Anda di halaman 1dari 34

TUGAS MATA KULIAH

HUMAN RELATIONS
DOSEN PENGAMPU : GADIS OCTORY S.IKOM, M.IKOM

“KOMUNIKASI DAN PERILAKU MANUSIA”

DISUSUN OLEH:

ASTRID FEBRIANTI RAHAYU 44321120016


MUHAMMAD IQBAL 44321120019
VIVI VANESA 44321120024
TAZKIA NADIA 44322110001
AZHAR FADHLURRAHMAN 44322110030
MADE IRA SAVITRI 44322110031
REKHA RIANGGRAHITA 44322110032
NATHASYA TRINITA DAMANIK 44322110034

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS MERCU BUANA
2022
BAB 11

HUBUNGAN

Partisipasi dari keluarga, teman, rekan pekerjaan karena hal tersebut


merupakan dasar bagi kehidupan. Di dalam hubungan terutama kehidupan sosial,
komunikasi merupakan unsur dasar yang berguna untuk menjalin hubungan yang
bersifat positif dan produktif.
3 konsep komunikasi yang saling berhubungan dengan cara yang mendasar, yaitu:
 Hasil dari pengembangan kelompok atau unit sosial
 Hubungan antar pihak mempunyai peran penting untuk pembelajaran,
pertumbuhan, dan pengembangan.
 Kegiatan komunikasi terjadi langsung dalam hubunga dengan tujuan yang ada.

I. Komunikasi Interpersonal dan Hubungan


Adanya proses timbal balik antar pengiriman dan penerimaan pesan dari pihak
yang terlibat (individu/kelompok) dengan saling memikirkan dan menyesuaikan
perilakunya, merupakan bagaimana sebuah hubungan muncul dan terbentuk.
Pengolahan pesan dari proses tersebut disebut komunikasi interpersonal.
Contoh sederhana hubungan dilihat dari orang yang saling berpapasan, dimana pihak
yang saling berpapasan memproses informasi dari kehadiran dan lokasi pihak lainnya.
Adapun contoh yang lebih kompleks orang-orang didalam sebuah lift, dimana dalam
situasi tsb kita memerhatikan satu sama lain, lalu menyesuaikan perilaku kita.

II. Jenis Hubungan


Beberapa jenis hubungan dibagi berdasarkan faktor, jumlah yang terlibat, tujuan,
rentang waktu, dan tingkat keintiman yang sudah dicapai.
 Hubungan Diadik
Dyad atau hubungan dua orang, yaitu dimana anak-anak melakukan kontak
pertama dengan orang lain.
Hal unik dalam dyad menurut William Wilmot “Dyadic Communication”,
yaitu:
1. Mempunyai tujuan tertentu
2. Melibatkan berbagai sisi/pandangan yang berbeda dari pihak-pihak
yang berpartisipasi.
3. Perkembangan pola bahasa dan komunikasi yang unik sebagai hal
yang membedakan satu hubungan dari yang lainnya.

 Hubungan Triadik
Triad atau hubungan tiga orang, berbeda dengan dyad yaitu keintiman.
Keintiman merupakan sebuah konsep yang sulit karena banyak pihak yang
sudah membahas keintiman dari jumlah dan self disclosure. Contohnya dalam
dunia persahabatan akan dianggap dekat/intim jika saling terbuka
menceritakan rahasianya.
Beberapa perbedaan dalam kedua hubungan ini yaitu:
1. Cara penyelesaian perbedaan pendapat, hubungan Dyad hanya dengan
negosiasi sedangkan Triad dengan voting suara terbanyak
2. Kestabilan, hubungan Triad memiliki kestabilan yang lebih baik dari
hubungan Dyad

III. Hubungan Social dan Hubungan Berdasarkan Tugas


Dalam pembentukan sebuah hubungan dapat terjadi karena adanya tujuan
utama, entah untuk koordinasi tindakan, tugas yang ingin di selesaikan, dan pekerjaan
yang tidak bisa di selesaikan sendiri. Contohnya itu hubungan dari para individu yang
saling bekerja sama dalam menyelesaikan tugasnya. Hubungan social juga memiliki
manfaat sebagai beberapa sarana seperti hiburan, rekreasi, keintiman, persahabatan,
serta dapat menjadi cara mengatasi berbagai hal.

IV. Hubungan Jangka Pendek dan Panjang


Salah satu faktor lain dari pengaruh sebuah sifat hubungan yaitu
rentang/durasi waktu. Hubungan jangka panjang terdiri dari keluarga inti, saudara,
dan teman-teman. Sedangkan dalam hubungan yang bersifat sementara hanya sekedar
menyapa. Kenangan yang diciptakan dalam hubungan jangka pendek hanya sedikit,
hal ini menyebabkan diri kita kurang terikat untuk beberapa hal dan lebih memberikan
fleksibilitas kepada pihak yang terkait.
V. Hubungan Selintas dan Hubungan Intim
Tingkat kedekatan atau kedalaman merupakan ciri dari sebuah hubungan,
dalam contoh bahwa hubungan yang hanya berkenalan, dekat/akrab dan yang
mempunyai sifat biasa memiliki tempat tersendiri.
Dalam perkenalan sifat yang ada yaitu tidak pribadi, ritual sebagai ciri pertemenan
dan tidak adanya keunikan. Lalu dalam hubungan yang lebih dekat/akrab,
pengungkapan dan pandangan yang dibagikan para individu lebih terbuka, mengarah
ke sifat pribadi, dan memunculkan kesempatan untuk bertumbuh secara pribadi dan
social.

VI. Kencan, Cinta, dan Hubungan Perkawinan


Komunikasi menjadi daya pikat utama dalam hal asmara/perkawinan, dimulai
dari hal yang biasa lalu bertahap ke peningkatan keintiman. Dalam sebuah hubungan
dibutuhkannya kemampuan untuk berkomunikasi satu sama lain untuk mengatasi
masalah atau konflik yang timbul sehingga hubungan antar pihak tsb berhasil dan
menghasilkan hasil yang puas untuk mereka.

VII. Hubungan Keluarga


Dalam keluarga dibutuhkan komunikasi agar reputasi keluarga kita dapat
terbentuk menjadi lebih baik, dan hubungan dari pihak keluarga dengan anggotanya
juga saling mempengaruhi satu sama lainnya.
3 perspektif yang didefinisikan, yaitu:
 Struktural, berdasarkan adanya atau tidak adanya anggota keluarga tertentu
seperti keluarga dan adanya pembedaan didalam keluarga tsb.
 Psikososial, berdasarkan sebuah tugas yang cara penyelesaiannya apakah akan
dilakukan secara bersamaan di dalam keluarga tsb.
 Transaksional, berdasarkan perilaku dan sikap dari sebuah keluarga intim yang
berhasil menciptakan rasa identitas keluarganya dengan ikatan emosional dan
pengalaman untuk sebuah cerita di masa yang akan datang

Menurut Ascan Koerner dan Mary Ann Fizpatrick mengungkapan bahwa ada 2
karakter keluarga yaitu:
 Orientasi percakapan, keluarga yang memperlihatkan orientasi ini akan
membuat suasana dimana para anggota di beri dukungan untuk dapat
mengungkapkan pendapat mereka pribadi.
 Orientasi Konformitas, keluarga yang mempunyai keseragaman nilai, dan
bersifat tradisional.

