Anda di halaman 1dari 10

MAKNA HUBUNGAN SEKS PRANIKAH BAGI REMAJA AKHIR

THE MEANING OF PREMARITAL SEX FOR LATE ADOLESCENTS

Anisa Rahmawati1 , Santi Esterlita Purnamasari2


Universitas Mercu Buana Yogyakata
190810037@student.mercubuana-yogya.ac.id
081215452458

Abstrak

Seks pranikah merupakan hubungan seksual yang dilakukan sebelum adanya pernikahan. Banyak remaja yang
memutuskan untuk melakukan seks pranikah. Sekilas remaja sudah mengetahui dampak seks pranikah, namun
remaja tetap melakukan perilaku tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana makna hubungan
seks pranikah bagi remaja akhir. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif fenomenologi dengan
partisipan sebanyak 3 orang. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada remaja akhir yang melakukan
perilaku seks pranikah, diperoleh kesimpulan bahwa makna hubungan seks pranikah adalah sebagai pemuas
nafsu dan sebagai bentuk mengatasi rasa kesepian.

Kata Kunci : Remaja Akhi; Seks Pranikah

Abstract

Premarital sex is sexual relations carried out before marriage. Many teenagers decide to have premarital sex. At first glance,
teenagers already know the impact of premarital sex, but teenagers still carry out this behavior. The aim of this research is to
find out the meaning of premarital sex for late adolescents. The research method used was qualitative phenomenology with 3
participants. Based on the results of research conducted on late adolescents who engage in premarital sexual behavior, it was
concluded that the meaning of premarital sex is to satisfy lust and as a form of overcoming feelings of loneliness.

Keywords: Late Adolescence; Premarital Sex

1
1
A. PENDAHULUAN

Saat ini marak fenomena perilaku seksual dikalangan remaja disebut sebagai seks

pranikah. Menurut Sarwono (dalam Umaroh dkk., 2017) seks pranikah adalah hubungan

seksual yang dilakukan remaja tanpa adanya ikatan pernikahan.

Menurut Subagyo Petugas Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN) tahun 2019, seks bebas kini menjadi masalah utama remaja di Indonesia

dan menjadi masalah serius karena jumlah remaja tergolong besar yaitu berada pada angka

26,7% dari total penduduk . Berdasarkan data yang ada pada tahun 2022 meningkat, besaran

persentase anak yang sudah melakukan hubungan seks pada usia 11-14 tahun mencapai 6 %.

Sedangkan pada usia 15-19 tahun, 74% laki-laki dan 59% perempuan mengaku sudah pernah

melakukan hal tersebut. Kemudian pada usia 20-24 tahun, jumlah yang sudah berhubungan

seks mencapai 12% untuk laki-laki dan 22% pada perempuan. (BKKBN.net, 2022).

Semakin tinggi pelaku perilaku seks pranikah, sehingga dampak yang dirasakan juga

semakin meningkat yang berdampak negatif bagi dirinya sendiri, keluarga dan

lingkungannya. Baru-baru ini Kementrian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan fakta

terbaru mengenai kasus penyakit menular seksual di Indonesia. Mohammad Syahril selaku

juru bicara Kemenkes menyebut bahwa kasus sifilis meningkat hampir 70% dalam kurun

waktu lima tahun terakhir, yakni 2018 sampai 2022 kemarin (Um-surabaya.ac.id, 2023).

Terlebih dari permasalahan yang terjadi seperti dampak dari perilaku seks pranikah,

pemerintah sudah banyak menyampaikan edukasi-edukasi kepada remaja dengan berbagai

cara seperti penyuluhan, video-video edukasi dimedia sosial dan dan bahkan web khusus.

Dengan adanya program edukasi yang semakin meningkat tentunya remaja sudah

mendapati edukasi dan paham akan bahaya seks pranikah.

Tingginya kejadian hubungan seks pranikah pada remaja menurut berbagai penelitian

ada bermacam-macam faktor. Menurut Aryani (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi

remaja melakukan hubungan seksual pranikah yaitu: adanya dorongan biologis, pemberian

fasilitas (termasuk uang) pada remaja secara berlebihan, pergeseran nilai-nilai moral dan

etika di masyarakat, serta kemiskinan mendorong terbukanya kesempatan bagi remaja

khususnya wanita untuk melakukan hubungan seks pranikah. Menurut Santrock (dalam

Sarwono, 2011) alasan-alasan mengapa remaja berhubungan seks antara lain: dipaksa,

merasa sudah siap, butuh dicintai, dan takut diejek teman karena masih gadis atau perjaka.
Makna Hubungan Seks Pranikah Bagi Remaja Akhir

Bedasarkan hasil penggalian data awal yang dilakukan penulis melalui wawancara

dengan partisipan berinisial FP pada tanggal 16 Juli 2023. FP secara aktif melakukan

hubungan seksual, dan partisipan sebelumnya sudah mengetahui dampak negatif dan

paham mengenai bahaya seks pranikah.

