Anda di halaman 1dari 20

Sumber:https://www.kompasiana.

com/amp/gjelangr03/6328280508a8b512b9053713/
kegagalan-cinta-di-usia-remaja

DEPRESI SERING TERJADI DI USIA REMAJA


KARENA KEGAGALAN CINTA
GILANG JELANG RAMADHAN
202210230311225
 
ABSTRACT
Usia remaja memang sangat rentan terjadi  hal" yang bisa membuat orang tersebut depresi.
Tujuan saya membuat artikel ini adalah menjelaskan tentang apa aja hal" yang membuat anak
di usia remaja depresi karena hal seperti kegagalan cinta. Dengan metode apa saja yang
sebenarnya harus kita lakukan di usia remaja. Data yang saya ambil dari neliti.com dan
menurut pengalaman saya sendiri
Kesimpulan manfaatkan lah usia remaja ini dengan mengisi kehidupan kita dengan hal" yang
lebih bermanfaat dan di sini saya jelaskan bahwa kegagalan cinta sering terjadi di usia remaja
dan itu membuat kita akan depresi
Kata kunci:  Kegagalan cinta , Depresi , Remaja
Pendahuluan
       Masa remaja adalah suatu masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menjadi
dewasa. Remaja bukan anak-anak lagi akan tetapi remaja belum siap mengamban tugas
sebagai orang dewasa. Dan remaja juga ada hal" yang harus dipenuhi. Hal tersebut awal
timbulnya berbagai masalah pada usia remaja. Masalah social merupakan masalah yang
sering muncul dan menyita perhatian besar bagi remaja. Contoh nyata yang sering terjadi
adalah maraknya perkelahian antar pelajar yang disebabkan karrna masalah sepele. terjadi
nya depresi karena ada konflik dengan pacar,teman,keluarga dan kemudia dia melarikan diri
ke narkoba dan minuman keras serta pergaulan bebas
Metode Penilitian
  Metode penilitian yang digunakan dengan cara adalah jenis analitik yaitu penilitian yang
mencoba menggali bagaimana dan mengapa hal tersebut bias terjadi di usia remaja dengan
melalui                  cross sectional. Dalam penilitian ini saya ambil dari beberapa remaja pada
teman kuliah saya sendiri. Pada penilitian saya lakukan wawancara dengan memberi
beberapa pertanyaan seperti.
1. Apa yang memotivasi anda mempunyai pasangan di usia remaja?.
2.Apakah anda bahagia mempunyai pasangan di usia remaja.
3.Apakah ada situasi dimana anda merasa menyesal?.
4.Apakah anda pernah depresi karena pasangan anda?.
5.Jika pernah apa yang anda lakukan untuk meredakan nya ?
Hasil Penilitian
1.Rata-rata jawaban adalah seseorang mempunyai pasangan di usia remaja adalah karena dia
hanya butuh seseorang yang selalu ada atau hanya sebagai support system dan ada sebagian
orang yang menjawab karena dia ingin menikah di usia muda
2.Sebagian orang menjawab bahagia hanya Cuma di masa PDKT (Pendekatan) waktu mulai
masuk fase pacaran aka nada masa di mana masalah mulai muncul dan kebahagiaan mulai
hilang. Dan ada juga yang menjawab selama menjadi pasangan sampe beberapa taun dia
merasa sangat bahagia karena 2 orang insan cowo dan cewe saling membantu atau saling
percaya pada keduanya
3.Kebanyakan pasangan di usia remaja pernah merasa menyesal selama dia menjalin sebuah
hubungan karena ada beberapa alasan seperti. Seseorang di khianati oleh pasangan nya ,
merasa tidak di cintai , dan bergabagai masalah. Dan menyesal sering kali muncul di akhir
dan tidak ingin melakukannya lagi. Tapi faktanya dia masih penaran dengan yang Namanya
PACARAN yang membuat dia mempunyai pasangan lagi
4.Nah untuk pertanyaan ini banyak cewe merasa depresi karena gagal dalam percintaan atau
karena di khianati oleh seorang cowo. Dan juga dari beberapa teman yang saya wawancarai
kebanyakan cewe yang merasa depresi karena kegagalan cinta
5.Untuk meredakannya ternyata cukup banyak di kalangan wanita yaitu. Memotong rambut
nya menjadi pendek, menaikan berat badan, dan yang paling parah ada yang pernah
melakukan self harm atau menyakiti diri sendiri
 
Pembahasan
     Dapat di lihat sangat banyak remaja di zaman sekarang yang mempunyai pasangan dan
ada yang bahagia dan ada juga yang berakhir menyesal tetapi yang mau saya bahas adalah
sebagai generasi muda untuk negara kita harus mempunyai pikiran yang lebih positif bukan
berarti mempunyai pasangan itu dilarang tapi di batasi. Dan pasti ada beberapa orang tua
yang melarang anak nya untuk mempunyai pasangan di usia remaja. Karena dibatasi nya
seseorang mempunyai pasangan di usia remaja adalah karena sangat rentan terjadinya
kegagalan cinta dan menyebabkan depresi yang membuat dia menjadi stress dan menyia-nyia
kan hidupnya
Kesimpulan
   Kesimpulannya adalah mempunyai pasangan di usia muda sangat rentan terjadi kegagalan
cinta dan menyebabkan depresi karena belum waktunya kita di usia remaja mempunyai
pasangan dan pikiran kita masih labil untuk mempunyai pasangan. Manfaat kan lah waktu
kita dengan mengisi berbagai kegiatan yang bermanfaat untuk hidup kita dan orang lain
Daftar Pustaka
Sarwono,WS. 2012. Psikologi Remaja. Jakarta : Rajafindo Persada.
Di akses lewat ( https://www.rajagrafindo.co.id/produk/psikologi-remaja/ )
Sri M, Agus AA. 2016. Hubungan Kegagalan Cinta Dengan Terjadinya Kejadian Depresi
Pada Remaja
Di akses lewat ( https://www.neliti.com/id/publications/56481/hubungan-kegagalan-
cinta-dengan-terjadinya-kejadian-depresi-pada-remaja-suatu-st )
Sumber : https://telkomschools.sch.id/pengaruh-pacaran-pada-remaja/
PENGARUH PACARAN PADA REMAJA
Remaja & Pacaran
Masa remaja adalah masa yang indah. Sering sekali masa remaja diidentikkan masa remaja
dengan masa pencarian identitas. Satu proses masa yang semua anak manusia sedang dan
akan terjadi dalam sebuah proses tumbuh kembang remaja. Dunia remaja memang unik,
sejuta peristiwa terjadi dan sering menciptakan ide-ide cemerlang dan positif. Namun
demikian tidak sedikit juga hal-hal negatif yang terjadi.
Salah satu hal yang menarik dan terjadi dalam dunia remaja adalah trend pacaran yang
digemari sebagian remaja walau tidak sedikit juga orang dewasa gemar melakukannya.
Bahkan ada rumor yang menarik, bahwasannya bila ada remaja yang belum punya pacar
berarti belum mempunyai identitas diri yang lengkap. Memang tidak dapat dipungkiri bila
pacaran merupakan fenomena tersendiri dikalangan remaja, serta menjadi salah satu
penumbuh rasa percaya diri untuk beberapa anak remaja.
Kenyataan terjadinya pacaran pada  remaja tak dapat dipungkiri, seperti terjadi di salah satu
SMP Telkom Schools. Dua siswa berseturu karena memiliki  pacar yang sama masing-masin
memiliki kelompok teman yang berusaha menyelesaikan masalah.  Seorang guru yang
dianggap bisa memecahkan masalah inipun didatangi dan diminta saran untuk perbaikan
hubungan dua siswi tersebut. Marilah kita baca saran-saran dari tulisan  Bertha Sinaga ini
semoga bisa menyelesaikan masalah dan menambah wawasan.
Pengertian pacaran.
Menurut Guerney dan Arthur (Dacey & Kenney, 1997) pacaran adalah aktifitas sosial yang
membolehkan dua orang yang berbeda jenis kelaminnya untuk terikat dalam interaksi sosial
dengan pasangannya yang tidak ada hubungan keluarga.
Menurut Erickson (dalam Santrock, 2003) pengalaman romantis pada masa remaja dipercaya
memainkan peran yang penting dalam perkembangan identitas dan keakraban. Pacaran pada
masa remaja membantu individu dalam membentuk hubungan romantis selanjutnya dan
bahkan pernikahan pada masa dewasa.
Menurut DeGenova & Rice (2005) pengertian pacaran adalah menjalankan suatu hubungan
dimana dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar dapat saling
mengenal satu sama lain. Menurut Bowman (1978) pacaran adalah kegiatan bersenang-
senang antara pria dan wanita yang belum menikah, dimana hal ini akan menjadi dasar utama
yang dapat memberikan pengaruh timbal balik untuk hubungan selanjutnya sebelum
pernikahan di Amerika.
Benokraitis (1996) menambahkan bahwa pacaran adalah proses dimana seseorang bertemu
dengan seseorang lainnya dalam konteks sosial yang bertujuan untuk menjajaki kemungkinan
sesuai atau tidaknya orang tersebut untuk dijadikan pasangan hidup. Menurut Saxton (dalam
Bowman, 1978), pacaran adalah suatu peristiwa yang telah direncanakan dan meliputi
berbagai aktivitas bersama antara dua orang (biasanya dilakukan oleh kaum muda yang
belum menikah dan berlainan jenis).
Kyns (1989) menambahkan bahwa pacaran adalah hubungan antara dua orang yang
berlawanan jenis dan mereka memiliki keterikatan emosi, dimana hubungan ini didasarkan
karena adanya perasaan-perasaan tertentu dalam hati masing-masing. Menurut Reiss (dalam
Duvall & Miller, 1985) pacaran adalah hubungan antara pria dan wanita yang diwarnai
keintiman. Menurut Papalia, Olds & Feldman (2004), keintiman meliputi adanya rasa
kepemilikan. Adanya keterbukaan untuk mengungkapkan informasi penting mengenai diri
pribadi kepada orang lain (self disclosure) menjadi elemen utama dari keintiman.
Pengertian Remaja
Menurut Zakiah Darajat (1982 : 28) remaja adalah umur yang menjembatani antara umur
anak-anak dan umur dewasa. Pada usia ini terjadi perubahan-perubahan cepat pada jasmani,
emosi, sosial, akhlak dan kecerdasan. Sedangkan menurut Y. Singgih D. Gunarso (1998 : 8)
bahwa masa remaja adalah permulaannya ditandai oleh perubahan-perubahan fisik yang
mendahului kematangan seksual.
Sofyan Willis (1986 : 23) mengemukakan bahwa usia remaja berkisar antara usia 13 sampai
21 tahun, dengan pembagian pubertas antara 13 sampai 15 tahun dan fase pubertas antara 16
sampai 19 tahun. Menurut Moh. Surya (1990 : 90) bahwa masa adolesen berawal dari 13
sampai 15 tahun untuk perempuan, 15 sampai 17 tahun untuk laki-laki sedangkan masa
adolesen yang sebenarnya antara 15 sampai usia 18 tahun untuk perempuan, 17 sampai 19
tahun untuk laki-laki.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian pacaran
adalah adanya keterikatan emosi antara pria dan wanita yang belum menikah dengan tujuan
untuk saling mengenal dan melihat kesesuaian antara satu sama lain sebagai pertimbangan
sebelum menikah.
Sedangkan pengertian remaja adalah masa peralihan individu dari usia anak-anak dengan usia
dewasa dimana rata-rata usianya antara 13 sampai 19 tahun. Dalam hal ini remaja pelajar
yang dimaksud penulis adalah remaja yang menjalani pendidikan lebih spesifiknya sedang
duduk dibangku SMP dan SMA
 