Dari kedua orientasi tersebut memunculkan beberapa jenis keluarga, yaitu:


 Keluarga Konsesual, yang mempunyai orientasi tinggi terhadap percakapan
dan konformitas.
 Keluarga Pluarlistik, yang mempunyai orientasi tinggi terhadap percakapan
dibandingkan konformitas.
 Keluarga Protektif, yang mempunyai orientasi lebih rendah terhadap
percakapan tetapi lebih tinggi di orientasi konformitas.
 Keluarga Bebas, yang mempunyai orientasi rendah terhadap kedua orientasi.

Media mempunyai peran penting dengan komunikasi keluarga agar kehidupan


didalam keluarga tsb lebih teratur maupun terstruktur, akan tetapi konflik juga dapat
timbul karena media massa. Sebagai contoh yaitu karena adanya keributan kecil
dalam keluarga tsb seperti perebutan laptop untuk mengerjakan tugas.
Faktor yang memengatuhi komunikasi dalam keluarga yaitu budaya, ras, dan
kesukuan. Kemudian, terjadinya saling menampung adat kebiasaan para anggota
keluarga membuat banyaknya jumlah anggota keluarga dan terciptanya macam-
macam pola komunikasi.

VIII. Pengembangan Hubungan


Seperti yang sudah dibahas sebelumnya bahwa hubungan memilki arti paling
dasar yaitu ketika dua atau lebih individu saling mempertimbangkan dan saling
menyesuaikan perilaku verbal dan nonverbal mereka satu sama lain yang terbentuk
ketika terjadinya proses pengiriman dan penerimaan pesan secara timbal balik.
Pengembangan Hubungan memiliki 6 tahapan diantaranya, yaitu : inisiasi,
eksplorasi, intensifikasi, formalisasi, redefinisi, dan deteriorasi.
1. Tahap Pertama: Inisisasi
Tahap awal dalam pembentukan hubungan selalu melibatkan inisiasi sosial
atau pertemuan. Pada tahap ini, dua atau beberapa orang memerhatikan dan
menyesuaikan perilaku satu sama lain. Biasanya untuk melakukan penyesuaian,
seorang individu menggunakan bahasa nonverbal seperti senyuman, padangan sekilas,
jabat tangan, gerakan atau penampilan.
2. Tahap kedua : Eksplorasi
Tahap kedua dalam pengembangan hubungan melakukan sebuah eksplorasi
yang bertujuan untuk mendapatkan nilai manfaat dari sebuah hubungan dengan cara
melakukan pengumpulan informasi tentang gaya, motif, minat dan nilai dari orang
lain. Pada tahapan eksplorasi, terkadang seorang individu terkendala dengan
percakapan karena belum mengetahui atau memahami topik pembicaraan yang
dibicarakan oleh lawan bicaranya.
3. Tahap ketiga : Intensifikasi
Jika hubungan mengalami kemajuan, bergerak ke tahap ketiga, yang oleh
Mark Knapp dan Anita Vangelisti diberi nama intensifying stage (tahap intensitas).
Pada tahap ini, hubungan bisa saja gagal, memburuk, atau terus berkembang karena
seorang individu sering menganggap diri mereka “teman dekat”, bahkan sampai
berani berbagi rahasia lebih dalam menggunakan bahasa nonverbal dengan
menyentuh satu sama lain dan dalam cara yang lebih intim.
4. Tahap keempat : Formalisasi
Formalisasi merupakan tahap yang sangat penting dalam hubungan apa pun.
Ini adalah tahap di mana orang mengumumkan kepada dunia bahwa mereka berjanji
satu sama lain. janji ini bias diperlihatkan secara nonverbal (misalnya dengan sebuah
cincin pertunangan) atau dengan mengacu pada seseorang dengan cara
mengatakannya (misalnya, “ini tunangan saya”).
5. Tahap kelima : Redefinisi
Pada tahap redefinisi, seiring berjalannya waktu seorang individu, tumbuh,
berkembang, dan menciptakan tekanan dalam sebuah hubungan. Sebagai akibatnya,
kebutuhan untuk mendefinisi ulang beberapa aturan bersama dalam hubungan sering
muncul. Kadang-kadang kebutuhan akan redefinisi bersifat alamiah, bertahap, dan
sebagai bagian dari perkembangan hubungan yang mudah untuk dikelola.
6. Tahap keenam : Deteriorasi
Pada tahap deteriorasi, proses kerusakan dalam hubungan bisa terjadi tanpa disadari
saat orang-orang dalam hubungannya lebih memilih untuk menjalankan masing-
masing secara fisik maupun simbolik.
Peneliti komunikasi Steve Duck telah mengidentifikasi empat fase dalam proses
pemutusan hubungan, yaitu :
o Fase “Self-Talk” atau bercakap dengan diri sendiri
o Fase Komunikasi Interpersonal
o Fase Komunikasi Kelompok atau Komunikasi Sosial
o Fase Membangun Opini dan Komunikasi Publik

IX. Pola Hubungan


Pola hubungan adalah hasil dari aturan bersama yang telah dikembangkan di
antara orang yang terlibat. Dalam bagian ini, kita secara singkat akan membahas
empat diantara pola-pola komunikasi yang paling umum, yaitu:
 Iklim Suportif dan Defensif
 Ketergantungan dan Ketidaktergantungan
 Spiral Kemajuan dan Spiral Kemunduran
 Prasangka Baik dan Prasangka Buruk
1. Iklim Suportif dan Defensif
Ada sejumlah perilaku komunikasi yang cenderung untuk menciptakan dan
memelihara iklim defensive dalam hubungan, yaitu :
o Mengevaluasi
o Mengendalikan
o Mengembangkan strategi
o Tetap nertal
o Menunjukkan keunggulan
o Menyampaikan kepastian

Sebaliknya, ada perilaku yang dianggap sebagai kontribusi terhadap iklim


yang mendukung, yaitu :
- Menggambarkan
- Berorientasi pada satu masalah
- Bersikap spontan
- Berempati
- Penegasan kesetaraan
- Menyampaikan provisionalism
2. Ketergantungan dan Ketidaktergantungan
Dinamika ketergantungan dan ketidaktergantungan adalah hal yang lazim
dalam banyak hubungan dari waktu ke waktu. Hubungan ketergantungan muncul
ketika satu orang dalam suatu hubungan sangat tergantung pada yang lain untuk
dukungan, uang, kerja, kepemimpinan, atau pengarahan, sehingga melengkapkan
ketergantungan sebagai salah satu sisi hubungan.