Berdasarkan uraian diatas telah disebutkan sekilas bahwa remaja sudah mengetahui

apa dampak perilaku seks bagi hidup dan seharusnya remaja menahan dorongan dan

memilih tidak melakukannya. Namun remaja tetap melakukan dan bahkan berulang serta

makin intens, dikarenakan agama sudah tidak dapat membendung perilaku remaja untuk

melakukan seks pranikah, dan dampak - dampak negatif yang telah dirasakan pun juga

tidak dianggap sebagai suatu ancaman. Sehingga peneliti ingin menggali lebih dalam apa

sesungguhnya makna perilaku hubungan seks pranikah bagi mereka sehingga remaja rela

untuk terjerumus pada perilaku yang berisiko tersebut.

B. METODE

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan

fenomenologi. Penelitian fenomenologi berusaha untuk mengungkapkan dan menjabarkan

makna secara psikologis dari suatu pengalaman hidup individu terhadap suatu fenomena

melalui penelitian yang mendalam dengan cara wawancara dan observasi dalam hal

pengalaman kehidupan sehari-hari subjek yang diteliti (Herdiansyah, 2012). Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian Fenomenologi bertujuan untuk

menggambarkan secara jelas dan lebih terperinci berdasarkan fenomena yang dialami subjek

mengenai bagaimana pengalaman remaja dapat menemukan makna hubungan seksual

pranikah dan seberapa pentingkah hubungan seksual bagi remaja akhir.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan

wawancara dan observasi. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja akhir berusia 18 -24

tahun yang sudah pernah melakukan hubungan seks pranikah. Penelitian ini dilakukan di

kota Yogyakarta, Peneliti bersama tiga partisipan dan tiga informan melakukan wawancara

di tempat yang sudah disepakati oleh masing – masing pihak. Penelitian ini menggunakan

metode unit penganalisisan data secara individual dengan melibatkan tiga partisipan dan

tiga informan. Untuk penjelasan yang lebih jelas dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 1. Jumlah keseluruhan Partisipan dan Informan Penelitian

Responden Karakteristik Jumlah


Partisipan Remaja yang sudah 3

melakukan hubungan seks


Informan Teman terdekat partisipan 3
Total 6

Secara khusus krakteristik yang menjadi partisipan adalah sebagai berikut: : 1.

Remaja akhir yang berusia 18 – 24 tahun, 2. Pernah melakukan hubungan seksual, 3.

Memiliki pengetahuan dan informasi dampak seks pranikah, 4. Bersedia menjadi partisipan

dalam penelitian secara penuh.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan penelitian diurutkan di dalam

bentuk narasi. Dalam penelitian ini terdapat tiga orang partisipan utama dan tiga orang

informan yang memiliki kedekatan dnegan partisipan seperti keluarga ataupun temen dekat

dari partisipan

Partisipan AT mengetahui mengenai seks dan seks pranikah, tidak hanya itu AT juga

mengetahui dampak yang akan terjadi pada dirinya ketika melakukan hubungan seksual

pranikah. AT memutuskan untuk tetap melakukan hubungan seks dikarenakan nafsu.

Menurut pernyataan AT perasaan kasih sayang dan cinta bukan bentuk rasa pembuktian

keseriusan dalam hubungan. Dan menganggap seks hanya sebatas nafsu belaka yang

dilakukan sebelum menikah. AT menyatakan seks merupakan gaya hidup remaja saat ini

ketika teknologi semakin canggih dan pergaulan sudah semakin bebas, dilingkungan

pertemanan AT juga melakukan hal yang sama. Seks menurut AT tidak terlalu penting

namun AT sulit mengendalikan nafsu ketika bersama dengan pasangannya, hal tersebut

dikarenakan faktor libido remaja diusia matang juga semakin meningkat. AT juga

berpendapat jika seks dikalangan remaja merupakan hal yang wajar, dilihat dari lingkungan

pergaulan AT yang banyak melakukan pergaulan bebas.

Seks bagi FZ merupakan bentuk rasa kesepian, bukan hanya nafsu. Karena dari

pernyataan FZ ia bisa menyelesaikan masalah nasfunya sendiri tanpa memerlukan partner,


Makna Hubungan Seks Pranikah Bagi Remaja Akhir

namun saat ini FZ melakukan hubungan seks dengan pasangannya. FZ mengatakan bahwa

seks saat ini dikalangan remaja bisa dikatakan wajar dan tidak wajar, FZ mengatakan tidak

wajar dikarenakan perilaku tersebut menyalahi norma. Dan FZ mengatakan hal yang wajar

dikarenakan remaja saat ini sudah banyak yang melakukan hubungan seks begitupun juga

dengan lingkungan pertemanannya.