Penyebab Pacaran di Usia Remaja
 Globalisasi
Globalisasi pada masa sekarang ini tidak dapat lagi dibendung.  Globalisasi yang paling
mempengaruhi para remaja sekarang adalah globalisasi akibat berkembangnya internet. Dari
situlah para remaja mendapat dorongan untuk mencontoh budaya bangsa barat yang tidak
sesuai diterapkan di Indonesia seperti konsumtif, hedonisme dan gonta-ganti pasangan hidup.
Sehingga mendorong para remaja untuk berpacaran di usia remaja.
 Membuktikan diri cukup menarik
Pada saat  ini, para remaja sudah  melewati batas bergaul yang telah di tetapkan oleh orang
tua. Mereka sudah mengenal pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka merupakan
salah satu bentuk gensi yang membanggakan. Selain itu, pacar merupakan sesuatu yang dapat
membuktikan bahwa mereka cukup menarik dan patut untuk mendapat perhatian dari
lingkungan sekelilingnya.
 Adanya pengaruh kawan
Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan merupakan salah satu bentuk prestasi tersendiri.
Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di mata teman-temannya.
Akan tetapi, jika tidak dapat dikendalikan, pergaulan itu akan menimbulkan kekecawaan.
Sebab kawan dari kalangan tertentu pasti juga mempunyai gaya hidup tertentu pula seperti
halnya berpacaran. Apabila si remaja berusaha mengikuti tetapi tidak sanggup memenuhinya
maka remaja tersebut kemunginan besar akan di jauhi oleh teman-temannya.
 
Dampak Pacaran Di Usia Remaja
1.      Dampak Positif
a.       Belajar bersosialisasi
Dengan berpacaran kita akan mampu bersosialisasi dengan pasangan kita, sehingga kita
mampu mengetahui karakteristik seseorang dan membuat kita tidak canggung dalam
bersosialisasi dengan orang asing yang baru kita jumpai. Karena kita telah belajar
bersosialisasi dengan pasangan kita.
b.      Mempelajari karakteristik berbagai macam orang
Namun, kalau  kita perhatikan apa yang dapat remaja lakukan ketika dia mendapati bahwa
pasangannya itu tidak cocok dengannya? Kata yang keluar adalah ‘putus’! Bukannya
mencoba untuk bisa mengerti satu sama lain, para remaja hanya mempelajari untuk bercerai.
Bagaimana tidak? Karena faktor usia yang dibawakan dalam diri hanya emosi sesaat.
Jika dikatakan alangkah lebih menyenangkan untuk mempelajari diri sendiri dulu,
membenahi diri, dan berupaya untuk bisa beradaptasi dengan banyak orang. Ketimbang
mengikatkan diri dengan satu orang yang kadang kala membuat sakit hati, lebih baik seorang
remaja mencoba untuk berbaur dengan yang lainnya. Di situ dia bisa ‘mempelajari
karakteristik orang lain’. Dan, dia juga sedang mempelajari dirinya sendiri tentunya.
Setelah dia bisa mengendalikan emosinya,  merupakan saat yang tepat untuk berpacaran
tentunya dia sudah berani berkomitmen. Jadi, berpacaran bukan hanya untuk having fun.
Tidaklah pantas menurut penulis jika seseorang mempermainkan perasaan orang lain.
Lagipula, masa remaja yang penuh gejolak ini akan sangat memberikan keragu-raguan dalam
hal berpacaran. Maka dari itu, beberapa orang tua melarang anaknya untuk berpacaran (walau
ada juga yang tidak).
 
2.      Dampak Negatif
a.       Kekerasan fisik
Bentuknya seperti mendorong, memukul, mencekik, dan membunuh. Kejahatan tersebut
sangat tertutup karena pihak korban ataupun pelaku tidak mengakui adanya masalah selama
hubungan kencan. Penyebab kekerasan fisik pada remaja di antaranya kecemburuan, sifat
posesif, dan temperamen dari pasangan si anak remaja. Pelaku, misalnya, mengontrol cara
berpakaian si anak. Hal itu sebenarnya adalah bentuk kekerasan, yang sering kali dilihat oleh
si anak sebagai bentuk perhatian.
b.      Kekerasan seksual
Pemerkosaan dalam  pacaran adalah bentuk kekerasan seksual dalam pacaran. Komisi
Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Indonesia
mengategorikan kekerasan jenis itu sebagai kekerasan dalam pacaran (KDP). KDP secara
seksual terjadi ketika seseorang diserang secara seksual oleh orang lain yang dikenal dan
dipercaya, seperti teman kencan. Kekerasan seksual dapat juga terjadi saat korban mabuk di
suatu pesta, misalnya. Pesta menjadi ajang yang paling mudah bagi pelaku untuk mengincar
remaja dengan lebih dahulu memberikan narkoba, kemudian menjadikannya korban
kekerasan seksual.
c.       Cenderung menjadi pribadi yang rapuh
Anak remaja yang mulai pacaran sejak usia dini lebih banyak mengalami sakit kepala, perut
dan pinggang. Mereka juga lebih banyak depresi dibanding rekan seusianya yang belum
pernah pacaran. Seseorang, yang mengenal cinta lebih dini cenderung menjadi pribadi yang
rapuh, sakit-sakitan, merasa tidak aman dan mudah depresi, contohnya remaja, akan memiliki
alarm rasa sakit yang lebih tinggi, terutama jika remaja itu menjalin hubungan yang buruk
dengan pasangannya.
d.      Kehamilan dan penularan penyakit menular seksual
Anak yang berpacaran di usia dini mengarah pada kemungkinan yang lebih besar untuk
melakukan hubungan seksual. Hal itu sangat memungkinkan terjadinya kehamilan dan
penularan penyakit menular seksual (PMS). Menurut The Centers for Disease Control
(CDC), kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang
memiliki risiko paling tinggi untuk tertular PMS.
e.       Menurunkan konsentrasi
Hal ini terjadi jika remaja telah  mengakhiri hubungan dengan pacarnya sehingga emosinya
menjadi labil, konsentrasi menjadi buyar karena terus memikirkan pacarnya sehingga remaja
tersebut tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang di berikan kepadanya dan mengerjakan
ulangan dengan baik sehingga dapat menurunkan prestasi remaja tersebut.
f.       Menguras harta
Akan menguras harta, karena orang yang pacaran akan selalu berkorban untuk pacarnya,
bahkan uang yang seharusnya untuk ditabung bisa habis untuk membelikan hadiah untuk
pacarnya.
 