3. Spiral Kemajuan dan Spiral Kemunduran


Dalam spiral kemajuan, proses timbal balik pengolahan pesan dari para
peserta interaksi mengantarkan pengalaman mereka ke arah yang positif.
Kepuasan setiap peserta berasal dan dibangun oleh dirinya sendiri, dan hasilnya
adalah sebuah hubungan yang menjadi sumber tumbuhnya kesenangan dan
penghargaan bagi para partisipan.

Faktor yang Memengaruhi Pola Hubungan


Sejumlah elemen berdampak pada komunikasi interpersonal. Diantaranya yang
paling penting adalah :
- Tahap dan Konteks Hubungan
- Kebutuhan Interpersonal dan Gaya
- Kekuasaan
- Konflik

X. Implikasi dan Aplikasi


1. Menjadi kompeten dalam komunikasi interpersonal memerlukan pemahaman dan
penerapan komunikasi dan hubungan interpersonal dalam kehidupan sehari-hari.
2. Kesadaran diri dalam hubungan dapat memberikan kontribusi terhadap
kompetensi komunikasi interpersonal.
3. Empati dan menghormati pendapat orang lain, pengetahuan, dan perspektif,
umumnya meningkatkan komunikasi.
4. Mendengarkan, mengamati, dan menafsirkan adalah penting untuk kemampuan
komunikasi dalan hubungan.
5. Salah satu manfaat mempelajari komunikasi adalah berguna untuk menganalisis
hubungan kita dan perilaku komunikasi dari kenalan, teman, keluarga, rekan, dan
kawan-kawan karib kita.
BAB 12

KELOMPOK

Kita menghabiskan banyak waktu di dalam berbagai jenis kelompok. Sebagai


anggota keluarga, kelompok sebaya, kelompok kerja atau tim, kelompok agama, dan
kelompok-kelompok social lainnya. Kelompok yang di dalamnya kita berpartisipasi
sepanjang usia kita menciptakan berbagai tuntutan dan kesempatan yang sangat luas
kepada kita; saat kita menyesuaikan diri dengan kenyataan ini, kita berkembang,
berubah dan tumbuh.

I. Kelompok: Fiksi dan Fakta


Kita cenderung menganggap kelompok sebagai kumpulan orang yang aktif,
mendukung, dan antusias untuk mencapai tujuan bersama. Kenyataannya,
kelompok bisa terdiri dari individu-individu berbeda beserta beragam perspektif,
motivasi, kebutuhan yang bergabung bersama ke dalamnya.

II. Mengapa Orang Bergabung ke dalam Kelompok


Kelompok membantu individu dalam memenuhi sejumlah tujuan, termasuk:
bergaul, memperoleh dukungan atau pengembangan diri, dan keuntungan
ekonomi. Sejumlah faktor mempengaruhi keputusan individu untuk bergabung ke
dalam kelompok, di antaranya adalah:
 Daya Tarik anggota kelompok; termasuk fisik, social, dan daya tarik
tugas
 Daya Tarik kegiatan dan tujuan kelompok
 Daya Tarik manfaat menjadi anggota kelompok tertentu; pribadi,
sosial, simbolik, pekerjaan, maupun keuntungan ekonomi

III. Jenis Kelompok


 Tugas dan Dimensi Sosial: Produktivitas dan Semangat Juang
Kelompok diciptakan untuk melayani tujuan-tujuan tertentu. Target utamanya
adalah produktivitas yaitu, penyelesaian tugas atau pekerjaan.
 Kelompok duplikasi kegiatan
 Kelompok ban berjalan
 Kelompok penilai, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan

Ada juga kelompok-kelompok tujuan utamanya adalah untuk menciptakan


semangat positif dan untuk memfasilitasi anggota mencapai tujuan orientasi
pribadi atau sosial, seperti dukungan interpersonal, dorongan, dan hiburan.

 Kelompok Diciptakan dan Kelompok Alamiah


Beberapa kelompok muncul dengan sendirinya (emergent). Kelompok
ini terbentuk secara alami dari kegiatan spontan individu, seperti kenalan yang
menjadi teman. Kelompok yang diciptakan kelompok yang secara sengaja
dibentuk dengan tujuan tertentu. Kelompok diciptakan biasanya secara
spesifik memiliki sebuah tujuan atau tujuan-tujuan lainnya, seperti untuk
melayani masyarakat, membantu anggota berhenti merokok, dan untuk
mendukung kandidat politik.

IV. Pengembangan Kelompok


 Jaringan Komunikasi Kelompok
Dalam hubungan dua orang, terdapat kemungkinan untuk hanya satu
hubungan komunikasi timbal balik. Dalam kelompok alamiah, hubungan
pengolahan pesan yang timbal balik (jaringan) berkembang secara alami dan
spontan. Jaringan tersebut mulai terbentuk saat individu bertemu dan berupaya
untuk mengenal satu sama lain. Dengan bertambahnya waktu, jaringan
bertambah baik karena semua anggota kelompok berpartisipasi dalam
interaksi.

 Tahap Pengembangan
Berikut merupakan gambaran umum dari perkembangan sebuah kelompok:
1. Tahap Orientasi
Terdiri dari tindakan berkenalan, mengungkapan titik pandang awal, dan
membentuk jaringan terkait dengan tugas yang harus segera dikerjakan.
2. Tahap Konflik
Jika kelompok melanjutkan tugasnya, terjadi pembagian peran dan tanggung
jawab. Kelompok pun memasuki tahap konflik. Selama tahap ini, terjadi
ekspresi dari sudut pandang yang berbeda yang mengantarkan pada polarisasi.

3. Tahap Kemunculan
Secara bertahap, penerimaan demi penerimaan dibuat di antara anggota dan
subkelompok yang berbeda sudut pandang, sebagai permulaan kelompok
membentuk identitasnya sendiri dalam tahap pemunculan.
4. Tahap Penguatan
Jika pembentukan kelompok mendekati penyelesaian, kerja sama
antarindividu dalam jaringan meningkat, yang ditandai dengan saling
mendukung dan penguatan terhadap pemecahan masalah kelompok.

Pada perkembangannya, kelompok bergerak melintasi sebuah serial


tahapan. Dinamika yang terlibat di dalamnya tergantung kepada sejumlah
factor, termasuk: tingkat kesulitan tugas mereka, jumlah solusi alternatif, dan
kepentingan yang diciptakan oleh tugas-tugas. Kelompok mengembangkan
budaya simbol, aturan dan hukum mereka sendiri.

