Yuk
%60.&aqs=chrome..69i57.1458j0j9&sourceid=chrome&ie=UTF-8.
6
asrofah, “Feminisme Radikal Dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu,” 2016,
https://www.google.co.id/search?
q=Feminisme+Radikal+Dalam+Novel+Nayla+Karya+Djenar+Maesa+Ayu&rlz=1C1CHFX_
enID774ID774&oq=Feminisme+Radikal+Dalam+Novel+Nayla+Karya+Djenar+Maesa+Ayu
&aqs=chrome..69i57.1308j0j9&sourceid=chrome&ie=UTF-8.
c. Feminisme Marxis-Sosialis
Feminisme ini memiliki tujuan untuk melakukan restrukturisasi pada kegiatan
ekonomi utamanya industri agar tercapai sebuah kesetaran gender didalamnya.
Penganutnya mempercayai bahwa ketimpangan gender muncul ketika kelas-kelas
sosial muncul sebagai akibat diterapkannya sistem kapitalisme. Teori ini diadopsi
dari pemikiran Marxisme dimana seorang perempuan banyak menjadi buruh
(tergolong proletar) sebagai pihak yang tidak diuntungkan / di eksploitasi oleh
sistem kapitalis. Dengan membangkitkan emosi mereka sebagai kelompok
dengan posisi yang tertindas agar mau untuk melakukan pergarakan perubahan
pada struktur yang ada ini menjadi ciri dari gerakan Feminis Marxis-Sosialis.
Teori ini lebih mengedepankan isu-isu tentang seksualitas dan gender dalam
setiap pergerakannya, dan kurang mementingkan akumulasi modal (kepemilikan
harta pribadi).
B. KAJIAN PUSTAKA
1. Keberadaan Perempuan
Diskursus tentang kaum perempuan dan kedudukannya dalam kehidupan
sosial selalu menjadi topik yang menarik. Di masyarakat sendiri, perempuan
ditempatkan di dalam posisi minoritas. Apalagi dalam masyarakat yang secara
umum bersifat patrilineal yang berarti memuliakan kaum lelaki dalam aspek
semua kehidupan. Problematika kaum perempuan adalah sesuatu yang penting
untuk diteliti pada kerangka teoritis, kebijakan, atau tindakan demi
merealisasikan keadilan sosial bagi kaum perempuan. Kaum perempuan dinomor
duakan dalam urusan pekerjaan publik dan perolehan hak-hak atas kebebasan.
Ruang lingkup perempuan sangat terbatas dikarenakan kedudukan laki-laki yang
menjadi aspek dalam kehidupan. Dimana, laki-laki merupakan mayoritas yang
mendapatkan kedudukan dalam hal pekerjaan. Dikarenakan perspektif
masyarakat terhadap kinerja perempuan yang menganggap perempuan lemah
dalam urusan pekerjaan, munculah feminisme.
2. Feminisme
Feminisme pada mulanya merupakan gerakan perempuan yang
memperjuangkan hak-haknya sebagai manusia, seperti halnya laki-laki.
Feminisme merupakan reaksi atas ketidakadilan yang mengikat perempuan secara
cultural dengan sistem patriarki. Pendekatan feminisme pada umumnya
merupakan pendekatan tentang bagaimana pola relasi laki-laki dan perempuan
dalam masyarakat, serta bagimana hak, status dan kedudukan perempuan di
sektor domestik dan publik. Konsep mendasar feminisme dalam menganalis
masyarakat adalah gender. Terdapat dua istilah yang sama namun dengan
pemahaman yang berbeda, yaitu seks dan gender. Seks berarti jenis kelamin yang
menunjukkan pembagian dua jenis kelamin secara biologis yaitu laki-laki dan
perempuan. Sedangkan gender merupakan konsep kultural yang berupa
perbedaan dalam hal peran, posisi, perilaku antara laki-laki dan perempuan dalam
masyarakat. Pada umumnya perspektif masyarakat terhadap laki-laki yang
dipandang lebih kuat, lebih aktif, dan ditandai oleh kebutuhan yang besar akan
pencapaian dominasi, dan mayoritas dalam masyarakat. Sedangkan label
feminisme dilekatkan pada perempuan yang dipandang lemah, kurang aktif, dan
lebih menaruh pada perhatian kepada keinginan untuk mengasuh dan mengalah.
