Abstrak
Seks pranikah merupakan hubungan seksual yang dilakukan sebelum adanya pernikahan. Banyak remaja yang
memutuskan untuk melakukan seks pranikah. Sekilas remaja sudah mengetahui dampak seks pranikah, namun
remaja tetap melakukan perilaku tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana makna hubungan
seks pranikah bagi remaja akhir. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif fenomenologi dengan
partisipan sebanyak 3 orang. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada remaja akhir yang melakukan
perilaku seks pranikah, diperoleh kesimpulan bahwa makna hubungan seks pranikah adalah sebagai pemuas
nafsu dan sebagai bentuk mengatasi rasa kesepian.
Abstract
Premarital sex is sexual relations carried out before marriage. Many teenagers decide to have premarital sex. At first glance,
teenagers already know the impact of premarital sex, but teenagers still carry out this behavior. The aim of this research is to
find out the meaning of premarital sex for late adolescents. The research method used was qualitative phenomenology with 3
participants. Based on the results of research conducted on late adolescents who engage in premarital sexual behavior, it was
concluded that the meaning of premarital sex is to satisfy lust and as a form of overcoming feelings of loneliness.
1
1
A. PENDAHULUAN
Saat ini marak fenomena perilaku seksual dikalangan remaja disebut sebagai seks
pranikah. Menurut Sarwono (dalam Umaroh dkk., 2017) seks pranikah adalah hubungan
Nasional (BKKBN) tahun 2019, seks bebas kini menjadi masalah utama remaja di Indonesia
dan menjadi masalah serius karena jumlah remaja tergolong besar yaitu berada pada angka
26,7% dari total penduduk . Berdasarkan data yang ada pada tahun 2022 meningkat, besaran
persentase anak yang sudah melakukan hubungan seks pada usia 11-14 tahun mencapai 6 %.
Sedangkan pada usia 15-19 tahun, 74% laki-laki dan 59% perempuan mengaku sudah pernah
melakukan hal tersebut. Kemudian pada usia 20-24 tahun, jumlah yang sudah berhubungan
seks mencapai 12% untuk laki-laki dan 22% pada perempuan. (BKKBN.net, 2022).
Semakin tinggi pelaku perilaku seks pranikah, sehingga dampak yang dirasakan juga
semakin meningkat yang berdampak negatif bagi dirinya sendiri, keluarga dan
terbaru mengenai kasus penyakit menular seksual di Indonesia. Mohammad Syahril selaku
juru bicara Kemenkes menyebut bahwa kasus sifilis meningkat hampir 70% dalam kurun
waktu lima tahun terakhir, yakni 2018 sampai 2022 kemarin (Um-surabaya.ac.id, 2023).
Terlebih dari permasalahan yang terjadi seperti dampak dari perilaku seks pranikah,
cara seperti penyuluhan, video-video edukasi dimedia sosial dan dan bahkan web khusus.
Dengan adanya program edukasi yang semakin meningkat tentunya remaja sudah
Tingginya kejadian hubungan seks pranikah pada remaja menurut berbagai penelitian
remaja melakukan hubungan seksual pranikah yaitu: adanya dorongan biologis, pemberian
fasilitas (termasuk uang) pada remaja secara berlebihan, pergeseran nilai-nilai moral dan
khususnya wanita untuk melakukan hubungan seks pranikah. Menurut Santrock (dalam
Sarwono, 2011) alasan-alasan mengapa remaja berhubungan seks antara lain: dipaksa,
merasa sudah siap, butuh dicintai, dan takut diejek teman karena masih gadis atau perjaka.