V. Budaya Kelompok: Simbol, Kaidah, dan Aturan


Melalui proses komunikasi tercipta budaya kelompok. Beberapa aspek dari
budaya kelompok berkembang secara ‘alami’. Simbol, aturan dan kaidah
diciptakan untuk memberi identitas kelompok untuk membedakan dari kelompok
lain.
Budaya memainkan peranan yang penting dalam dinamika kelompok.
Terrence Deal dan Allen Kennedy pernah menelita perusahaan-perusahaan utama
dan mengembangkan deskripsi unsur-unsur budaya yang dapat diterapkan baik
kepada kelompok kecil maupun organisasi besar. Mereka memaparkan nilai-nilai,
tokoh-tokoh, dan tata cara (ritus) dan upacara (ritual) setiap kebudayaan.
 Nilai adalah konsep-konsep dasar keyakinan suatu kelompok yang membentuk
jantung budaya kelompok dan menetapkan standar keberhasilan.
 Budaya dan kelompok sering memiliki tokoh kepahlawanan yang
mewujudkan nilai-nilai kelompok. Para pahlawan ini adalah seseorang yang
memulai sebuah organisasi yang sangat sukses, atau orang yang dikenang
karena pernah mengatasi satu masa sulit dalam kehidupan kelompok.
 Ritus dan ritual adalah rutinitas kehidupan sehari-hari dalam kelompok.

VI. Pengambil Keputusan


Aktivitas utama dari beberapa kelompok adalah membuat keputusan, dan
tersedia sejumlah metode untuk melaksanakannya. Peran dan tanggung jawab
berperan penting juga bagi keberfungsian kelompok. Dalam kelompok yang lebih
kecil, peran dan batasan tanggung jawab berkembang secara alami. Beberapa
peran adalah terkait dengan penyelesaian tugas, peran lainnya terkait dengan
pembangunan tim dan dukungan; sementara peran lainnya tetap individualistik.
Pada kelompok yang lebih besar, atau kelompok yang lebih terstruktur, peran dan
tanggung jawab sering kali lebih formal daripada informal, sering kali dibuat
daripada ilmiah, lebih eksplisit daripada implisit. Kepempimpinan yang dicapai
melalui komunikasi, adalah hal mendasar pada semua jenis kelompok.
Ada sejumlah metode dimana kelompok dapat membuat keputusan, di
antaranya adalah: konsensus, kompromi, suara mayoritas, keputusan oleh
pemimpin, dan arbitrase.
 Konsensus
Konsensus atau mufakat mengacu pada proses yang mengharuskan kelompok
sampai pada suatu keputusan bersama yang benar-benar disetujui oleh semua
anggota.
 Kompromi
Kompromi adalah proses negosiasi atau perundingan dan upaya saling
memberi dan menerima untuk sampai pada posisi yang mempertimbangkan,
namun tidak harus sepenuhnya konsisten dengan pilihan setiap anggota
kelompok.
 Suara Mayoritas
Suara mayoritas adalah metode untuk sampai pada keputusan kelompok secara
matematis, keputusan dibuat bila didukung oleh mayoritas anggota.
 Keputusan oleh Pemimpin
Pengambilan keputusan oleh pemimpin melibatkan penetapan resolusi oleh
pemimpin kelompok.
 Arbitrase
Persetujuan melalui proses perundingan resmi antara para pihak yang tidak
mampu mencapai keputusan, dengan melibatkan pihak lain yang disebut
arbitrase.

VII. Peran dan Tanggung Jawab


Dalam kelompok informasi kecil, peran dan tanggung jawab anggota
berkembang terutama sebagai hasil dari kesepakatan informal, dan sering tidak
diverbalkan. Dalam kelompok yang lebih besar dan lebih formal, peran individu
dan tanggung jawab dapat dibuat secara eksplisit.
Dalam sebuah artikel klasik tentang peran kelompok, Berane dan Sheats
menguraikan tiga jenis peran yang berkembang dalam kelompok seiring waktu:
1. Peran yang terkait dengan penyelesaian tugas
2. Peran yang terkait untuk membangun dan mendukung kelompok
3. Peran-peran individualistis

 Peran Berorientasi Tugas


 Inisiator-Kontributor. Menyarankan atau mengusulkan ide-ide baru, mengubah
cara-cara menangani masalah atau tujuan kelompok.
 Pencari Informasi. Meminta klarifikasi mengenai saran yang telah dibuat
untuk keabsahan informasi dan fakta terkait masalah yang sedang dibahas.
 Pencari Opini. Meminta klarifikasi mengenai nilai yang terkait dengan apa
yang sedang ditangani kelompok, atau memberikan saran alternatif yang bisa
diusulkan.
 Pemberi Informasi. Memberi fakta atau generalisasi yang “absah” atau fakta
berdasarkan pengalamannya sendiri.
 Pemberi Opini. Menyampaikan keyakinan atau pendapat terkait sebuah saran
yang dibuat.
 Elaborator. Menjabarkan saran melalui contoh dalam memberikan
pembenaran kepada saran yang dibuat sebelumnya, dan mencoba untuk
memahami bagaimana sebuah ide akan berhasil diterapkan.
 Koordinator. Menjelaskan hubungan antarberbagai ide dan saran, mencoba
menarik ide dan saran bersama, atau mencoba untuk mengoordinasikan
kegiatan anggota dari berbagai subkelompok.
 Orienter. Mendefinisikan posisi kelompok sehubungan dengan tujuannya
merangkum apa yang telah terjadi, arah dan tujuan, atau mengangkat
pertanyaan tentang arah diskusi yang sedang dilakukan kelompok.
 Evaluator-Kritik. Mengarahkan penyelesaian tugas kelompok kepada beberapa
standar agar kelompok berfungi sesuai konteks tugas.
 Energizer. Melecut kelompok untuk aksi atau keputusan, sebagai usaha
merangsang kelompok agar punya kegiatan yang “lebih besar” dan “lebih
tinggi kualitasnya”.
 Teknisi-Prosedural. Mempercepat gerakan dengan melakukan apapun untuk
kelompok, melakukan tugas rutin seperti menyebarkan materi, atau mengatur
barang-barang.
 Perekam. Mencatat saran, membuat rekaman keputusan, atau menuliskan hasil
diskusi.