Pada umumnya, teori-teori feminism yang dikembangkan para tokoh feminis
memakai perspektif yang berbeda dan berangkat dari epistemology yang berbeda.
3. Feminisme di Indonesia
Kedudukan perempuan di Indonesia sudah mulai setara dengan kaum laki-laki,
pasalnya di masyarakat perempuan telah bebas melakukan pekerjaan yang tidak
hanya bisa dilakukan oleh laki-laki. Sebut saja usaha kecil menengah atau
UMKM, keterlibatan perempuan sangat dibutuhkan dalam perkembangan usaha
tersebut. Sebenarnya sudah lama sebagian wanita Indonesia terlibat dalam
wiraswasta namun karena adanya persoalan spesific gender 7
Keterlibatan
perempuan Indonesia di dalam dunia usaha yang berperan sebagai
pengusaha/wirausaha telah ada sejak zaman dahulu, sejak dulu wanita telah terjun
dalam dunia perdagangan, misalnya wanita-wanita di Jogjakarta maupun Madura
telah membantu ekonomi keluarga bahkan sebagai tulang punggung ekonomi
keluarga dari usaha batik yang mereka kelola. Peran mereka dibutuhkan dalam
bidang usaha rumahan, selain dari pihak keluarga maupun masyarakat luar yang
ikut berperan.
Peran perempuan di sektor UMKM umumnya terkait dengan bidang industri
perdagangan seperti: warung makan, toko kecil (peracangan), pengolahan
makanan dan industri kerajinan, karena usaha ini dapat dilakukan di rumah
7
V. siswanto aries, “Studi Peran Perempuan Dalam Pengembangan Usaha Kecil Menengah Melalui Teknologi
Informasi di Kota Pekalongan Dinamika Informatika” 1 (2009).
sehingga tidak melupakan peran perempuan sebagai ibu rumah tangga. Meskipun
awalnya UMKM yang dilakukan perempuan lebih banyak sebagai pekerjaan
sampingan untuk membantu suami dan untuk menambah penadapatan rumah
tangga, tetapi dapat menjadi sumber pendapatan rumah tangga utama apabila
dikelola secara sungguh-sungguh. 8
8
Priminingtyas dan Dina Novia, “PERAN PEREMPUAN DALAM MENINGKATKAN KINERJA UMKM.” 1 (2016),
https://www.google.co.id/search?
q=PERAN+PEREMPUAN+DALAM+MENINGKATKAN+KINERJA+UMKM&rlz=1C1CHFX_enID774ID774&oq=PERAN
+PEREMPUAN+DALAM+MENINGKATKAN+KINERJA+UMKM&aqs=chrome..69i57.1415j0j9&sourceid=chrome&i
e=UTF-8.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Peneliti
Penelitian ini mengunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pengertian dari penelitian
kualitatif menurut Sugiyono 9
adalah metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,
(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument
kunci. Teknik pengambilan data dengan menggunakan purpossive sampling, Menurut
Sugiyono 10
purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu. Dalam menggunkan teknik pengumpulan data ini
peneliti menentukan narasumber yang dirasa cukup untuk mewakili dan menjawab
semua bahasan yang akan diteliti.
B. Setting Penelitian
Pada penelitian yang akan dilakukan yaitu di Kelurahan Polehan Kecamatan Blimbing
Kota Malang, Kelurahan Polehan sendiri merupakan suatu wilayah yang
penduduknya dapat dikatakan padat, tak hanya itu penduduk atau masyarakat
dipolehan umumnya mereka bekerja pada sektor industri rumahan atau UMKM
(Usaha Mikro Kecil dan Menengah) , baik laki-laki maupun perempuan
Dalam penelitian yang akan dilakukan ini peneliti terlebih dahulu menyusun
rancangan penelitian kemudian memilih lapangan penelitian yang dilanjutkan
melakukan observasi terhadap lokasi yang akan diteliti untuk mengetahui peralatan
apasaja yang harus dipersiapkan guna mencegah segala macam kendala ketika
penelitian sedang dilakukan,juga menghitung seberapa biaya dan waktu yang akan
dikeluarkan selama penelitian berlangsung. Setelah observasi dilakukan tahap
perizinan, karena peneliti berstatus sebagai mahasiswa perizinan pada tahap pertama
yaitu pada Universitas untuk memohon ijin penelitian yang kemudian setelah disetujui
diteruskan perizinan ke BANGKESBANGPOL atau Badan Kesatuan Bangsa dan
Politik di Kota Malang
9
lexy moleong, J. lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset., 2016).