Dampak Berpacaran Terhadap Prestasi Belajar
Bagi remaja (siswa) pacaran merupakan sesuatu yang sudah biasa dilihat atau juga dilakukan
oleh para remaja (siswa), secara langsung maupun tidak langsung hal tersebut dapat
berpengaruh terhadap prestasi belajar mereka menjadi menurun atau semakin giat belajar,
Berpacaran dapat membuat prestasi belajar seorang siswa menurun antara lain contoh-contoh
tersebut adalah sebagai berikut, ketika belajar seorang siswa yang berpacaran pasti akan
terganggu konsentrasinya untuk belajar karena pasanganya selalu mengirim SMS kepadanya
dan siswa tersebut pasti hanya fokus untuk membalas SMS pasangan dan melupakan waktu
belajarnya, kemudian siswa yang berpacaran juga dapat membuat malas untuk masuk sekolah
di saat bertengkar dengan pasangan atau berpisah dengan pasangan karena malas bertemu
denganya di sekolah, mungkin beberapa contoh tadi dapat mewakili dampak negative yang
ditimbulkan berpacaran pada saat usia remaja mesi masih banyak contoh-contoh lainya.
Berpacaran dapat pula membuat prestasi belajar seorang remaja (siswa) meningkat dan
semakin giat belajar antara lain contoh-contoh tersebut adalah sebagai berikut, pada saat
seorang siswa yang sedang berpacaran mereka dapat merasa tidak ingin kalah dari
pasanganya dalam hal apapun karena di saat dia kalah dari pasanganya maka dia akan merasa
malu dan ingin melebihi apa yang di raih pasanganya itu terutama dalam hal pelajaran
teradang mereka membuat suatu permainan kecil dimana apabila salah satu seorang pasangan
mendapat nilai yang jelek dari pasanganya maka pasangan yang menang dia dapat meminta
apa saja pada pasanganya tetapi dalam batas kewajaran seperti dibelikan coklat,snack dll. Hal
tersebut juga dapat membuat mereka menjadi giat belajar dan apabila seoarang siswa yang
sedang berpacaran maka mereka akan selalu ingin masuk sekolah setiap hari karena ingin
bertemu pasanganya hal ini juga dapat mempengaruhi absensi siswa dapat juga menjadi
dorongan semangat untuk lebih giat belajar.
Dari beberapa hal diatas seorang remaja (siswa) yang berpacaran hendaknya mendapt
bimbingan dari guru terutamanya adalah orang tua sehingga mereka dapat mendapat sisi
positif dan terhindar dari sisi negative yang di timbulkan.
 
Kiat-Kiat  Menghindari Dampak Negatif Dalam Pacaran Di Usia Remaja
a)      Hati-hati berpacaran
Setelah melalui fase “ketertarikan” maka mulailah pada fase saling mengenal lebih jauh alias
berpacaran. Saat ini adalah saat paling tepat untuk mengenal pribadi dari masing-masing
pasangan. Sayangnya, tujuan untuk mengenal pribadi lebih dekat, sering disertai aktivitas
seksual yang berlebihan. Makna pengenalan pribadi berubah menjadi pelampiasan hawa
nafsu dari masing-masing pasangan. Ungkapan kasih sayang tidak seharusnya diwujudkan
dalam bentuk aktivitas seksual. Saling memberi perhatian, merancang cita-cita serta
membuka diri terhadap kekurangan masing-masing merupakan bagian penting dalam masa
berpacaran. Aktivitas fisik seperti saling menyentuh, mengungkapkan perasaan kasih sayang,
ciuman kasih sayang adalah hal tidak terlalu penting, namun sering dianggap sebagai bagian
yang indah dari masa berpacaran. Pada batas-batas tertentu hal ini dapat diterima, namun
lebih dari aktivitas tersebut, apalagi pada hal-hal yang menjurus pada hubungan seksual tidak
dapat diterima oleh norma yang kita anut. Karena justru aktivitas seksual akan mengotori
makna dari pacaran itu sendiri.
b)      No Seks
Katakan “tidak pada seks”, jika pasangan menghendaki aktivitas berpacaran melebihi batas.
Terutama bagi remaja putri permintaan seks sebagai “bukti cinta”, jangan dipenuhi, cuma
ngapusi ! Karena yang paling rugi adalah pihak wanita. Ingat, sekali wanita kehilangan
kegadisannya, seumur hidup ia akan menderita, karena norma yang dianut dalam masyarakat
kita masih tetap mengagungkan kesucian. Berbeda dengan wanita, keperjakaan pria tidak
pernah bisa dibuktikan, sementara dengan pemeriksaan dokter kandungan dapat ditentukan
apakah seorang gadis masih utuh selaput daranya atau tidak. Kepuasan cuma sesaat ,
penderitaan akan selalu menghantui . Ingat !!!
c)      Tingkatkan  Keimanan
Iman, merupakan rambu- rambu yang kuat dalam berpacaran. Justru penilaian kepribadian
pasangan dapat dinilai saat berpacaran. Mereka yang menuntut hal-hal yang melanggar
norma-norma yang dianut, tentunya tidak dapat diharapkan menjadi pasangan yang baik.
Untuk itu, “Say Good Bye” sajalah…! Masih banyak pria dan wanita lain yang mempunyai
iman dan moral yang baik yang kelak dapat membantu keluarga bahagia.
d)    Kiat Sadar Diri
1. Niatkan bahwa tujuan berpacaran adalah untuk saling mengenal lebih dekat dan
belajar untuk memahami karakter lawan jenis.
2. Hindari pacaran di tempat yang terlalu sepi atau tempat yang mengandung atau
mendukung untuk aktivitas seksual.
3. Hindari makan dan minuman yang merangsang sebelum/selama pacaran.
4. Hindari bacaan/film porno yang merangsang sebelum/selama pacaran.
5. Jangan dituruti kalau pasangan menuntut aktivitas pacaran yang berlebihan.
Oleh karena itu bahwa gaya pacaran yang sehat merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan
agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Gaya pacaran yang sehat mencakup
berbagai unsur yaitu sebagai berikut:
1.      Sehat Fisik.
Tidak ada kekerasan dalam berpacaran. Dilarang saling memukul, menampar ataupun
menendang.
2.      Sehat Emosional.
Hubungan terjalin dengan baik dan nyaman, saling pengertian dan keterbukaan. Harus
mengenali emosi diri sendiri dan emosi orang lain. Harus mampu mengungkapkan dan
mengendalikan emosi dengan baik.
3.      Sehat Sosial.
Pacaran tidak mengikat, maksudnya hubungan sosial dengan yang lain harus tetap dijaga agar
tidak merasa asing di lingkungan sendiri. Tidak baik apabila seharian penuh bersama dengan
pacar.
4.      Sehat Seksual.
Dalam berpacaran kita harus saling menjaga, yaitu tidak melakukan hal-hal yang beresiko.
Jangan sampai melakukan aktivitas-aktivitas yang beresiko, seperti berciuman hebat
(kissing), berpelukan hebat (petting), meraba-raba bagian sensitif wanita dan apalagi
melakukan hubungan seks.    ” SAY NO TO SEKS “
 
Pembimbingan Remaja yang Berpacaran
Dilihat dari segi usianya seorang remaja (siswa) yang berpacaran suka atau tidak suka harus
ada pendampingan yang intensif.  Pendampingan ini diharapkan bisa meminimalis hal-hal
yang berdampak negatif. Karena bagaimana pun sebagai remaja yang masih labil peran orang
dewasa atau peran orang yang lebih tua bisa memonitoring  para remaja khususnya yang
masih duduk dibangku SMP dan SMA supaya mereka tetap berjalan pada jalan yang
benar.Oleh karena itu peranan orang tua dan guru sangat di perlukan untuk membimbing para
remaja agar terhindar dari perilaku-perilaku negative yang ditimbulkan oleh karena
berpacaran.
Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk membimbing anak-anaknya adalah
memantau dan slalu mengawasi kegiatan mereka apakah mereka dapat menepatkan waktu
yang tepat atau tidak seperti saat belajar maka harus belajar dll. Hal itu dapat membuat
mereka tidak melupakan kegiatan belajarnya karena terlalu memikirkan hubunganya, selain
itu orang tua juga dapat mengajarkan hal-hal apa yang di larang oleh agama kepada seseorang
yang bukan muhrimnya sehingga prilaku negative dapat dihindarkan akibat berpacaran.
Guru adalah salah satu yang sangat berperan dalam prestasi belajar disekolah bagi seorang
siswa dimana guru merupakan orang tua setelah di sekolah selain di rumah ada ayah dan
ibu,peran guru dalam membimbing siswa yang berpacaran agar tidak menurun prestasi
belajarnya adalah dengan cara selalu memberi nasihat semangat dan dorongan kepada siswa
dan tak lupa mengajarakan bagaimana berpacaran yang baik dan tidak melupakan kewajiban
belajaranya selain hal tersebut seorang guru dapat pula mengajarkan mana hal yang baik dan
buruk terutama pada guru agama sehingga mereka dapat mengerti dan menghindari perilaku
yang tidak baik pada saat berpacaran.
 
