Anda di halaman 1dari 41

PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF

HUBUNGAN PERILAKU BERPACARAN DAN KEBIASAAN


NONGKRONG MALAM TERHADAP MOTIVASI BELAJAR
MAHASISWA PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI FKIP
UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Disusun untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Penelitian Kuantitatif

Dosen pengampu : Dr. Zaini Rohmad, M.Pd

Oleh :

Fajar Anggraini (K8416029)


Farida Nurreni (K8416032)
Rendyta Widya Prassanti (K8416056)

PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat kasih
dan penyertaanNya kami dapat menyelesaikan proposal penelitian kuantitatif ini.
Semoga proposal ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan atau sumber
pengetahuan bagi para pembaca mengenai bagaimanakah bentuk hubungan
perilaku berpacaran dan kebiasaan nongkrong malam dalam motivasi belajar
mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antropologi UNS.
Proposal ini memiliki banyak kekurangan karena kurangnya pengalaman
dari tim penyusun dan beberapa hambatan dalam pencarian data. Sehingga
diperlukan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk proposal ini.

Surakarta, Maret 2018


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perilaku berpacaran adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat
seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis (Sarwono,
2008). Perilaku berpacaran atau menjalin hubungan romantis dengan pasangan
dalam era globalisasi ini cenderung mengadopsi budaya barat, sehingga perilaku
yang diwujudkan lebih bersifat permisif. Pasangan yang sedang berpacaran,
lebih memungkinkan untuk melakukan kontak fisik berupa sentuhan kepada
pasangannya. Hal ini dapat menimbulkan sensasi yang menyenangkan dan bila hal
ini tidak dikontrol oleh keduanya maka dapat mengakibatkan tindakan-tindakan
yang menjurus pada perilaku seksual pranikah. Bentuk-bentuk perilaku seksual ini
bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku
berkencan, bercumbu, dan bersenggama (Sarwono, 2008).
Di era modern ini, semakin memberikan dampak yang kurang baik
terhadap beberapa budaya-budaya masyarakat tertentu. Indonesia menjadi salah
satu negara yang masyarakatnya telah terkontaminasi oleh pengaruh modenisasi
dan gaya hidup yang mengikuti budaya asing. Dampak yang kurang baik tersebut
dapat kita lihat dari pola pikir masyarakat khususnya para pelajar teristimewa
kalangan mahasiswa.
Perlu diketahui bahwa kasus pergaulan bebas yang menjadi penyakit
diantara para remaja di kota Surakarta banyak timbul dari kebiasaan nongkrong di
jam belajar dan berkencan. Meskipun banyak di antara mereka yang
menggunakan alasan nongkrong malam untuk mengerjakan tugas ataupun
berpacaran untuk meningkatkan motivasi belajar. Perlu adanya penelitian
mengenai hubungan perilaku berpacaran dan kebiasaan nongkrong malam
terhadap motivasi belajar mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antropologi UNS.
B. Rumusan Masalah

1) Apakah terdapat hubungan perilaku berpacaran terhadap motivasi belajar


mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antropologi UNS?

2) Apakah terdapat hubungan kebiasaan nongkrong malam terhadap motivasi


mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antropologi UNS?

3) Apakah terdapat hubungan perilaku berpacaran dan kebiasaan nongkrong


malam dalam terhadap motivasi belajar mahasiswa Pendidikan Sosiologi
Antropologi UNS?

C. Tujuan Penelitian

1) Mengetahui apakah terdapat hubungan perilaku berpacaran dalam motivasi


belajar mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antropologi UNS.

2) Mengetahui apakah terdapat hubungan kebiasaan nongkrong malam dalam


motivasi belajar mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antropologi UNS.

3) Mengetahui apakah terdapat hubungan perilaku berpacaran dan kebiasaan


nongkrong malam dalam motivasi belajar mahasiswa Pendidikan Sosiologi
Antropologi UNS.

D. Manfaat Penelitian

1) Bagi ilmu pengetahuan (scientific)

Penelitian ini diharapkan mengembangkan pengetahuan tentang


bagaimana hubungan antara perilaku berpacaran dan kebiasaan nongkrong malam
dalam motivasi belajar dikalangan mahasiswa. Hasil penelitian ini secara teoritis
diharapkan bermanfaat dalam pembangunan pengetahuan khususnya mengenai
motivasi belajar mahasiswa UNS.

2) Bagi pembaca
a. Bagi Orang Tua

Sebagai informasi bahwa peran orang tua dalam bertanggung jawab


mendidik remaja tentang pendidikan seks sangatlah penting bukan hal yang tabu,
orang tua dapat mengubah cara pandang seorang mahasiswa dari awal agar
terhindar dari perbuatan seks pra nikah dan gaya pacaran remaja untuk sekedar
motivasi belajar. Kemudian dalam kebiasaan remaja nongkrong di malam hari
perlu adanya kontrol dari orang tua meskipun berupa kontrol jarak jauh agar
mahasiswa tersebut tersebut tidak bertindak diluar batas dan sekedar mengerjakan
tugas dari sekolah.

b. Bagi mahasiswa

Sebagai informasi tentang perilaku seks pra nikah kalangan mahasiswa


memiliki bahaya yang beresiko tinggi, sehingga diharapkan para mahasiswa tidak
menyalahgunakan perilaku berpacaran untuk sekedar motivasi belajar.
BAB II
ISI

A. Kajian Teori

I. Perilaku berpacaran

Menurut Degenova & Rice (2005, hlm. 112) “Pacaran adalah menjalankan
suatu hubungan di mana dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas
bersama agar dapat mengenal satu sama lain”. Istilah pacaran tidak dikenal dalam
islam, sementara istilah untuk menjalin hubungan antara laki-laki dan perempuan
pranikah, islam hanya mengenal istilah khitbah (meminang).