10
moleong, J. lexy.
C. Pemilihan Subjek Penelitian
Sesuai dengan topik penelitian yang kami bahas yaitu “Analisis Peran Tenaga Kerja
Perempuan Dalam Upaya Memajukan Umkm (Usaha Mikro Kecil Dan Menengah) Di
Kelurahan Polehan informan yang kami pilih yaitu perempuan yang bekerja atau
beranggotakan pada UMKM di Kelurahan Polehan maupun organisasi yang menaungi
UMKM tersebut.
Dengan Metode Purposive sampling, langkah awal yang kami tuju untuk menentukan
informan yaitu berdasarkan data yang kami peroleh dari kantor Kelurahan Polehan
yang kemudian kami di arahkan untuk menemui Ketua dari JPPRI (Jaringan
Perempuan Pekerja Rumahan Indonesia) yaitu ibu Yuyun sehingga memperoleh
informasi tentang prempuan yang bekerja pada UMKM di Kelurahan Polehan serta
nomor kontak agar bisa menghubungi untuk bertemu anggota lainnya. Lalu kemudian
di arahkan ke ketua MPWPRI (Mitra Wanita Pekerja Rumahan Indonesia) yaitu ibu
cecil, dan untuk selanjutnya kami menemui anggota dari UMKM perempuan di
Kelurahan Polehan sesuai dari kontak yang telah diberikan oleh Bu Yuyun.
D. Isu-Isu Penelitian
Ada beberapa isu penelitian yang akan dibahas dalam penelitian ini, antara lain peran
tenaga kerja, tenaga kerja perempuan dan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan
Menengah):
Peran Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang meliputi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan yang
bekerja disebut juga dengan pekerja, jadi tidak semua tenaga kerja benar-benar
angkatan kerja. Artinya dalam sebuah tenaga kerja usia pun mempengaruhi seseorang
dapat dikatakan sebagai pekerja maupun bukan. Menurut Sastrohadiwiryo
Manajemen Sumber Daya Manusia diganti dengan manajemen tenaga kerja yaitu
pendayagunaan, pembinaan, pengetahuan, pengaturan, pe-ngembangan, unsur tenaga
kerja. Baik dan buruk karyawan ataupun pegawai untuk mencapai hasil guna dan daya
guna yang sebesar-besarnya sesuai organisasi 11. Dapat disimpulkan bahwaa tenaga
kerja baik pada kualitas maupun kuantitas memiliki peran penting dalam sebuah
organisasi pekerjaan.
Tenaga Kerja Perempuan
11
Siswanto Sastrohadiwiryo, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia: Pendekatan Administrasi dan Operasional
(Jakarta: Bumi Aksara, 2002).
Dalam rumah tangga perempuan atau istri memberikan semua pelayanan untuk anak,
suami dan anggota-anggota keluarga lainnya sepanjang hidupnya. Tetapi sekarang,
sudah banyak diketahui bahwa perempuan tidak hanya memberikan pelayanan pada
keluarga, biasanya oleh faktor ekonomi perempuan sekarang sudah banyak yang
bekerja. Baik untuk membantu perekonomian rumah tangga maupun memiliki alasan
yang lain juga, perempuan justru lebih sering memilih pekerjaan di sektor informal
dengan alasan tidak adanya pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan mereka.
UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah)
Usaha memperluas kegiatan perekonomian untuk meningkatkan permintaan tenaga
kerja tidak terlepas dari faktor – faktor yang mempengaruhi perekonomian tersebut,
seperti jumlah usaha yang ada maupun upah yang diberikan 12. Salah satu cara
memperluas kegiatan industri dalam perekonomian yaitu melalui pengembangan
industri terutama industri yang bersifat padat karya yaitu industri kecil menengah
yang dapat disebut dengan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah).
Pengembangan usaha suatu sektor informal dalam hal ini industri kecil dan menengah
pada suatu daerah akan menambah jumlah lapangan pekerjaan yang diharapkan dapat
mengurangi angka pengangguran. Hal ini berarti permintaan tenaga kerja juga
bertambah.
12
ayu, “pengaruh jumlah usaha, nilai investasi dan upah minimum terhadappermintaan tenaga kerja pada
industri kecil dan menengah di kabupaten semarang,” 2011,
http://eprints.undip.ac.id/29172/1/Skripsi003.pdf.
