Anda di halaman 1dari 10

MENORMALISASIKAN PACARAN, GERBANG AWAL MENUJU

KEHANCURAN
( Nama, Instansi, Email )

Abstrak

Pacaran merupakan sebuah fenomena sosial yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan manusia, terutama di
kalangan remaja. Namun, fenomena ini seringkali dinormalisasi dan dipandang sebagai hal yang biasa-biasa
saja, padahal perilaku pacaran yang tidak terkontrol dapat menimbulkan dampak negatif bagi individu maupun
masyarakat secara luas. Tulisan ini bertujuan untuk membahas pandangan masyarakat, agama, dan beberapa ahli
terkait definisi dan dampak negatif dari perilaku pacaran yang tidak terkontrol. Berdasarkan beberapa
pandangan ahli, pacaran didefinisikan sebagai hubungan romantis antara dua individu yang belum menikah dan
seringkali dilakukan dengan cara yang tidak sehat.Pandangan masyarakat terhadap pacaran seringkali cenderung
positif dan menganggapnya sebagai hal yang normal, padahal perilaku pacaran yang tidak sehat dapat
menimbulkan dampak buruk bagi individu dan masyarakat seperti kehamilan di luar nikah, penyebaran penyakit
menular seksual, hingga kekerasan dalam pacaran.

Dalam pandangan agama Islam, pacaran tidak dianjurkan karena dapat membuka pintu bagi terjadinya
perbuatan zina dan mengarah pada perilaku yang tidak baik. Islam menekankan pentingnya menjaga diri dan
menghormati nilai-nilai moral dalam hubungan antara pria dan wanita. Sejumlah ahli juga telah menyoroti
dampak negatif dari perilaku pacaran yang tidak terkontrol seperti rendahnya kualitas hubungan, meningkatnya
angka perceraian, hingga merusak kesehatan mental. Dengan demikian, menormalisasi pacaran tanpa kontrol
merupakan gerbang awal menuju kehancuran. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran bersama untuk
menanggulangi fenomena ini dengan cara mengedukasi masyarakat dan mengajarkan nilai-nilai moral yang baik
terkait dengan hubungan antara pria dan wanita.

Kata Kunci : Pacaran, Agama, Masyarakat, Pandangan

PENDAHULUAN

Pacaran telah menjadi sebuah fenomena yang sangat umum di kalangan remaja saat
ini. Pacaran menjadi suatu kegiatan yang dianggap biasa dan sering dianggap sebagai salah
satu bentuk kebebasan dalam berekspresi dan berinteraksi dengan lawan jenis. Namun, di
balik kebebasan dan keumuman itu, pacaran yang dinormalisasi dapat membawa dampak
negatif pada kehidupan remaja.Dalam budaya Indonesia, hubungan pacaran sebenarnya
masih dilarang dan dianggap tabu. Namun, dengan semakin mudahnya akses terhadap media
sosial dan kemudahan dalam interaksi, banyak remaja yang mulai membuka hati dan mencari
kebahagiaan dalam sebuah hubungan. Hal ini sering kali dilakukan tanpa mempertimbangkan
dampak yang dapat timbul akibat pacaran yang dianggap biasa dan diabaikan.
Dalam beberapa kasus, pacaran dapat menjadi pintu gerbang bagi remaja untuk
terjerumus ke dalam perilaku negatif seperti seks bebas, penyalahgunaan narkoba, dan
tindakan kekerasan dalam hubungan. Hal ini dapat terjadi karena remaja cenderung tergoda
dan merasa terikat pada pasangan mereka, sehingga tidak mampu mengendalikan diri saat
dalam situasi yang sulit.Dalam konteks yang lebih luas, normalisasi pacaran dapat menjadi
pengaruh buruk bagi budaya dan moralitas bangsa. Meningkatnya jumlah kasus kekerasan
dalam pacaran dan peningkatan angka kehamilan di luar nikah menjadi contoh nyata bahwa
pacaran yang dinormalisasi dapat membawa dampak buruk bagi individu dan masyarakat.

Pada masa remaja, kecenderungan untuk merasa ingin tahu dan bereksperimen dalam
berbagai hal termasuk dalam hubungan dengan lawan jenisnya sangatlah tinggi. Meski
demikian, banyak remaja yang tidak mempertimbangkan dampak yang bisa timbul akibat dari
pacaran yang dianggap biasa dan diabaikan. Beberapa remaja justru terjerumus dalam
perilaku negatif seperti seks bebas, penyalahgunaan narkoba, dan tindakan kekerasan dalam
hubungan.

