Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakikatnya manusia mengalami proses perkembangan dimulai
sejak ia dilahirkan hingga akhir hayat atau meninggal. Dalam perspektif
psikologi perkembangan, proses perkembangan manusia akan disertai dengan
tugas-tugas perkembangan disetiap fase kehidupannya. Salah satu fase
kehidupan yang dilalui dalam rentang hidup adalah fase perkembangan dewasa
awal. Menurut Santrock 2011, fase dewasa awal terjadi pada rentan usia 18-25
tahun. 1 Pada usia tersebut umumnya dialami oleh individu pada tingkat
perguruan tinggi atau disebut juga dengan mahasiswa. Sebagai individu yang
sedang berada di tahap dewasa awal, salah satu tugas perkembangan mahasiswa
adalah menjalin hubungan atau membuat relasi sosial dengan lawan jenis.
Seperti yang diungkapkan oleh Erikson mengenai teori psikososial,
perkembangan manusia pada masa dewasa awal akan melalui rentang fase
intimacy vs isolation.2 Artinya saat masa ini manusia dituntut untuk mempunyai
kesiapan akan melaksanakan tugas perkembangan di fase yang selanjutnya.
Diantara beberapa tugas perkembangan, salah satunya yakni membentuk
sebuah ikantan yang intim atau menjalin hubungan pertemanan dengan orang
lain. Sebuah tugas perkembangan membentuk hubungan sosial dengan sesama
manusia, khususnya dengan lawan jenis dapat terjadi dengan melalui beberapa
tahap. Hubungan yang terjalin tersebut dapat dimulai dari sekedar hubungan
pertemanan, persahabatan, hingga berlanjut menjadi hubungan yang semakin
dekat dan intim melalui hubungan berpacaran.

Hubungan pacaran diartikan sebagai hubungan antara dua individu


yang saling mengenal dan menjalani aktivitas bersama-sama sebagai bentuk
dari perasaan suka, perasaan nyaman, perasaan saling menyayangi, yang

1
John Santrock. (2012) Life-span development Jilid 1 edisi 13. Jakarta, Erlangga. Hal 416.
2
Ibid. Hal 452
kemudian dapat menjadikan suatu komitmen (De genova, 2008, Ferlita, 2008).3
Hubungan pacaran adalah salah satu dari wujud hubungan dekat dan intim
antara laki-laki dan perempuan yang didalamnya terbentuk karena rasa cinta
yang kuat. Menurut Papalia, Olds dan Feldman (2004), menyatakan bahwa cinta
yang mendasari sebuah hubungan memiliki tiga komponen didalamnya yakni
diantaranya intimasi, passion dan commitment.4 Ketiga komponen inilah yang
akan menjadikan beberapa jenis cinta yang berbeda-beda serta membentuk
sebuah pola hubungan percintaan yang dijalankan. Dari 3 komponen tersebut,
komponen intimasi merupakan salah satu faktor yang dianggap penting dalam
kepuasan suatu hubungan (Hasselbrauck & Fehr, 2002). Hal tersebut karena
saat seseorang bisa saling mengekspresikan emosi yang dirasakannya, juga
menjadikan kelekatan sebagai hal utama, dan saling berbagi dengan pasangan,
maka hal tersebut bisa mempengaruhi tingkat kepuasan dari sebuah hubungan
yang sedang dijalani (Knox & Schacht, 2010).5
Kepuasan hubungan dapat difahami sebagai sebuah tingkatan dari
keseluruhan hal-hal positif yang memiliki pengaruh dalam sebuah hubungan
yang terjalin dan seberapa jauh suatu kebutuhan dianggap penting dari pribadi
seseorang bisa terpenuhi dalam hubungan tersebut (Lamanna & Riedmann,
2009). Kepuasan dalam hubungan berpacaran adalah sebuah dukungan
emosional yang diberikan kepada seseorang yang menjadi pasangannya
sehingga muncul rasa jika hubungan yang sedang dijalani sesuai dengan yang
diharapkan (Taylor, Peplau & Sears, 2006). Hendrick (dalam Ursila, 2012)
menyebutkan sebuah tiga komponen yang bisa menjadi tolak ukur kepuasan
dalam suatu hubungan berpacaran, yaitu cinta, masalah-masalah dan harapan.6