13
AsRi, T. (t.t.)., ANALISIS PENELITIAN KUALITATIF MODEL MILES dan HUBERMAN, diakses 22 September 2018,
https://www.academia.edu/7440214/ANALISIS_PENELITIAN_KUALITATIF_MODEL_MILES_dan_HUBERMAN.
memberikan jawaban atas informasi yang diperlukan secara maksimal dan
mendalam
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dalam
penelitian kualitatif, dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan teknik
observasi dan wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif. Hasil
pengumpulan data dari wawancara dan observasi akan lebih kredibel atau dapat
dipercaya apabila didukung dengan dokumentasi14. Dokumentasi dalam penelitian
ini adalah foto-foto atau gambar-gambar dan arsip mengenai serangkaian
kegiatan yang dilakukan peneliti saat berada di lapangan.
14
Sugiono. (2007). Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif. Bandung:CV. Alfabeta
15
Sugiono.(2007). Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif. Bandung:CV. Alfabeta
Berikut merupakan langkah-langkah dalam analisis data berdasarkan yang
dikembangkan oleh Miles dan Huberman:
1. Reduksi (Pengurangan) Data
Reduksi data merupakan proses pemusatan perhatian pada pada penyederhanaan,
pengabstrakan, pemilihan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari
catatan-catatan tertulis di lapangan. Sebagaimana peneliti pahami, reduksi data,
berlangsung secara terus-menerus ketika proyek yang berorientasi kualitatif
berlangsung. Pada kenyataannya sebelum data benar-benar terkumpul, antisipasi
akan adanya reduksi data sudah terlihat waktu penelitinya memutuskan (sering
kali tanpa disadari sepenuhnya) kerangka konseptual wilayah penelitian,
permasalahan penelitian, dan pendekatan pengumpulan data yang mana yang
dipilihnya. Selama pengumpulan data berlangsung, terjadilah tahapan reduksi
selanjutnya (membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, rnembuat gugus-
gugus, membuat partisi, menulis memo). Reduksi data atau dapat disebut proses
transformasi akan tetap berjalan hingga pada tahap penulisan laporan.
2. Penyajian Data
Alur penting yang kedua dalam kegiatan analisis adalah penyajian data. Miles dan
Huberman membatasi suatu “penyajian” sebagai acuan untuk sebuah penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan yang didasarkan pada pengumpulan
informasi secara lengkap dan tersusun. Dengan melihat penyajian-penyajian kita
akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan
lebih jauh untuk menganalisis atau mengambil tindakan berdasarkan atas
pemahaman yang didapat dan penyajian-penyajian tersebut.
Dalam pelaksanaan penelitian, Miles dan Huberman yakin bahwa analisis
kualitatif di jamin kevalidannya ketika cara penyajian informasi juga sangat baik.
Penyajian-penyajian yang dimaksud meliputi berbagai jenis matriks, grafik,
jaringan, dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi agar
tersusun secara sistematis dalam suatu bentuk yang jelas dan mudah dipahami,
dengan demikian peneliti dapat dengan benar melihat apa yang sedang terjadi dan
memberikan kesimpulan sementara atas permasalahan yang sedang terjadi
ataukah terus melangkah melakukan analisis guna memperoleh penyajian baru
untuk mendukung kesimpulan sementaranya.
3. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi
Kegiatan analisis ketiga yang penting adalah menarik kesimpulan dan verifikasi.
Dari permulaan pengumpulan data, seorang penganalisis kualitatif mulai mencari
arti benda-benda, mencatat keteraturan. penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang
mungkin, alur sebab-akibat, dan proposisi. Peneliti yang berkompeten akan
menangani kesimpulan-kesimpulan itu dengan longgar, tetap terbuka dan skeptis,
tetapi kesimpulan sudah disediakan, mula-mula belum jelas, namun dengan
meminjam istilah kiasik dari Glaser dan Strauss (1967) kemudian meningkat
menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh. Kesimpulan-kesimpulan “final”
mungkin tidak muncul sampai pengumpulan data berakhir, tergantung pada
besarnya kumpulan-kumpulan catatan lapangan, pengkodeannya, penyimpanan,
dan metode pencarian ulang yang digunakan, kecakapan peneliti, dan tuntutan-
tuntutan pemberi dana, tetapi seringkali kesimpulan itu telah dirumuskan
sebelumnya sejak awal, sekalipun seorang peneliti menyatakan telah
melanjutkannya “secara induktif”.