Menurut FP melakukan hubungan seks bagi dirinya merupakan suatu yang penting,

dikarenakan FP merasa kecanduan dan sulit mengontrol nafsunya. Namun FP juga

berkeinginan untuk berhenti melakukan seks sebelum menikah, tetapi FP selalu menemukan

partner yang sama saja dengan dirinya. Bagi FP seks panikah merupakan pemuas nafsu

ketika belum terjadi pernikahan, FP tidak setuju jika seks pranikah dijadikan alasan sebagai

pembuktian rasa cinta pada pasangan dan menurut FP bukti rasa cinta yaitu pernikahan. FP

juga mengatakan seks pranikah saat ini sudah menjadi hal yang wajar karena dilingkungan

pertemanannya banyak yang sudah melakukan perilaku seksual seperti ciuman, pelukan

meskipun tidak sampai melakukan hubungan badan. Namun kebanyakan teman FP sudah

pernah melakukan hubungan seks pranikah.

Partisipan FZ mengungkapkan bahwa mengartikan seks sebagai mengatasi rasa

kesepian, FZ akan melakukan apa saja bahkan melakukan hubungan seksual dengan pria

meskipun tidak memiliki status hubungan pacaran karena merasa kesepian. FZ

membutuhkan seseorang yang selalu ada didekatnya. Kurangnya kasih sayang yang

didapatkan partisipan dari orang tuanya yang menyebabkan partisipan mencari cara untuk

memenuhi rasa tersebut. Dua partisipan AT dan FP mengungkapkan bahwa mereka

mengartikan seks sebagai pemuas nafsu dan menganggap suatu kebutuhan biologis. Tidak

ada makna yang mendalam, karena menurut partisipan melakukan seks tidak lagi berharga

hanya untuk kesenangan sesaat dan gaya hidup berpacaran saat ini.

Dalam penelitian ini tidak ada yang menormalisasikan perilaku seksual pranikah,

namun karena seks pranikah sudah banyak sekali yang melakukan lalu mengubah

pandangan pribadi partisipan. Partisipan AT, FZ dan FP menganggap bahwa melakukan

hubungan seks pada saat ini merupakan hal yang wajar dilakukan dikalangan remaja.

Pernyataan tersebut sama halnya dengan penelitian Christy dan Sudarji (2018) yang

menyatakan bahwa remaja menganggap perilaku seks merupakan suatu hal yang wajar

dilakukan bahkan sebelum menikah karena perilaku tersebut merupakan wujud puncak
cinta mereka. Dalam kemajuan jaman hal tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa melakukan

seks sebelum pernikahan menjadi suatu yang biasa dilakukan. Namun partisipan sangat

tidak membenarkan perilaku mereka sendiri karena menyadari bahwa perilaku tersebut

menyalahi norma agama dan sebaiknya jangan pernah melakukan perilaku seksual, karena

menurut partisipan jika sudah melakukan hal tersebut maka sangat sulit untuk dihentikan.

Menegaskan bahwa seluruh subjek memiliki kecenderungan jika makna seks pranikah

cenderung positif dinyatakan dengan subjek lebih mendapatkan dampak positif yang

mereka rasakan dibandingkan dampak negatif yang justru jarang sekali mereka rasakan.

Menurut subjek kecenderungan tersebut menimbulkan perilaku berulang atau membuat

subjek merasa ketagihan. Menurut Rahadi & Indarjo (2017) perasaan ketagihan untuk

melakukan hubungan seks menyebabkan individu akan terus melakukan perilaku seks

pranikah dengan pacarnya atau dengan partner. Hal ini karena perilaku seks pranikah yang

dilakukan berulang membuat partisipan terbiasa dan menjadikan perilaku tersebut sebagai

sebuah kebutuhan.

Menurut teori Sarwono (2012) mengatakan dampak psikologis perilaku seksual adalah

mengalami perasaan marah, takut, cemas bersalah dan berdosa, bahwa seks pranikah

membawa dampak negatif ternyata benar. Dampak negatif yang partisipan rasakan yaitu

ketagihan, selalu merasa cemas, partisipan khawatir jika setelah melakukan hubungan seks

akan terjadi kehamilan dan bahkan tertular penyakit seksual. Selain itu partisipan juga

mengatakan bahwa sering kali merasa sakit setelah melakukan hubungan seksual. Untuk

dampak positif yang dirasakan partisipan yaitu membuat perasaan partisian menjadi lega,

memperbaiki suasana hati, menghilangkan stres, membuat hubungan menjadi lebih baik

ketika bertengkar bahkan partisipan mengatakan jika dapat membuatnya sembuh dari sakit

kepala.