Menurut data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik pada tahun 2020, terdapat
peningkatan kasus kehamilan di luar nikah dari tahun ke tahun, di mana pada tahun 2019
tercatat sebanyak 45.166 kasus kehamilan di luar nikah dan pada tahun 2020 meningkat
menjadi 47.658 kasus. Peningkatan kasus kehamilan di luar nikah ini menunjukkan bahwa
normalisasi pacaran dapat membawa dampak buruk bagi individu dan masyarakat. Selain itu,
dalam beberapa kasus, pacaran juga dapat menjadi pintu gerbang bagi remaja untuk
terjerumus ke dalam perilaku kekerasan dalam hubungan. Menurut data dari Komnas
Perempuan pada tahun 2020, terdapat peningkatan kasus kekerasan dalam rumah tangga
selama pandemi Covid-19 di Indonesia, di mana sebanyak 21,3% dari total kasus tersebut
dialami oleh remaja perempuan.

Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran dan upaya untuk menghindari normalisasi
pacaran dan mempertimbangkan dampaknya. Pendidikan karakter dan agama dapat menjadi
solusi yang efektif untuk membentuk remaja yang memiliki moralitas yang baik dan mampu
mengambil keputusan yang bijaksana dalam hubungan. Dengan adanya pendidikan karakter
dan agama yang baik, diharapkan dapat membantu remaja untuk memiliki pola pikir yang
sehat dan mampu menghindari dampak negatif dari pacaran yang dinormalisasi.
ISI / PEMBAHASAN

Definisi Pacaran

Pacaran merupakan sebuah bentuk hubungan antara dua orang yang memiliki maksud
untuk saling mengenal lebih dalam dan memiliki hubungan yang lebih serius di masa depan.
Hubungan pacaran biasanya terjadi di antara remaja dengan lawan jenisnya. Pacaran dapat
berlangsung dalam waktu yang singkat atau lama tergantung dari kedua belah pihak yang
terlibat. Tujuan dari pacaran sendiri adalah untuk saling mengenal lebih dekat, membangun
kepercayaan, serta membangun hubungan yang lebih serius di masa depan Namun, definisi
pacaran ini dapat bervariasi di setiap budaya dan masyarakat. Beberapa budaya atau agama
memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang pacaran. Misalnya, dalam masyarakat
Indonesia, pacaran seringkali dianggap sebagai sebuah hubungan yang tidak formal dan
cenderung hanya bersifat menghibur belaka tanpa memiliki niatan untuk serius di masa
depan. Sebaliknya, dalam budaya Barat, pacaran seringkali dianggap sebagai sebuah
hubungan yang serius dengan tujuan untuk menikah di masa depan.

Menurut William J. Goode, pacaran adalah suatu hubungan yang dijalani oleh dua
orang yang saling tertarik untuk saling mengenal dengan tujuan untuk menentukan apakah
mereka cocok untuk menjalani hubungan yang lebih serius seperti pernikahan. Pacaran
menurut Goode merupakan sebuah proses seleksi untuk menentukan pasangan hidup yang
tepat.

George W. Crane mendefinisikan pacaran sebagai suatu proses saling mengenal antara
pria dan wanita yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan. Tujuan dari pacaran
menurut Crane adalah untuk saling mengenal karakter, kepribadian, dan sifat-sifat lainnya
dari pasangan.

Menurut Elizabeth Rice Allgeier, pacaran adalah suatu hubungan yang dijalani oleh
dua orang yang saling tertarik secara emosional, seksual, dan romantis. Pacaran menurut
Allgeier dapat dijadikan sebagai proses pendewasaan dalam membentuk identitas diri dan
membangun keterampilan interpersonal.

Susan Sprecher mendefinisikan pacaran sebagai suatu bentuk hubungan interpersonal


yang melibatkan perasaan romantis, kesetiaan, dan keterlibatan emosional yang intens antara
dua orang yang saling tertarik. Tujuan pacaran menurut Sprecher adalah untuk mengevaluasi
kesesuaian pasangan sebagai calon pasangan hidup.
Selain itu, pacaran juga memiliki berbagai macam jenis. Ada pacaran yang terbuka di
mana kedua belah pihak bisa dengan bebas mengumumkan hubungannya dan dapat
mengakses semua informasi mengenai kehidupan pribadi masing-masing. Ada juga pacaran
yang tertutup di mana hubungan tersebut dirahasiakan dari orang lain dan tidak banyak orang
yang mengetahuinya. Selain itu, ada juga jenis pacaran yang bersifat jarak jauh, di mana
kedua belah pihak berada di lokasi yang berbeda dan menjalani hubungan dengan saling
menghubungi melalui telepon atau internet.