Dapat disimpulkan bahwa berpacaran adalah serangkaian aktivitas bersama


yang diwarnai keintiman serta adanya ketertarikan emosi antara pria dan wanita
yang belum menikah dengan tujuan saling mengenal dan melihat kesesuaian
antara satu sama lain sebagai pertimbangan sebelum menikah. Para ahli
mengemukakan ada beberapa alasan mengapa remaja berpacaran di antaranya
yaitu:

a. Suatu bentuk rekreasi. Menurut Degenova & Rice (2005, hlm. 146)
menyebutkan salah satu alasan bagi remaja berpacaran adalah untuk
bersantai-santai,menikmati diri mereka sendiri dan memperoleh
kesenangan.

b. Proses sosialisasi (Padgham & Bliyth dkk dalam Santrock, 2003, hlm. 239),
dengan berpacaran akan terjadi interaksi tolong menolong, sebagaimana
berteman dengan orang lain.

c. Menjalin keakraban dengan lawan jenis, Padgham & Bliyth dkk (Santrock,
2003, hlm. 239) mengemukakan bahwa dengan berpacaran memberikan
kesempatan untuk menciptakan hubungan yang unik dengan lawan jenis.
Berpacaran juga dapat melatih keterampilan-keterampilan sosial, mengatur
waktu, uang dan malatih kemandirian (Degenova & Rice, 2005, hlm. 146).

d. Eksperimen dan penggalian hal-hal seksual (Santrock, 2003, hlm 239).


Pacaran menjadi lebih berorientasi seksual dengan adanya peningkatan
jumlah kaum muda yang semakin tertarik untuk melakukan hubungan intim
(Degenova &Rice, 2005, hlm. 146).

e. Berpacaran dapat menjadi alat untuk memilih dan menyeleksi pasangan dan
tetap memainkan fungsi awalnya sebagai masa perkenalan untuk hubungan
yang lebih jauh Padgham & Bliyth dkk (Santrock, 2003, hlm. 239). f.
Pacaran dapat mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang sikap
dan perilaku pasangan satu sama lain, pasangan dapat belajar bagaimana
cara mempertahankan hubungan dan bagaimana mendiskusikan dan
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi (Degenova & Rice,
2005, hlm. 146). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa alasan
remaja berpacaran yaitu sebagai bentuk rekreasi, proses sosialisasi, menjalin
keakraban dengan lawan jenis, ekperimen dan penggalian hal-hal seksual,
pemilihan teman hidup dan mengembangkan pemahaman sikap. Ada
beberapa komponen penting dalam menjalin hubungan pacaran. Komponen-
komponen tersebut dalam hubungan akan mempengaruhi kualitas dan
kelanggengan hubungan pacaran yang dijalani. Adapun komponen-
komponen tersebut antara lain: a. Saling percaya (Trust each other).
Menurut Karsner (Sukamadiarti, 2007, hlm. 18), kepercayaan dalam suatu
hubungan akan menentukan apakah suatu hubungan akan berlanjut atau
akan berhenti. Kepercayaan ini meliputi pemikiran-pemikiran kognitif
inidividu tentang apa yang sedang dilakukan oleh pasangannnya. Apabila di
dalam hubungan ada ketidakpercayaan, maka didalam hubungan tersebut
dapat dikatakan hanya ada cinta, tetapi tidak memiliki keintiman di
dalamnya, Sternberg and Barnes dalam (Degenova & Rice, 2005: 145). b.
Komunikasi (communication self). Menurut Karsner (Sukamadiarti, 2007,
hlm. 18),komunikasi merupakan dasar terbinanya suatu hubungan yang baik
di mana situasi merupakan kesempatan seseorang bertukar informasi
tentang dirinya dan orang lain. c. Keintiman (keep romance alive). Menurut
Karsner (Sukamadiarti, 2007, hlm. 18) keintiman merupakan perasaan
terhadap pasangannya. Keintiman tidak hanya terbatas pada kedekatan fisik
saja, akan tetapi ada kedekatan secara emosional dan rasa kepemilikan
terhadap pasangan. Oleh karena itu, pacaran jarak jauh juga tetap memiliki
keintiman yakni dengan adanyakedekatan emosional melalui katakata mesra
dan perhatian, cinta yang diberikan melalui sms, surat atau email.

f. Meningkatkan komitmen (increase commitment). Menurut Karsner


(Sukamadiarti, 2007, hlm. 18), komitmen merupakan tahapan di mana
seseorang menjadi terkait dengan sesuatu atau seseorang dan terus
bersamanya hingga hubungannya berakhir. Individu yang sedang pacaran,
tidak dapat melakukan hubungan spesial dengan pria atau perempuan lain
selama ia masih terkait hubungan pacaran dengan seseorang. Adanya
keintiman, saling percaya dan perasaan cinta dan berkomitmen, maka hal
inilah yang dinamakan cinta seutuhnya, Sternberg and Barnes (Degenova &
Rice, 2005, hlm. 145).

II. Remaja

Masa Remaja merupakan masa pencarian jati diri seseorang. dalam artian,
mereka masih mencari apa yang akan ia lakukan pada kehidupannya. Masa
remaja juga dipahami sebagai individu mengalami perubahan atau peralihan
usia baik secara fisik maupun nonfisik yang ditandai dengan adanya interaksi
sosial dengan manusia dewasa dan tidak lagi menggantungkan hidup kepada
orang yang lebih tua dalam hal ini adalah orang tua melainkan berada pada
tingkatan yang sama, baik dalam masalah hak maupun kewajibannya. Pada
masa remaja tahap pencarian jati diri terkadang remaja mulai melakukan
perilaku menyimpang atau yang biasa dikenal dengan kenakalan remaja,
bentuknya bermacam-macam seperti perkelahian secara perorangan atau
kelompok, tawuran pelajar, mabukan- mabukan, pemerasan, pencurian,
perampokan, penganiayaan, penyalahgunaan narkoba, dan seks bebas.

III. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia serta


mempengaruhi kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak
langsung. Lingkungan dibedakan menjadi dua; lingkungan biotik dan
lingkungan abiotik. Lingkungan biotik adalah lingkungan yang hidup,
misalnya tanah, pepohonan, dan para tetangga. Sementara lingkungan abiotik
mencakup benda-benda tidak hidup seperti rumah, gedung, dan tiang listrik.

a) Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil yang berperan penting sebagai


kelompok primer dalam masyarakat. Keluarga terdiri dari ayah, ibu dan
anak. Keluarga merupakan lembaga pertama, tempat berlangsungnya
proses sosialisasi serta mendapatkan suatu jaminan akan ketentraman
jiwanya, dimana anggota masyarakat baru mendapatkan pendidikan untuk
mengenal, memahami, mentataati dan mengharagai kaidah-kaidah serta
nilai-nilai yang berlaku.

