Anda di halaman 1dari 6

Remaja & Pacaran

Masa remaja adalah masa yang indah. Sering sekali masa remaja diidentikkan masa remaja dengan
masa pencarian identitas. Satu proses masa yang semua anak manusia sedang dan akan terjadi dalam sebuah
proses tumbuh kembang remaja. Dunia remaja memang unik, sejuta peristiwa terjadi dan sering menciptakan
ide-ide cemerlang dan positif. Namun demikian tidak sedikit juga hal-hal negatif yang terjadi.

Salah satu hal yang menarik dan terjadi dalam dunia remaja adalah trend pacaran yang digemari
sebagian remaja walau tidak sedikit juga orang dewasa gemar melakukannya. Bahkan ada rumor yang
menarik, bahwasannya bila ada remaja yang belum punya pacar berarti belum mempunyai identitas diri yang
lengkap. Memang tidak dapat dipungkiri bila pacaran merupakan fenomena tersendiri dikalangan remaja, serta
menjadi salah satu penumbuh rasa percaya diri untuk beberapa anak remaja.

Kenyataan terjadinya pacaran pada  remaja tak dapat dipungkiri, seperti terjadi di salah satu SMP
Telkom Schools. Dua siswa berseturu karena memiliki  pacar yang sama masing-masin memiliki kelompok
teman yang berusaha menyelesaikan masalah.  Seorang guru yang dianggap bisa memecahkan masalah inipun
didatangi dan diminta saran untuk perbaikan hubungan dua siswi tersebut. Marilah kita baca saran-saran dari
tulisan  Bertha Sinaga ini semoga bisa menyelesaikan masalah dan menambah wawasan.

Pengertian pacaran.

Menurut Guerney dan Arthur (Dacey & Kenney, 1997) pacaran adalah aktifitas sosial yang
membolehkan dua orang yang berbeda jenis kelaminnya untuk terikat dalam interaksi sosial dengan
pasangannya yang tidak ada hubungan keluarga.

Menurut Erickson (dalam Santrock, 2003) pengalaman romantis pada masa remaja dipercaya
memainkan peran yang penting dalam perkembangan identitas dan keakraban. Pacaran pada masa remaja
membantu individu dalam membentuk hubungan romantis selanjutnya dan bahkan pernikahan pada masa
dewasa.

Menurut DeGenova & Rice (2005) pengertian pacaran adalah menjalankan suatu hubungan dimana
dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar dapat saling mengenal satu sama lain.
Menurut Bowman (1978) pacaran adalah kegiatan bersenang-senang antara pria dan wanita yang belum
menikah, dimana hal ini akan menjadi dasar utama yang dapat memberikan pengaruh timbal balik untuk
hubungan selanjutnya sebelum pernikahan di Amerika.

Benokraitis (1996) menambahkan bahwa pacaran adalah proses dimana seseorang bertemu dengan
seseorang lainnya dalam konteks sosial yang bertujuan untuk menjajaki kemungkinan sesuai atau tidaknya
orang tersebut untuk dijadikan pasangan hidup. Menurut Saxton (dalam Bowman, 1978), pacaran adalah suatu
peristiwa yang telah direncanakan dan meliputi berbagai aktivitas bersama antara dua orang (biasanya
dilakukan oleh kaum muda yang belum menikah dan berlainan jenis).

Kyns (1989) menambahkan bahwa pacaran adalah hubungan antara dua orang yang berlawanan jenis
dan mereka memiliki keterikatan emosi, dimana hubungan ini didasarkan karena adanya perasaan-perasaan
tertentu dalam hati masing-masing. Menurut Reiss (dalam Duvall & Miller, 1985) pacaran adalah hubungan
antara pria dan wanita yang diwarnai keintiman. Menurut Papalia, Olds & Feldman (2004), keintiman meliputi
adanya rasa kepemilikan. Adanya keterbukaan untuk mengungkapkan informasi penting mengenai diri pribadi
kepada orang lain (self disclosure) menjadi elemen utama dari keintiman.