Penarikan kesimpulan, dalam pandangan Miles dan Huberman, hanyalah
sebagian dan satu kegiatan dan konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan
juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat
pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran penganalisis selama ia menulis,
suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan, atau mungkin menjadi begitu
seksama dan memakan tenaga dengan peninjauan kembali serta tukar pikiran di
antara teman sejawat untuk mengembangkan “kesepakatan intersubjektif” atau
juga upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam
seperangkat data yang lain. Singkatnya, makna-makna yang muncul dan data
harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya, yakni yang
merupakan validitasnya. Jika tidak demikian, yang dimiliki adalah cita-cita yang
menarik mengenai sesuatu yang terjadi dan yang tidak jelas kebenaran dan
kegunaannya.
BAB IV
PEKERJA PEREMPUAN DALAM SEKTOR UMKM DI KELURAHAN
POLEHAN KECAMATAN BLIMBING
5.1 Peran perempuan dalam memajukan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan
Menengah) di Kelurahan Polehan
Perempuan yang merupakan bagian penting dari masyarakat, tetapi selalu
menempati posisi yang rendah dibandingkan dengan posisi laki-laki. Utamanya
pada ranah pekerjaan, banyak pekerjaan yang pembagiannya dikhususkan untuk
laki-laki sendiri dan pekerjaan untuk perempuan di sendirikan. Misal dalam kelas,
laki-laki menjadi ketua kelas dan perempuan menjadi bendahara maupun
sekertaris. Di dalam pekerjaan pula juga terdapat pembagian-pembagian pekerjaan
yang didasarkan atas dasar jenis kelamin, walaupun juga bila pekerjaan tersebut
juga bisa dikerjakan oleh perempuan.
Di Kelurahan Polehan Kecamatan Blimbing Kota Malang sendiri misalnya, di
kelurahan ini telah berdiri berbagai macam industri rumahan maupun UMKM
(Usaha Mikro Kecil dan Menengah) baik yang di dirikan oleh perseorangan
maupun oleh kelompok. Salah satunya yaitu polehan craft, ada yang anggotanya
yaitu para pekerja laki-laki dan adajuga yang anggotanya merupakan pekerja
perempuan, Banyak yang beranggapan bahwa perempuan pekerja rumahan ini
disamakan dengan istilah PRT atau pembantu rumah tangga. Padahal jika
dicermati antara pekerja rumahan dan PRT jelas memiliki perbedaan, walaupun
terdapat persamaan yaitu mereka sama-sama belerja dirumah.
Dalam home industry yang dijalankan oleh anggota perempuan dikelurahan
Polehan memiliki kriteria perekrutan anggota yaitu bagi perempuan yang sudah
berumah tangga, dan biasanya untuk wanita pekerja rumahan sendiri, suaminya
juga bekerja. Untuk pekerja rumahan sendiri lebih terfokus hanya pada
perempuan saja.
Dalam hal ini dapat diketahui bahwa wanita pekerja rumahan yang ada di
kelurahan polehan untuk dapat menjadi anggota memang tidak memiliki syarat
khusus, tapi mayoritas yang diterima adalah perempuan yang telah menikah atau
menjadi ibu rumah tangga dan yang ingin membantu perekonomian keluarganya.
Didalam keanggotaannya mereka memiliki peran masing-masing sesuai
dengan pekerjaan yang mereka tekuni salah satunya untuk mengenalkan produk
yang mereka buat agar laku dan dikenal di pasaran maupun masyarakat mereka
memiliki strategi yaitu Misal saat keluar bawa barang-barang hasil dari bekerja
yang telah dibuat. Strateginya yaitu memperlihatkan barang dagangannya tersebut.