b) Teman Sebaya

Kelompok sebaya adalah lingkungan kedua setelah keluarga, yang


berpengaruh bagi kehidupan individu. Terpengaruh tidaknya individu
dengan teman sebaya tergantung pada persepsi individu terhadap
kelompoknya, sebab persepsi individu terhadap kelompok sebayanya akan
menentukan keputusan yang diambil nantinya. Kelompok sebaya
menyediakan suatu lingkungan, yaitu tempat teman sebayanya dapat
melakukan sosialisasi dengan nilai yang berlaku, bukan lagi nilai yang
ditetapkan oleh orang dewasa, melainkan oleh teman seusianya, dan
tempat dalam rangka menentukan jati dirinya, namun apabila nilai yang
dikembangkan dalam kelompok sebaya adalah nilai negatif maka akan
menimbulkan bahaya bagi perkembangan jiwa individu.
Kuatnya pengaruh kelompok teman sebaya juga mengakibatkan
melemahnya ikatan individu dengan orang tua, sekolah, norma-norma
konvensional. Selain itu, banyak waktu yang diluangkan individu di luar
rumah bersama teman-teman sebayanya dari pada dengan orang tuanya
adalah salah satu alasan pokok pentingnya peran teman sebaya bagi
individu. Peranan penting kelompok sebaya terhadap individu
berkaitan dengan sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku
remaja seringkali meniru bahwa memakai model pakaian yang sama
dengan anggota kelompok yang popular maka kesempatan bagi dirinya
untuk diterima oleh kelompok sebaya menjadi besar.

Pengaruh teman sebaya


a) Pengaruh positif pergaulan
 Lebih mengenal nilai-nilai dan norma social yang berlaku sehingga
mampu membedakan mana yang pantas dan mana yang tidak
dalam melakukan sesuatu.
 Lebih mengenal kepribadian masing-masing orang sekaligus
menyadari bahwa manusia memiliki keunikan yang masing-
masing perlu dihargai.
 Mampu menyesuaikan diri dalam berinteraksi dengan banyak
orang sehingga mampu meningkatka rasa percaya diri.
 Mampu membentuk kepribadian yang baik yang bisa diterima di
berbagai lapisan masyarakat sehingga bisa tumbuh dan
berkembang menjadi sosok individu yang pantas diteladani.
b) Pengaruh negatif pergaulan
 Hilangnya semangat belajar dan cenderung malas dan menyukai
hal-hal yang melanggar norma social.
 Suramnya masa depan akibat terjerumus dalam dunia kelam,
misalnya: kecanduan narkoba, terlibat dalam tindak criminal dan
sebagainya.
 Tumbuh menjadi sosok individu dengan kepribadian yang
menyimpang. 

B. Penelitian yang relevan

Nama Judul Metode Hasil Penelitian Perbedaan


Peneliti/Tahun
Yesy Pengaruh Playstation Metode Nilai rata-rata rapot siswa Perbedaan
Verdinaningsih Terhadap Prestasi Pendek yang bermain playstation terdapat
/2008 Belajar Siswa Kelas atan yakni 68,72 dengan yang dalam objek
VIII Di MTs Al-Azhar Kuantit tidak bermain playstation sekolah dari
Carangrejo Sampung atif yakni 73, 69. Jadi semakin variabel X
sering diantara siswa itu yang
bermain playstation maka digunakan
prestasi belajarnya
menurun.
Devia Nur Pengaruh Lingkungan Metode Hasil ini menunjukkan
Fitriana/2011 Teman Sebaya dan Pendek bahwa terdapat pengaruh
Motivasi Belajar atan yang positif dan signifikan
Terhadap Kuantit antara lingkungan teman
Prestasi Belajar atif sebaya terhadap prestasi
Akuntansi Siswa Kelas belajar akuntansi. Ini berarti
X Program Keahlian lingkungan teman sebaya
Akuntansi SMK YPKK dan motivasi belajar cukup
2 Sleman. berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa.
Ida Farida Pengaruh Metode Hasil penelitian adalah
terdapat pengaruh positif dan
Achmad 2008 Kemandirian Belajar dan Pendek signifikan kemandirian belajar
Disiplin Belajar terhadap atan terhadap prestasi belajar siklus
akuntansi siswa kelas X SMK
Prestasi Belajar
Kuantit Negeri 7 Yogyakarta Tahun
Siklus Akuntansi Siswa Ajaran
atif 2007/2008 yang ditunjukkan
Kelas X SMK Negeri 7
dengan koefisien korelasi (r)
Yogyakarta Tahun sebesar
0,674, koefisien determinasi
Ajaran 2007/2008
(r2) sebesar 0,454. Dari uji t
diperoleh
thitung sebesar 7,842 pada taraf
signifikan 5%. Persamaan
dengan
penelitian ini adalah berupa
sama-sama meneliti variabel
mengenai
pengaruh kemandirian belajar
terhadap prestasi belajar
akuntansi.
C. Kerangka Berpikir

Kasus pergaulan bebas menjadi penyakit diantara para mahasiswa


di kota Surakarta banyak timbul dari kebiasaan nongkrong di jam belajar
dan berkencan. Meskipun banyak di antara mereka yang menggunakan
alasan nongkrong malam untuk mengerjakan tugas ataupun berpacaran
untuk meningkatkan motivasi belajar. Perlu adanya penelitian mengenai
hubungan perilaku berpacaran dan kebiasaan nongkrong malam terhadap
motivasi belajar mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antropologi UNS.

Perilaku
Berpacaran

Motivasi Belajar
mahasiswa Pendidikan
Sosiologi Antropologi
UNS
Kebiasaan
Nongkrong
Malam
D. Hipotesis

a) Adanya hubungan singnifikan terhadap hubungan perilaku berpacaran


dalam motivasi belajar mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antropologi UNS.

b) Adanya hubungan signifikan terhadap kebiasaan nongkrong malam dalam


motivasi belajar mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antropologi UNS.

c) Adanya hubungan signifikan antara perilaku berpacaran dan kebiasaan


nongkrong malam dalam motivasi belajar mahasiswa Pendidikan Sosiologi
Antropologi UNS.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, karena


penelitian ini disajikan dengan angka-angka. Hal ini sesuai dengan pendapat
(Arikunto 2006: 12)yang mengemukakan penelitian kuantitatif adalah
pendekatan penelitian yang banyak dituntut menguakan angka, mulai dari
pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan
hasilnya.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang disusun


