Oleh :
Puji Syukur kami sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat kasih
dan penyertaanNya kami dapat menyelesaikan proposal penelitian kuantitatif ini.
Semoga proposal ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan atau sumber
pengetahuan bagi para pembaca mengenai bagaimanakah bentuk hubungan
perilaku berpacaran dan kebiasaan nongkrong malam dalam motivasi belajar
mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antropologi UNS.
Proposal ini memiliki banyak kekurangan karena kurangnya pengalaman
dari tim penyusun dan beberapa hambatan dalam pencarian data. Sehingga
diperlukan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk proposal ini.
A. Latar Belakang
Perilaku berpacaran adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat
seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis (Sarwono,
2008). Perilaku berpacaran atau menjalin hubungan romantis dengan pasangan
dalam era globalisasi ini cenderung mengadopsi budaya barat, sehingga perilaku
yang diwujudkan lebih bersifat permisif. Pasangan yang sedang berpacaran,
lebih memungkinkan untuk melakukan kontak fisik berupa sentuhan kepada
pasangannya. Hal ini dapat menimbulkan sensasi yang menyenangkan dan bila hal
ini tidak dikontrol oleh keduanya maka dapat mengakibatkan tindakan-tindakan
yang menjurus pada perilaku seksual pranikah. Bentuk-bentuk perilaku seksual ini
bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku
berkencan, bercumbu, dan bersenggama (Sarwono, 2008).
Di era modern ini, semakin memberikan dampak yang kurang baik
terhadap beberapa budaya-budaya masyarakat tertentu. Indonesia menjadi salah
satu negara yang masyarakatnya telah terkontaminasi oleh pengaruh modenisasi
dan gaya hidup yang mengikuti budaya asing. Dampak yang kurang baik tersebut
dapat kita lihat dari pola pikir masyarakat khususnya para pelajar teristimewa
kalangan mahasiswa.
Perlu diketahui bahwa kasus pergaulan bebas yang menjadi penyakit
diantara para remaja di kota Surakarta banyak timbul dari kebiasaan nongkrong di
jam belajar dan berkencan. Meskipun banyak di antara mereka yang
menggunakan alasan nongkrong malam untuk mengerjakan tugas ataupun
berpacaran untuk meningkatkan motivasi belajar. Perlu adanya penelitian
mengenai hubungan perilaku berpacaran dan kebiasaan nongkrong malam
terhadap motivasi belajar mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antropologi UNS.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
2) Bagi pembaca
a. Bagi Orang Tua
b. Bagi mahasiswa
A. Kajian Teori
I. Perilaku berpacaran
Menurut Degenova & Rice (2005, hlm. 112) “Pacaran adalah menjalankan
suatu hubungan di mana dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas
bersama agar dapat mengenal satu sama lain”. Istilah pacaran tidak dikenal dalam
islam, sementara istilah untuk menjalin hubungan antara laki-laki dan perempuan
pranikah, islam hanya mengenal istilah khitbah (meminang).
a. Suatu bentuk rekreasi. Menurut Degenova & Rice (2005, hlm. 146)
menyebutkan salah satu alasan bagi remaja berpacaran adalah untuk
bersantai-santai,menikmati diri mereka sendiri dan memperoleh
kesenangan.
b. Proses sosialisasi (Padgham & Bliyth dkk dalam Santrock, 2003, hlm. 239),
dengan berpacaran akan terjadi interaksi tolong menolong, sebagaimana
berteman dengan orang lain.
c. Menjalin keakraban dengan lawan jenis, Padgham & Bliyth dkk (Santrock,
2003, hlm. 239) mengemukakan bahwa dengan berpacaran memberikan
kesempatan untuk menciptakan hubungan yang unik dengan lawan jenis.
Berpacaran juga dapat melatih keterampilan-keterampilan sosial, mengatur
waktu, uang dan malatih kemandirian (Degenova & Rice, 2005, hlm. 146).
e. Berpacaran dapat menjadi alat untuk memilih dan menyeleksi pasangan dan
tetap memainkan fungsi awalnya sebagai masa perkenalan untuk hubungan
yang lebih jauh Padgham & Bliyth dkk (Santrock, 2003, hlm. 239). f.