Lalu kalau ada yang tertarik baru perempuan atau ibu-ibu tersebut membuat dan
jual. Promosi dilakukan biasanya saat kumpul Tahlil dan PKK. Tetapi tak hanya
peran pekerja perempuan yang mengambil andil dalam home industry yang
dijalankan oleh perempuan dalam kelurahan ini juga di naungi oleh MWPRI
(Mitra Wanita Pekerja Rumahan Indonesia) untuk melindungi kebijakan dan hak-
hak yang semestinya didapatkan oleh perempuan pekerja rumahan. Adanya
MWPRI yang menanungi Perempuan pekerja rumahan di wilayah malang raya ini
memiliki peran yang sangat penting, sebelum adanya pengisian materi dan
pengarahan dari MWPRI, banyak perempuan pekerja rumahan yang belum sadar
tentang bagaimana kebohongan-kebohongan yang dilakukan oleh perusahaan
yang memperkerjakan mereka serta. Kebanyakan dari mereka dibeli gaji yang
sangat sedikit dengan pekerjaan yang lumayan berat dan tanpa mengenal waktu,
oleh sebab itu semenjak adanya MWPRI banyak perempuan pekerja rumahan
yang telah sadar tentang hak-hak yang semestinya di didapat oleh mereka dari
hasil mereka bekerja ( tidak hanya uang, tetapi juga jaminan sosial, kesehatan dan
lain-lain. MWPRI lebih menfokuskan perlindungannya terhadap perempuan
pekerja rumahan dibandingkan dengan perempuan yang bekerja sebagai PRT
dengan alasan jika PRT itu kan bisa ditayangkan di media yang kekerasan
berdarah-darah sehingga masyarakat khalayak umum dapat menyaksikan dan
membuat resah pemerintah. Tetapi kalau para pekerja rumahan sebenarnya
pekerjaannya sama bahayanya bisa saja berdarah-darah tapi jarang yang di ekspos
ke media. Kemudian jika ini dilakukan regulasi oleh pemerintah maka efeknya
yang ke makro lebih besar. Karena para perusahaan harus tunduk pada regulasi
pemerintah dan pastinya banyak perusahaan yang menolak karena mereka nyaman
ketika membayar biaya produksi yang murah. Pemerintah saja dalam meregulasi
masalah buruh formal saja sudah keteteran apalagi mengatur buruh yang non-
formal seperti ini. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa jika memperjuangkan
hak-hak perempuan yang bekerja sebagai PRT hanya memiliki dampat mikro
(kecil) sedangkan jika memperjuangkan hak-hak perempuan pekerja rumahan itu
memiliki dampak besar (makro) karena yang berperan dalam adanya pekerja
rumahan yaitu perusahaan dan pemerintah juga memiliki andil dari adanya
pendirian perusahaan tersebut.
5.2 Kendala yang dihadapi perempuan yang bekerja disektor UMKM (Usaha
Mikro Kecil dan Menengah) di Kelurahan Polehan
Setiap usaha atau pekerjaan yang dilakukan pasti memiliki kendala, baik
kendala dari luar maupun dari dalam dan juga bisa saja kendala kecil maupun
kendala besar yang dapat menghambat jalannya pekerjaan yang dilakukan. Seperti
halnya kendala yang dihadapi oleh ibu-ibu yang tergabung dalam organisasi
pekerja rumahan di kelurahan polehan ini, yaitu Kendala utama itu terletak pada
modal. Ssebenarnya mereka punya mimpi untuk membuka toko dan
mempekerjakan mereka terpinggirrkan seperti anak jalanan. dapat diketahui
bahwa modal merupakan kendala utama bagi mereka guna tetap menjalankan
pekerjaan mereka dalam bidang home industry tersebut, walaupun begitu untuk
organisasi yang ada dikelurahan polehan secara menyeluruh ini telah mampu
setidaknya untuk meringankan kendala dan agar organisasi ini tetap berjalan
dengan cara seperti halnya gerakan 2000 yang dikumpulkan setiap satu bulan
sekali di sekolah. Gerakan 2000 tersebut juga menjadi cikal bakal pra koperasi
yang akan disalurkan kepada peminjam dan dikenai bunga sebesar 10 %/ 4 bulan.
Selain itu juga terdapat biaya kas beberapa persen untuk hasil penjualan produk
untuk memajukan home industry di Polehan. Dan juga uang tersebut akan masuk
di kas dari pengumpulan kas ini diharapkan dapat memajukan organisasi UMKM
pekerja rumahan di keluarahan polehan, walaupun juga terkadang mendapat
bantuan dari pihak pemerintah pula tetapi kembali lagi dengan tujuan utama yaitu
guna memajukan home industry di Polehan.