3
Ferlita, G. (2008). Sikap Terhadap Kekerasan Dalam Berpacaran (Penelitian Pada Mahasiswi
Reguler
Universitas Esa Unggul Yang Memiliki Pacar). Jurnal Psikologi, 06(01);10-24
4
Yudistriana Kiki, dkk. (2010) INTIMASI PADA PRIA DEWASA AWAL
YANG BERPACARAN JARAK JAUH BEDA KOTA. Jurnal Psikologi 03(02): 197
5
Yunita Putu & M. Arief Sumantri.(2020). Menguji Kepuasan Hubungan Melalui Intimasi dan
Perasaan Cemburu pada Pelaku Hubungan Friends with Benefits. Jurnal Psikologi Teori dan
Terapan 10(2): 115
6
Ursila Fitri M. (2012) Hubungan Antara Kepuasan Hubungan Romantis dan Psychological Well
Being Pada Mahasiswa Yang Berpacaran. Universitas Indonesia. Hal 14
Pasangan yang saling mencintai akan memberi perhatian / memperhatikan dan
akan selalu berusaha untuk memenuhi apapun kebutuhan pasangannya. Cinta
dapat diekspresikan dengan banyak hal, salah satunya dengan sebuah
komunikasi verbal berupa ucapan atau ungkapan perasaan sayang kepada
pasangan, ataupun dengan komunikasi nonverbal berupa ekspresi afeksi, seperti
genggaman, pelukan, ciuman, dan perasaan tenang serta bahagia saat sedang
bersama orang yang dicintai.

Komunikasi adalah faktor penting dalam hubungan manusia.


Pasangan yang sedang menjalani hubungan romantis atau berpacaran
tentu akan memerlukan komunikas dan bertemu dengan pasangan untuk bisa
menghabiskan waktu bersama pasangan, karena saat terjadi kedekatan fisik
dan melakukan sebuah komunikasi secara langsung atau saling bertemu
bisa merasakan keintiman yang dapat membuat pasangan lebih merasakan
kebahagiaan dan dapat dengan mudah mempertahankan suatu hubungan
(Kurniati, 2015). Akan tetapi, pada desember tahun 2019 muncul sebuah
virus yang menyerang sistem pernapasan, atau pneumonia akut dan
menyebabkan kematian, yakni virus corona atau covid-19 (Dani &
Mediantara, 2020). Covid-19 adalah sebuah virus yang dapat menular dari
manusia ke manusia lainnya. Dari adanya hal tersebut kemudian
mengharuskan semua manusia untuk melakukan physical distancing yang
mempengaruhi pasangan untuk mengurangi komunikasi secara langsung dan
mengganti proses komunikasi menjadi komunikasi secara online
menggunakan smartphone (Rahma, 2020).
Menurut laporan International Data Corporation (IDC) sejak
terjadinya pandemi covid-19 penggunaan smartphone meningkat sebesar
49%.7 Peningkatan penggunaan smartphone tersebut terjadi karena adanya
perubahan proses komunikasi akibat pandemi covid-19 yang akhirnya