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pada dasarnya berpacaran saat remaja merupakan hal yang tidak baik karena berdasarkan
usia dan aspek psikologis seorang remaja belum siap, tetapi apabila hanya untuk mengenal
satu-sama lain dan dalam batas sewajarnya hal tersebut tidak apa-apa dilakukan terutama
untuk meningkatkan prestasi belajar mereka sendiri akan tetapi peran orang tua dan guru
sangat penting agar mereka tidak terjerumus dalam perilaku-perilaku tidak baik yang
ditimbulkan.
B.     Saran
Dalam melakukan hubungan pada saat remaja seperti berpacaran, hendaknya seorang remaja 
fokus untuk belajar saja dan meraih cita-cita. Menyadari besarnya pengaruh eksternal dalam
berpacaran usia remaja pelajar, para orang tua menjalin hubungan dan kerjasama yang baik
dengan guru dan lingkungan sekitar termasuk dengan para remaja supaya terjadi keterbukaan
antara remaja dan orang tua. (sumber : https://indonesiana.tempo.co/read)
 
Tulisan berikut tersebut saya ambil (dengan sedikit editing) 
dari https://indonesiana.tempo.co/read/ sebagai referensi bagi murid dan guru dalam
menanggapi masalah pacaran.  Semoga bermanfaat.
Sumber : https://www.artikelmateri.com/2015/12/kenakalan-remaja-
pengertian-adalah-contoh-penyebab.html?m=1
PERGAULAN BEBAS DI KALANGAN PELAJAR
1. PENDAHULUAN
Pergaulan bebas identik dengan pergaulan remaja yang menyimpang dan biasanya mengarah
kepada perbuatan seks. Di zaman yang semakin berkembang maka semakin beragam pula
tingkah laku serta masalah sosial yang terjadi di masyarakat, terutama masalah kenakalan
remaja. Sekarang ini, perkembangan teknologi telah  banyak  memberi  pengaruh  buruk 
bagi  remaja  sehingga   menyebabkan terjadinya kenakalan remaja. Masa remaja merupakan
masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan
mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan
masalah-maslah (Hurlock, dalam Roy, 2011).
Remaja yang disebabkan orang tuanya yang terlalu kejam, tidak dapat menyesuaikan  
didikan   dengan   keperluan   anak   untuk   berautonomi,   ataupun sebaliknya menyebabkan
orang tua tersebut tidak peduli untuk memantau perkembangan sosial anak tersebut (Dishion,
Patterson, Stoolmiller, Skinner (1991) Fuligni dan Eccles (1993). Pelajar seperti ini
berpotensi untuk mencari teman sebaya yang mempunyai  masalah  yang kemudian  menjadi
faktor penarik  untuk terlibat dalam gejala sosial. Sedangkan Pelajar yang merasakan diri
mereka dilamun cinta mereka tidak dapat mengendalikan persahabatan yang sehat,
sebaliknya terlalu obsesif, ataupun terlalu mengikut perintah teman sebaya ataupun orang
tersayang sehingga akan terjalin pergaulan bebas (Rubiah, 2001). Kegagalan menangani
hubungan menjadikan remaja dan individu awal dewasa terjebak dalam gejala sosial seperti
perzinahan, kehamilan di luar nikah, kelahiran anak luar nikah, pengguguran bayi, dan
sebagainya. Selain itu, ketidakmampuan mengontrol kisah cinta dengan baik mengakibatkan
kebanyakan pelajar gagal dalam kegiatan belajar mereka.
Pada sebuah penelian nasional (survei nasional mengenai tingkah laku beresiko pada
remaja/national youth risk behavior survey), 54% remaja yang duduk di kelas 3 SMP sampai
3 SMU mengatakan bahwa mereka telah melakukan hubungan seksual. Penelitian lain
menunjukan bahwa remaja laki-laki lebih cenderung mengatakan telah melakukan hubungan
seks dan aktif secara seksual dari pada remaja perempuan. (Hayes dalam Santrock, 2003).
Permasalahan pergaulan bebas ini sudah merajalela di kalangan pelajar dengan alasan ingin
mendapatkan pengakuan gaul dan demi mencari kesenangan semata, Anak remaja zaman
dulu sangat menjunjung tinggi rasa malu dan menjaga perilaku  agar tidak menjadi bahan
gunjingan. Namun, kini hal yang dianggap tabu ini seolah menjadi hal yang biasa untuk
dipertontonkan, misalnya fenomena berpacaran dikalangan pelajar dipandang bukan hal yang
asing lagi untuk dibicarakan.Di banyak tempat, kita bias menemui  fenomena berpacaran,
berpelukan, berpegangan, berdua-duaan, merokok, minuman keras . Dahulu orang yang
berdua-duaan dianggap sebagai orang yang tidak memiliki rasa malu, apa lagi sampai
berpelukan dan berciuman. Hal tersebut sangat ditentang oleh masyarakat dan langsung
terkena hukum adat dengan cara dinikahkan atau membayar uang adat/ denda.
Berdasarkan pernyataan di atas, memberikan asumsi bahwa pergaulan bebas perlu 
penanganan  yang  serius  karena  hal  ini merupakan hal yang sangat penting demi masa
depan pelajar yag lebih baik. Perilaku menyimpang yang terjadi hanya akan membawa
banyak dampak buruk jika tidak ditangani karena akan semakin banyak masalah yang timbul
dari adanya pergaulan bebas di kalangan pelajar. Mengingat pelajar merupakan agen
pembaharu maka pelajar perlu mendapatkan edukasi tentang masalah pergaulan bebas yang
bertujuan agar tidak terjadi penyimpangan. Melihat fenomena yang telah dipaparkan di atas
maka ada dua hal yang menjadi permasalahan yaitu penyebab munculnya pergaulan bebas di
kalangan pelajar serta dampak pergaualan  bebas  di kalangan  perlajar.
 RUMUSAN MASALAH
Melihat fenomena yang telah dipaparkan di atas maka ada dua hal yang menjadi
permasalahan sebagai berikut :
1. Apa yang meyebabkan munculnya pergaulan bebas di kalangan pelajar ?.
2. Bagaiamana  Dampak pergaualan  bebas  di kalangan  perlajar ?
 LANDASAN TEORI
 Definisi Pergaulan Bebas
Pengertian pergaulan bebas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) terbagi menjadi
2 kata yaitu pergaulan dan bebas, pergaulan berarti kehidupan bergaul dan bebas berarti tidak
terikat atau terbatas oleh aturan. Selanjutnya pergaulan bebas berarti pergaulan yang luas
antara pemuda dan pemudi. Tidak terlalu menekankan pengelompokan yang kompak antara
dua orang saja, akan tetapi antara banyak muda-mudi, menurut Gunarsa dan Gunarsa (2004,
hal. 50).
Pergaulan bebas adalah salah satu kebutuhan hidup dari makhluk manusia sebab manusia
adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain, dan hubungan
antar manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan juga
adalah HAM setiap individu dan itu harus dibebaskan, sehingga setiap manusia tidak boleh
dibatasi dalam pergaulan, apalagi dengan melakukan diskriminasi, sebab hal itu melanggar
HAM. Jadi pergaulan antar manusia harusnya bebas, tetapi tetap mematuhi norma hukum,
norma agama, norma budaya, serta norma bermasyarakat.
Pergaulan merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan individu, dapat
juga oleh individu dengan kelompok. Seperti yang dikemukakan oleh Aristoteles bahwa
manusia sebagai makhluk sosial (zoon-politicon), yang artinya manusia sebagai makhluk
sosial yang tak lepas dari kebersamaan dengan manusia lain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pergaulan bebas adalah proses interaksi yang dilakukan
individu dengan individu, kelompok dengan kelompok ataupun individu dengan kelompok
yang bergaul bebas tanpa adanya batasan tetapi tetap menaati peraturan dan norma yang ada.
 Definisi Pelajar
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, pengertian murid berarti anak (orang yang sedang berguru/belajar,
bersekolah). Sedangkan menurut Sinolungan (dalam Riska, dkk., 2013), peserta
didik dalam arti luas adalah setiap orang yang terkait dengan proses pendidikan
sepanjang hayat, sedangkan dalam arti sempit adalah setiap siswa yang belajar
di sekolah.
Menurut Hamalik (2001) siswa atau murid adalah salah satu komponen
dalam pengajaran, disamping faktor guru, tujuan dan metode pengajaran.
Sebagai salah satu komponen maka dapat dikatakan bahwa murid adalah