Pacaran dapat mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang sikap
dan perilaku pasangan satu sama lain, pasangan dapat belajar bagaimana
cara mempertahankan hubungan dan bagaimana mendiskusikan dan
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi (Degenova & Rice,
2005, hlm. 146). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa alasan
remaja berpacaran yaitu sebagai bentuk rekreasi, proses sosialisasi, menjalin
keakraban dengan lawan jenis, ekperimen dan penggalian hal-hal seksual,
pemilihan teman hidup dan mengembangkan pemahaman sikap. Ada
beberapa komponen penting dalam menjalin hubungan pacaran. Komponen-
komponen tersebut dalam hubungan akan mempengaruhi kualitas dan
kelanggengan hubungan pacaran yang dijalani. Adapun komponen-
komponen tersebut antara lain: a. Saling percaya (Trust each other).
Menurut Karsner (Sukamadiarti, 2007, hlm. 18), kepercayaan dalam suatu
hubungan akan menentukan apakah suatu hubungan akan berlanjut atau
akan berhenti. Kepercayaan ini meliputi pemikiran-pemikiran kognitif
inidividu tentang apa yang sedang dilakukan oleh pasangannnya. Apabila di
dalam hubungan ada ketidakpercayaan, maka didalam hubungan tersebut
dapat dikatakan hanya ada cinta, tetapi tidak memiliki keintiman di
dalamnya, Sternberg and Barnes dalam (Degenova & Rice, 2005: 145). b.
Komunikasi (communication self). Menurut Karsner (Sukamadiarti, 2007,
hlm. 18),komunikasi merupakan dasar terbinanya suatu hubungan yang baik
di mana situasi merupakan kesempatan seseorang bertukar informasi
tentang dirinya dan orang lain. c. Keintiman (keep romance alive). Menurut
Karsner (Sukamadiarti, 2007, hlm. 18) keintiman merupakan perasaan
terhadap pasangannya. Keintiman tidak hanya terbatas pada kedekatan fisik
saja, akan tetapi ada kedekatan secara emosional dan rasa kepemilikan
terhadap pasangan. Oleh karena itu, pacaran jarak jauh juga tetap memiliki
keintiman yakni dengan adanyakedekatan emosional melalui katakata mesra
dan perhatian, cinta yang diberikan melalui sms, surat atau email.
II. Remaja
Masa Remaja merupakan masa pencarian jati diri seseorang. dalam artian,
mereka masih mencari apa yang akan ia lakukan pada kehidupannya. Masa
remaja juga dipahami sebagai individu mengalami perubahan atau peralihan
usia baik secara fisik maupun nonfisik yang ditandai dengan adanya interaksi
sosial dengan manusia dewasa dan tidak lagi menggantungkan hidup kepada
orang yang lebih tua dalam hal ini adalah orang tua melainkan berada pada
tingkatan yang sama, baik dalam masalah hak maupun kewajibannya. Pada
masa remaja tahap pencarian jati diri terkadang remaja mulai melakukan
perilaku menyimpang atau yang biasa dikenal dengan kenakalan remaja,
bentuknya bermacam-macam seperti perkelahian secara perorangan atau
kelompok, tawuran pelajar, mabukan- mabukan, pemerasan, pencurian,
perampokan, penganiayaan, penyalahgunaan narkoba, dan seks bebas.
III. Lingkungan
a) Keluarga
b) Teman Sebaya
Perilaku
Berpacaran
Motivasi Belajar
mahasiswa Pendidikan
Sosiologi Antropologi
UNS
Kebiasaan
Nongkrong
Malam
D. Hipotesis
A. Pendekatan Penelitian
B. Desain Penelitian
1. Tempat penelitian
2. Waktu Penelitian
X1
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
,763 ,757 10
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
,750 ,752 10
y
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
,671 ,677 6
Uji prasyarat analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji normalitas,
linearitas dan uji hipotesis.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil
berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Jika data penelitian
berdistribusi normal maka pengujian dapat menggunakan teknik analisis
parametrik, namun jika data tidak normal maka menggunakan teknik statistik non
parametrik. Pada penelitian ini untuk menguji normal tidaknya sampel dihitung
dengan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf
signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih dari
0,05.
