Kaderisasi merupakan suatu sistem yang memiliki pola yang jelas dengan
tujuan untuk mempertahankan proses regenerasi atas suatu organisasi.
Dalam hal ini, kaderisasi merupakan suatu proses yang tidak mungkin terhenti
dan akan berlangsung terus, bisa kita sebut sebagai konsekuensi logis dari
sebuah komunitas sosial atau sebuah organisasi.
Selama ini HMS mengenal Kaderisasi dalam 2 tahapan besar, yaitu Kaderisasi
Pasif dan Kaderisasi Aktif. Mengapa HMS sangat menjunjung tinggi kaderisasi
pasif yang selama ini dijalankan walaupun sudah menjadi tradisi bahwa setiap
panitia inti kaderisasi pasif HMS pasti memiliki kekecewaan atas apa yang
telah dibuatnya dari segi pencapaian hasil? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini
tidak bisa dipungkiri sudah menjadi pertanyaan berulang dari tiap-tiap
generasi di HMS. Yang menjadi masalah adalah mengapa pertanyaan seperti
ini dapat diwajarkan terjadi di HMS?
ORGANISASI
Platform Organisasi
Kontinuitas Organisasi
Kontinuitas Sistem
Organisasi Kaderisasi
B. TINJAUAN PENDIDIKAN
Dari posisinya, kita akan menemukan bahwa ternyata HMS berada dalam
ranah pendidikan dan ketika suatu organisasi berada dalam ranah
pendidikan otomatis organisasi tersebut harus beraliansi kepada
pendidikan.
Analisa pendidikan
PENDIDIKAN
Pendidikan atau bisa kita bilang penyadaran tidak bisa kita lihat secara
instant. Pendidikan membutuhkan proses. Dari dasar proses inilah muncul
Sistem Pendidikan.
Birokrat
Pemerintahan
Intervensi
SISTEM
Asing
PENDIDIKAN
Masyarakat
Hasil kajian dari berbagai sumber mengatakan bahwa ketika gerakan ini
dibuat otomatis gerakan ini seharusnya memiliki sebuah landasan dimana
telah kita ketahui bahwa gerakan ini dibangun dalam ranah pendidikan
maka landasan dalam sistem pendidikanlah yang seharusnya menjadi
landasan gerakan tersebut. Jadi, sistem pendidikan memiliki konsekuensi
atas gerakan yang dibangunnya, yaitu netralitas (tidak berpihak pada
sistem manapun), konsistensi (gerakan yang dibangun harus sesuai
platformnya), dan kontinuitas (gerakan yang dibangun tidak sporadis)
SISTEM
PENDIDIKAN
Struktural
GERAKAN PENDIDIKAN
Kultural
Pola
SISTEM
PENDIDIKAN
Metodologi Pembelajaran
Tri Dharma Perguruan Tinggi yang kita kenal bergerak dalam 3 hal, yaitu
pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Ketiga hal ini tidak
dapat kita pandang secara parsial. Pendidikan tidak dapat berdiri sendiri,
penelitian tidak dapat berdiri sendiri, begitu juga dengan pengabdian pada
masyarakat. Ketiga hal ini merupakan suatu proses yang
berkesinambungan dan sinergis. Kita dapat memandang Tri Dharma
Perguruan Tinggi sebagai sebuah siklus. Penjelasan sederhana,
masyarakat akan selalu mendapatkan kondisi yang baru yang
membutuhkan jawaban. Jawaban itu diperoleh melalui pendidikan dengan
cara mempelajari apa yang harus dibangun kemudian diteliti sebagaimana
akurat pendidikan yang dibangun dan lalu diplikasikan kembali ke realitas
masyarakat.
Hasil penjabaran di atas coba kita terapkan di HMS. HMS dalam hal ini
merupakan sebuah organisasi mahasiswa yang menunjukkan
eksistensinya di dalam ranah pendidikan. Dalam hal ini, HMS sebagai
organisasi mahasiswa sudah selayaknya memberikan kontribusi kepada
masyarakat atau sistem sosial. Yang menjadi permasalahan adalah bentuk
kontribusi seperti apa yang sebaiknya dibangun oleh HMS?
Intervensi
Asing
HMS
PRODI
FAKULTAS DAN REKTORAT
MASYARAKAT
Untuk mendefinisikan arah gerak dari HMS, kita perlu meninjau mengenai
pendidikan di Indonesia karena HMS harus menyesuaikan dengan
karakteristik dari posisi dimana dia berada. Pendidikan yang kita tinjau
disini adalah pendidikan tinggi atau universitas. Jika kita berani
mengadopsi tujuan dari pendidikan maka konsekuensinya kita juga harus
mengadopsi arah gerak dari pendidikan yang kita adopsi agar sinergis.
TK I TK II TK III TK IV
Jenjang Organisasi HMS dibuat untuk menjaga agar organisasi HMS dapat
berlangsung dengan efektif dan efisien. Konsekuensinya, setiap kegiatan
yang dibuat HMS selayaknya menjamah keseluruhan komponen yang ada
di HMS. Kegiatan yang dimaksud disini adalah kegiatan yang terstruktur
oleh BP HMS. Interaksi antara BP, BPA, dan massa harus selalu terjaga
dengan baik.