sedemikian rupa sehingga peneliti akan dapat memperoleh jawaban untuk
pertanyaan-pertanyaan penelitinya. Jenis desain penelitian ini termasuk dalam
ex-post facto. Dalam penelitian ex-postfacto tidak ada kelompok kontrol atau
kegiatan pre tes.
Hubungan sebab dan akibat antara subjek satu dengan subjek yang lain
diteliti tidak manipulasi, karena penelitian ex- post facto hanya mengungkap
gejala-gejala yang ada atau telah terjadi. Fakta dalam penelitian ini
diungkapkan apa adanya dari data yang terkumpul. Dengan demikian
penelitian ini mengungkapkan hubungan dari varibel-vriabel yang ada.
Peneliti menyampaikan rancangan penelitian dan membuat kesepakatan
dengan siswa-siswa yang akan terlibat dalam penelitian tersebut. Pernyataan-
pernyataan yang tertera ditentukan berdasarkan hubungan antar varibel dengan
pengalaman hidup siswa-siswa yang terlibat penilitian.
C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk


apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono:
2009: 60). Jadi yang dimaksud dengan variabel penelitian dalam penelitian ini
adalah segala sesuatu sebagai objek penelitian yang ditetapkan dan dipelajari
sehingga memperoleh informasi untuk menarik kesimpulan. Sugiyono (2009:
61) menyampaikan bahwa variabel penelitian dalam penelitian kuantitatif dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1. Variabel bebas (independen variable)

Variabel bebas, merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi


sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat). Variabel
bebas (X) pada penelitian ini adalah keterampilan membaca nyaring.

2. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat, merupakan variabel yang dipengaruhi atu yang menjadi


akibat krena adanya variabel bebas. Variabel terikat (Y) pada penelitian ini
adalah pemahaman bacaan.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Sebelas Maret Kecamatan Jebres


Kota Surakarta. Tempat penelitian ini dipilih karena berawal dari studi
pendahuluan, peneliti menemukan beberapa permasalahan mengenai
banyaknya mahasiswa yang nongkrong malam tanpa batasan jam yang di
ikuti oleh perilaku berkencan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2018/2019.


Sebelum penelitian dimulai, peneliti mengawali dengan observasi untuk
menemukan permasalahan yang dapat memengaruhi motivasi belajar
mahasiswa. Observasi awal dilaksanakan pada 10 Maret 2018.

E. Populasi dan Sampel


1. Populasi Penelitian
Populasi menurut Gay (1987:102) merupakan kelompok tertentu
dari sesuatu (orang, benda, peristiwa, dan sebagainya) yang dipilih oleh
peneliti yang hasil studinya atau penelitiannya dapat digeneralisasikan
terhadap kelompok tersebut. Sisworo dalam Mardalis (2009:54)
mendefenisikan populasi sebagai sejumlah kasus yang memenuhi
seperangkat kriteria yang ditentukan peneliti. Populasi dalam penelitian ini
adalah mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antropologi UNS. mahasiswa
Pendidikan Sosiologi Antropologi UNS memiliki berbagai latar belakang
dan dipilihnya mahasiswa pendidikan sosiologi UNS sebagai subjek
penelitian berdasarkan berbagai pertimbangan, antara lain :
a. Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antropologi UNS merupakan
seseorang yang telah menemukan jati diri.
b. Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antropologi UNS umumnya jauh
dari orang tua dan cenderung melakukan hal dengan kebebasan mereka
sendiri.
2. Sampel Penelitian
Mardalis (2009:55) menyatakan sampel adalah contoh, yaitu sebagian dari
seluruh individu yang menjadi objek penelitian. Sampel penelitian yang
digunakan adalah random sampling. Cara untuk menentukan sampel
tersebut, adalah sebagai berikut :
a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga,dan dana.
b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal
ini menyangkut banyaknya data.
c. Besar kecilnya risiko yang ditanggung oleh peneliti.

Dalam penelitian ini diambil mahasiswa Pendidikan Sosiologi


Antropologi UNS yang sudah memiliki banyak pengalaman dan mengerti
seluk beluk mengenai berpacaran ataupun memiliki kebiasaan nongkrong
pada malam hari. Mahasiswa secara psikologi sedang berada dalam masa
kematangan dalam hal berpikir dan bertingkah laku.

F. Teknik Pengumpulan Data


Menurut Arikunto,(2006: 175) teknik pengumpulan data adalah cara
yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan.
Dalam penggunaan tenik pengumpulan data, peneliti memerlukan
instrumen yaitu alat bantu agar pengerjaan pengumpulan data menjadi
lebih mudah. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah:
Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan
data secara tidak langsung (tidak langsung bertanya jawab dengan
responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut
angket berisi sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab
atau direspon oleh responden (Sutopo, 2006: 82). Responden
mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban atau respon sesuai
dengan persepsinya. Angket yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah angket langsung yang mana angket akan langsung diisi oleh
narasumber.
G. Instrumen Penelitian
Arikunto (2006: 160) instrumen penelitian adalah alat yang digunakan
oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan
hasilnya lebih baik. Instrumen yang digunakan dalam penelitian kali ini
adalah angket atau kuisinioner (terdapat dalam lampiran).
1. Uji Coba Instrumen Penelitian
Uji coba instrumen perlu dilakukan sebelum melakukan penelitian.
Hal ini dimaksudkan agar instrumen yang akan digunakan dalam
mengukur variabel memiliki validitas dan reliabilitas sesuai dengan
ketentuan. Instrument dikatakan valid apabila instrumen tersebut telah
melalui uji reliabilitas. Untuk melaksanakan uji coba instrumen dalam
penelitian ini akan mengambil responden diluar sampel, responden
penelitian sebanyak 45 mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antropologi
UNS.
2. Uji Validitas Instrumen
Uji validitas adalah suatu alat yang menunjukkan seberapa jauh
suatu instrumen memiliki ketepatan dan kecermatan dalam melakukan
fungsi ukurnya. Arikunto (2006: 168-169) mengatakan, tinggi
rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang
terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang
dimaksud.
Validitas dalam penelitian ini merupakan jenis validitas isi, dimana
hal ini sesuai dengan pendapat Djamaludin Ancok (Masri
Singarimbun, 1989: 128) yang menyatakan bahwa validasi isi sesuai
alat pengukur ditentukan oleh sejauh mana isi alat pengukur tersebut
mewakili semua aspek yang dianggap sabagai spek kerangka konsep.
Untuk menguji validitas instrumen hubungan antara perilaku
berpacaran dengan kebiasaan nongkrong malam dalam motivasi
belajar peserta didik kelas XI di SMK Negeri 5 Surakarta dalam
penelitian ini menggunakan rumus korelasi product moment adalah
sebagai berikut:
Untuk menentukan instrumen valid atau tidak adalah dengan
ketentuan sebagai berikut:

a. Jika r hitung ≥ r tabel dengan taraf signifikansi 0,05, maka


instrumen tersebut dikatakan valid.