Makna Hubungan Seks Pranikah Bagi Remaja Akhir
Bedasarkan hasil penggalian data awal yang dilakukan penulis melalui wawancara
dengan partisipan berinisial FP pada tanggal 16 Juli 2023. FP secara aktif melakukan
hubungan seksual, dan partisipan sebelumnya sudah mengetahui dampak negatif dan
Berdasarkan uraian diatas telah disebutkan sekilas bahwa remaja sudah mengetahui
apa dampak perilaku seks bagi hidup dan seharusnya remaja menahan dorongan dan
memilih tidak melakukannya. Namun remaja tetap melakukan dan bahkan berulang serta
makin intens, dikarenakan agama sudah tidak dapat membendung perilaku remaja untuk
melakukan seks pranikah, dan dampak - dampak negatif yang telah dirasakan pun juga
tidak dianggap sebagai suatu ancaman. Sehingga peneliti ingin menggali lebih dalam apa
sesungguhnya makna perilaku hubungan seks pranikah bagi mereka sehingga remaja rela
B. METODE
makna secara psikologis dari suatu pengalaman hidup individu terhadap suatu fenomena
melalui penelitian yang mendalam dengan cara wawancara dan observasi dalam hal
menggambarkan secara jelas dan lebih terperinci berdasarkan fenomena yang dialami subjek
wawancara dan observasi. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja akhir berusia 18 -24
tahun yang sudah pernah melakukan hubungan seks pranikah. Penelitian ini dilakukan di
kota Yogyakarta, Peneliti bersama tiga partisipan dan tiga informan melakukan wawancara
di tempat yang sudah disepakati oleh masing – masing pihak. Penelitian ini menggunakan
metode unit penganalisisan data secara individual dengan melibatkan tiga partisipan dan
tiga informan. Untuk penjelasan yang lebih jelas dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 1. Jumlah keseluruhan Partisipan dan Informan Penelitian
Memiliki pengetahuan dan informasi dampak seks pranikah, 4. Bersedia menjadi partisipan
Data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan penelitian diurutkan di dalam
bentuk narasi. Dalam penelitian ini terdapat tiga orang partisipan utama dan tiga orang
informan yang memiliki kedekatan dnegan partisipan seperti keluarga ataupun temen dekat
dari partisipan
Partisipan AT mengetahui mengenai seks dan seks pranikah, tidak hanya itu AT juga
mengetahui dampak yang akan terjadi pada dirinya ketika melakukan hubungan seksual
Menurut pernyataan AT perasaan kasih sayang dan cinta bukan bentuk rasa pembuktian
keseriusan dalam hubungan. Dan menganggap seks hanya sebatas nafsu belaka yang
dilakukan sebelum menikah. AT menyatakan seks merupakan gaya hidup remaja saat ini
ketika teknologi semakin canggih dan pergaulan sudah semakin bebas, dilingkungan
pertemanan AT juga melakukan hal yang sama. Seks menurut AT tidak terlalu penting
namun AT sulit mengendalikan nafsu ketika bersama dengan pasangannya, hal tersebut
dikarenakan faktor libido remaja diusia matang juga semakin meningkat. AT juga
berpendapat jika seks dikalangan remaja merupakan hal yang wajar, dilihat dari lingkungan
Seks bagi FZ merupakan bentuk rasa kesepian, bukan hanya nafsu. Karena dari
namun saat ini FZ melakukan hubungan seks dengan pasangannya. FZ mengatakan bahwa
seks saat ini dikalangan remaja bisa dikatakan wajar dan tidak wajar, FZ mengatakan tidak
wajar dikarenakan perilaku tersebut menyalahi norma. Dan FZ mengatakan hal yang wajar
dikarenakan remaja saat ini sudah banyak yang melakukan hubungan seks begitupun juga
Menurut FP melakukan hubungan seks bagi dirinya merupakan suatu yang penting,
berkeinginan untuk berhenti melakukan seks sebelum menikah, tetapi FP selalu menemukan
partner yang sama saja dengan dirinya. Bagi FP seks panikah merupakan pemuas nafsu
ketika belum terjadi pernikahan, FP tidak setuju jika seks pranikah dijadikan alasan sebagai
pembuktian rasa cinta pada pasangan dan menurut FP bukti rasa cinta yaitu pernikahan. FP
juga mengatakan seks pranikah saat ini sudah menjadi hal yang wajar karena dilingkungan
pertemanannya banyak yang sudah melakukan perilaku seksual seperti ciuman, pelukan
meskipun tidak sampai melakukan hubungan badan. Namun kebanyakan teman FP sudah
kesepian, FZ akan melakukan apa saja bahkan melakukan hubungan seksual dengan pria
membutuhkan seseorang yang selalu ada didekatnya. Kurangnya kasih sayang yang
didapatkan partisipan dari orang tuanya yang menyebabkan partisipan mencari cara untuk
mengartikan seks sebagai pemuas nafsu dan menganggap suatu kebutuhan biologis. Tidak
ada makna yang mendalam, karena menurut partisipan melakukan seks tidak lagi berharga
hanya untuk kesenangan sesaat dan gaya hidup berpacaran saat ini.