LKO
Magang
TFT
Decision Maker
Kontrol
HMS juga memiliki sistem akuntabilitas publiknya sendiri, dalam hal ini
HMS menurunkan ke dalam Rapat Anggota dengan kuorum ( n + 1).
Kuorum-kuorum yang ditetapkan dalam rapat harian pun merupakan salah
satu turunan dari sistem akuntabilitas publik yang diakui di HMS.
Presentasi ke BP, presentasi ke massa, audiensi BP ke BPA, sosialisasi ke
massa merupakan turunan lain dari sistem akuntabilitas publik yang diakui
di HMS. Sistem pemilihan Ketua HMS yang menggunakan PEMILU juga
merupakan sistem akuntabilitas publi yang diakui di HMS.
HMS pada kondisi saat ini, ternyata masih jauh dari kondisi idealnya.
Masih banyak anggota HMS yang tidak memahami apa-apa yang harus
dilakukan dan bagaimana melakukan sesuatu di HMS. Kondisi seperti ini
meamaksa kita untuk berpikir apakah HMS merupakan organisasi yang
bertujuan untuk mencari tahu apa-apa yang harus dilakukan dalam setiap
masa kepengurusannya. Kondisi seperti ini sudah sangat tidak sehat untuk
sebuah organisasi yang dapat dibilang kompleks seperti HMS ini.
Kaderisasi yang baik adalah kaderisasi yang terpola dengan jelas. Maka,
dapat kita ambil kesimpulan bahwa permasalahan yang terjadi adalah
akibat pola kaderisasi yang dikira telah terpola dengan jelas ternyata
masih memiliki kekurangan. Mari kita tinjau pola kaderisasi HMS atau
Jenjang Kaderisasi HMS.
LKO dan TFT merupakan sistem yang dibuat untuk meningkatkan skill
organisasi dari anggotanya. LKO dan TFT merupakan follow up dari
Kaderisasi Pasif HMS. LKO untuk meningkatkan skill tentang manajemen
organisasi dan TFT untuk menciptakan trainer-trainer handal. Namun,
ternyata LKO dan TFT ini tidak memiliki dasar yang cukup jelas. Banyak
sekali anggota HMS yang setelah mengikuti LKO memahami bagaimana
menjalankan organisasi namun tetap tidak memahami bagaimana
menjalankan HMS dan banyak juga anggota HMS yang setelah mengikuti
TFT memahami bagaimana membuat kaderisasi untuk sebuah organisasi
namun tetap tidak memahami bagaimana membuat Kaderisasi HMS.
LKO dan TFT yang diadakan HMS bukan merupakan LKO dan TFT HMS
melainkan hanyalah LKO dan TFT organisasi biasa. Ternyata, dasar
mengenai organisasi HMS itu sendiri tidak terjamah oleh sistem
pengkaderan yang selama ini dijalankan. Mungkin masih ada segelintir
Proses penyerapan materi oleh kader tidak bisa kita lihat dengan instant.
Sistem pengkaderan dikatakan baik ketika mencakup masa pengendapan
bagi kader untuk mengingat, manganalisa, dan mengaplikasikan materi
yang telah diberikan. Namun, sebagaimana permasalahan yang telah kita
jabarkan sebelumnya, proses mengingat, menganalisa, dan
mengaplikasikan tidak bisa kita serahkan begitu saja kepada si kader
tetapi harus dapat dijamin melalui sebuah sistem. Seharusnya Jenjang
Kaderisasi HMS mampu menjamin berlangsungnya ketiga proses tersebut.
TK I TK II TK III TK IV
Aspirasi Pembahasan
Masa Kebijakan
pengendapan Publik
Konsepsi HMS
Follow up
LKO
Follow up
Magang Sosial
Follow up
Sistem Kaderisasi
Follow up
TFT
Decision Maker
Kontrol
F. PENUTUP
Mungkin dari upaya pembenahan HMS ini akan timbul banyak sekali
pembenturan seperti organisasi itu dibentuk berdasarkan kebutuhan
anggotanya tapi mengapa HMS bisa memiliki fungsi yang sudah harus
dijalankan? Apakah ini berarti bahwa HMS dibangun untuk membuat
anggotanya memiliki kebutuhan seperti yang sudah digariskan? Dimana
letak kebutuhan anggota jika begini caranya? Pertanyaan-pertanyaan
seperti inilah yang akan timbul dalam benak banyak anggota HMS ketika
diadakan pembahasan mengenai HMS.
Sebuah organisasi layaknya HMS tidak akan pernah luput dari batasan-
batasan yang terbentuk baik dari luar maupun dari dalam HMS sendiri
Tulisan ini hanyalah memuat sudut pandang dari penulis, maka akan
sangat sehat sekali jika sudut pandang ini mengalami pembenturan agar
bisa mencapai hasil yang lebih baik lagi.