b. Uji Linieritas
Uji linieritas adalah suatu prosedur yang dilakukan untuk mengetahui status linier
tidaknya suatu distribusi nilai data hasil yang diperoleh, melalui uji linieritas akan
menentukan Anareg yang digunakan. Apabila dari suatu hasil dikategorikan linier
maka data penelitian diselesaikan dengan Anareg linier. Sebaliknya apabila data
tidak linier maka diselesaikan dengan Anareg non-linier. Untuk mendeteksi
apakah model linier atau tidak dapat dilakukan dengan membandingkan antara
nilai F-Statistik dengan F-Tabel dengan taraf signifikan 5%, yaitu:
a) Jika nilai F-Statistik > F-Tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa
b) Jika nilai F-Statistik < F-Tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa
c. Penguji Hipotesis
Untuk
1. Uji Linearitas
Dalam
menguji
lineritas
hubungan digunakan teknik uji – F. Tujuan uji linearitas adalah untuk
mengetahui apakah antara variabel X dengan variabel Y memiliki
hubungan linear atau tidak. Rumus uji linearitas data adalah:
2. Uji Normalitas
3. Penguji Hipotesis
BAB IV
1. Normalitas
Uji normalitas residual bertujuan untuk mengetahui apakah
distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi normal atau tidak.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis grafik dan juga
menggunakan uji kolmogorov-smirnov dengan melihat dari nilai
kolmogorov smirnov z dan nilai Asymp.Sig nya.
Dasar pengambilan keputusan dalam penelitian ini adalah
asymp.sig diatas level signifikan 5% (0,05) maka dapat disimpulkan
bahwa variabel tersebut berdistribusi normal. Berdasarkan data di atas
pengolahan data yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini, maka hasil
uji normalitas adalah sebagai berikut :
2. Multikolinieritas
Pengujian Multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah
antara variabel independen memiliki hubungan atau tidak satu sama
lainnya. Uji Multikolinieritas perlu dilakukan karena jumlah variabel
independen dalam penelitian ini berjumlah lebih dari satu. Berdasarkan
atas pengolahan data yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini maka
hasil uji normalitas adalah sebagai berikut :
Coefficientsa
Standardize
Unstandardized d Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Toleranc
Model B Std. Error Beta t Sig. e VIF
a. Dependent Variable: y1
Model Summaryb
b. Dependent Variable: y1
4. Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi terdapat kesamaan atau ketidak samaan varians antara
pengamatan yang satu dengan pengamatan yang lainnya. Uji statistik yang
digunakn adalah dengan uji Glejser melalui regresi nilai absolut t residual
dengan variabel independennya. Maka uji heteroskedastisitas adalah sebagai
berikut :
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
B. Uji Hipotesis
ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
Total 198,311 44
a. Merumuskan hipotesis
H0 :
1. Perilaku berpacaran tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
motivasi belajar mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antropologi.
2. Kebiasaan nongkrong malam tidak memiliki pegaruh yang signifikan
terhadap motivasi belajar mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antropologi.
3. Perilaku berpacaran dan kebiasaan nongkrong malam tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap motivasi belajar mahasiswa Pendidikan
Sosiologi Antropologi.
Ha :
1. Perilaku berpacaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
motivasi belajar mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antropologi.
2. Kebiasaan nongkrong malam memiliki pegaruh yang signifikan
terhadap motivasi belajar mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antropologi.
3. Perilaku berpacaran dan kebiasaan nongkrong malam memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap motivasi belajar mahasiswa Pendidikan
Sosiologi Antropologi.
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai Fhitung sebesar 8,018 dengan nilai
Sig sebesar 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa nilai Fhitung lebih besar dari
Ftabel 3,39 dan nilai Sig lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian H0 ditolak
dan Ha diterima. Artinya perilaku berpacaran dan kebiasaannongkrong
malam memiliki pengaruh terhadap motivasi belajar mahasiswa
Pendidikan Sosiologi Antropologi.