7
Merdeka.com. Pengguna Smartphone Meningkat Selama Pandemi.
https://www.merdeka.com/foto/uang/1262129/20210111165501-pengguna-
smartphonemeningkat-selama-pandemi-001-debby-restu-utomo.html. Diakses pada tanggal 22
Oktober 2022, 16.11 WIB
mengharuskan semua orang lebih sering menggunakan smartphone untuk
kebutuhan sehari-hari contohnya digunakan untuk memberi kabar kepada orang
lain, bekerja dari rumah hingga belajar secara online dirumah (Retalia, 2020).
Sehingga dari adanya hal tersebut, saat pasangan saling bertemu secara
langsung tidak heran jika salah satu dari mereka menjadi lebih sibuk dengan
smartphone dan tanpa disengaja atau tidak mengabaikan pasangan, hal ini
dinamakan dengan istilah phubbing. Phubbing merupakan istilah baru yang
berasal dari peleburan dua kata berbahasa Inggris “phone”, yang berarti
telepon, dan “snubbing”, yang berarti mengabaikan pasangan atau teman
bicaranya, sehingga phubbing dapat diartikan sebagai tindakan atau perilaku
terlalu fokus dan sibuk memperhatikan telepon genggamnya sehingga membuat
teman bicaranya menjadi merasa terganggu, terabaikan, atau kurang
mendapatkan perhatian (Karadağ, dkk., 2015; Roberts & David, 2016; Ugur &
Koc, 2015).
Berkaitan dengan perilaku phubbing yang terjadi dalam hubungan
pacarana, Krasnova dkk. (2016) mengungkapkan jika dalam penelitian yang
dilakukannya terhadap sekitar 250 orang mahasiswa di Universitas di Jerman
yang memiliki hubungan romantis dengan pasangannya, ditemukan bahwa
adanya perilaku phubbing mengakibatkan pasangan bicaranya menjadi merasa
cemburu, merasa sedih dan takut ditinggalkan serta merasa diabaikan oleh
pelaku phubbing. Selanjutnya dari adanya rasa cemburu tersebut
mengakibatkan pasangan bicaranya merasa kurang puas dalam menjalin
hubungan romantis dengan pelaku phubbing. Perasaan cemburu dapat muncul
karena seseorang merasa tidak mendapat perhatian penuh secara eksklusif atau
menjadi prioritas yang penting untuk mendapat perhatian.

Fenomena phubbing ini juga dialami oleh salah satu mahasiswa


IAIN Kediri dalam hubungan pacaran yang sedang dijalani. Bedasarkan hasil
wawancara yang telah peneliti lakukan, mahasiswa tersebut mengungkapkan
jika pacarnya sering sekali mengcek smartphone nya pada saat mereka berdua
sedang bertemu atau ngobrol. Perilaku phubbing tersebut terjadi karena
terjadang sang pacar terlalu fokus dengan game online yang ada di
smartphonenya. Selain itu, mahasiswa tersebut juga mengungkapkan jika
pacarnya seringkali terlalu fokus dengan smartphone saat sedang
berkomunikasi. Perilaku tersebut terus saja terjadi, sehingga hal tersebut
terkadang memicu konflik dan pertengkaran yang terjadi diantara keduannya,
karena munculnya rasa cemburu dan curiga jika pacarnya sedang
berkomunikasi dengan wanita lain. Bedasarkan hasil wawancara, mahasiswa
tersebut juga mengungkapkan jika dari adanya perilaku phubbing membuatnya
merasa terabaikan. Mahasiswa tersebut merasa terabaikan, dimana yang
seharusnya menghabiskan waktu dengan pacar adalah waktu yang
menyenangkan namun mahasiswa tersebut justru merasa kesal. Perilaku
phubbing ini semakin terlihat dalam pergaulan sehari-hari. Sehingga perlu
menjadi perhatian karena dapat berdampak negatif terhadap hubungan sosial,
misalnya dapat mengurangi keakraban dan kepuasan hubungan antar pribadi.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melihat


fenomen ini lebih jauh lagi sehingga penelitian dengan judul “Korelasi Antara
Perilaku Phubbing Dengan Kepuasan Hubungan Berpacaran Pada Mahasiswa
Fakultas Ushuluddin Dan Dakwah IAIN KEDIRI”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perikalu Phubbing yang terjadi dalam hubungan berpacaran


mahasiswa fakultas Ushuluddin dan dakwah IAIN Kediri ?
1. Bagaimana kepuasan hubungan berpacaran mahasiswa fakultas
Ushuluddin dan dakwah IAIN Kediri.
2. Adakah korelasi antara perilaku Phubbing dengan kepuasan hubungan
berpacaran mahasiswa fakultas ushuluddin dan dakwah IAIN Kediri ?
C. Tujuan Penelitian

Dari beberapa poin rumusan masalah yang sudah dipaparkan diatas maka
tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini ialah:
1. Untuk mengetahui bagaimanakah perilaku phubbing yang terjadi dalam
hubungan pacaran mahasiswa fakultas Ushuluddin dan dakwah IAIN
Kediri.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah kepuasan hubungan berpacaran
mahasiswa fakultas Ushuluddin dan dakwah IAIN Kediri.
3. Untuk mengetahui adakah korelasi antara perilaku Phubbing dengan
kepuasan hubungan berpacaran mahasiswa fakultas ushuluddin dan
dakwah IAIN Kediri
D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini yang dilakukan kali ini diharapkan dapat
memberikan manfaat pada beberapa pihak baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini secara teoritis memberikan manfaat berupa


pembuktian teori pada kajian ilmu Psikologi khususnya Psikologi
Sosial yang membahas tentang perilaku phubbing dan kepuasan
hubungan.