Berdasarkan hasil penelitian ini, makna hubungan seks pranikah bagi remaja akhir

merupakan sebagai bentuk penyalur nafsu dan untuk memenuhi kebutuhan biologis remaja

akhir. Dikarenakan diusia yang sudah matang dan masa produktif remaja akhir sulit untuk

mengontrol libido sehingga mudah memutuskan untuk melakukan hubungan seks dengan

lawan jenis. Dan perilaku tersebut sudah menjadi hal yang wajar serta sulit dihentikan

karena sudah terjerumus terlalu jauh seperti sudah sering menginap bersama bahkan tinggal

bersama.
Makna Hubungan Seks Pranikah Bagi Remaja Akhir

D. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada remaja akhir yang sudah pernah

melakukan hubungan seksual pranikah dan memiliki pendapat mengenai makna hubungan

seks pranikah, diperoleh kesimpulan bahwa makna hubungan seks pranikah merupakan

hanya sebuah pelampiasan nafsu sebelum adanya pernikahan dan sebagai pemuas rasa

kesepian individu yang menginginkan partner yang selalu ada bersama individu tersebut.

Hal tersebut dapat dibuktikan dengan pernyataan subjek dari hasil data setelah melakukan

wawancara. Berdasarkan prosesnya ketiga partisipan ini memaknai hubungan seks pranikah

sebagai kebutuhan biologis.

Selain hanya sebagai pemuas nafsu atau memenuhi kebutuhan biologis, setiap

partisipan merasakan dampak negatif dan positif ketika melakukan hubungan seksual.

Setiap partisipan mendapati dampak negatif pada fisik dan psikologis pada dirinya. Untuk

dampak negatif pada fisik yang partisipan rasakan yaitu merasakan luka pada alat kelamin

setelah melakukan hubungan seks. Keputusan partisipan tetap melakukan hubungan

seksual pranikah yaitu menganggap seks sudah menjadi hal yang biasa atau wajar

dikalangan mereka dan dilingkungan pertemanan, selain itu alasan partisipan terus

berulangkali melakukan perilaku tersebut dikarenakan sudah terlanjur, ketagihan, adanya

kesempatan saat berdua dan terjadi karena adanya kesepakatan antara pasangan.

DAFTAR PUSTAKA

Aryani, R.(2010). Kesehatan remaja problem dan solusinya. Salemba Medika: Jakarta

Brousseau, M. M., Hébert, M., & Bergeron, S. (2012). Sexual Coercion Within Mixed-Sex
Couples: The Roles of Sexual Motives, Revictimization, and Reperpetration. Journal of
Sex Research, 49(6), 533–546.
https://doi.org/10.1080/00224499.2011.574322

Centers for Disease Control and Prevention. Sexual Risk Behaviors Can Lead to HIV, STDs, &
Teen Pregnancy. (2019). Adolescent and School Health. Accessed June 14, 2021
https://www.cdc.gov/healthyyouth/data/yrbs/pdf/YRBSDataSummaryTrend
Report2019-508.pdf

Christy, K., Sudarji, S. (2018). Gambaran Harga Diri Remaja Putri Yang Melakukan Seks
Pranikah. Journal Psibernetika, 11(1). Universitas Bunda Mulia
Chronika, R. (2011). Makna Seks Bebas Bagi Pelajar SMP di Kota Padang. Universitas
Andalas: Padang

Dewayani, N. P., & Handoyo, P. (2014). Makna Hubungan Seks Bebas di Kalangan
Mahasiswa Perantau Unesa. Paradigma, 2 (3).
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/paradigma/article/viewFile/9081/8787

Februanti, S., Alpiyanto, R., & Kartilah, T. (2017). Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang
Dampak Seks Pranikah di Salah Satu SMA Kota Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan
Bakti Tunas Husada, 17(2).

Fitiana,. A. P., & Taufik. (2023). Pemaknaan Perilaku Seks Bebas oleh Dewasa Muda yang
Belum Menikah. Jurnal Psikologi, 19 (1).

Ghaffari, M., dkk. (2016). Premarital Sexual Intercourse-Related Individual Factors Among
Iranian Adolescents: A Qualitative Study. Iran Red Crescent Med Journal, 18(2)
doi: 10.5812/ircmj.21220

Herdiansyah, H. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Salemba Humanika

Rahadi, D.S. & Indarjo, S. (2017). Perilaku Seks Bebas pada Anggota Club Motor X Kota
Semarang. Jurnal of Health Education,
2(2):115-121.

Sarwono, S. (2011). Psikologi Remaja edisi revisi. Jakarta: Rajawali Pers.

Sarwono, S. W. (2012). Psikologi remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Umaroh, A. K., Kusumawati, Y., & Kasjono, H. S. (2017). Hubungan antara faktor internal
dan faktor eksternal dengan perilaku seksual pranikah remaja di Indonesia. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Andalas,10(1),65-75.

Anda mungkin juga menyukai