Penyebab Pacaran di Usia Remaja


 Globalisasi
Globalisasi pada masa sekarang ini tidak dapat lagi dibendung.  Globalisasi yang paling mempengaruhi para
remaja sekarang adalah globalisasi akibat berkembangnya internet. Dari situlah para remaja mendapat
dorongan untuk mencontoh budaya bangsa barat yang tidak sesuai diterapkan di Indonesia seperti konsumtif,
hedonisme dan gonta-ganti pasangan hidup. Sehingga mendorong para remaja untuk berpacaran di usia remaja.
 Membuktikan diri cukup menarik
Pada saat  ini, para remaja sudah  melewati batas bergaul yang telah di tetapkan oleh orang tua. Mereka sudah
mengenal pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka merupakan salah satu bentuk gensi yang
membanggakan. Selain itu, pacar merupakan sesuatu yang dapat membuktikan bahwa mereka cukup menarik
dan patut untuk mendapat perhatian dari lingkungan sekelilingnya.
 Adanya pengaruh kawan
Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan merupakan salah satu bentuk prestasi tersendiri. Makin banyak
kawan, makin tinggi nilai mereka di mata teman-temannya.

Akan tetapi, jika tidak dapat dikendalikan, pergaulan itu akan menimbulkan kekecawaan. Sebab kawan dari
kalangan tertentu pasti juga mempunyai gaya hidup tertentu pula seperti halnya berpacaran. Apabila si remaja
berusaha mengikuti tetapi tidak sanggup memenuhinya maka remaja tersebut kemunginan besar akan di jauhi
oleh teman-temannya.

Dampak Negatif

a.       Kekerasan fisik

Bentuknya seperti mendorong, memukul, mencekik, dan membunuh. Kejahatan tersebut sangat tertutup karena
pihak korban ataupun pelaku tidak mengakui adanya masalah selama hubungan kencan. Penyebab kekerasan
fisik pada remaja di antaranya kecemburuan, sifat posesif, dan temperamen dari pasangan si anak remaja.
Pelaku, misalnya, mengontrol cara berpakaian si anak. Hal itu sebenarnya adalah bentuk kekerasan, yang
sering kali dilihat oleh si anak sebagai bentuk perhatian.
b.      Kekerasan seksual

Pemerkosaan dalam  pacaran adalah bentuk kekerasan seksual dalam pacaran. Komisi Nasional Antikekerasan
terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Indonesia mengategorikan kekerasan jenis itu sebagai kekerasan
dalam pacaran (KDP). KDP secara seksual terjadi ketika seseorang diserang secara seksual oleh orang lain
yang dikenal dan dipercaya, seperti teman kencan. Kekerasan seksual dapat juga terjadi saat korban mabuk di
suatu pesta, misalnya. Pesta menjadi ajang yang paling mudah bagi pelaku untuk mengincar remaja dengan
lebih dahulu memberikan narkoba, kemudian menjadikannya korban kekerasan seksual.

c.       Cenderung menjadi pribadi yang rapuh

Anak remaja yang mulai pacaran sejak usia dini lebih banyak mengalami sakit kepala, perut dan pinggang.
Mereka juga lebih banyak depresi dibanding rekan seusianya yang belum pernah pacaran. Seseorang, yang
mengenal cinta lebih dini cenderung menjadi pribadi yang rapuh, sakit-sakitan, merasa tidak aman dan mudah
depresi, contohnya remaja, akan memiliki alarm rasa sakit yang lebih tinggi, terutama jika remaja itu menjalin
hubungan yang buruk dengan pasangannya.

d.      Kehamilan dan penularan penyakit menular seksual

Anak yang berpacaran di usia dini mengarah pada kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan hubungan
seksual. Hal itu sangat memungkinkan terjadinya kehamilan dan penularan penyakit menular seksual
(PMS). Menurut The Centers for Disease Control (CDC), kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun)
adalah kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular PMS.