Tetapi, dari analisis bu Yuyun selaku Ketua JPPRI (Jaringan Perempuan
Pekerja Rumahan Indonesia) diwilayah kota Malang untuk memperjuangkan hak-
hak mereka agar tidak tertindas, justru MWPRI memiliki kendala yaitu kendala
tersebut berasal dari pemerintah yang kurang mendukung mereka sebagai pekerja
biasa. Selain itu beragam proses panjang kita lalui untuk mendaptkan dukungan
dari pemerintah yang hingga saat ini belum mendapatkan titik temu. Sebenarnya
kendala yang dimaksud tersebut merupakan kendala untuk memperuangkan hak-
hak pekerja rumahan perempuan yang ada di luar kelurahan polehan, karena
masih banyak perempuan yang bekerja di sektor pekerjaan rumahan diluar sana
yang masih saja di eksploitasi tenaga kerjanya oleh perusahaan-perusahaan.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Di Kelurahan Polehan Kecamatan Blimbing Kota Malang telah berdiri
berbagai macam industri rumahan maupun UMKM (Usaha Mikro Kecil dan
Menengah) baik yang di dirikan oleh perseorangan maupun oleh kelompok. Salah
satunya yaitu polehan craft, ada yang anggotanya yaitu para pekerja laki-laki dan
ada juga yang anggotanya merupakan pekerja perempuan, Banyak yang
beranggapan bahwa perempuan pekerja rumahan ini disamakan dengan istilah PRT
atau pembantu rumah tangga. Padahal jika dicermati antara pekerja rumahan dan
PRT jelas memiliki perbedaan, walaupun terdapat persamaan yaitu mereka sama-
sama belerja dirumah.
Dalam home industry yang dijalankan oleh anggota perempuan dikelurahan
Polehan memiliki kriteria perekrutan anggota yaitu bagi perempuan yang sudah
berumah tangga, dan biasanya untuk wanita pekerja rumahan sendiri, suaminya
juga bekerja. Untuk pekerja rumahan sendiri lebih terfokus hanya pada perempuan
saja. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa wanita pekerja rumahan yang ada di
kelurahan polehan untuk dapat menjadi anggota memang tidak memiliki syarat
khusus, tapi mayoritas yang diterima adalah perempuan yang telah menikah atau
menjadi ibu rumah tangga dan yang ingin membantu perekonomian keluarganya.
Didalam jalannya UMKM yang terorganisasi dan tergabung dalam JPPRI
(Jaringan Perempuan Pekerja Rumahan Indonesia) yang juga dalam kumpulan ibu-
ibu rumah tangga atau ibu-ibu yang sudah menikah ini, mereka memiliki peran dan
pekerjaan sesuai dengan keahlian yang mereka miliki. Tak hanya itu adanya
MWPRI (Mitra Wanita Pekerja Rumahan Indonesia) juga memiliki peran penting
guna jalannya home industry yang dijalankan oleh pekerja perempuan dikelurahan
polehan ini. Didalam keanggotaannya mereka memiliki peran masing-masing
sesuai dengan pekerjaan yang mereka tekuni salah satunya untuk mengenalkan
produk yang mereka buat agar laku dan dikenal di pasaran maupun masyarakat
mereka memiliki strategi yaitu Misal saat keluar bawa barang-barang hasil dari
bekerja yang telah dibuat. Strateginya yaitu memperlihatkan barang dagangannya
tersebut. Lalu kalau ada yang tertarik baru perempuan atau ibu-ibu tersebut
membuat dan jual.
kendala yang dihadapi oleh ibu-ibu yang tergabung dalam organisasi pekerja
rumahan di kelurahan polehan ini, yaitu Kendala utama itu terletak pada modal.
Ssebenarnya mereka punya mimpi untuk membuka toko dan mempekerjakan
mereka terpinggirrkan seperti anak jalanan. dapat diketahui bahwa modal
merupakan kendala utama bagi mereka guna tetap menjalankan pekerjaan mereka
dalam bidang home industry tersebut, walaupun begitu untuk organisasi yang ada
dikelurahan polehan secara menyeluruh ini telah mampu setidaknya untuk
meringankan kendala dan agar organisasi ini tetap berjalan dengan cara seperti
halnya gerakan 2000 yang dikumpulkan setiap satu bulan sekali di sekolah
6.2 Saran
Mengetahui betapa pentingnya peran perempuan khusunya dalam bidang eknomi
juga harus di imbangi dengan pemberian jaminan-jaminan terutama jaminan sosial
dan jaminan kesehatan untuk melindungi keslamatan dari pekerja-pekerja
perempuan khususnya pada perempuan pekerja rumahan, tak hanya perushaan
tetapi pemerintah juga harus memberikan perhatian.