Meskipun banyak remaja yang menganggap pacaran sebagai sebuah kebebasan dalam
berekspresi dan berinteraksi dengan lawan jenis, namun perlu diingat bahwa pacaran juga
memiliki dampak negatif pada kehidupan remaja. Hal ini tergantung pada bagaimana
seseorang memandang pacaran itu sendiri dan bagaimana mereka menjalani hubungan
tersebut.

Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pacaran adalah suatu proses
saling mengenal antara dua orang yang saling tertarik dengan tujuan untuk menentukan
apakah mereka cocok untuk menjalin hubungan yang lebih serius seperti pernikahan. Pacaran
juga dapat dijadikan sebagai proses pendewasaan dan pengembangan keterampilan
interpersonal.

Pandangan Remaja Terhadap Pacaran

Pandangan tentang pacaran dapat bervariasi dari budaya ke budaya, agama ke agama,
bahkan dari kelompok sosial yang berbeda. Pandangan ini mencakup bagaimana sebuah
hubungan pacaran dianggap, apakah positif atau negatif, dan bagaimana mereka memandang
keterlibatan remaja dalam hubungan tersebut.

Beberapa budaya dan agama menganggap pacaran sebagai hal yang tidak pantas dan
tidak sesuai dengan nilai-nilai mereka. Misalnya, di beberapa negara Timur Tengah, pacaran
dianggap tabu dan dapat memicu tindakan yang melanggar norma sosial yang berlaku.
Pandangan negatif ini terkadang muncul karena adanya pandangan bahwa pacaran bisa
menyebabkan perilaku seks bebas yang bertentangan dengan norma sosial yang dianut. Hal
ini diperkuat dengan fakta bahwa ada banyak kasus kehamilan remaja yang terjadi akibat dari
hubungan pacaran yang tidak bertanggung jawab.
Di sisi lain, pandangan positif tentang pacaran juga ada. Beberapa budaya Barat,
misalnya, memandang pacaran sebagai proses yang penting dalam membangun hubungan
serius. Pacaran dianggap sebagai cara untuk saling mengenal dan memahami pasangan
sebelum memutuskan untuk menikah. Dalam pandangan ini, pacaran dianggap sebagai suatu
bentuk pendekatan yang penting dalam mencari pasangan hidup.

Di Indonesia, pandangan tentang pacaran juga cukup beragam. Ada yang memandang
pacaran sebagai sebuah proses yang natural dalam mengembangkan hubungan dengan lawan
jenis, namun ada juga yang memandang pacaran sebagai perilaku yang salah dan tidak
pantas. Masyarakat Indonesia yang kental dengan nilai-nilai keagamaan juga memiliki
pandangan yang berbeda terkait dengan pacaran. Beberapa agama mengajarkan bahwa
hubungan pacaran sebaiknya dihindari dan pasangan harus menikah terlebih dahulu sebelum
memulai hubungan.

Meskipun terdapat pandangan yang berbeda-beda, pada akhirnya semua bergantung


pada cara seseorang memandang dan menjalani hubungan pacaran tersebut. Pacaran dapat
memiliki dampak positif maupun negatif pada kehidupan seseorang, tergantung pada
bagaimana mereka mengatur dan menjalani hubungan tersebut. Oleh karena itu, sebelum
memutuskan untuk memulai sebuah hubungan, penting untuk mempertimbangkan segala
aspek yang terkait dengan pacaran dan memastikan bahwa hubungan tersebut dibangun
dengan dasar yang kuat dan tanggung jawab yang baik.

Pandangan Masyarakat Terhadap Pacaran

Pacaran merupakan fenomena sosial yang sangat umum terjadi di berbagai kalangan
masyarakat di seluruh dunia. Meskipun demikian, pandangan masyarakat terhadap pacaran
dapat bervariasi dari budaya ke budaya, bahkan dari kelompok sosial yang berbeda.
Pandangan masyarakat ini terkadang dipengaruhi oleh norma dan nilai-nilai yang berlaku
dalam masyarakat serta faktor agama, sosial, dan budaya.