e.       Menurunkan konsentrasi

Hal ini terjadi jika remaja telah  mengakhiri hubungan dengan pacarnya sehingga emosinya menjadi labil,
konsentrasi menjadi buyar karena terus memikirkan pacarnya sehingga remaja tersebut tidak dapat
menyelesaikan tugas-tugas yang di berikan kepadanya dan mengerjakan ulangan dengan baik sehingga dapat
menurunkan prestasi remaja tersebut.

f.       Menguras harta

Akan menguras harta, karena orang yang pacaran akan selalu berkorban untuk pacarnya, bahkan uang yang
seharusnya untuk ditabung bisa habis untuk membelikan hadiah untuk pacarnya.

Dampak Berpacaran Terhadap Prestasi Belajar

Bagi remaja (siswa) pacaran merupakan sesuatu yang sudah biasa dilihat atau juga dilakukan oleh
para remaja (siswa), secara langsung maupun tidak langsung hal tersebut dapat berpengaruh terhadap prestasi
belajar mereka menjadi menurun atau semakin giat belajar, Berpacaran dapat membuat prestasi belajar seorang
siswa menurun antara lain contoh-contoh tersebut adalah sebagai berikut, ketika belajar seorang siswa yang
berpacaran pasti akan terganggu konsentrasinya untuk belajar karena pasanganya selalu mengirim SMS
kepadanya dan siswa tersebut pasti hanya fokus untuk membalas SMS pasangan dan melupakan waktu
belajarnya, kemudian siswa yang berpacaran juga dapat membuat malas untuk masuk sekolah di saat
bertengkar dengan pasangan atau berpisah dengan pasangan karena malas bertemu denganya di sekolah,
mungkin beberapa contoh tadi dapat mewakili dampak negative yang ditimbulkan berpacaran pada saat usia
remaja mesi masih banyak contoh-contoh lainya.

Berpacaran dapat pula membuat prestasi belajar seorang remaja (siswa) meningkat dan semakin giat
belajar antara lain contoh-contoh tersebut adalah sebagai berikut, pada saat seorang siswa yang sedang
berpacaran mereka dapat merasa tidak ingin kalah dari pasanganya dalam hal apapun karena di saat dia kalah
dari pasanganya maka dia akan merasa malu dan ingin melebihi apa yang di raih pasanganya itu terutama
dalam hal pelajaran teradang mereka membuat suatu permainan kecil dimana apabila salah satu seorang
pasangan mendapat nilai yang jelek dari pasanganya maka pasangan yang menang dia dapat meminta apa saja
pada pasanganya tetapi dalam batas kewajaran seperti dibelikan coklat,snack dll. Hal tersebut juga dapat
membuat mereka menjadi giat belajar dan apabila seoarang siswa yang sedang berpacaran maka mereka akan
selalu ingin masuk sekolah setiap hari karena ingin bertemu pasanganya hal ini juga dapat mempengaruhi
absensi siswa dapat juga menjadi dorongan semangat untuk lebih giat belajar.

Dari beberapa hal diatas seorang remaja (siswa) yang berpacaran hendaknya mendapt bimbingan dari
guru terutamanya adalah orang tua sehingga mereka dapat mendapat sisi positif dan terhindar dari sisi negative
yang di timbulkan.