2. Manfaat Praktis
a) Bagi Peneliti Selanjutnya
Manfaat penelitian ini bagi peneliti selanjutnya yaitu
diharapkan penelitian ini dapat menjadi rujukan, sumber
informasi, dan bahan referensi penelitian selanjutnya
agar bisa menyikapi perilaku phubbing serta mengetahui
cara mengurangi perilaku phubbing dan meningkatkan
kualitas hubungan pacaran dengan mencapai kepuasan
hubungan.
b) Bagi Subjek Penelitian
Manfaat penelitian ini bagi subjek penelitian, penelitian
ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai
etika-etika menggunakan dan memanfaatkan teknologi
khususnya smartphone, media sosial dan internet agar
mencegah perilaku phubbing yang dapat mengganggu
komunikasi interpersonal dengan orang lain khususnya
orang terdekat.
c) Bagi Masyarakat
Manfaat penelitian ini bagi masyarakat umum, penelitian
ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi
masyarakat tentang perilaku phubbing yang dapat
mengganggu interaksi sosial dalam kehidupan sehari-
hari dan dengan siapapun, khususnya dengan orang
terdekat,
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian untuk
mengarahkan kepada hasil penelitian atau suatu kesimpulan sementara. Dalam
penelitian dirumuskan hipotesis aosiatif. Hipotesis asosiatif adalah jawaban
sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu yang menanyakan
hubungan antara dua variabel atau lebih.
Dalam penelitian ini data awal dketahui jika adanya perilaku
Phubbing yang terjadi dalam hubungan berpacaran Mahasiswa Fakultas
Ushuluddin dan Dakwah IAIN KEDIRI, menyebabkan pasangan menjadi
merasa cemburu, merasa terabaikan dan merasa tidak diperhatikan sehingga hal
tersebut berpengaruh terhadap kepuasan hubungan. Berdasarkan penjelasan
diatas dan untuk mempermudah membahas dan menelusuri permasalahan yang
ada dalam penelitian ini, peneliti mengajukan hipotesis yang perlu diuji
kebenarannya yakni:
1. Tidak ada korelasi yang signifikan antara perilaku phubbing
dengan kepuasan hubungan..
2. Ada korelasi yang signifikan antara perilaku phubbing dengan
kepuasan hubungan.
F. Asumsi Penelitian
Menurut Djojosuroto kinayati & M.L.A Sumayati asumsi adalah
suatu anggapan dasar tentang realita, harus diverivikasi secara empiris.
Asumsi dasar ini bisa memengaruhi cara pandang peneliti terhadap sebuah
fenomena dan juga proses penelitian secara keseluruhan, karena setiap
penelitian pasti menggunakan pendekatan yang berbeda sehingga asumsi
dasarnya pun berbeda pada setiap penelitian. Dari penjelasan tersebut,
dalam penelitian ini peneliti merumuskan asumsi sebagai berikut:
1. Ha : Terdapat hubungan Positif dan signifikan antara perilaku
Phubbing dengan kepuasan hubungan berpacaran Mahasiswa Fakultas
Ushuluddin dan Dakwah IAIN KEDIRI.
2. Ho : Terdapat hubungan negatif dan tidak signifikan antara
perilaku Phubbing dengan kepuasan hubungan berpacaran Mahasiswa
Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN KEDIRI.
G. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan persepsi dan kerancuan dalam
memahami atau mendefinisikan judul penelitian ini, maka diberikan definisi
operasional sebagai berikut:
1. Perilaku Phubbing
Menurut Haigh dalam Jurnal Dina Julia Ilham menjelaskan
bahwa phubbing merupakan perpaduan dari kata phone dan
snubbing, yang memiliki arti sebuah tindakan menyakiti orang lain
dalam berinteraksi sosial karena terlalu fokus pada smartphone.
Menurut Karadag et al. (2015) menyebutkan bahwa phubbing dapat
digambarkan sebagai individu yang melihat smartphonenya saat
berbicara dengan orang lain, terlalu sibuk dengan smartphonenya
serta mengabaikan komunikasi interpersonal dengan orang lain.
Sehingga, perilaku Phubbing dapat didefinisikan sebagai sebuah
perilaku atau tindakan menghina dengan terlalu fokus melihat,
memperhatikan dan mengoperasikan smartphone saat sedang
terlibat interaksi dengan orang lain, sehingga perilaku tersebut dapat
membuat orang lain tersakiti karena seakan-akan para pelaku
phubbing lebih mengutamakan smartphone yang digenggamnya
dibandingkan dengan orang lain.
2. Kepuasan Hubungan
Menurut Anderson dan Emmer-Sommer (2006) kepausan
hubungan dijelaskan sebagai sebuah tingkatan kepuasan individu
pada hubungan romantisnya dan indikator kuat dalam hubungan.
Kepuasan hubungan merupakan sejauh manakah individu merasa
puas dengan hubungan yang sedang dijalaninya bersama dengan
pasangannya. Menurut Hawkins (dalam Demirtas, 2010)
mengungkapkan bahwa kepuasan hubungan adalah perasaan
bahagia, puas, dan kegembiraan saat memikirkan segala sesuatu
tentang hubungan yang dijalaninya. Sehingga dapat simpulkan
bahwa kepuasan hubungan merupakan tingkatan perasaan puas
secara subjektif yang dirasakan oleh individu yang sedang menjalani
hubungan yang bisa dinilai dari beberapa indikator kuat dalam
hubungan tersebut.