 Pembangunan Kelompok dan Peran Dukungan


 Encourger
Memuji, memberikan persetujuan, dan menerima kontribusi orang lain
 Harmonizer
- Menengahi perbedaan antara anggota lain
- Berupaya untuk mendamaikan perbedaan pendapat
- Mengurangi ketegangan dalam konflik melalui lelucon
 Kompromis
- Berupaya keluar dari konflik internal dengan menawarkan persetujuan
Bersama
- Mengakui kesalahan atau bergerak ke posisi lain
 Penjaga gerbang/ekspeditur
Berupaya menjaga saluran komunikasi tetap terbukan dengan
mendorong atau memfasilitasi partisipasi orang lain atau dengan mengatur
arus komunikasi
 Pengingat standar
Memperlihatkan standar agar kelompok bisa memfungsikannya
sebagai standar evaluasi dan standar kualitas bagi proses-proses dalam
kelompok
 Kelompok pengamat
Menyimpan catatan mengenai berbagai aspek proses kelompok, lalu
memanfaatkan dan menginterpretasi data, untuk diusulkan sebagai
evaluasi kelompok terhadap prosedurnya sendiri
 Pengikut
Bergerak sejalan dengan gerakan kelompok, kurang lebih bersikap
pasif dalam menerima gagasan orang lain, tampil sebagai penonton dalam
diskusi kelompok dan pengambilan keputusan

 Peran Berorientasi Tugas


 Penyerang: Bekerja dengan cara-cara negative, termasuk menjatuhkan
status orang lain.
 Penghalang: Cenderung negative dan melawan dengan keras kepala, tidak
setuju dan menentang.
 Pencari Pengakuan: Berusaha dengan berbagai cara untuk menarik
perhatian.
 Pengaku Dosa: Memanfaatkan kesempatan yang diberikan aturan
kelompok.
 Penguasa: Mencoba untuk menegaskan otoritas atau superioritas dengan
memanipulasi,
 Pencari Bantuan: Upaya untuk membangkitkan tanggapan “simpati” dari
anggota lainnya.
 Pembela kepentingan khusus: Berbicara atas nama “pemilik usaha kecil’,
biasanya diselubungi prasangka.
VIII. Kepemimpinan
Peran dasar seorang pemimpin adalah mengooridnasi kegiatan individu-
individu sehingga mereka berkontribusi kepada tujuan keselurahan kelompok dan
kepada kemampuan adaptasi umum dari kelompok.
Fungsi Kepemimpinan
Kepemimpinan dilaksanakan melalui komunikasi. Para pemimpin
bertanggung jawab bagi pencapaian tujuan tertentu. Fungsi kepemimpinan terbagi
dalama dua kategori
1. Fungsi Pemelihara Kelompok
 Mempromosikan partisipasi
 Mengatur interkasi
 Mempromosikan kepuasan kebutuhan
 Meningkatkan Kerjasama
 Menengahi konflik
 Melindungi hak-hak individu
 Memberikan contoh perilaku
 Memikul tanggung jawab atas kegagalan kelompok
 Mempromosikan pengambangan kelompok
2. Fungsi Prestasi Kelompok
 Menginformasikan
 Merencanakan
 Mengorientasikan
 Mengintegrasikan
 Mewakili
 Menyelaraskan
 Memperjelas
 Mengevaluasi
 Membangkitkan semangat

 Pendekatan atau Teori Kepemimpinan


1. Pendekatan pemimpin yang baik adalah dilahirkan
Pandangan tradisional percaya bahwa kepemimpinan adalah bawaan-
kemampuan yang diwaris dari orang tuanya. Teori ini sering digunakan
untuk menjaga kelompok orang tertentu untuk tetap pada posisi
kepemimpinan.
2. Pendekatan gaya terbaik seseorang
Pendekatan ini memandang kepemimpinan sebagai masalah gaya. Ketika
kewengan atau otoritas dibagi, tipe kepemimpinan disebut demokratis dan
partisipatoris.
3. Pendekatan kontekstual
Memandang kepemimpinan sebagai hasil dari kemampuan individu (bakat
plus belajar), tujuan kelompok, tekanan dari luar terhadap kelompok dan
cara-cara anggota dalam berbicara, bekerja/berhubungan satu sama lain.

 Masalah Pengikut dan Anggota


Bagi seseorang, kepemimpinan adalah sebuah elemen penting yang
membedakan antara keterlibatan dalam kelompok dari partisipasi dalam
hubungan. Dalam hubungan, setiap individu memiliki kaitan langsung dalam
menciptakan dan mengendalikan system, budaya, pola komunikasi, aturan dan
peran. Hal ini tidak sering terjadi pada kelompok, karen biasnya di dalam
kelompok kita diinsiasi dan bukan kita menginisiasi.

IX. Keterpaduan
Kesatuan di mana anggota-anggota memperoleh “semangat tim” dan
berkomitmen kepada kesejahteraan kelompok. Seperti Ernest dan Nancy
Bormann menunjukkan di dalam Effective Small Group Communication, inti dari
konsep keterpaduan tercemin secara tepat dalam motto dongen Alexander Duman
Theree Musketer: “semua untuk satu dan satu untuk semua.”

 Gejala keterpanduan yang terlalu kecil: Kebosanan dan Ketidakpedulian


Ada sejumlah gejala dan akibat dari keterpanduan yang rendah.
Termasuk disini adalah keterlibatan yang kurang, tidak ada antusiasme, dan
minimnya pertanyaaan yang diajukan. Rapat berlangsung tenang bahkan
membosankan, dengan anggota rapat yang berperilaku sopan tapi bersikap
apatis. Keputusan penting ditangani secara rutin saja, dan sentiment yang
menyebar terwakili dengan sangat baik dalam pernyataan “mari kita segera
akhiri semua ini”

 Gejala Keterpanduan yang Terlalu Tinggi: Sindrom Berpikir Kelompok


(Groupthink Syndrome)
Kohesivitas dan loyalitas terhadap kelompok dapat memiliki sisi
buruk. Dama Groupthink Irving L. Janis menjelaskan bahwa pengambilan
keputusan kelompok dapat benar-benar terlalu padu. Dalam kelompok sangat
padu atau sangat kohesif tekanan untuk setuju dengan kelompok dapat
menjadi sangat kuat. Sindrom berpikir kelompok atau groupthink terjadi
karena anggota menempatkan nilai utama pada loyalitas dan menjadikan
dirinya sebagai pemain tim.
Tanda bahaya berpikir kelompok (Groupthink Warning Signs): Kehadiran
faktor-faktor tertentu menandai potensi groupthink. Termasuk didalamnya:
 Menilai terlalu tinggi kekuatan dan moratiltas kelompok
 Berpikir tertutup
 Menekankan keseuaian.

X. Konflik dalam Kelompok


Pada berbagai tahap di dalam perkembangan kelompok, konflik tidak bisa
dihindari. Konflik bisa berkaitan dengan ketidaksetujuan terhadap tujuan
kelompok, peran atau tanggung jawab anggota, pengambilan keputusan, alokasi
sumber daya, dinamika kelompok, hubungan antara individu tertentu dan faktor
lainnya.
Konflik tidak secara inheren sebagai masalah. Tanpa adanya konflik kualitas,
kebhinekaan, pertumbuhan, dan keunggulan boleh jadi menurun bagi individu,
hubungan atau kelompok.
Tidak perlu ada tujuan untuk memusnahkan konflik, melainkan tujuannya
mengerti konflik lebih baik dalam segala situasi agar bisa mengindentifikasi asal
muasal konflik, agar dapat menentukan potensinya untuk membentuk kontribusi
dan mampu memecahkan atau mengelolanya secara produktif.
Dua dimensi pendekatan untuk mengklasifikasi konflik
1. Ketegasan. Perilaku ditujukan untuk memenuhi kepentingan diri sendiri
2. Kesediaan bekerjasama. Perilaku dimaksudkan untuk memenuhi
keprihatinan orang lain.

