Essai Efektivitas Komunikasi Antar Pasangan Untuk Mewujudkan Keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah
Essai Efektivitas Komunikasi Antar Pasangan Untuk Mewujudkan Keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah
Oleh :
Raihanny Fitria1
1
Komisariat Dakwah dan Komunikasi, Cabang Kabupaten Bandung
*Email : raihannyfitria3@gmail.com
1
LATAR BELAKANG
Berdasarkan statistik data Kementerian Dalam Negeri hingga akhir tahun 2022,
jumlah penduduk Indonesia adalah sebanyak 277,75 juta jiwa. Data status
perkawinan menunjukkan bahwa terdapat 134.599.627 juta jiwa penduduk
Indonesia sudah menikah, 126.599.335 belum menikah, 11.981.737 cerai mati,
dan 4.569.154 cerai hidup. Melihat status perkawinan tersebut, mayoritas
penduduk Indonesia sudah menikah, akan tetapi dengan jumlah yang tidak sedikit
jumlah cerai hidup pun mencapai 4 juta lebih kasus sampai 2022 ini.
Dengan jumlah tersebut, cerai hidup merupakan status yang diemban oleh
seseorang yang telah berpisah sebagai suami-istri karena perceraian dan belum
menikah kembali. Berdasarkan sumber data Badan Pusat Statistik (BPS) dari
DataIndonesia.id. terdapat 516.344 kasus perceraian di Indonesia pada tahun 2022
saja. Jumlah tersebut dikatakan meningkat sebesar 15,3 % dibandingkan kasus
perceraian pada tahun sebelumnya yaitu sebanyak 447.743 kasus perceraian.
Data tersebut menjadi menarik untuk dikaji dengan yang menjadi faktor
penyebab terbesar perceraian di Indonesia adalah perselisihan dan pertengkaran
dalam rumah tangga. Sub faktor penyebab tersebut pastilah didasari oleh cara
berkomunikasi yang dilakukan antarpasangan rumah tangga. Apakah dengan
memahami komunikasi yang efektif antarpasangan dapat membangun pilar-pilar
keluarga yang Sakinah Mawaddah Wa Rahmah sebagai pondasi wujudkan
masyarakat madani ? Dan adakah pengaruh dari prinsip-prinsip komunikasi yang
dapat mempengaruhi efektivitas komunikasi antar pasangan ? Dan bagaimana
seharusnya model komunikasi verbal dan non-verbal yang baik digunakan
antarpasangan ?
2
LANDASAN TEORITIS
Kedua, fungsi komunikasi ekspresif dapat dilakukan oleh dan untuk diri
sendiri ataupun untuk orang lain, berupa non-verbal seperti, rasa sayang,
kepedulian, marah, sedih, takut, bahagia, dan sebagainya. Komunikasi ekspresif
juga dapat dilakukan dengan hasil atau output yang berbeda, seperti dalam
pertunjukkan teater, puisi, lagu, musik, instrumental, lukisan, tarian, dan
sebagainya. Ketiga, fungsi komunikasi ritual yang biasanya dilakukan secara
kolektif. Sebagai bentuk komunikasi yang simbolik bisa dilakukan seperti,
upacara adat, pesta pernikahan, ibadah, tradisi keluarga, dan sebagainya.
Keempat, fungsi komunikasi instrumental yang memiliki beberapa tujuan seperti,
menginformasikan, mengajarkan, mendorong, mengubah sikap, keyakinan,
perilaku, dan juga untuk menghibur.
3
Dalam konseptualisasi komunikasi menurut John R. Wenburg dan William
W. Wilmot, Kenneth K. Sereno, dan Edward M. Bodaken, ada tiga kerangka
pemahaman mengenai komunikasi diantaranya, komunikasi sebagai tindakan satu
arah, komunikasi sebagai interaksi, dan komunikasi sebagai transaksi. Dalam
komunikasi juga terdapat kesadaran diri dan faktor-faktor yang memengaruhi
pengungkapan diri. Diantara faktor tersebut ada penentu keberhasilan dan
keefektifan komunikasi yang dilakukan.
