Anda di halaman 1dari 3

WASPADA PACARAN PADA USIA REMAJA

Karya : Lilis Rahmawati, S. Pd.


SMP NEGERI 1 KEDAWUNG

Kekerasan yang dialami perempuan tidak hanya bagi


mereka yang berumah tangga. Namun, banyak juga wanita yang
mengalami hal itu justru dalam masa pacaran. Selain kasus
kekerasan yang dialami perempuan. Marak berdar kasus
pencabulan yang faktor pemicu utamanya adalah jalinan asmara
atau biasa disebut pacaran.
Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan
manusia yang biasanya berada dalam tahap pencarian kecocokan
menuju berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan. Namun,
pada kenyataannya penerapan jalinan asmara atau biasa disebut
pacaran masih jauh dari tujuan sebenarnya. Manusia yang belum
cukup umur dan masih jauh dari kesiapan memenuhi persyaratan
menuju pernikahan telah dengan nyata membiasakan tradisi yang
semestinya tidak mereka lakukan.
Perbedaan tradisi dalam pacaran sangat dipengaruhi oleh
agama dan kebudayaan yang dianut oleh seseorang. Menurut
persepsi yang salah, sebuah hubungan dikatakan pacaran ditandai
dengan adanya aktivitas-aktivitas seksual atau percumbuan. Tradisi
seperti ini di praktikkan oleh orang-orang yang tidak memahami
makna dari kehormatan dari diri perempuan, tradisi seperti ini
dipengaruhi oleh banyak faktor. Misalnya, media massa yang
menyebarkan kebiasaan yang tidak memuliakan kaum perempuan.
Perilaku remaja zaman sekarang berbeda jauh dengan remaja
tempo dahulu yang suka malu-malu dan takut dengan norma-
norma dan aturan agama. Jangankan diusia remaja, anak yang baru
menginjak Sekolah Dasar saja sudah mengerti apaitu pacaran,
bahkan banyak dari anak Sekolah Dasar tersebut yang sudah
memadu kasih, biarpun masih dalam istilah cinta monyet tetapi
tetap saja nantinya mereka akan menjurus pada hal-hal yang tidak
diharapkan.
Pacaran bagi kalangan remaja adalah hal yang biasa.
Bahkan sebaliknya, mereka yang tidak berpacaran justru
dianggapp tidak wajar. Pacaran yang meluas dikalangan remaja
tidak muncul begitu saja, terdapat sebab yang melatar
belakanginya. Kalau dilihat lebih dalam terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi munculnya fenomena pacaran dikalangan remaja.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fenomena berpacaran
diantaranya minimnya bekal pemahaman agama karena
pengetahuan serta pemahaman agama yng benar menjadi benteng
pertahanan yang kuat dari pengaruh nilai-nilai dan perilaku dari
dalam diri kita sendiri. Selain itu, gejolak puberitas yang dalm
syariat Islam disebut masa baligh atau hulum. Dorongan seksual
berupa keterkaitan kepada lawan jenis adalah sesuatau yang wajar
dan normal yang terpenting adalah mengelola dorongan seksual
agar tidak menjerumuskan kita terhadap dosa, termasuk dalam
pacaran. Penyalahgunaan tehnologi sebagai media juga merupakan
faktor yang mempengaruhi munculnya fenomena pacaran. Pacaran
memang tidak asing lagi bagi kaum remaja, padahal pacaran
sendiri lebih banyak dampak negatifnya dibandingkan positifnya,
bagi remaja yang berpacaran dengan menjaga norma dan batasan
yang ditentukan oleh orang tua masing-masing dapat menjadikan
pacaran sebagai motivasi untuk meningkatkan prestasi belajar,
namun sejauh ini umumnya remaja sekarang menggunakan
hubungan pacaran melewati batas-batas dan norma-norma yang
berlaku dimasyarakat. Remaja yang dilanda asmara kebanyakan
tidak berpikir panjang sehingga hubungan pacaran itu menjadi
tidak sehat, oleh karenanya timbul masalah yang sering dijumpai
diantaranya yaitu kekerasan, pencabulan, hamil diluar nikah,
aborsi, perubahan perilaku dan penyimpangan-penyimpangan
lainnya.

Pada dasarnya berpacaran pada saat usia remaja merupakan


hal yang tidak baik untuk dilakukan karena berdasarkan  dari segi
usia dan aspek psikologis seorang remaja belum siap, tetapi apabila
hanya untuk mengenal satu-sama lain dan dalam batas sewajarnya
hal tersebut tidak apa-apa dilakukan terutama untuk meningkatkan
prestasi belajar mereka sendiri. Akan tetapi, sangat amat
pentingnya peran orang tua dan guru agar mereka tidak terjerumus
dalam perilaku-perilaku tidak baik yang ditimbulkan. Dalam
melakukan hubungan pada saat remaja seperti berpacaran,
hendaknya seorang remaja  fokus untuk belajar saja dan meraih
cita-cita. Menyadari begitu besarnya pengaruh eksternal dalam
berpacaran usia remaja pelajar, para orang tua menjalin hubungan
dan kerjasama yang baik dengan guru dan lingkungan sekitar
termasuk dengan para remaja supaya terjadi keterbukaan antara
remaja dan orang tua.

Anda mungkin juga menyukai