Bilamana dikombinasikan, 2 dimensi tersebut menghasilkan 5 gaya yang


berbeda dari konflik:
- Gaya Kompetitif : Tinggi dalam ketegasan , rendah dalam kerja sama.
- Gaya Akomodatif : Rendah dalam ketegasan, tinggi dala, kerja sama.
- Gaya Menghindar : Rendah dalam ketegasan, rendah dalam kerja sama.
- Gaya Kolaboratif : Tinggi dalam ketegasan, tinggi dalam kerja sama.
- Gaya Kompromis : Moderat dalam ketegan, Moderat dalam kerja sama

XI. Kelompok yang Dimediasikan


Bersamaan dengan teknologi komunikasi baru yang terus dikembangkan, lebih
dan lebih banyak lagi kelompok interaksi berlangsung melalui saluran yang
dimediasikan. Sebagai contoh: bebeapa instruktur penguruan tinggi mungkin
menyiapkan tuang diskusi berbasis web, group email, atau membangun web
halam pesan sehingga mahasiswa mereka dapat terus berhubungan secara online.
Cara diskusi yang dimediasikan ini sanggup menghubungkan secara
bersamaan orang-orang yang tinggal dan bekerja di lokasi yang sangat terpencil.
Potensinya untuk menciptakan pemahan mengenai masyarakat global sangatlah
besar.

XII. Implikasi dan Aplikasi


 Kelompok adalah system social yang kompleks yang teridiri dari individu-
individu yang membawa orientasi uniknya masing-masing – perspektif,
tujuan, kebutuhan, nilai-nilai, pengalam, gaya dan motivasi – terhadap
keanggotan kelompok.
 Kelompok dikatakan sukses, sejauh beragam orientasi anggota bisa tetap
dikoordinasikan, disalurkan dan/atau diarahkan.
 Dua dimensi kesuksesan kelompok: Sukses produktivitas dan sukses
moralitas. Produktivitas dikatakan sukses Ketika pekerjaan dilakukan
dengan tuntas, sedangkan moralitas dikatakan sukses bila orang-orang
merasa puas.
 Dinamika komunikasi dan jaringan yang muncul dalam suatu kelompok
sering kali hidup dengan sendirinya tanpa ada unsur kesengajaan.
 Setiap kelompok memiliki budaya sendiri beserta simbolnya yang khas,
aturan dan hukum. Ketiganya memberikan kontribusi pada identitas
kelompok dan menjadi dasar kebersamaan diantara anggota.
 Budaya kelompok mendukung dan mendorong beberapa jenis perilaku.
 Pengambilan keputusan adalah kegiatan sentral dari setiap kelompok
 Randy Hirokawa mencatat bahwa kelompok harus memenuhi seperangkat
fungsi penting untuk membuat keputusan yang sukses.
 Keterpanduan (kohesivitas) merupakan elemen penting untuk kesuksesan
kelompok dalam hal kinerja, moralitas dan komunikasi yang efektif.
 Tekanan yang ekstrim terhadap loyalitas kelompok dan sebagai “pemain
tim” bisa membungkam perbedaan pendapat dan kritik, yang sebetulnya
dapat memainkan peran penting dalam kreativitas dan kualitas
pengambilan keputusan.
 Konflik itu tidak terelakkan dan tidak selalu merupakan aspek negatif bagi
kehidupan kelompok. Belajar untuk memahami dan mengelola konfli, bisa
membuat produktif bagi kelompok.
BAB 13

ORGANISASI

I. Komunikasi dan Organisasi

Organisasi hadir dalam berbagai bentuk dan ukuran, dari segi komunikasi

semuanya memiliki kesamaan. Komunikasi memungkinkan terjadinnya

koordinasi kegiatan yang dilakukan oleh sejumlah orang, tanpa komunikasi tak

mungkin terjadi koodinasi dalam organisasi social apapun.

II. Tujuan Organisasi

Komunikasi berperan penting dalam penetapan tujuan, beberapa organisasi

dibentuk dengan tujuan utama memproduksi dan memasarkan barang konsumsi

dan barang serta jasa. Organisasi menyediakan barang dan jasa, sementara sebagai

imbalanya biasanya ia menerima konmpensasi uang.

III. Peran dan Tanggung jawab

Dalam setiap organisasi, dilakukan pembagian tugas-tugas yang besar menjadi

bagian-bagian keil dan perincian peran, dalam hubungan dan kelompok, perang

yang dijalankan individu, beserta tanggung jawab terhadap sesame individu lain di

kelompok, secara umum adalah hasil dari evolusi interaksi sesame anggota.

Dalam organisasi pembagian kerja dan defisi peran sangat diformalkan. Proses

memformalkan peran mencangkup sejumlah aspek:


1. Perincian peran-peran

2. Mengembangkan proses pemilihan orang yang mengisi peran-peran ini

3. Penen tanggung jawab terkait peran

4. Pengembangan prosedur perpindahan dari satu peran ke peran lain

Masing-masing aspek tersebut secara jelas dan resmi dijelaskan dalam bentuk

“nama pekerjaan”, “Kebijakan perekrutan:, “uraian pekerjaan”, dan “prosedur

promosi dan pemutusan kerja”.

IV. Fungsi manajemen

Organisasi membutuhkan suatu proses perencanaan, pengambilan keputusan,

pengawasan keuangan,memantau kegiatan organisasi, semua aspek ini biasanya

disebut fungsi manajemen. Seperti fungsi kepemimpinan, fungsi manajemen dapat

sangat distributive, yaitu menyebarkan kewenagan kepada berbagai tingakatan

orang dalam organsisasi kelompok, terjadi dalam ,manajemen parsipatif.

V. Teori Organisasi

Secara tradisional, para ahli mengedintifikasi tiga aliran tentang hakikat manusia.

Masing-masing mengajukan prinsip dan asumsi tentang bagaimana individu

berperilaku dalam organisasi.

 Mazhab Manajemen Saintifik

Pendekatannya adalah sebuah kumpulan teori yang di kembangkan

oleh praktisi bisnis dan akademi. Figure penting dalam bidang ini adalah

Frederick W. Taylor, dalam padangan ini manusia dalam organisasi

didorong terutama oleh keuntungan materi. Pada intinya pandangan

saintifik memandang organisasi sebagai sebuah mesin, sebuah struktur


yang jelas, spesialisasi pekerjaan, gaji yang layak, peraturan yang resmi,

beserta garis tegas antara wewenang dan tanggung jawab.

 Mazhab Hubungan Manusia

Kesimpulan final yang mereka dapati dari penelitian adalah,

Produktivitas kerja menjadi berbeda tidak disebabkan oleh perubahan yang

bersifat khusus, melainkan disebabkan sifat positif hubungan interpersonal

dan perhatian lebih dari supervisor.