Kiat-Kiat  Menghindari Dampak Negatif Dalam Pacaran Di Usia Remaja

a)      Hati-hati berpacaran

Setelah melalui fase “ketertarikan” maka mulailah pada fase saling mengenal lebih jauh alias berpacaran. Saat
ini adalah saat paling tepat untuk mengenal pribadi dari masing-masing pasangan. Sayangnya, tujuan untuk
mengenal pribadi lebih dekat, sering disertai aktivitas seksual yang berlebihan. Makna pengenalan pribadi
berubah menjadi pelampiasan hawa nafsu dari masing-masing pasangan. Ungkapan kasih sayang tidak
seharusnya diwujudkan dalam bentuk aktivitas seksual. Saling memberi perhatian, merancang cita-cita serta
membuka diri terhadap kekurangan masing-masing merupakan bagian penting dalam masa berpacaran.
Aktivitas fisik seperti saling menyentuh, mengungkapkan perasaan kasih sayang, ciuman kasih sayang adalah
hal tidak terlalu penting, namun sering dianggap sebagai bagian yang indah dari masa berpacaran. Pada batas-
batas tertentu hal ini dapat diterima, namun lebih dari aktivitas tersebut, apalagi pada hal-hal yang menjurus
pada hubungan seksual tidak dapat diterima oleh norma yang kita anut. Karena justru aktivitas seksual akan
mengotori makna dari pacaran itu sendiri.

b)      No Seks

Katakan “tidak pada seks”, jika pasangan menghendaki aktivitas berpacaran melebihi batas. Terutama bagi
remaja putri permintaan seks sebagai “bukti cinta”, jangan dipenuhi, cuma ngapusi ! Karena yang paling rugi
adalah pihak wanita. Ingat, sekali wanita kehilangan kegadisannya, seumur hidup ia akan menderita, karena
norma yang dianut dalam masyarakat kita masih tetap mengagungkan kesucian. Berbeda dengan wanita,
keperjakaan pria tidak pernah bisa dibuktikan, sementara dengan pemeriksaan dokter kandungan dapat
ditentukan apakah seorang gadis masih utuh selaput daranya atau tidak. Kepuasan cuma sesaat , penderitaan
akan selalu menghantui . Ingat !!!

c)      Tingkatkan  Keimanan

Iman, merupakan rambu- rambu yang kuat dalam berpacaran. Justru penilaian kepribadian pasangan dapat
dinilai saat berpacaran. Mereka yang menuntut hal-hal yang melanggar norma-norma yang dianut, tentunya
tidak dapat diharapkan menjadi pasangan yang baik. Untuk itu, “Say Good Bye” sajalah…! Masih banyak pria
dan wanita lain yang mempunyai iman dan moral yang baik yang kelak dapat membantu keluarga bahagia.

d)    Kiat Sadar Diri


1. Niatkan bahwa tujuan berpacaran adalah untuk saling mengenal lebih dekat dan belajar untuk
memahami karakter lawan jenis.
2. Hindari pacaran di tempat yang terlalu sepi atau tempat yang mengandung atau mendukung untuk
aktivitas seksual.
3. Hindari makan dan minuman yang merangsang sebelum/selama pacaran.
4. Hindari bacaan/film porno yang merangsang sebelum/selama pacaran.
5. Jangan dituruti kalau pasangan menuntut aktivitas pacaran yang berlebihan.
Oleh karena itu bahwa gaya pacaran yang sehat merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan agar terhindar dari
hal-hal yang tidak diinginkan. Gaya pacaran yang sehat mencakup berbagai unsur yaitu sebagai berikut:

1.      Sehat Fisik.

Tidak ada kekerasan dalam berpacaran. Dilarang saling memukul, menampar ataupun menendang.

2.      Sehat Emosional.

Hubungan terjalin dengan baik dan nyaman, saling pengertian dan keterbukaan. Harus mengenali emosi diri
sendiri dan emosi orang lain. Harus mampu mengungkapkan dan mengendalikan emosi dengan baik.

3.      Sehat Sosial.

Pacaran tidak mengikat, maksudnya hubungan sosial dengan yang lain harus tetap dijaga agar tidak merasa
asing di lingkungan sendiri. Tidak baik apabila seharian penuh bersama dengan pacar.
4.      Sehat Seksual.

Dalam berpacaran kita harus saling menjaga, yaitu tidak melakukan hal-hal yang beresiko. Jangan sampai
melakukan aktivitas-aktivitas yang beresiko, seperti berciuman hebat (kissing), berpelukan hebat (petting),
meraba-raba bagian sensitif wanita dan apalagi melakukan hubungan seks.    ” SAY NO TO SEKS “

Anda mungkin juga menyukai