H. Penelitian Terdahulu
Dalam Menyusun proposal ini, di perlukan analisi terdahulu yang
mana isi penelitian terdahulu tersebut berkaitan dengan rencana penelitian yang
akan dibahas dalam penelitian ini. Penelitian itu antara lain:

1. Jurnal dari Sri Fatmawati Mashoedi & Putri Sulistiani Adi Pekerti pada
tahun 2022 yang berjudul “APAKAH PHUBBING MENGGANGGU
PERTEMANAN? HUBUNGAN PHUBBING DENGAN KEPUASAN
PERTEMANAN PADA ORANG BERANJAK DEWASA”. Penelitian
ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, penelitian ini
memaparkan ada tidaknya dampak negative yang terjadi antara perilaku
phubbing dengan kepuasan hubungan pertemanan. dalam penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa; skor rata-rata perilaku phubbing tergolong agak
phubbing, dengan skor rata-rata kepuasan pertemanan tergolong puas.
Perilaku phubbing tidak menimbulkan emosi negative pada teman,
melainkan menimbulkan perasaan empati terhadap perilaku teman,
sehingga tidak berdampak pada penurunan tingkat kepuasan hubungan
pertemanan. Nilai signifikan antara phubbing dengan kepuasan
pertemenan bernilai tidak signifikan, semakin tinggi perilaku phubbing
seseornang tidak diikuti dengan menurunnya tingkat kepuasan hubungan
pertemanan.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan
dilakukan terletak pada; a)metode penelitian, keduannya sama-sama
menggunakan metode penelitian kuantitatif korelasional b)varibel
X, keduannya samasama menggunakan variabel perilaku phubbing
sebagai variabel yang mempengaruhi c) variabel Y, keduannya
sama-sama menggunakan variabel kepuasan hubungan sebagai
variabel yang dipengaruhi d) Subjek penelitian, keduannya sama-
sama menggunakan subjek peneltian orang yang berada di fase
dewasa awal. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah; a) tempat penelitian, penelitian ini dilakukan di
wilayah Jabodetabek, sedangkan penelitian yang akan dilakukan
bertempat difakultas ushuluddin dan dakwah IAIN Kediri.
2. Jurnal dari Putu Yunita Trisna Dewi, M. Arief Sumantri pada tahun
2020 yang berjudul “MENGUJI KEPUASAN HUBUNGAN
MELALUI INTIMASI DAN PERASAAN CEMBURU PADA
PELAKU HUBUNGAN FRIENDS WITH BENEFITS”. Penelitian
ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif,
penelitian ini bertujuan untuk menguji peranan intimasi dan
perasaan cemburu terhadap kepuasan hubungan partisian yang
menjalani hubungan FWB (Friend With Benefits), peranan perasaan
cemburu trhadap intimasi dan mendeskripsikan gambaran emosi dan
pandangan partisipan saat menjalani hubungan FWB. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa berciuman (84.54%) merupakan
aktivitas seksual yang mayoritas dilakukan partisipan bersama
pasangan FWB. Mayoritas partisipan berada pada kategori sedang
pada tingkat intimasi (70,7%), perasaan cemburu (67,1%) dan