 Mazhab Pendekatan Sistem

Teori system umum berusaha untuk menyediakan satu pendekatan

yang menyeluruh terhadap pengetahuan yang berkembang pada bidang-

bidang yang berbeda seperti biologi,sosiologi, komunikasi, dan Teknik.

Perspektif system memandang Individu, hubungan , kelompok dan

organisasi berinteraksi dan saling tergantung satu sama lain dan dengan

linkunganya.

 Mazhab Kualitas

Mazhab kualitas tentang perilaku organisasi dan praktik menajemen,

berdiri di atas aliran pemikiran sebelumnnya, pertama, mengikuti tradisi

pemikiran manajemen saintifik, pengendalian kulaitas terhadap produk dan

layanan, kedua, bercermin kepada mazhab system pendekatan kualitas

memandang organsasi berjalar efektif jika mereka tanggap terhadap

permintaan dan kesempatan pada lingkungan, ketiga sejalan dengan

padangan hubuhngan antar manusia, pendekatan kualitas memperlakukan

para pekerja sebagai pecari keterlibatan, pencari kerja sama, dan pencari

kesempatan untuk bekerja dengan kualitas tinggi.


 Kualitas: konsep-konsep inti

Konteks kualitas dalam organiasasi dan konsep inti terkait dengan

pendekatan kualitas, ada enam nilai umum yang sama dari berbagai

pendekatan :

1) Orientasi layanan

2) Kepemimpinan

3) Informasi

4) Perbaikan

5) Komunikasi

6) Perbaikan yang berkelanjutan

 Strategi Kualitas dan Proses

Secara luas proses kualitas memilki dua fase,

1. Penilaian

2. Perbaikan

Penilaian kualitas pada dasarnya adalah strategi untuk

mengevaluasi kinerja organsasi dalam kaitanya dengan harapan

pemilih, dengan visi dan misi organisasi.

 Peningkatan kualitas

Melibatkan rencana dan strategi pengembangan, bekerja untuk

meningkatkan keunggulan organisasi dalam setiap aspek yang di

sebutkan dalam pembahasan sebelumnya. Modal dasar untuk

proses perbaikan adalah kelompok atau tim sering disebut sebagai

tim kualitas atau tim proses perbaikan.

Kegiatan tim biasanya terdiri dari :

1. Merencanakan Perbaikan
2. Mempelajari proses yang akan diperbaiki

3. Memahami masalah

4. Mengumpulkan informasi

5. Menggunakan alat dan Teknik untuk menganalisis dan menginterpretasikan

informasi

6. Mengidentifikasi solusi

7. Melaksanakan dan pengelola perubahan

8. Mengevaluasi hasil

Namun tidak pernah ada jaminan tertentu dalam proses peningkatan kualitas.

Faktanya beberapa ahli telah menyamakan pendekatan kualitas dengan “akal sehat

yang sistematik dan terorganisir”. Ketika pendekatan ini ternyata sangat

efektif,hasilnya terlihat karena terdapat komitmen sejati untuk penilaian dan

perbaikan dalam organisasi, dan konsep-konsep utama manajemen kualitas seperti

yang didiskusikan di dalam bab ini sungguh diterapkan dalam sebuah cara yang

masuk akal bagi masing-masing organisasi.

VI. Jaringan Komunikasi

1. Fungsi Jaringan

Fungsi dari sebuah jaringan yaitu untuk sarana, mekanisme, memfasilitasi, dan

sebagai aliran informasi.

2. Ukuran Jaringan

Untuk membedakan sebuah ukuran jaringan bisa dilihat dari penambahan jumlah

individunya dari sebuah unit social.

3. Jaringan Internal: Arus Pesan dalam organisasi

Ada 4 arus jaringan yaitu arus pesan mengalir ke bawah, ke atas, horizontal, informal.
- Jaringan Eskternal. Merupakan jaringan yang akan menyambungkan

suatub organisasi dengan lingkungannya.

- Jaringan Tatap Muka. Dalam organisasi, interaksi ini meningkat akan

tetapi sulit dilakukan karena banyaknya jumlah orang yang terlibat.

- Jaringan Komunikasi organisasi dalam aksi. Jaringan ini dilaksanakan

secara terbuka, rasional, dan bisa disimpulkan.

VII. Budaya Organisasi

Merupakan gabungan dari symbol-simbol, peristiwa, dan pola perilaku dari

sebuah cerita rakyat. Dalam hal ini budaya dalam sebuah organisasi akan selalu

ada setiap waktu dari hasil interaksi antar organisasi.

VIII. Iklim Organisasi

Merupakan bagian dari suara para anggota organisasi dengan kesehariannya.

IX. Keanekaragaman organisasi

Dalam banyaknya keanekaragaman organisasi saat ini, terdapatnya kesempatan

atau peluang utama organisasi kontemporer.


BAB 14

BUDAYA DAN MASYARAKAT

 Hakikat Kebudayaan

"Budaya" seperti juga "komunikasi" adalah istilah yang sudah akrab bagi kebanyakan
orang. Penggunaan yang paling umum dari istilah "budaya" adalah sebagai persamaan kata
bagi negeri atau bangsa. Pengertian budaya tidak menunjuk kepada sesuatu yang dimiliki
atau tidak dimiliki oleh orang. Melainkan budaya adalah sebuah gagasan. atau sebuah
konsep, seperti dikemukak in oleh E. B. Tylor tahun 1871 "yaitu keseluruhan kompleks yang
meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat, dan kemampuan lain apa pun,
dan kebiasaan yang dipelajari dan diperoleh oleh anggota-anggota) dari (sebuah)
masyarakat."
 Hubungan antara Komunikasi dan Budaya
1. Dalam setiap hubungan, sebagai contoh, sebuah budaya hubungan muncul secara
alami dari waktu ke waktu. Istilah khusus untuk mengungkapkan rasa sayang, kata-
kata singkatan dan kode non-verbal, misalnya sebuah frasa khusus atau gerak-gerik
tertentu yang memiliki makna unik. Setiap simbol tersebut mempunyai makna dan arti
penting khusus disebabkan oleh sejarah komunikasi yang dibagi diantara mereka.
2. Proses yang sama muncul dalam kelompok maupun organisasi. Dalam setiap kejadian
ini, sebagaimana kita telah mengerti, kata-kata khusus atau frasa-frasa tertentu,
pendekatan kepemimpinan, norma perilaku, atau kesepakatan berpakaian, muncul
sebagai hasil dari komunikasi dan adaptasi mutualistik diantara para anggota.
3. Simbol adalah dasar budaya setia masyarakat. Bahasa lisan dan tertulis adalah unsur
budaya yang paling dasar, namun, bersamanya ada pula simbol-simbol lain yang juga
melayani peran yang sama. Benda-benda tertentu, tempat, orang, gagasan, dokumen,
lagu, peristiwa bersejarah, monumen, figur pahlawan, gaya arsitek, dan bahkan
dongeng rakyat boleh jadi penting bagi sebuah budaya.