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui nilai thitung dari setiap variabel.
a. Pengaruh perilaku berpacaran terhadap motivasi belajar mahasiswa
Pendidikan Sosiologi Antropologi. Berdasarkan tabel dapat diperoleh nilai
thitung sebesar 2,344 dengan nilai Sig sebesar 0.024. Hal ini menunjukkan
bahwa nilai thitung lebih besar daripada nilai t tabel 2,021 dan nilai Sig lebih
kecil daripada 0,05. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya
variabel perilaku berpacaran berpengaruh dengan motivasi belajar
mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antropologi.
b. Pengaruh kebiasaan nongkrong malam terhadap motivasi belajar
mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antropologi. Berdasarkan tabel dapat
diperoleh nilai thitung sebesar 1,877 dengan nilai Sig sebesar 0,067. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai thitung lebih kecil daripada nilai ttabel 2,021 dan
nilai Sig lebih kecil daripada 0,05. Dengan demikian H0 diterima dan Ha
diterima. Artinya variabel kebiasaan nongkrong malam berpengaruh
terhadap motivasi belajar mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antropologi.
Model Summaryb
Nilai R
b. Dependent Variable: Motivasi belajar
Square
pada table di atas adalah sebesar 0.276 artinya 27,6%. hal ini berarti variasi
variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar
27,6%, sedangkan sisanya sebesar 72,4% dijelaskan oleh variabel lainnya yang
tidak dimasukkan kedalam model regresi dalam penelitian ini. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa perilaku berpacaran dan kebiasaan nongkrong malam
berpengaruh sebesar 27,6% terhadap tingkat motivasi belajar mahasiswa
Pendidikan Sosiologi Antropologi, sedangkan sisanya sebesar 72,4% dipengaruhi
oleh variabel lain yang tidak diteliti.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian kualitatif dengan teknik observasi dan
pengisian angket yang dilaksanakan di Universitas Sebelas Maret mengenai
perilaku berpacaran dan kebiasaan nongkrong malam terhadap motivasi belajar
mahasiswa dapat diambil beberapa kesimpulan. Kesimpulan tersebut dipaparkan
sebagai berikut:
1. Sesuai dengan data yang diperoleh peneliti, motivasi belajar yang di peroleh
mahasiwa berasal dari pasangan mereka melalui perilaku berpacaran dengan
batas pemberian motivasi dan semangat untuk belajar dan cepat lulus.
2. Kebiasaan nongkrong malam selama dalam batas wajar dan dengan teman-
teman sebaya satu tujuan dari kalangan mahasiswa dapat meningkatkan
motivasi belajar mahasiswa seperti menyelesaikan tugasnya di beberapa tempat
nongkrong.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan beberapa permasalahan yang
belum terpecahkan, sehingga peneliti mengajukan beberapa saran. Saran tersebut
antara lain sebagai berikut:
1. Perilaku berpacaran sebaiknya dengan menggunakan prinsip untuk tidak
merusak atau merugikan pasangan. Hal tersebut dapat berupa mengingatkan
pasangan untuk belajar atau menyelesaikan tugasnya.
2. Teman sebaya dapat mendukung aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran.
Walaupun dengan nongkrong malam, hal tersebut dapat di ikuti oleh kegiatan
positif seperti menyelesaikan tugas ataupun belajar.
3. Pendidikan karakter harus didukung semua pihak yang berkepentingan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.spssindonesia.com/2014/01/uji-normalitas-kolmogorov-smirnov-
spss.html
https://www.spssindonesia.com/2014/02/uji-linearitas-dengan-program-spss.html
https://www.spssindonesia.com/2014/02/uji-multikolonieritas-dengan-
melihat.html
https://www.spssindonesia.com/2014/02/uji-heteroskedastisitas-glejser-spss.html
https://www.spssindonesia.com/2014/02/uji-autokorelasi-dengan-durbin-
watson.html
Lampiran.
ANGKET PENELITIAN
A. Pengantar
C. Identitas Responden
Nama :
Jenis Kelamin :
Angkatan :
SKOR
NO PERTANYAAN 4 3 2 1
SS S TS STS