Daftar Pustaka
aries, V. siswanto. “Studi Peran Perempuan Dalam Pengembangan Usaha Kecil Menengah
Melalui Teknologi Informasi di Kota Pekalongan Dinamika Informatika” 1 (2009).
AsRi, T. (t.t.). ANALISIS PENELITIAN KUALITATIF MODEL MILES dan HUBERMAN.
Diakses 22 September 2018.
https://www.academia.edu/7440214/ANALISIS_PENELITIAN_KUALITATIF_MO
DEL_MILES_dan_HUBERMAN.
asrofah. “Feminisme Radikal Dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu,” 2016.
https://www.google.co.id/search?
q=Feminisme+Radikal+Dalam+Novel+Nayla+Karya+Djenar+Maesa+Ayu&rlz=1C1
CHFX_enID774ID774&oq=Feminisme+Radikal+Dalam+Novel+Nayla+Karya+Djen
ar+Maesa+Ayu&aqs=chrome..69i57.1308j0j9&sourceid=chrome&ie=UTF-8.
ayu. “pengaruh jumlah usaha, nilai investasi dan upah minimum terhadappermintaan tenaga
kerja pada industri kecil dan menengah di kabupaten semarang,” 2011.
http://eprints.undip.ac.id/29172/1/Skripsi003.pdf.
data box. “Jumlah Penduduk Perempuan Indonesia pada 2018 Mencapai 131,9 Juta Jiwa,”
2018. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/06/08/jumlah-penduduk-
perempuan-indonesia-pada-2018-mencapai-1319-juta-jiwa.
ibo, ahmad. “40 Persen Perempuan Masih Alami Diskriminasi Gender dalam Industri
Olahraga.” 21 juni 2018. 2018. https://www.liputan6.com/lifestyle/read/3565095/40-
persen-perempuan-masih-alami-diskriminasi-gender-dalam-industri-olahraga.
J. lexy, lexy moleong,. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset., 2016.
khotimah, khusnul. “DISKRIMINASI GENDER TERHADAP PEREMPUAN DALAM
SEKTOR PEKERJAAN” 4 (2019). http://portalgaruda.org/article.php?
ref=search&mod=document&select=title&q=diskriminasi+gender+terhadap+perempu
an+dalam+sektor+pekerjaan&button=Search+Document.
Miyamoto, Michiko. “Tren Tenaga Kerja dan Sosial di Indonesia 2014 - 2015,” 2015.
https://www.google.co.id/sear ch?
dcr=0&source=hp&ei=DZMRWquEO4z08gW69KiYCA&q=tren
+tenaga+kerja+dan+sosial+di+indonesiaoq=tren+tenaga+kerja+dan+
sosial+di+indonesia.
Priminingtyas, dan Dina Novia. “PERAN PEREMPUAN DALAM MENINGKATKAN
KINERJA UMKM.” 1 (2016). https://www.google.co.id/search?
q=PERAN+PEREMPUAN+DALAM+MENINGKATKAN+KINERJA+UMKM&rlz
=1C1CHFX_enID774ID774&oq=PERAN+PEREMPUAN+DALAM+MENINGKAT
KAN+KINERJA+UMKM&aqs=chrome..69i57.1415j0j9&sourceid=chrome&ie=UT
F-8.
Sastrohadiwiryo, Siswanto. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia: Pendekatan Administrasi
dan Operasional. Jakarta: Bumi Aksara, 2002.
Zaini, Nur. “Representasi Feminisme Liberal Dalam Sinetron `Analisis Semiotika Terhadap
Sinetron Kita Nikah Yuk`.” 2014 18 (2014). https://www.google.co.id/search?
q=Representasi+Feminisme+Liberal+Dalam+Sinetron+
%60Analisis+Semiotika+Terhadap+Sinetron+Kita+Nikah+Yuk
%60.&rlz=1C1CHFX_enID774ID774&oq=Representasi+Feminisme+Liberal+Dalam
+Sinetron+%60Analisis+Semiotika+Terhadap+Sinetron+Kita+Nikah+Yuk
%60.&aqs=chrome..69i57.1458j0j9&sourceid=chrome&ie=UTF-8.