kepuasan hubungan hubungan (68,4%). Sehingga, intimasi dan
perasaan cemburu dalam penelitian ini secara simulitan maupun
parsial terbukti memprediksi kepuasan hubungan.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan
dilakukan terletak pada variabel Y, yakni keduanya sama-sama
menggunakan variabel kepuasan hubungan. Sedangkan, perbedaan
penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada;
a) Variabel X, pada peneltian terdahulu ini memiliki 2 variabel X
yakni intimasi dan perasaan cemburu. Sedangkan, pada peneltian
yang akan dilakukan variabel X hanya ada 1 yakni perilaku
phubbing b) Metode penelitian, penelitian terdahulu menggunakan
metode peneltian kuantitatif dan kualitatif, sedangkan penelitian ini
menggunakan metode penelitian kuantitatif c) Subjek penelitian,
penelitian terdahulu melibatkan subjek pelaku hubungan FWB atau
friend with benefits, sedangkan peneltian ini melibatkan subjek yang
sedang menjalani hubungan pacaran d) tempat penelitian, penelitian
terdahulu melakukan penelitian di Jabodetabek, sedangkan
penelitian ini dilakukan di IAIN Kediri.
3. Jurnal dari Shinta Renanda pada tahun 2018 yang berjudul
“HUBUNGAN KELEKATAN DAN KEPUASAN HUBUNGAN
ROMANTIS MAHASISWA POLITEKNIK KESEHATAN DR.
SOEPRAOEN MALANG YANG DI MEDIASI OLEH
KEPERCAYAAN”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kuantitatif dengan dengan jumlah partisipan 40 orang. Penelitian ini
memaparkan bagaimana pengaruh gaya kelekatan terhadap
kepuasan hubungan, menjelaskan bagaimana pengaruh kepercayaan
terhadap kepuasan hubungan romantic serta bagaimana pengaruh
kelekatan dan kepercayaan terhadap kepuasan hubungan romantis.
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan
kelekatan terhadap kepuasan hubungan romantic dengan nilai P
(0,039) dan terdapat hubungan kepercayaan terhadap kepuasan
hubungan romantic dengan nilai P (0,027). Serta hubungan
kelekatan dan kepercayaan terhadap kepuasan hubungan romantic
dengan nilai P (0,003).
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan
dilakukan yakni terletak pada; a) variabel Y, keduanya sama-sama
menggunakan variabel kepuasan hubungan b) metode penelitian,
keduanya sama-sama menggunakan metode penelitian kuantitatif c)
subjek penelitian, keduanya sama-sama melibatkan mahasiswa
sebagai subjek penelitian. Sedangka perbedaan penelitian terdahulu
dengan penelitian yang akan dilakukan adalah; a) variabel X,
penelitian terdahulu memiliki 2 variabel X yakni kelekatan dan
kepercayan, sedangan pada penelitian ini hanya menggunakan 1
variabel X yakni perilaku phubbing c) tempat penelitian, peneltitian
terdahulu dilakukan di Politeknik Kesehatan DR. Sopraoen Malang,
sedangkan penelitian ini akan dilakukan di Fakultas Ushuluddin dan
Dakwah IAIN Kediri.

Anda mungkin juga menyukai