komponen yang terpenting diantara komponen lainnya. Murid atau anak didik
menurut Djamarah (2011) adalah subjek utama dalam pendidikan setiap saat.
Sedangkan menurut Daradjat (dalam Djamarah, 2011) murid atau anak adalah
pribadi yang “unik” yang mempunyai potensi dan mengalami berkembang.
Dalam proses berkembang itu anak atau murid membutuhkan bantuan yang
sifat dan coraknya tidak ditentukan oleh guru tetapi oleh anak itu sendiri, dalam
suatu kehidupan bersama dengan individu-individu yang lain.
Berdasarkan uraian diatas, murid atau anak didik adalah salah satu komponen manusiswi
yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar yang ingin meraih cita-cita,
memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal.
 Macam-macam Pergaulan Bebas Di Kalangan Remaja
 Seks bebas
Dengan terus berkembangnya teknologi, maka informasi yang salah tentang seksual mudah
sekali didapatkan oleh para remaja, sehingga media massa dan segala hal yang bersifat
pornografis akan menguasai pikiran remaja yang kurang kuat dalam menahan pikiran
emosinya, karena mereka belum boleh melakukan hubungan seks yang sebenarnya yang
disebabkan adanya norma-norma, adat, hukum dan juga agama (Soetjiningsih, 2004, pp. 139-
140).
Apabila anak remaja sering dihadapkan pada hal-hal pornografi baik berupa gambar, tulisan,
atau melihat aurat, kemungkinan besar dorongan untuk berhubungan secara bebas sangat
tinggi, bisa lari ketempat pelacuran atau melakukan dengan teman sendiri. Hal-hal yang
merugikan dari perilaku terhadap seks bebas tidak akan terjadi, apabila individu memiliki
kesadaran dan tanggung jawab yang kuat.
Ada beberapa faktor yang dianggap menimbulkan perilaku seksual pada remaja, diantaranya
perubahan hormon pada masa pubertas yang dapat meningkatkan hasrat seksual remaja,
penyebaran informasi yang salah misalnya dari buku-buku dan film porno, penundaan usia
kawin karena norma-norma yang berlaku bahwa tidak boleh melakukan hubungan seksual
sebelum menikah, serta kurangnya pengetahuan yang didapat dari orang tua dikarenakan
orang tua menganggap hal tersebut tabu untuk dibicarakan (Sarwono, 2011, pp. 187-188).
Pergaulan bebas sering kali mewarnai kehidupan anak muda dewasa ini, oleh sebab itu tidak
heran jika masa depan generasi muda terus merosot jauh,karena pengaruh dari pergaulan
bebas. Sehingga jalan terakhir untuk seks bebas adalah aborsi dengan tujuan untuk
menghilangkan jejak. Aborsi atau abortus berarti penguguran kandungan atau membuang
janin dengan sengaja sebelum waktunya, (sebelum dapat lahir secara alamiah).
2.      Narkoba
Narkoba merupakan obat yang dapat menenangkan saraf, menghilangkan rasa sakit dan
menimbulkan rasa mengantuk. Tetapi jika dipakai terus menerus dan dalam jumlah yang
banyak akan menimbulkan dampak yang tidak baik untuk kesehatan serta kecanduan. Dalam
dunia kedokteran zat adiktif ini sangat diperlukan tetapi dalam jumlah atau kadar yang sedikit
yang digunakan untuk mengurangi rasa sakit sebelum dan setelah melakukan pembedahan.
Dewasa ini, penggunaan zat adiktif bukan saja dalam dunia kedokteran yang tetapi juga
masyarakat luas. Hal tersebut dilandasi dengan alasan kurangnya pemahaman yang mendasar
tentang bahayanya penggunaan zat adiktif tanpa pengawasan dari pihak medis.
Narkoba memiliki dampak negatif yang sangat besar dibandingkan keuntungannya. Oleh
sebab itu sampai saat ini usaha pemerintah untuk melakukan pencegahan akan penggunaan
narkoba terus ditingkatkan. Penggunaan narkoba memiliki  dampak yang sangat merugikan
sehingga ada slogan yang berbunyi “say no to drugs”.
Demikian pula masalah remaja terhadap penyalahgunaan narkoba semakin memprihatinkan.
Berdasarkan data penderita HIV/AIDS di Bali hingga Pebruari 2005 tercatat 623 orang,
sebagian besar menyerang usia produktif. Penderita tersebut terdiri atas usia 5-14 tahun satu
orang, usia 15-19 tahun 21 orang, usia 20-29 tahun 352 orang, usia 30-39 tahun 185 orang,
usia 40-49 tahun 52 orang dan 50 tahun ke atas satu orang.
 PEMBAHASAN
Faktor terjadinya pergaualan bebas
1.  Pergeseran Budaya
Zaman telah berbeda dan kebudayaan lokal mulai bergeser, tidak ada batasan dalam bergaul.
Remaja memiliki pola tersendiri dalam bergaul. Pergaulan bebas menyebabkan penanaman
nilai-nilai dan norma sosial secara perlahan memudar.  Mereka memiliki pemikiean bahwa
aturan yang sudah dipercayai secara turun-temurun oleh nenek moyang dianggap kolot dan
sudah tidak sesuai lagi dengan zaman sekarang yang serba modern karena mereka
beranggapan kalau kita akan semakin tertinggal jika tidak mengikuti perkembangan zaman.
(Siti Suhaidah, 2018)
2.  Kurangnya Perhatian Orang Tua
Makalah ini memberikan pemaparan tentang pergaulan bebas dimana ayah dan ibu adalah
teladan pertama bagi pembentukan pribadi seseorang. Pemikiran  dan  perilaku  ayah  dan 
ibu  dengan  sendirinya  memiliki pengaruh yang sangat dalam terhadap pemikiran dan
perilaku anak. Karena kepribadian manusia muncul berupa lukisan-lukisan dengan berbagai
ragam situasi dan kondisi dalam lingkungan keluarga. Para pelaku  pergaulan  bebas 
merupakan  anak-anak  yang  kurang  mendapatkan  kasih sayang  dari  orang  tuanya. 
Dengan beragam alasan, mulai dari sebagian  besar  mereka  tinggal  hanya bersama dengan
nenek karena orang tua harus pergi beradu nasib di rantau.. Akibat dari hal tersebut
menyebabkan banyak anak yang berperilaku menyimpang, karena salah satu faktor penyebab
pergaulan bebas di kalangan pelajar adalah orang tua. (Siti Suhaidah, 2018)
3.  Teman Dekat
Para pelajar saat ini lebih banyak berada diluar rumah dengan teman sebaya menghabiskan
banyak waktu dengan teman-teman sekolahnya. Hal tersebut secara tidak langsung  dapat
mempengaruhi sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku. Teman dekat lebih besar
pengaruhnya dari pada keluarga. Jika temannya mengenakan model pakaian yang sama
dengan pakaian anggota kelompok yang populer, maka kesempatan baginya untuk dapat
diterima oleh kelompok menjadi lebih besar demikian pula bila anggota kelompok mencoba
minum alkohol, dan merokok, maka pelajar cenderung mengikuti tanpa memperdulikan
akibatnya. (Siti Suhaidah, 2018)
4.  Media
Realitas kondisi saat ini bahwa media sudah menjadi kebutuhan anak muda, sehingga dari
media yang tersedia dengan berbagai aplikasi memudahkan mereka untuk mengakses,
menonton atau melihat hal-hal yang belum pantas untuk ditonton oleh usia remaja. Seperti
yang seringkali terjadi,  media tidak digunakan secara arif oleh pelajar karena banyak situsi
yang berbau pornografi dapat dengan mudah diaskses. Hal ini akan berakibat buruk. apalagi
jika tidak ada kontrol yang baik terhadap informasi yang sesuai bagi remaja. Dapat kita
ketahui peran sosial media untuk saat ini sudah mulai keluar dari jalannya. Dalam arti banyak
diantaranya menyalah gunakan sosial media. (Siti Suhaidah, 2018)
Dampak Perilaku Pergaulan Bebas
1.  Menurunya Prestasi Sekolah
Banyak pelajar yang mengalami masalah dalam belajar diakibatkan karena kasus kasmaran
yang membuat mereka kurang fokus dalam belajar dan  tidak  enak  dalam  melakukan 
apapun. Waktu    belajar mereka  menjadi cenderung berkurang saat  sedang  mengalami
patah  hati  atau  sedang kasmaran. Mereka  lebih banyak berfokus kepada kekasih dan
masalah percintaan saja.  Pada usia di atas15 tahun, pelajar sudah mulai meraba-raba banyak
hal. Keingintahuannya terhadap suatu hal akan memuncak dan tidak sedikit pelajar 
terjerumus  dalam  pergaulan  yang salah  akibat  dari   pengaruh  kurangnya pengawasan