b. Jika r hitung < r tabel dengan taraf sigifikansi 0,05, maka


instrumen tersebut dikatakan tidak valid. (Duwi Priyanto, 2008: 17-
18)

3. Hasil validitas instrumen

Variabel R hitung R tabel R signifikansi Keputusan


X1.1 0.555 0.294 0.000 Valid
0.764 0.294 0.000 Valid
0.792 0.294 0.000 Valid
0.858 0.294 0.000 Valid
0.325 0.294 0.029 Valid
0.668 0.294 0.000 Valid
0.782 0.294 0.000 Valid
0.536 0.294 0.000 Valid
0.514 0.294 0.000 Valid
0.220 0.294 0.000 Tidak Valid
X2.1 0.479 0.294 0.001 Valid
0.762 0.294 0.000 Valid
0.796 0.294 0.000 Valid
0.743 0.294 0.000 Valid
0.760 0.294 0.000 Valid
0.065 0.294 0.065 Valid
0.303 0.294 0.043 Valid
0.482 0.294 0.001 Valid
0.644 0.294 0.000 Valid
0.651 0.294 0.000 Valid
Y1.1 0.677 0.294 0.000 Valid
0.621 0.294 0.000 Valid
0.496 0.294 0.001 Valid
0.468 0.294 0.001 Valid
0.548 0.294 0.000 Valid
0.342 0.294 0.022 Valid
Hasil diperoleh dengan menggunakan bantuan aplikasi SPPS dan
Microsoft Office Excel. Berikut hasil validitas dari instrumen yang telah di
sediakan.

Dari tabel-tabel di atas dapat diketahui bahwa masing-masing item


pertanyaan memiliki r hitung > dari r tabel ( 0,294) dan bernilai positif.
Dengan demikian butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid. Begitu
pula dengan r hitung < r tabel (0,294) maka butir pertanyaan tersebut
di nyatakan tidak valid.

4. Uji Relibialitas Instrumen

Selain harus valid, instrumen juga harus memenuhi


standar reliabilitas. Suatu instrumen dikatakan reliabel jika dapat
dipercaya untuk mengumpulkan data penelitian. Suharsimi Arikunto
(2006: 178) menyatakan bahwa reliabilitas menunjukkan pada suatu
pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut
sudah cukup baik.

Suatu hasil pengukuran dapat dikatakan reliabel jika alat pengukur


tersebut dapat dipercaya, sehingga kita bisa mendapatkan hasil yang
tetap dan konsisten. Dalam menghitung reliabilitas instrumen, peneliti
menggunkan rumus Cronbach’s Alpha. Rumus Cronbaach’s Alpha
digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya
berbentuk skala.

3. Hasil Reabilitas Instrumen


Hasil diperoleh menggunakan bantuan aplikasi SPSS dan Microsoft Office
Excel

X1
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
,763 ,757 10

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
,750 ,752 10
y
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
,671 ,677 6

Dari keterangan tabel di atas dapat diketahui bahwa masing-masing


variabel memiliki Cronbach Alpha > 0,60. Dengan demikian variabel (Perilaku
berpacaran, kebiasaan nongkrong malam, dan motivasi belajar) dapat dikatakan
reliabel.

I. Teknik Analisis Data


Setelah data-data yang penulis perlukan terkumpul, maka langkah selanjutnya
adalah menganalisis data. Analisis data yang penulis gunakan padapenelitian ini
menggunakan analisis kuantitatif. Statistik parametris memerlukan terpenuhi
banyak asumsi. Asumsi yang utama adalah data yang akan dianalisis harus
berdistribusi normal. Dalam regresi harus terpenuhi asumsi linieritas. Sehingga
data yang diperoleh dari hasil penelitian diuji normalitas dan linieritasnya terlebih
dahulu sebelum digunakan untuk menguji hipotesis.

Teknik Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji normalitas,
linearitas dan uji hipotesis.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil
berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Jika data penelitian
berdistribusi normal maka pengujian dapat menggunakan teknik analisis
parametrik, namun jika data tidak normal maka menggunakan teknik statistik non
parametrik. Pada penelitian ini untuk menguji normal tidaknya sampel dihitung
dengan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf
signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih dari
0,05.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas adalah suatu prosedur yang dilakukan untuk mengetahui status linier
tidaknya suatu distribusi nilai data hasil yang diperoleh, melalui uji linieritas akan
menentukan Anareg yang digunakan. Apabila dari suatu hasil dikategorikan linier
maka data penelitian diselesaikan dengan Anareg linier. Sebaliknya apabila data
tidak linier maka diselesaikan dengan Anareg non-linier. Untuk mendeteksi
apakah model linier atau tidak dapat dilakukan dengan membandingkan antara
nilai F-Statistik dengan F-Tabel dengan taraf signifikan 5%, yaitu:
a) Jika nilai F-Statistik > F-Tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa

model linier adalah ditolak.

b) Jika nilai F-Statistik < F-Tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa

model linier adalah diterima.

c. Penguji Hipotesis

Penguji hipotesis diakukan dengan menggunakan analisis kolerasi


product moment. Analisis ini dipakai untuk mengukur koefisien kolerasi
antara dua variabel. Analisis ini dimaksudkan untuk mengungkap kolerasi atau
hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya.

H. Analisis Butir Soal


Penganalisisan terhadap butir-butir item tes hasil belajar dapat
dilakukan dari 2 segi, yaitu: validitas, reliabilitas.
Adapun hasil analisisnya sebagai berikut :
1. Uji Coba Instrumen Penelitian
Uji coba instrumen perlu dilakukan sebelum melakukan penelitian.
Hal ini dimaksudkan agar instrumen yang akan digunakan dalam
mengukur variabel memiliki validitas dan reliabilitas sesuai dengan
ketentuan. Instrument dikatakan valid apabila instrumen tersebut telah
melalui uji reliabilitas. Untuk melaksanakan uji coba instrumen dalam
penelitian ini akan mengambil responden diluar sampel, responden
penelitian sebanyak 45 mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antropologi
UNS seacara acak.
4. Uji Validitas Instrumen
Uji validitas adalah suatu alat yang menunjukkan seberapa jauh
suatu instrumen memiliki ketepatan dan kecermatan dalam melakukan
fungsi ukurnya. Arikunto (2006: 168-169) mengatakan, tinggi
rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang
terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang
dimaksud.
Validitas dalam penelitian ini merupakan jenis validitas isi, dimana
hal ini sesuai dengan pendapat Djamaludin Ancok (Masri
Singarimbun, 1989: 128) yang menyatakan bahwa validasi isi sesuai
alat pengukur ditentukan oleh sejauh mana isi alat pengukur tersebut
mewakili semua aspek yang dianggap sabagai spek kerangka konsep.
Untuk menguji validitas instrumen hubungan antara perilaku
berpacaran dengan kebiasaan nongkrong malam dalam motivasi
belajar mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antropologi UNS dalam
penelitian ini menggunakan rumus korelasi product moment adalah
sebagai berikut:

Untuk

menentukan instrumen valid atau tidak adalah dengan ketentuan


sebagai berikut:

c. Jika r hitung ≥ r tabel dengan taraf signifikansi 0,05, maka


instrumen tersebut dikatakan valid.

d. Jika r hitung < r tabel dengan taraf sigifikansi 0,05, maka


instrumen tersebut dikatakan tidak valid. (Duwi Priyanto, 2008: 17-
18)
5. Uji Relibialitas Instrumen

Selain harus valid, instrumen juga harus memenuhi


standar reliabilitas. Suatu instrumen dikatakan reliabel jika dapat
dipercaya untuk mengumpulkan data penelitian. Suharsimi Arikunto
(2006: 178) menyatakan bahwa reliabilitas menunjukkan pada suatu
pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut
sudah cukup baik.

Suatu hasil pengukuran dapat dikatakan reliabel jika alat pengukur


tersebut dapat dipercaya, sehingga kita bisa mendapatkan hasil yang
tetap dan konsisten. Dalam menghitung reliabilitas instrumen, peneliti
menggunkan rumus Cronbach’s Alpha. Rumus Cronbaach’s Alpha
digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya
berbentuk skala.

Rumus reliabilitas menggunakan rumus Cronbach’s Alpha adalah


sebagai berikut:

J. Teknik Analisis Data

1. Uji Linearitas

Dalam
menguji
lineritas
hubungan digunakan teknik uji – F. Tujuan uji linearitas adalah untuk
mengetahui apakah antara variabel X dengan variabel Y memiliki
hubungan linear atau tidak. Rumus uji linearitas data adalah:

2. Uji Normalitas

Menurut Sugiyono (2011:241), statistik parametris memberikan


syarat bahwa setiap variabel yang akan dianalisis harus berdistribusi
normal maka sebelum pengujian hipotesis dilakukan terlebih dahulu
pengujian normalitas data. Uji normalitas dilakukan pada kedua
variabel yang akan diteliti. Variabel bebas (X) adalah berilaku
berpacaran dan kebiasaan nongkrong malam, dan variabel terikat (y)
adalah motivasi belajar.

3. Penguji Hipotesis

Penguji hipotesis diakukan dengan menggunakan analisis


kolerasi product moment. Analisis ini dipakai untuk mengukur
koefisien kolerasi antara dua variabel. Analisis ini dimaksudkan
untuk mengungkap kolerasi atau hubungan antara variabel yang
satu dengan variabel yang lainnya.

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Uji Asumsi Klasik

1. Normalitas
Uji normalitas residual bertujuan untuk mengetahui apakah
distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi normal atau tidak.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis grafik dan juga
menggunakan uji kolmogorov-smirnov dengan melihat dari nilai
kolmogorov smirnov z dan nilai Asymp.Sig nya.
Dasar pengambilan keputusan dalam penelitian ini adalah
asymp.sig diatas level signifikan 5% (0,05) maka dapat disimpulkan
bahwa variabel tersebut berdistribusi normal. Berdasarkan data di atas
pengolahan data yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini, maka hasil
uji normalitas adalah sebagai berikut :

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardiz
ed Residual
N 45
a,b
Normal Parameters Mean ,0000000
Std. 1,80602905
Deviation
Most Extreme Absolute ,122
Differences Positive ,058
Negative -,122
Test Statistic ,122
Asymp. Sig. (2-tailed) ,090c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

Berdasarkan uji kolmogorov-smirnov diketahui nilai signifikansi sebesar


0,090 lebih besar dari 0,05 , sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang kita uji
berdistribusi normal.

2. Multikolinieritas
Pengujian Multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah
antara variabel independen memiliki hubungan atau tidak satu sama
lainnya. Uji Multikolinieritas perlu dilakukan karena jumlah variabel
independen dalam penelitian ini berjumlah lebih dari satu. Berdasarkan
atas pengolahan data yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini maka
hasil uji normalitas adalah sebagai berikut :
Coefficientsa

Standardize
Unstandardized d Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics

Toleranc
Model B Std. Error Beta t Sig. e VIF

1 (Constant 4,941 1,987 2,486 ,017


)

x1 ,189 ,080 ,343 2,344 ,024 ,805 1,243

x2 ,160 ,085 ,275 1,877 ,067 ,805 1,243

a. Dependent Variable: y1

Berdasarkan output di atas diketahui bahwa: nilai tolerance


variabel keaktifan (X1) dan efisiensi (X2) yakni 0.805 lebih besar dari
0,10. Sementara itu nilai VIF variabel keaktifan (X1) dan efisiensi (X2)
yakni 1,243 lebih kecil dari 10,00. Sehingga dapat disimpulkan tidak
terjadi multikukolinieritas.
3. Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan
atau korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Dalam pengujian ini, peneliti
menggunakan uji Durbin Watson yang dilihat dalam tabel model summary berikut
ini :

Model Summaryb

R Adjusted R Std. Error of Durbin-


Model R Square Square the Estimate Watson

1 ,526a ,276 ,242 1,849 1,727


a. Predictors: (Constant), x2, x1

b. Dependent Variable: y1

Berdasarkan hasil tabel di atas diketahui nilai DW 1,727, selanjutnya nilai


ini akan dibandingkan dengan nilai tabel signifikansi 5%, jumlah sampel N = 45
dan jumlah variabel indipenden 2 ( K=2 ). Maka diperoleh niali dU = 1,6148 dan
dL = 1,4298.
Dari perhitungan yang telah dilakukan, diketahui niali DW 1,727 lebih
besar dari batas atas dU yakni 1,6148 dan kurang dari (4- du), yakni 4-1,6148 =
2,3852. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi.

4. Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi terdapat kesamaan atau ketidak samaan varians antara
pengamatan yang satu dengan pengamatan yang lainnya. Uji statistik yang
digunakn adalah dengan uji Glejser melalui regresi nilai absolut t residual
dengan variabel independennya. Maka uji heteroskedastisitas adalah sebagai
berikut :
Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

1 (Constant) -1,342E-15 1,987 ,000 1,000

x1 ,000 ,080 ,000 ,000 1,000 ,805 1,243

x2 ,000 ,085 ,000 ,000 1,000 ,805 1,243

a. Dependent Variable: RES2


Berdasarkan output di atas diketahui bahwa nilai signifikansi variabel perilaku
berpacaran (X1) sebesar 1,243 lebih besar dari 0,05. Artinya tidak terjadi
heteroskedastisitas pada variabel keaktifan (X1). Sementara itu diketahui nilai
signifikansi variabel efisiensi (X2) yakni 1,243 lebih besar dari 0,05. Artinya tidak terjadi
heteroskedastisitas pada variabel kebiasaan nongkrong malam. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas hingga model regresi yang
baik dan ideal dapat terpenuhi.

B. Uji Hipotesis

1) Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji F dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara


bersama-sama Pengaruh Perilaku Berpacaran dan Kebiasaan
Nongkrong Malam terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Pendidikan
Sosiologi Antropologi. Dalam uji F ini, nilai yang digunakan adalah
nilai F dan nilai Sig yang terdapat dalam tabel anova yang disajikan
dibawah ini dalam tabel di bawah ini. Dalam pengujian ini dengan cara
melihat nilai F hitung yang terdapat dalam tabel anova kemudian
dibandingkan dengan nilai F tabel, sedangkan nilai Sig dibandingkan
dengan nilai signifikansi yaitu sebesar 0.05.

ANOVAa

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 54,795 2 27,397 8,018 ,001b

Residual 143,517 42 3,417

Total 198,311 44

a. Dependent Variable: Motivasi belajar

b. Predictors: (Constant), Perilaku berpacaran, kebiasaan nongkrong malam


Tahap-tahap untuk melakukan uji F adalah sebagai berikut:

a. Merumuskan hipotesis
H0 :
1. Perilaku berpacaran tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
motivasi belajar mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antropologi.
2. Kebiasaan nongkrong malam tidak memiliki pegaruh yang signifikan
terhadap motivasi belajar mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antropologi.
3. Perilaku berpacaran dan kebiasaan nongkrong malam tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap motivasi belajar mahasiswa Pendidikan
Sosiologi Antropologi.
Ha :
1. Perilaku berpacaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
motivasi belajar mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antropologi.
2. Kebiasaan nongkrong malam memiliki pegaruh yang signifikan
terhadap motivasi belajar mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antropologi.
3. Perilaku berpacaran dan kebiasaan nongkrong malam memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap motivasi belajar mahasiswa Pendidikan
Sosiologi Antropologi.

b. Menentukan tingkat signifikansi


Tingkat signifikansi menggunakan a = 5% (0,05). Signifikansi 5% atau
0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam penelitian
c. Menentukan F hitung
Dari hasil perhitungan SPSS diperoleh nilai Fhitung sebesar 8,018
d. Menentukan F tabel Dengan menggunakan tingkat signifikansi 95%,
a = 5%
df 1 = k – 1 = 3 – 1 = 2
df 2 = n - k = 45 – 2= 43
n adalah jumlah responden dan k adalah jumlah variabel, hasil diperoleh
untuk Ftabel sebesar 3,39.
e. Menentukan nilai signifikansi
Dari hasil perhitungan SPSS diperoleh nilai Sig sebesar 0,001.
f. Kriteria pengujian
Dalam penelitian ini menggunakan dua kriteria pengujian, yaitu :
H0 diterima apabila Fhitung < Ftabel
H0 ditolak apabila Fhitung > Ftabel
Ha diterima apabila nilai signifikansi > 0,05
Ha ditolak apabila nilai signifikansi < 0,05

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai Fhitung sebesar 8,018 dengan nilai
Sig sebesar 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa nilai Fhitung lebih besar dari
Ftabel 3,39 dan nilai Sig lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian H0 ditolak
dan Ha diterima. Artinya perilaku berpacaran dan kebiasaannongkrong
malam memiliki pengaruh terhadap motivasi belajar mahasiswa
Pendidikan Sosiologi Antropologi.

2) Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t)


Uji t ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh secara parsial (individu)
variabel-variabel independen yakni pengaruh perilaku berpacaran dan
kebiasaan nongkrong malam terhadap motivasi belajar mahasiswa
Pendidikan Sosiologi Antropologi. Pengujian ini menggunakan tabel
coefficients yang akan disajikan dalam Tabel berikut.

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.


1 (Constant) 4,941 1,987 2,486 ,017

Perilaku ,189 ,080 ,343 2,344 ,024


berpacaran

Kebiasaan ,160 ,085 ,275 1,877 ,067


nongkrong
malam

a. Dependent Variable: motivasi belajar mahasiswa pendidikan sosiologi


antropologi

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui nilai thitung dari setiap variabel.
a. Pengaruh perilaku berpacaran terhadap motivasi belajar mahasiswa
Pendidikan Sosiologi Antropologi. Berdasarkan tabel dapat diperoleh nilai
thitung sebesar 2,344 dengan nilai Sig sebesar 0.024. Hal ini menunjukkan
bahwa nilai thitung lebih besar daripada nilai t tabel 2,021 dan nilai Sig lebih
kecil daripada 0,05. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya
variabel perilaku berpacaran berpengaruh dengan motivasi belajar
mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antropologi.
b. Pengaruh kebiasaan nongkrong malam terhadap motivasi belajar
mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antropologi. Berdasarkan tabel dapat
diperoleh nilai thitung sebesar 1,877 dengan nilai Sig sebesar 0,067. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai thitung lebih kecil daripada nilai ttabel 2,021 dan
nilai Sig lebih kecil daripada 0,05. Dengan demikian H0 diterima dan Ha
diterima. Artinya variabel kebiasaan nongkrong malam berpengaruh
terhadap motivasi belajar mahasiswa Pendidikan Sosiologi Antropologi.

1. Koefisien Determinasi (R2 )


Nilai yang digunakan dalam koefisien determinasi adalah dengan
menggunakan nilai R Square. Nilai tersebut digunakan untuk mengukur
seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen.
Nilai R Square yang digunakan, diambil dari tabel model summary dalam
tabel autokorelasi.