Dalam penelitian ini tidak ada yang menormalisasikan perilaku seksual pranikah,
namun karena seks pranikah sudah banyak sekali yang melakukan lalu mengubah
hubungan seks pada saat ini merupakan hal yang wajar dilakukan dikalangan remaja.
Pernyataan tersebut sama halnya dengan penelitian Christy dan Sudarji (2018) yang
menyatakan bahwa remaja menganggap perilaku seks merupakan suatu hal yang wajar
dilakukan bahkan sebelum menikah karena perilaku tersebut merupakan wujud puncak
cinta mereka. Dalam kemajuan jaman hal tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa melakukan
seks sebelum pernikahan menjadi suatu yang biasa dilakukan. Namun partisipan sangat
tidak membenarkan perilaku mereka sendiri karena menyadari bahwa perilaku tersebut
menyalahi norma agama dan sebaiknya jangan pernah melakukan perilaku seksual, karena
menurut partisipan jika sudah melakukan hal tersebut maka sangat sulit untuk dihentikan.
Menegaskan bahwa seluruh subjek memiliki kecenderungan jika makna seks pranikah
cenderung positif dinyatakan dengan subjek lebih mendapatkan dampak positif yang
mereka rasakan dibandingkan dampak negatif yang justru jarang sekali mereka rasakan.
subjek merasa ketagihan. Menurut Rahadi & Indarjo (2017) perasaan ketagihan untuk
melakukan hubungan seks menyebabkan individu akan terus melakukan perilaku seks
pranikah dengan pacarnya atau dengan partner. Hal ini karena perilaku seks pranikah yang
dilakukan berulang membuat partisipan terbiasa dan menjadikan perilaku tersebut sebagai
sebuah kebutuhan.
Menurut teori Sarwono (2012) mengatakan dampak psikologis perilaku seksual adalah
mengalami perasaan marah, takut, cemas bersalah dan berdosa, bahwa seks pranikah
membawa dampak negatif ternyata benar. Dampak negatif yang partisipan rasakan yaitu
ketagihan, selalu merasa cemas, partisipan khawatir jika setelah melakukan hubungan seks
akan terjadi kehamilan dan bahkan tertular penyakit seksual. Selain itu partisipan juga
mengatakan bahwa sering kali merasa sakit setelah melakukan hubungan seksual. Untuk
dampak positif yang dirasakan partisipan yaitu membuat perasaan partisian menjadi lega,
memperbaiki suasana hati, menghilangkan stres, membuat hubungan menjadi lebih baik
ketika bertengkar bahkan partisipan mengatakan jika dapat membuatnya sembuh dari sakit
kepala.
Berdasarkan hasil penelitian ini, makna hubungan seks pranikah bagi remaja akhir
merupakan sebagai bentuk penyalur nafsu dan untuk memenuhi kebutuhan biologis remaja
akhir. Dikarenakan diusia yang sudah matang dan masa produktif remaja akhir sulit untuk
mengontrol libido sehingga mudah memutuskan untuk melakukan hubungan seks dengan
lawan jenis. Dan perilaku tersebut sudah menjadi hal yang wajar serta sulit dihentikan
karena sudah terjerumus terlalu jauh seperti sudah sering menginap bersama bahkan tinggal
bersama.