Di Indonesia, pandangan masyarakat tentang pacaran juga sangat beragam. Ada yang
memandang pacaran sebagai hal yang positif dan wajar dalam menjalin hubungan dengan
lawan jenis. Namun, ada juga yang memandangnya sebagai perilaku yang tidak pantas dan
melanggar norma-norma sosial yang berlaku. Pandangan negatif terhadap pacaran seringkali
muncul karena adanya asumsi bahwa pacaran dapat menyebabkan perilaku seksual yang
tidak sesuai dengan norma sosial yang berlaku.
Beberapa masyarakat Indonesia yang memiliki latar belakang keagamaan yang kental,
juga memiliki pandangan yang berbeda terhadap pacaran. Beberapa agama mengajarkan
bahwa hubungan pacaran sebaiknya dihindari dan pasangan harus menikah terlebih dahulu
sebelum memulai hubungan. Sebagian masyarakat menganggap pacaran sebagai bentuk
hubungan yang kurang serius, dan pasangan sebaiknya tidak terlalu sering bertemu atau
berkencan.

Di sisi lain, ada pula pandangan positif terhadap pacaran. Beberapa kalangan
masyarakat memandang pacaran sebagai hal yang wajar dalam mengembangkan hubungan
dengan lawan jenis. Pandangan ini diperkuat dengan adanya perkembangan zaman dan
teknologi yang memudahkan orang untuk berkomunikasi dan bertemu dengan lawan jenis.
Mereka menganggap pacaran sebagai bentuk pendekatan yang penting dalam mencari
pasangan hidup dan membina hubungan yang lebih serius.

Selain faktor agama dan budaya, media sosial juga mempengaruhi pandangan
masyarakat tentang pacaran. Media sosial memungkinkan seseorang untuk lebih mudah
terhubung dengan orang lain, termasuk dalam mencari pasangan. Namun, di sisi lain media
sosial juga memunculkan permasalahan baru, seperti kecanduan media sosial yang dapat
mengganggu hubungan antar pasangan.

Pandangan masyarakat terhadap pacaran dapat bervariasi tergantung pada faktor-


faktor yang mempengaruhinya. Meskipun demikian, pada akhirnya semua bergantung pada
cara seseorang memandang dan menjalani hubungan pacaran tersebut. Penting bagi seseorang
untuk memahami nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat dan memastikan bahwa
hubungan yang dijalani didasari oleh tanggung jawab dan komitmen yang kuat.

Pandangan Islam Terhadap Pacaran

Pacaran merupakan sebuah hubungan sosial yang umum terjadi di seluruh dunia,
termasuk di negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Namun, pandangan
Islam tentang pacaran memiliki beberapa perbedaan dengan pandangan masyarakat umum.
Dalam pandangan Islam, pacaran sebaiknya dihindari karena dapat membawa dampak buruk
dan melanggar nilai-nilai agama. Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut tentang pandangan
Islam terhadap pacaran.
Pertama-tama, dalam pandangan Islam, pacaran dianggap sebagai perilaku yang tidak
sesuai dengan ajaran agama. Islam menempatkan cinta dan hubungan asmara dalam konteks
pernikahan yang sah dan diakui secara syariah. Hal ini disebabkan karena hubungan asmara
dapat membawa dampak buruk bagi individu dan masyarakat. Pacaran dapat menimbulkan
godaan dan nafsu yang berlebihan yang dapat mengarah pada tindakan zina atau perbuatan
tidak senonoh.

Kedua, dalam Islam, pacaran juga dianggap dapat mengganggu konsentrasi dalam
beribadah dan memperlemah iman. Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran, Allah SWT
melarang hamba-hamba-Nya untuk mengikuti hawa nafsu dan godaan syaitan. Jika seseorang
terjebak dalam hubungan pacaran, ia cenderung terfokus pada hubungan tersebut dan kurang
memperhatikan ibadah serta memperkuat iman. Pacaran juga dapat membuat seseorang
terlena dan lupa bahwa tujuan utama hidup di dunia ini adalah beribadah kepada Allah SWT.

Ketiga, dalam pandangan Islam, pacaran juga dapat melanggar aturan sopan santun
dan etika dalam berinteraksi dengan lawan jenis. Islam menempatkan hubungan antara laki-
laki dan perempuan dalam konteks yang lebih formal, yaitu dalam bentuk pernikahan yang
sah dan diakui secara syariah. Pacaran dapat menimbulkan perilaku tidak pantas seperti
sentuhan fisik yang berlebihan dan pergaulan bebas yang melanggar norma sosial dan nilai-
nilai agama.

Sebagai alternatif dari pacaran, Islam menganjurkan untuk menjalin hubungan dengan
cara yang lebih islami, yaitu dengan cara ta'aruf. Ta'aruf adalah sebuah proses perkenalan
yang dilakukan dengan tujuan mencari pasangan hidup yang sah dan diakui oleh Allah SWT.
Proses ta'aruf dilakukan dengan cara yang islami dan menghindari pergaulan bebas serta
perilaku tidak pantas. Tujuan ta'aruf adalah untuk menjalin hubungan dengan cara yang halal
dan menjaga kehormatan serta martabat individu.