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate

1 ,526a ,276 ,242 1,849

a. Predictors: (Constant), Perilaku berpacaran, kebiasaan


nongkrong malam

Nilai R
b. Dependent Variable: Motivasi belajar
Square
pada table di atas adalah sebesar 0.276 artinya 27,6%. hal ini berarti variasi
variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar
27,6%, sedangkan sisanya sebesar 72,4% dijelaskan oleh variabel lainnya yang
tidak dimasukkan kedalam model regresi dalam penelitian ini. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa perilaku berpacaran dan kebiasaan nongkrong malam
berpengaruh sebesar 27,6% terhadap tingkat motivasi belajar mahasiswa
Pendidikan Sosiologi Antropologi, sedangkan sisanya sebesar 72,4% dipengaruhi
oleh variabel lain yang tidak diteliti.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian kualitatif dengan teknik observasi dan
pengisian angket yang dilaksanakan di Universitas Sebelas Maret mengenai
perilaku berpacaran dan kebiasaan nongkrong malam terhadap motivasi belajar
mahasiswa dapat diambil beberapa kesimpulan. Kesimpulan tersebut dipaparkan
sebagai berikut:
1. Sesuai dengan data yang diperoleh peneliti, motivasi belajar yang di peroleh
mahasiwa berasal dari pasangan mereka melalui perilaku berpacaran dengan
batas pemberian motivasi dan semangat untuk belajar dan cepat lulus.
2. Kebiasaan nongkrong malam selama dalam batas wajar dan dengan teman-
teman sebaya satu tujuan dari kalangan mahasiswa dapat meningkatkan
motivasi belajar mahasiswa seperti menyelesaikan tugasnya di beberapa tempat
nongkrong.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan beberapa permasalahan yang
belum terpecahkan, sehingga peneliti mengajukan beberapa saran. Saran tersebut
antara lain sebagai berikut:
1. Perilaku berpacaran sebaiknya dengan menggunakan prinsip untuk tidak
merusak atau merugikan pasangan. Hal tersebut dapat berupa mengingatkan
pasangan untuk belajar atau menyelesaikan tugasnya.
2. Teman sebaya dapat mendukung aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran.
Walaupun dengan nongkrong malam, hal tersebut dapat di ikuti oleh kegiatan
positif seperti menyelesaikan tugas ataupun belajar.
3. Pendidikan karakter harus didukung semua pihak yang berkepentingan.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.spssindonesia.com/2014/01/uji-normalitas-kolmogorov-smirnov-
spss.html
https://www.spssindonesia.com/2014/02/uji-linearitas-dengan-program-spss.html
https://www.spssindonesia.com/2014/02/uji-multikolonieritas-dengan-
melihat.html
https://www.spssindonesia.com/2014/02/uji-heteroskedastisitas-glejser-spss.html
https://www.spssindonesia.com/2014/02/uji-autokorelasi-dengan-durbin-
watson.html

Winarno Surachmad. (1980). Dasar dan Teknik Research. Bandung: Tarsito


Zuchdi, Darmiyati. et al. (2011). Pendidikan Karakter dalam Perspektif Teori dan
Praktik. Yogyakarta: UNY Press.

Suharsimi Arikunto. (2006).. Jakarta. Rineka Cipta. Prosedur Penelitian. Suatu


Pendekatan Praktik
Suharsimi Arikunto. (1990). Managemen Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta.

Lampiran.

ANGKET PENELITIAN

HUBUNGAN PERILAKU BERPACARAN DAN KEBIASAAN


NONGKRONG MALAM TERHADAP MOTIVASI BELAJAR
MAHASISWA PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI FKIP UNS

A. Pengantar

Angket penelitian ini dibuat sebagai alat pengumpul data bagi


peneliti. Dalam angket ini, anda diminta untuk memberikan jawaban
secara jujur dan benar sesuai dengan apa yang dialami dan telah anda
lakukan dengan sebenarnya. Kesediaan anda dalam mengisi angket ini
merupakan jasa yang sangat berharga bagi peneliti dalam menyelesaikan
penelitian ini. Atas ketersediaannya, peneliti mengucapkan terimakasih.
B. Petunjuk pengisian

1. Tulislah data identitas secara lengkap !


2. Bacalah semua pertanyaan dan salah satu jawaban sesuai dengan
penilaian sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya dialami
sendiri
3. Berikan skor pada butir-butir pernyataan dengan cara memberi
tanda ceklist (√) pada kolom skor (4,3,2,1) sesuai dengan kriteria
sebagai berikut
(4) Sangat Setuju / SS
(3) Setuju / S
(2) Tidak Setuju / TS
(1) Sangat Tidak Setuju / STS
4. Sebelum anda kembalikan kepada peneliti, periksalah kembali
kuesioner anda apakah semua pernyataan telah dijawab
5. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, tetapi jawaban yang jujur
sangat diharapkan.

C. Identitas Responden

Nama :
Jenis Kelamin :
Angkatan :

SKOR

NO PERTANYAAN 4 3 2 1

SS S TS STS

1. Saya mengetahui tentang pacaran

2. Saya pernah berpacaran

3. Saya saat ini mempunyai pacar

4. Saya sering pergi bersama pacar

5. Saya suka saat pacaran ditempat sepi

6. Orang tua saya mengizinkan berpacaran


7. Saya bangga dengan status berpacaran saya

8. Dampak positif berpacaran lebih banyak


dibandingkan dengan dampak negatifnya

9. Saya merasa malu dan kurang percaya diri


jika saya tidak mempunyai pacar

10. Saya diejek atau dicemooh teman saat saya


tidak memiliki pacar

11. Saya pernah nongkrong pada saat malam


hari

12. Saya suka nongkrong pada saat malam hari

13. Saya banyak menghabiskan waktu untuk


nongkrong

14. Saya suka nongkrong lebih dari 4 kali


seminggu

15. Saya merasa nongkrong pada malam hari


memberikan kepuasan tersendiri

16. Saya merasa kecanduan nongkrong pada


malam hari

17. Saya merasa waktu belajar berkurang karena


sering nongkrong malam

18. Saya lebih suka nongkrong daripada belajar

19. Saya diejek teman saya jika saya tidak


mengikuti nongkrong malam bersama

20. Dampak positif nongkrong malam lebih


banyak dibandingkan dengan dampak
negatifnya

21. Dampak negatif pacaran lebih banyak


daripada dampak positifnya

22. Saya suka nongkrong malam sembari


belajar/mengerjakan tugas
23. Ada pengaruh memiliki pacar dalam prestasi
belajar saya

24. Saya sering belajar bersama pacar saya

25. Saya tidak memiliki motivasi belajar apabila


tidak memiliki pacar

26. Saya lebih suka belajar ditempat ramai

Anda mungkin juga menyukai