orang tua yang menyebabkan para pelajar lebih banyak mencari kesenangan diluar rumah,
ngumpul di jalan dan sebagainya. (Siti Suhaidah, 2018)
2.  Putus Sekolah
Akibat pergaulan yang diluar batas seperti seks bebas, narkoba, minum-minuman keras. Pada
saat sekarang ini pergaulan bebas telah merambah ketingkat SMA dan SMP semua ini terjadi
karena pergaulan bebas. Dampak negatif dari pergaulan bebas adalah terjadinya   putus  
sekolah.   mereka   lebih   memilih   mengutamakan   ego ketimbang  akal  sehat  dan  realita 
yang  ada,  akibatnya  adalah  meningkatnya kemiskinan  karena  kurangnya  pendidikan 
dan  semakin  bodohnya  masyarakat. Pergaulan  bebas  cenderung membuat sikap mental
anak menjadi kurang sehat, efeknya dari sikap mental inilah yang akan membuat banyak anak
remaja merasa bangga atas pergaulan mereka, padahal pergaulan yang dilakukanya sudah
diluar batas norma. (Siti Suhaidah, 2018)
 Hamil di Luar Nikah
Fenomena hamil di luar nikah selalu ada hingga saat ini, sehingga permasalahan ini sudah
dianggap biasa. Peristiwa hamil di luar nikah merupakan akibat dari gaya berpacaran yang
semakin tidak terkontrol, pergi ke tempat-tempat tersembunyi untuk melampiaskan nafsu
birahi mereka. Sehingga masyarakat sudah tidak asing lagi dengan fenomena kasus hamil di
luar nikah. Namun hal ini membuat banyak orang merasa resah karena merasa takut jikalau
hal tersebut terjadi kepada putri mereka karena hal seperti itu bukanlah hal yang tidak
mungkin untuk tidak terjadi. (Siti Suhaidah, 2018)
 PENUTUP
1. Kesimpulan
Faktor-faktor penyebab pergaulan bebas di kalangan pelajar yaitu adalah:
a.   Pergeseran Budaya
Pergeseran budaya yang meneyebabkan pergaulan bebas terjadi apabila hukum adat sudah
mulai bergeser. Saat ini, pelajar semakin bebas dalam bergaul dan berperilaku  karena 
mereka  mempunyai  pola  tersendiri  dalam  bergaul.
b.  Kurangnya Perhatian Orang Tua
Annak diberi kebebasan dalam bergaual tanpa pengawasan dan perhatian orangtua dalam
menjaga dan mengontrol pergaulan anak.
c.   Teman Dekat
Teman dekat yang menyebabkan pergaulan bebas membuat pelajar ikut melakukan hal-hal
seperti minum alkohol, merokok atau, melakukan hal- hal yang menyimpang lainya atas
dasar ajakan teman, maka pelajar cenderung mengikuti tanpa mempedulikan akibat yang
ditibulkan.
d.  Media
Adanya kemudahan pelajar dalam mengakses video atau sumber-sumber pornografi yang
mengakibatkan kerusakan mental dan mempengaruhi otak pelajar untuk mencoba hal-hal
yang dilihatnya.
Adapun dampak dari pergaulan bebas di kalangan pelajar yaitu:
a.   Menurunya Prestasi Sekolah
Akibat pergaulan bebas, kurangnya pengawasan orangtua dalam pendidikan, pelajar   akan  
bebas   melakukan   hal-hal   yang   dapat menurunkan prestasi sekolah seperti dengan adanya
kemudahan pelajar dalam mengakses video, game dan sumber-sumber lain yang dapat
mempengaruhi segala  macam  aktivitas  dalam  belajar  yang mengakibatkan menurunya
prestasi sekolah.
b.  Putus Sekolah
Pengaruh pergaulan bebas teman juga menjadi salah satu faktor sangat berpengaruh terhadap
pelajar, kebebasan yang diberikan orangtua terhadap anak menyebabakan anak berperilaku
semaunya dan akibatnya pelajar kurang mendapatkan motivasi belajar.
c.   Hamil di Luar Nikah
Adanya  pergaulan  bebas membuat  pelajar  melakukan  hubungan badan tanpa ikatan
pernikahan. Hal ini juga disebabkan kurangnya kontrol dari orang tua dan bergesernya serta
memudarnya budaya lokal yaitu budaya malu sehingga pelajar dengan bebas melakukan hal-
hal yang tidak senonoh yang berakibat pada hamil di luar nikah.
 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang peneliti ajukan serta pengalaman peneliti selama penelitian ini
dilaksanakan, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:
1.  Bagi Remaja
Sebagai harapan  masa  depan  bangsa,  seharusnya  remaja  mengetahui benar tanggung
jawab dan kewajiban besar yang dibebankan di bahu mereka. Oleh karena itu, agar tidak
terjerumus ke hal-hal negatif yang merugikan diri sendiri maupun pihak lain, maka pelajar
harus membentengi diri dengan cara memperdalam pengetahuan  agama,  yang  bisa 
dilakukan  dengan  cara  memperbanyak  membaca buku keislaman, rajin mengikuti ceramah
keagamaan, mengikuti kegiatan atau organisasi keagamaan atau organisasi lain yang
bermanfaat, bergaul dengan teman-teman yang baik. Dengan cara-cara tersebut dapat
terhindar dari pengaruh buruk lingkungan yang akan menjerumuskan dalam perbuatan
maksiat, yang merupakan pelanggaran terhadap agama maupun norma masyarakat.
2.  Bagi Lembaga Pendidikan
Untuk menekan adanya perilaku pergaulan bebas  di kalangan pelajar. Para pendidik harus
turut memperhatikan pelajar. Misalnya dengan menerapkan peraturan berperilaku yang baik
yang sesuai norma agama yang berlaku serta kesopanan dalam berpakaian harus diatur,
selayaknya pakaiannyajangan terbuka/ketat, dan bagi pelanggarnya ada sanksinya pula.
Karena salah satu faktor penyebab munculnya pergaulan bebas adalah rendahnya pendidikan
nilai-nilai Islam. Selain itu dengan menghidupkan atau mengaktifkan kegiatan-kegiatan
keagamaan di sekolah mestinya yang kontinyu atau rutin.
3.  Bagi Orang Tua
Sikap orang tua yang kurang memperhatikan anak bahkan untuk hal kecil atau sepele seperti
cara bergaul dan berpakaian ternyata berpengaruh terhadap perilaku pergaulan bebas. Oleh
karena itu, orang tua harus meluangkan waktu untuk memperhatikan anak, serta mengontrol
kegiatan mereka. Orang tua juga harus menerapkan kedisiplinan beribadah atau beragama
dengan cara memberi teladan yang baik. Intinya, orang tua harus senantiasa mendampingi
anak, terutama pada masa perkembangan dan masa transisi (peralihan) karena pada masa
itulah, anak-anak mudah sekali terpengaruh lingkungan.
4.  Bagi Tokoh/Pemuka Agama
Mengingat bahwa agama merupakan fondasi bagi kita untuk berperilaku, maka para tokoh
agama seharusnya secara kontinyu mengadakan kajian keagamaan di tempat masing-masing,
mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan pada
Allah SWT, seperti bakti sosial. Sehingga dengan bekal keagamaan yang kuat, maka kita
harapkan perbuatan-perbuatan yang menyimpang pun dapat kita berantas atau setidaknya kita
tekan seminim mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Bartholomew, K., & Horowitz, L. M. 1991. Attachment styles among young adults: A test of
a four-category model. Journal of Personality and Social Psychology
61: 226244.
Dishion, T. J., Patterson, G. R., Stoolmiller, M., & Skinner, M. L. 1991.Family, School, and
Behavioral Antecedents To Early Adolescents Involvement With Anti-Social
Peers. Developmental Psychology 27: 172-180.
Gunawan. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Malang: UMM Pres.
Memahami  Masalah  Sosial:  Rangka  Teoretikal Subjektif Mengikut
Konteks. Kertas Kerja Seminar Kebangsaan Ke-3 Psikologi dan Masyarakat,  Gejala  Sosial  
Dalam  Masyarakat.  Pusat  Latihan  KWSP Bangi, 4-5 Oktober.
Roy. 2011. Pemahaman Tentang Seks Kaitanya dengan Sikap TerhadapHubungan
Seks Pranikah. Skripsi. Fakultas Psikologi UMS.
Rubiah K. Hamzah. 2001. Teknik dan Strategi Membimbing Remaja: Menghadapi Cabaran.
Kuala Lumpur: PTS Publications and Distributors Sdn. Bhd. Santrock.
2003. Adolescence: Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
Upe, Ambo dan Damsid. 2010. Asas-
Asas Multiple Researches: dari Norman K. Denzin hingga John W. Creswell dan Penerapann
Kenakalan Remaja (Artikel Lengkap)
Pengertian Kenalakan Remaja
Sumber : https://www.artikelmateri.com/2015/12/kenakalan-remaja-pengertian-adalah-
contoh-penyebab.html?m=1