PEMBAHASAN
4
memenuhi kebutuhan biologis, kebutuhan fisiologis, keamanan, kebutuhan sosial,
penghargaan diri, dan aktualisasi diri pun akan dengan mudah dilakukan.
Kedua, dalam fungsi komunikasi ekspresif oleh dan untuk diri sendiri
ataupun untuk pasangan bisa dilakukan sesuai dengan kebutuhan komunikasinya.
Dalam komunikasi efektif, perlu adanya ekspresi diri yang disampaikan, baik itu
sebagai penguatan diri akan komunikasi yang kita sampaikan, atau sebatas bentuk
pengekspresian diri kepada orang lain. Terhadap pasangan, bentuk cinta, kasih
sayang, dan kepedulian tidak hanya dapat diungkapkan secara verbal atau
perkataan, tapi juga dengan non-verbal. Contohnya, saat terjadi perselisihan di
dalam hubungan, komunikasi yang dilakukan tidak harus dengan emosi, bisa
dengan memberikan pesan dan menerima pesan secara baik dan tenang, agar
tujuan pertukaran informasi, ide, perasaa, ataupun masalah dapat diterima dengan
baik dan efektif.
5
tercapainya apapun tujuan yang dilakukan. Apapun kedudukan, keterampilan
komunikasi secara efektif merupakan modal penting dalam sebuah keberhasilan.
Menurut Devito, ada lima hal yang perlu diperhatikan ketika ingin
membangun komunikasi efektif, diantaranya, (1) Keterbukaan, ialah sikap dapat
menerima masukan dari orang lain, serta berkenaan menyampaikan informasi
penting kepada orang lain. Sikap keterbukaan ditandai dengan adanya kejujuran
dalam merespon stimuli komunikasi, tidak berkata bohong, dan tidak
menyembunyikan informasi yang ada. Keterbukaan adalah salah satu faktor
penting dalam komunikasi. Rumah tangga yang baik adalah rumah tangga yang
penuh dengan keterbukaan. Dengan keterbukaan, seorang pasangan akan merasa
saling. (2) Empati, adalah kemampuan untuk mengedentifikasi kondisi emosi
orang lain meskipun ketika sesorang benar-benar sedang merasakan perasaan
yang di alami orang lain tersebut. Ini merupakan hasil dari kemampuan untuk
mendengar aktif. Empati sangat penting dalam berkomunikasi dalam keluarga
terutama suami dan istri, dengan empati ini maka suami atau istri bisa
menempatkan diri pada situasi yang dialami pasangan sehingga keduanya akan
memahami apa yang sedang dirasakan pasangan masing-masing. (3) Sikap
Mendukung, hubungan yang efektif adalah hubungan dimana terdapat saling
mendukung, artinya masing-masing pihak yang berkomunikasi memiliki
komitmen untuk mendukung terselanggaranya interaksi secara terbuka. (4) Sikap
6
positif ditunjukkan dalam bentuk sikap dan perilaku. Dalam bentuk sikap,
maksudnya adalah bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi harus
memiliki perasaan dan pikiran positif, bukan prasangka curiga. (5) Kesetaraan
ialah pengakuan bahwa kedua belah pihak memiliki kepentingan, kedua belah
pihak sama-sama bernilai dan berharga dan saling memerlukan. Kesetaraan atau
kesamaan berarti menerima pihak lain atau memberikan penghargaan yang positif
tidak bersyarat kepada pihak lain. Dengan demikian dapat demikian dapat
dikemukakan indikator kesetaran. (6) Saling Memerlukan. Komunikasi yang
efektif suami istri atau pasangan harus bisa didengarkan atau dimengerti satu sama
lain, karena itu penting diperhatikan frekuensi suara dan jarak diantara keduanya
(berbicara dengan tatap muka), tidak saling teriak, pembicaraan fokus, dan tidak
mengajak berbicara serius saat pasangan sedang sibuk dengan urusan lain yang
tidak mungkin ditinggalkan.
7
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Nurudin. (2016). Ilmu Komunikasi : Ilmiah dan Populer. Jakarta. PT. Raja
Grafindo Persada.