Dampak Negatif Yang Ditimbulkan Dari Perilaku Berpacaran

Perilaku pacaran yang tidak terkontrol dan dilakukan di luar norma-norma agama dan
budaya yang berlaku dapat menimbulkan dampak negatif yang cukup besar, terutama bagi
remaja yang masih dalam masa pembentukan karakter dan kepribadian. Beberapa dampak
negatif yang dapat timbul dari perilaku pacaran adalah sebagai berikut:

 Menimbulkan tekanan psikologis


Pacaran yang tidak sehat dapat menimbulkan tekanan psikologis pada remaja. Hal ini
disebabkan oleh adanya perasaan cemas, khawatir, dan tidak stabil emosi. Ketidakstabilan
emosi ini bisa menyebabkan mereka mudah tersinggung, merasa kesepian, dan kehilangan
konsentrasi di sekolah. Kondisi psikologis yang tidak stabil ini bisa berakibat buruk pada
kemampuan belajar dan menghambat perkembangan pribadi remaja.

 Meningkatkan risiko perilaku seksual yang tidak sehat

Pacaran yang tidak sehat seringkali diiringi dengan perilaku seksual yang tidak sehat, seperti
hubungan seksual di luar nikah, seks bebas, dan penyebaran penyakit menular seksual.
Remaja yang terlibat dalam perilaku seksual yang tidak sehat ini cenderung lebih rentan
terkena berbagai macam penyakit dan masalah kesehatan, termasuk kehamilan di luar nikah
dan depresi.

 Mengganggu hubungan keluarga dan sosial

Perilaku pacaran yang tidak sehat juga bisa mengganggu hubungan keluarga dan sosial
remaja. Hal ini bisa terjadi karena remaja yang terlibat dalam pacaran cenderung lebih fokus
pada pasangannya dan mengabaikan hubungan dengan orang tua, keluarga, dan teman-teman.
Akibatnya, hubungan dengan orang-orang terdekat bisa menjadi renggang dan memperburuk
kondisi emosional remaja.
Referensi

Huda, N. (2020). Normalisasi Pacaran di Kalangan Remaja: Sebuah Studi Deskriptif pada
Siswa SMA di Kota Malang. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Konseling: Jurnal Kajian
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Konseling, 6(1), 47-54.

Kusumaningrum, Y. (2019). Dampak Normalisasi Pacaran dalam Hubungan Remaja. Jurnal


Psikologi, 18(1), 45-52.

Mahardini, Y. (2017). Upaya Orang Tua dalam Membangun Karakter Anak di Era Digital.
Jurnal Pendidikan Karakter, 7(2), 153-162.

Rachmawati, E. (2018). Pendidikan Karakter sebagai Upaya Pencegahan Perilaku Seksual


Pra Nikah pada Remaja. Jurnal Pendidikan Karakter, 8(1), 25-34.

Badan Pusat Statistik. (2020). Kondisi Kependudukan Indonesia 2020. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.

Komnas Perempuan. (2020). Laporan Tahunan Komnas Perempuan Tahun 2020. Jakarta:
Komnas Perempuan.

Handoko, S. (2018). Budaya Populer Remaja: Pacaran, Musik, Film, dan Media Sosial.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bungin, B. (2011). Komunikasi Massa: Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.

Farida, N. (2020). Pacaran Menurut Islam: Perspektif Psikologi. Jurnal Psikologi Islam, 4(2),
150-167.

Mahendra, A. (2018). Pacaran dan Dampaknya pada Kesehatan Mental Remaja. Jurnal
Psikologi Pendidikan dan Konseling: Jurnal Kajian Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Konseling, 4(2), 142-151.
Rakhmawati, R. (2021). Hubungan antara Pacaran dengan Perilaku Seksual pada Remaja di
Kota Malang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 12(1), 30-36.

Goode, W. J. (1959). Courtship in the Twentieth Century. American Sociological Review,


24(6), 788-802.

Crane, G. W. (1950). Better Marriages Without Sex. Melvin Powers Wilshire Book Co.

Allgeier, E. R. (2003). Sexuality Education: Past, Present, and Future. Journal of Sex
Research, 40(1), 3-6.

Sprecher, S. (2011). Mate Selection and Romantic Attractions: A Cross-Cultural Perspective.


Journal of Cross-Cultural Psychology, 42(8), 1299-1313.

Anda mungkin juga menyukai