Kenakalan Remaja (Artikel Lengkap)


Kenakalan remaja adalah semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma
hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri
dan orang-orang di sekitarnya. Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka
yang berusia 13-18 tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak,
namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa
transisi. Masalah kenakalan remaja mulai mendapat perhatian masyarakat secara khusus sejak
terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal (juvenile court) pada 1899 di Illinois, Amerika
Serikat.

        Kenakalan remaja menjadi hal yang perlu di waspadai dan lebih diperhatikan karena
seiring berkembangnya seorang anak, sudah sewajarnya seorang remaja melakukan sebuah
kenakalan. Selama kenakalan itu masih pada tingkat yang wajar. Oleh karena itu peran orang
tua dalam mendidik seorang anak apalagi remaja sangat diperlukan penanaman nilai, dan
norma yang diberikan sejak dini dapat mempengaruhi sikap, perbuatan mental seorang anak
untuk dapat memilah mana hal yang perlu ditiru, dan mana hal yang tidak patut ditiru, pada
intinya seorang anak dapat melihat mana yang baik dan mana yang tidak baik. Apabila peran
orang tua tidak maksimal sejak anak masih kecil, pada saat tumbuh menjadi seorang
remajapun tidak menutup kemungkinan seorang remaja berbuat hal yang melanggar aturan.
Seperti banyak contoh yang terjadi, seorang remaja kedapatan sedang merokok, meminum-
minuman keras, sampai sex bebas dilakukan tanpa rasa bersalah. Hal itu karena tidak adanya
pengawasan orang tua, atau kurangnya perhatian dari orang tua.

        Banyak faktor-faktor yang membuat remaja memasuki dunia pergaulan yang rusak.
Biasanya hal ini berawal dari mereka berteman dengan teman yang membawa dampak buruk,
karena masa remaja itu masa dimana keadaan psikis remaja bisa mudah terpengaruh. Ada
faktor yang berasal dari keluarga, karena kurangnya perhatian dari keluarga membuat anak
menjadi royal dalam pergaulan. Faktor terpenting yang membuat remaja mudah terjerumus
dipergaulan bebas karena kurangnya agama yang membentengi pikiran dan jiwa anak. Oleh
karena itu, pendidikan dasar agama pada anak sangat diperlukan dalam kehidupan si anak.
Berhasil atau tidak berhasilnya anak, kembali lagi pada peran keluarga dalam memberikan
pendidikan agama dan pada diri anak sendiri.
 PENYEBAB TERJADINYA KENAKALAN REMAJA

Perilaku ‘nakal’ remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal)
maupun faktor dari luar (eksternal).

Faktor Internal :
1.  Krisis identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk
integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua,
tercapainya identitas peran. Kenakalan remaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa
integrasi kedia.
2.  Kontrol diri yang lemah
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima
dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka
yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa
mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.

Faktor Eksternal :
1.       Keluarga
Perceraian orang tua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar
anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di
keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau
penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
2.       Pengaruh kawan sepermainan yang kurang baik
3.       Komunitas / lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
Beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan kenakalan remaja :
Ø  reaksi frustasi diri
Ø  gangguan berpikir dan intelegensia pada diri remaja
Ø  kurangnya kasih sayang orang tua / keluarga
Ø  kurangnya pengawasan dari orang tua
Ø  dampak negatif dari perkembangan teknologi modern
Ø  dasar-dasar agama yang kurang
Ø  tidak adanya media penyalur bakat/hobi
Ø  masalah yang dipendam

