mereka yang berumah tangga. Namun, banyak juga wanita yang mengalami hal itu justru dalam masa pacaran. Selain kasus kekerasan yang dialami perempuan. Marak berdar kasus pencabulan yang faktor pemicu utamanya adalah jalinan asmara atau biasa disebut pacaran. Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam tahap pencarian kecocokan menuju berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan. Namun, pada kenyataannya penerapan jalinan asmara atau biasa disebut pacaran masih jauh dari tujuan sebenarnya. Manusia yang belum cukup umur dan masih jauh dari kesiapan memenuhi persyaratan menuju pernikahan telah dengan nyata membiasakan tradisi yang semestinya tidak mereka lakukan. Perbedaan tradisi dalam pacaran sangat dipengaruhi oleh agama dan kebudayaan yang dianut oleh seseorang. Menurut persepsi yang salah, sebuah hubungan dikatakan pacaran ditandai dengan adanya aktivitas-aktivitas seksual atau percumbuan. Tradisi seperti ini di praktikkan oleh orang-orang yang tidak memahami makna dari kehormatan dari diri perempuan, tradisi seperti ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Misalnya, media massa yang menyebarkan kebiasaan yang tidak memuliakan kaum perempuan. Perilaku remaja zaman sekarang berbeda jauh dengan remaja tempo dahulu yang suka malu-malu dan takut dengan norma- norma dan aturan agama. Jangankan diusia remaja, anak yang baru menginjak Sekolah Dasar saja sudah mengerti apaitu pacaran, bahkan banyak dari anak Sekolah Dasar tersebut yang sudah memadu kasih, biarpun masih dalam istilah cinta monyet tetapi tetap saja nantinya mereka akan menjurus pada hal-hal yang tidak diharapkan. Pacaran bagi kalangan remaja adalah hal yang biasa. Bahkan sebaliknya, mereka yang tidak berpacaran justru dianggapp tidak wajar. Pacaran yang meluas dikalangan remaja tidak muncul begitu saja, terdapat sebab yang melatar belakanginya. Kalau dilihat lebih dalam terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya fenomena pacaran dikalangan remaja. Faktor-faktor yang mempengaruhi fenomena berpacaran diantaranya minimnya bekal pemahaman agama karena pengetahuan serta pemahaman agama yng benar menjadi benteng pertahanan yang kuat dari pengaruh nilai-nilai dan perilaku dari dalam diri kita sendiri. Selain itu, gejolak puberitas yang dalm syariat Islam disebut masa baligh atau hulum. Dorongan seksual berupa keterkaitan kepada lawan jenis adalah sesuatau yang wajar dan normal yang terpenting adalah mengelola dorongan seksual agar tidak menjerumuskan kita terhadap dosa, termasuk dalam pacaran. Penyalahgunaan tehnologi sebagai media juga merupakan faktor yang mempengaruhi munculnya fenomena pacaran. Pacaran memang tidak asing lagi bagi kaum remaja, padahal pacaran sendiri lebih banyak dampak negatifnya dibandingkan positifnya, bagi remaja yang berpacaran dengan menjaga norma dan batasan yang ditentukan oleh orang tua masing-masing dapat menjadikan pacaran sebagai motivasi untuk meningkatkan prestasi belajar, namun sejauh ini umumnya remaja sekarang menggunakan hubungan pacaran melewati batas-batas dan norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Remaja yang dilanda asmara kebanyakan tidak berpikir panjang sehingga hubungan pacaran itu menjadi tidak sehat, oleh karenanya timbul masalah yang sering dijumpai diantaranya yaitu kekerasan, pencabulan, hamil diluar nikah, aborsi, perubahan perilaku dan penyimpangan-penyimpangan lainnya.
Pada dasarnya berpacaran pada saat usia remaja merupakan
hal yang tidak baik untuk dilakukan karena berdasarkan dari segi usia dan aspek psikologis seorang remaja belum siap, tetapi apabila hanya untuk mengenal satu-sama lain dan dalam batas sewajarnya hal tersebut tidak apa-apa dilakukan terutama untuk meningkatkan prestasi belajar mereka sendiri. Akan tetapi, sangat amat pentingnya peran orang tua dan guru agar mereka tidak terjerumus dalam perilaku-perilaku tidak baik yang ditimbulkan. Dalam melakukan hubungan pada saat remaja seperti berpacaran, hendaknya seorang remaja fokus untuk belajar saja dan meraih cita-cita. Menyadari begitu besarnya pengaruh eksternal dalam berpacaran usia remaja pelajar, para orang tua menjalin hubungan dan kerjasama yang baik dengan guru dan lingkungan sekitar termasuk dengan para remaja supaya terjadi keterbukaan antara remaja dan orang tua.