Makna Hubungan Seks Pranikah Bagi Remaja Akhir
D. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada remaja akhir yang sudah pernah
melakukan hubungan seksual pranikah dan memiliki pendapat mengenai makna hubungan
seks pranikah, diperoleh kesimpulan bahwa makna hubungan seks pranikah merupakan
hanya sebuah pelampiasan nafsu sebelum adanya pernikahan dan sebagai pemuas rasa
kesepian individu yang menginginkan partner yang selalu ada bersama individu tersebut.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan pernyataan subjek dari hasil data setelah melakukan
wawancara. Berdasarkan prosesnya ketiga partisipan ini memaknai hubungan seks pranikah
Selain hanya sebagai pemuas nafsu atau memenuhi kebutuhan biologis, setiap
partisipan merasakan dampak negatif dan positif ketika melakukan hubungan seksual.
Setiap partisipan mendapati dampak negatif pada fisik dan psikologis pada dirinya. Untuk
dampak negatif pada fisik yang partisipan rasakan yaitu merasakan luka pada alat kelamin
seksual pranikah yaitu menganggap seks sudah menjadi hal yang biasa atau wajar
dikalangan mereka dan dilingkungan pertemanan, selain itu alasan partisipan terus
kesempatan saat berdua dan terjadi karena adanya kesepakatan antara pasangan.
DAFTAR PUSTAKA
Aryani, R.(2010). Kesehatan remaja problem dan solusinya. Salemba Medika: Jakarta
Brousseau, M. M., Hébert, M., & Bergeron, S. (2012). Sexual Coercion Within Mixed-Sex
Couples: The Roles of Sexual Motives, Revictimization, and Reperpetration. Journal of
Sex Research, 49(6), 533–546.
https://doi.org/10.1080/00224499.2011.574322
Centers for Disease Control and Prevention. Sexual Risk Behaviors Can Lead to HIV, STDs, &
Teen Pregnancy. (2019). Adolescent and School Health. Accessed June 14, 2021
https://www.cdc.gov/healthyyouth/data/yrbs/pdf/YRBSDataSummaryTrend
Report2019-508.pdf
Christy, K., Sudarji, S. (2018). Gambaran Harga Diri Remaja Putri Yang Melakukan Seks
Pranikah. Journal Psibernetika, 11(1). Universitas Bunda Mulia
Chronika, R. (2011). Makna Seks Bebas Bagi Pelajar SMP di Kota Padang. Universitas
Andalas: Padang
Dewayani, N. P., & Handoyo, P. (2014). Makna Hubungan Seks Bebas di Kalangan
Mahasiswa Perantau Unesa. Paradigma, 2 (3).
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/paradigma/article/viewFile/9081/8787
Februanti, S., Alpiyanto, R., & Kartilah, T. (2017). Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang
Dampak Seks Pranikah di Salah Satu SMA Kota Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan
Bakti Tunas Husada, 17(2).
Fitiana,. A. P., & Taufik. (2023). Pemaknaan Perilaku Seks Bebas oleh Dewasa Muda yang
Belum Menikah. Jurnal Psikologi, 19 (1).
Ghaffari, M., dkk. (2016). Premarital Sexual Intercourse-Related Individual Factors Among
Iranian Adolescents: A Qualitative Study. Iran Red Crescent Med Journal, 18(2)
doi: 10.5812/ircmj.21220
Rahadi, D.S. & Indarjo, S. (2017). Perilaku Seks Bebas pada Anggota Club Motor X Kota
Semarang. Jurnal of Health Education,
2(2):115-121.
Umaroh, A. K., Kusumawati, Y., & Kasjono, H. S. (2017). Hubungan antara faktor internal
dan faktor eksternal dengan perilaku seksual pranikah remaja di Indonesia. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Andalas,10(1),65-75.