 Peran Orang Tua, Guru dan Lingkungan

Sebenarnya menjaga sikap dan tindak tanduk positif itu tidak hanya tanggung jawab
para guru dan keluarganya, tetapi semua orang, Guru yang selalu mengusahakan keluarganya
menjadi garda terdepan dalam memberikan pendidikan dengan sebuah contoh, adalah
cerminan komitmen dan pendalaman makna dari seorang guru. Sang guru harus berusaha
agar keluarganya baik dan tidak korupsi agar ia dapat mengajari kepada murid-muridnya
yang merupakan remaja generasi penerus bangsa memiliki moral dan ahlak baik dan tidak
korupsi, berusaha tidak berbohong agar murid-muridnya sebagai remaja yang baik tidak
menjadi pendusta, tidak terjaebak dalam kenakalan remaja.
Guru adalah profesi yang mulia dan tidak mudah dilaksanakan serta memiliki posisi
yang sangat luhur di masyarakat. Semua orang pasti akan membenarkan pernyataan ini jika
mengerti sejauh mana peran dan tanggung jawab seorang guru . Sejak saya baru berusia 6
tahun hingga dewasa, orang tua saya yang merupakan seorang guru, selalu memberikan
instruksi yang mengingatkan kami para anak-anaknya adalah anak seorang guru yang harus
selalu menjaga tingkah laku agar selalu baik dan jangan sampai melakukan sebuah
kesalahan . Seberat itukah, seharus itukah kami bertindak Lantas apa hubungan profesi orang
tua dengan dengan anak-anaknya, apakah hanya anak seorang guru yang harus demikian ?
Peran guru tidak hanya sebatas tugas yang harus dilaksanakan di depan kelas saja,
tetapi seluruh hidupnya memang harus di dedikasikan untuk pendidikan. Tidak hanya
menyampaikan teori-teori akademis saja tetapi suri tauladan yang digambarkan dengan
perilaku seorang guru dalam kehidupan sehari-hari.
Terkesannya seorang Guru adalah sosok orang sempurna yang di tuntut tidak
melakukan kesalahan sedikitpun, sedikit saja sang guru salah dalam bertutur kata itu akan
tertanam sangat mendalam dalam sanubari para remaja. Jika sang guru mempunyai kebiasaan
buruk dan itu di ketahui oleh sang murid, tidak ayal jika itu akan dijadikan referensi bagi para
remaja yang lain tentang pembenaran kesalahan yang sedang ia lakukan, dan ini dapat
menjadi satu penyebab, alasan mengapa terjadi kenakalan remaja.
Sepertinya filosofi sang guru ini layak untuk di jadikan filosofi hidup, karena hampir
setiap orang akan menjadi seorang ayah dan ibu yang notabenenya merupakan guru yang
terdekat bagi anak-anak penerus bangsa ini. Akan sulit bagi seorang ayah untuk melarang
anak remajanya untuk tidak merokok jika seorang ayahnya adalah perokok. Akan sulit bagi
seorang ibu untuk mengajari anak-anak remaja untuk selalu jujur, jika dirumah sang ibu
selalu berdusta kepada ayah dan lingkungannya, atau sebaliknya. jadi bagaimana mungkin
orang tua melarang remaja untuk tidak nakal sementara mereka sendiri nakal?
Suatu siang saya agak miris melihat seorang remaja SMP sedang asik mengisap
sebatang rokok bersama adik kelasnya yang masih di SD, itu terlihat dari seragam yang
dikenakan dan usianya memang terbilang masih remaja. Siapa yang harus disalahkan dalam
kasus ini. Apakah sianak remaja tersebut, sepertinya tidak adil kalau kita hanya menyalahkan
si anak remaja itu saja, anak itu terlahir bagaikan selembar kertas yang masih putih, mau jadi
seperti apa kelak di hari tuanya tergantung dengan tinta dan menulis apa pada selembar kertas
putih itu . Orang pertama yang patut disalahkan mungkin adalah guru, baik guru yang ada di
rumah ( orang tua ), di sekolah ( guru), atau pun lingkungannya hingga secara tanpa disadari
mencetak para remaja tersebut untuk melakukan perbuatan yang dapat digolongkan ke dalam
kenakalan remaja.
Peran orang tua yang bertanggung jawab terhadap keselamatan para remaja tentunya
tidak membiarkan anaknya terlena dengan fasilitas-fasilitas yang dapat menenggelamkan si
anak remaja kedalam kenakalan remaja, kontrol yang baik dengan selalu memberikan
pendidikan moral dan agama yang baik diharapkan akan dapat membimbing si anak remaja
ke jalan yang benar, bagaimana orang tua dapat mendidik anaknya menjadi remaja yang
sholeh sedangkan orang tuanya jarang menjalankan sesuatu yang mencerminkan kesholehan,
ke masjid misalnya. Jadi jangan heran apabila terjadi kenakalan remaja, karena sang remaja
mencontoh pola kenakalan para orang tua
Tidak mudah memang untuk menjadi seorang guru. Menjadi guru diharapkan tidak
hanya didasari oleh gaji guru yang akan dinaikkan, bukan merupakan pilihan terakhir setelah
tidak dapat berprofesi di bidang yang lain, tidak juga karena peluang. Selayaknya cita-cita
untuk menjadi guru didasari oleh sebuah idealisme yang luhur, untuk menciptakan para
remaja sebagai generasi penerus yang berkualitas.
Sebaiknya Guru tidak hanya dipandang sebagai profesi saja, tetapi adalah bagian
hidup dan idialisme seorang guru memang harus dijunjung setinggi-tingginya. Idealisme itu
seharusnya tidak tergantikan oleh apapun termasuk uang. Namun guru adalah manusia,
sekuat-kuatnya manusia bertahan dia tetaplah manusia, jika terpaan cobaan itu terlalu kuat
manusia juga dapat melakukan kesalahan.
Akhir akhir ini ada berita di media masa yang sangat meruntuhkan citra sang guru
adalah berita tentang pencabulan Oknum guru terhadap anak didiknya. Kalau pepatah
mengatakan guru kencing bediri murid kencing berlari itu benar, berarti satu orang guru
melakukan itu berapa orang murid yang lebih parah dari itu, hingga akhirnya menciptakan
pola kenakalan remaja yang sangat tidak ingin kita harapkan.
Gejala-gejala ini telah menunjukan kebenarannya. Kita ambil saja kasus siswa remaja
mesum yang dilakukan oleh para remaja belia seperti misalnya kasus-kasus di remaja mesum
di taman sari Pangkalpinang ibukota provinsi Bangka Belitung, lokasi remaja pacaran di
bukit dealova pangkalpinang, dan remaja Ayam kampus yang mulai marak di tambah lagi
foto-foto syur remaja SMP jebus, ini menunjukkan bahwa pepatah itu menujukkan
kebenarannya.
Kerja team yang terdiri dari orang tua (sebagai guru dirumah), Guru di sekolah, dan
Lingkungan (sebagai Guru saat anak-anak, para remaja bermain dan belajar) harus di bentuk.
diawali dengan komunikasi yang baik antara orang tua dan guru di sekolah, pertemuan yang
intensif antara keduanya akan saling memberikan informasi yang sangat mendukung bagi
pendidikan para remaja. Peran Lingkungan pun harus lebih peduli, dengan menganggap para
remaja yang ada di lingkungannya adalah tanggung jawab bersama, tentunya lingkungan pun
akan dapat memberikan informasi yang benar kepada orang tua tentang tindak tanduk si
remaja tersebut dan kemudian dapat digunakan untuk mengevaluasi perkembangannya agar
tidak terjebak dalam kenakalan remaja.
Terlihat betapa peran orang tua sangat memegang peranan penting dalam membentuk
pola perilaku para remaja, setelah semua informasi tentang pertumbuhan anaknya di dapat,
orang tuapun harus pandai mengelola informasi itu dengan benar.
Terlepas dari baik buruknya seorang guru nampaknya filosofi seorang guru dapat
dijadikan pegangan bagi kita semua terutama bagi para orang tua untuk menangkal kenakalan
remaja, Sang guru bagi para remaja adalah Orang tua, guru sekolah dan lingkungan tempat ia
di besarkan. Seandainya sang guru dapat memberi teladan yang baik mudah-mudahan
generasi remaja kita akan ada di jalan yang benar dan selamat dari budaya "kenakalan
remaja" yang merusak kehidupan dan masa depan para remaja.
Contoh / Jenis-jenis Kenakalan remaja :
-          membolos sekolah
-          kebut-kebutan di jalanan
-          Penyalahgunaan narkotika
-          perilaku seksual pranikah
-          perkelahian antar pelajar
-          dan lain-lain
Tips untuk mencegah dan mengatasi kenakalan remaja
Ø  Orang tua harus selalu memberikan dan menunjukkan perhatian dan kasih sayangnya kepada
anaknya. Jadilah tempat curhat yang nyaman sehingga masalah anak-anaknya segera dapat
terselesaikan.
Ø  Perlunya ditanamkan dasar agama yang kuat pada anak-anak sejak dini.
Ø  Pengawasan orang tua yang intensif terhadap anak. Termasuk di sini media komunikasi
seperti televisi, radio, akses internet, handphone, dll.
Ø  Perlunya materi pelajaran bimbingan konseling di sekolah. Sebagai orang tua sebisa mungkin
dukunglah hobi/bakat anak-anaknya yang bernilai positif. Jika ada dana, jangan ragu-ragu
untuk memfasilitasi hobi mereka, agar anak remaja kita dapat terhindar dari kegiatan-
kegiatan negatif.
Sumber : https://kkn.undip.ac.id/?p=359347
Pelajari Macam-Macam Kenakalan Remaja Agar Terhindar Marabahaya
Kenakalan remaja merupakan suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan, atau hukum
dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa anak-anak ke masa
dewasa. Dalam masyarakat, kenakalan remaja merupakan hal yang umum terjadi pada usia
antara 13 tahun hingga 17 tahun. Hal ini kerap dikaitkan dengan sifat alamiah anak yang
mencari jati dirinya dengan mencoba hal baru dalam hidupnya termasuk perbuatan yang
melanggar norma dan hukum. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, kami mencoba
mengidentifikasi akan kebutuhan tersebut di lokasi KKN kami yakni Padukuhan Jurangjero
tepatnya pada Dusun Klarangan. Dari hasil wawancara dan observasi, ditemukan banyak
anak-anak yang termasuk dalam golongan umur yang rawan akan perbuatan kenakalan
remaja yakni umur 13- 17 Tahun. Pada rentang umur tersebut, mayoritas anak telah
melakukan kenakalan remaja berupa merokok dan vaping. Kedua tindakan tersebut termasuk
dalam tindakan kenakalan remaja yang tidak melanggar norma masyarakat dan hukum.
Namun demikian, terdapat juga tindakan yang melanggar hukum seperti judi slot yang
dimainkan secara daring.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka timbul kebutuhan untuk mensosialisasikan tentang
perbuatan-perbuatan kenakalan remaja yang masuk dalam kategori kenakalan remaja yang
melanggar hukum utamanya hukum pidana.

Berikut ini merupakan tindakan kenakalan remaja yang apabila dilakukan dapat dikenai
sanksi pidana:
1.Perjudian
Perjudian menurut KBBI adalah permainan dengan memakai uang sebagai taruhan. Dalam
hal ini, perjudian merupakan salah satu kenakalan remaja yang diancam sanksi pidana berupa
pidana penjara 4 tahun atau denda 10 juta rupiah. Sedangkan, apabila perjudian tersebut
digunakan dengan media elektronik, ancaman pidananya lebih besar yakni pidana penjara 6
tahun dan/atau denda 1 milyar rupiah.
2.Tawuran
Pelaku Tawuran dapat dipidana akibat perbuatannya sendiri apabila dalam tawuran tersebut
menimbulkan korban luka berat atau kematian. Dalam hal timbul korban luka berat maka
pelaku tawuran diancam pidana penjara 2 Tahun 8 Bulan. Sedangkan, apabila tawuran
menimbulkan korban kematian maka pelaku tawuran diancam pidana penjara 4 tahun
sebagaimana diatur dalam Pasal 358 KUHP. Perlu digaris bawahi bahwa pelaku yang
diancam penjara tidak terbatas pada pelaku langsung yang mengakibatkan orang lain luka
berat atau mati, namun pelaku yang tidak terlibat langsung pun juga diancam oleh Pasal 358
KUHP tersebut.
3.Balap liar
Balap liar merupakan tindakan melakukan balapan kendaraan di tempat yang bukan
merupakan tempat yang diperuntukkan untuk melakukan balapan seperti jalan umum atau
jalan warga. Dengan melakukan balap liar maka pelaku telah memenuhi unsur “mengendarai
kendaraan dengan cara atau keadaan yang membahayakan nyawa orang lain” dalam Pasal
311 UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Dengan
terpenuhinya unsur tersebut, maka pelaku dapat dipidana penjara maksimal 12 Tahun atau
pidana denda maksimal 24 juta rupiah.
4.Narkoba
Penyalahgunaan narkoba untuk diri sendiri diancam pidana maksimal 4 tahun penjara
5.Penganiayaan teman
Tindakan yang termasuk penganiayaan teman seperti mencubit, menendang, dan memukul
teman. Sanksi dari perbuatan ini bervariasi mulai dari pidana penjara 2 tahun dan/atau denda
36 juta rupiah hingga pidana penjara 3 tahun dan/atau denda 1,5 milyar rupiah.

Demikian kami sampaikan terkait kenakalan remaja yang tergolong dalam pelanggaran
tindak pidana sehingga mengandung pula sanksi pidana penjara dan/atau denda. Dengan
diadakannya pengetahuan tersebut kepada masyarakat diharapkan dapat menekan dan
mencegah anak-anak berumur remaja untuk melakukan tindakan tersebut sebab selain
merugikan masyarakat, hal tersebut juga merugikan diri sendiri.

Anda mungkin juga menyukai