 Budaya yang terdapat pada hubungan, kelompok, organisasi, atau masyarakat, melayani
fungsi yang sama terkait komunikasi:
- Menghubungkan individu satu sama lain
- Menciptakan konteks untuk interaksi dan negosiasi antaranggota
- Memberikan dasar bagi identitas bersama

Budaya adalah hasil-tambahan dari kegiatan-kegiatan komunikasi yang berlangsung


di dalam hubungan, kelompok, organisasi, dan. masyarakat. Tentunya, jika tidak karena
kapasitas bahasa simbolis manusia, kita tidak akan bisa mengembangkan sebuah budaya
bersama. Dan, tanpa komunikasi beserta teknologinya, menjadi tidak mungkin untuk
menyampaikan unsur-unsur budaya dari satu tempat ke tempat lain, atau dari satu
generasi ke generasi berikutnya.

 Karakteristik Budaya
- Budaya itu Kompleks dan Bersegi Banyak
Kompleksitas budaya adalah sesuatu yang paling tampak dan paling potensial
bermasalah dalam komunikasi pada level masyarakat. Jika kita memeriksa pola
komunikasi verbal dan non-verbal dari budaya mana pun, akan terlihat ada pola yang
sama pada kompleksitas dan asosiasinya. Bentuk salam, gerak isyarat, tema dan
bentuk percakapan, baju, kebiasaan bahasa, praktik bei pacaran, kontak mata yang
dipilih, penggunaan ruing, orientasi waktu, peran gender, orientasi pada yang lebih
tua, dan sikap terhadap kerja semuanya memengaruhi dan pada gilirannya
dipengaruhi oleh ragam dimenii budaya.
Budaya Konteks Tinggi dan Konteks Rendah. Ahli komunikasi dan
kebudayaan Edward Hall, mendefinisikan konteks sebagai "informasi yang
mengelilingi sebuah peristiwa, secara tidak dapat dipisahkan menyatu dengan makna
peristiwa." Edward Hall menunjukkan bahwa budaya-budaya dunia dan praktik
komunikasi individu di dalam budaya merentang dari yang konteks tinggi ke konteks
rendah. Konteks tinggi yaitu pesan adalah ketika sebagian besar informasi berada
dalam diri seseorang, sementara sangat sedikit bagian informasi yang dikodekan,
eksplisit, dan dikirimkan. Konteks rendah adalah kebalikannya, yaitu kebanyakan
informasi bersifat pribadi dengan kede yang dieksplisitkan.
Orientasi Individu dan Orientasi Kolektif. Rasa tanggung jawab terhadap
kelompok adalah sebentuk budaya yang dapat dibed ikan antara perhatian terhadap
kesejahteraan kelompok dan persepsi yang menekanan kepentingan dan hasrat perse
rangan. Sederhananya, dalam budaya individualistik, tujuan-tujuan individu adalah
kepentingan yang paling utama, sementara dalam budaya kolektif, tujuan kelompok
ada ah yang paling tinggi.
Waktu monokronik (monochronic) menjelaskan orientasi orang yang
memberi perhatian dan melakukan satu hal dalam satu waktu. Sedangkan waktu
polikronik (polychronic) merujuk kepada orang yang memberi perhatian dan
melakukan banyak hal dalam satu waktu.

- Budaya itu Tidak Terlihat


Sebagian besar karakteristik budaya yang menyelubungi hubungan, kelompok,
organisasi, atau masyarakat itu tidak terlihat bagi masing-masing unit ini, Adakalanya
kita dapat menjadi peduli kepada keberadaan dan hakikat budaya kita. Ketika ini
terjadi, secara umum keped lian ini muncul dalam tiga cara yaitu:
1. Pelanggaran Atas Konvensi Budaya
Ketika seseorang dalam sebuah budaya melanggar praktik atau standar budaya
yang udah mapan, pelanggaran itu cenderung menarik perhatian.
2. Kontak lintas Budaya
Cara kedua di mana kita diingatkan terhadap kehadiran dan dampak dari budaya
kita adalah ketika kita menghadapi orang-orang dari budaya lain dan kemudian
mendapati perbedaan besar perilaku di antara mereka dan kita.
3. Analisis Ilmiah.
Cara ketiga yang bisa menjadi kita sadar akan budaya kita adalah melalui
mempelajari deskripsi budaya kita atau deskripsi budaya orang lain.

 Budaya Itu Subjektif


Kita tumbuh dengan dan menggunakan budaya kita secara apa adanya, kita amat tidak
menyadari sifat subjektitnya. Bagi orang yang ada di dalamnya, aspek-aspek budayanya
adalah rasional dan sang at bisa dimengerti, namun tidaklah demikian bagi orang-luar.
Seorang ahli etika, Thomas Donaldson" mengidentifikasi nilai-nilai utama yang
dipercayainya mencerminkan tradisi budaya diseluruh dunia.
1. Penghargaan kepada martabat manusia. Oiang dilarang menempatkan orang lain
sebagai perkakas (tools); dengan kata lain, kita harus mengakui nilai yang
dimiliki seseorang sebagai manusia adanya.
2. Penghargaan atas hak asasi. Individu dan komunitas harus memperlakukan orang-
orang dalam cara-cara yang menghary ai hak asasi mereka.
3. Kewargaan yang baik. Anggota dari sebuah komunitas harus bekerja-sama untuk
mendukung dan memperbaiki pranat kemana komunitas bergantung.

 Budaya Berubah Sepanjang Waktu


Kita membawa serta pengaruh budaya pada saat kita berpartisipasi dalam sejumlah
hubungan, kelompok atau organisasi. Saat kita sebagai individu berubah, kita menyiapkan
dorongan bagi perubahan budaya dimana kita menjadi bagiannya. Dalam pengertian
seperti ini, masing-masing kita adalah agen perubahan budaya.

 Sebuah Kata Peringatan

Dalam upaya untuk mengklasifikasian dan memahami kesamaan di dalam budaya


lain, ada baiknya untuk mengingatkan diri tentang keragaman yang luar biasa yang kita
temukan dalam budaya sendiri, lalu mengakui adanya tingkat keragaman yang sama
besarnya pada budaya orang lain.

 Peran Komunikasi Bermedia


Pesan melalui media adalah sejenis cermin budaya, berkombinasi dengan pesan-pesan
komunikasi tatap muka untuk menyiapakan menu dan agenda perhatian, masalah, nilai,
kepribadian, citra, dan tema-tema yang menempati posisi sentral dalam suatu lingkungan
simbolik, kemana setiap individu harus beradaptasi. Dengan car aini, komunikasi
bermedia memainkan peran mendasar untuk setiap individu dalam proses sosialisasi, dan
pada saat yang sama berkontribusi terhadap stabilitas dan keteraturan sistim sosial.

 Adaptasi Budaya
Adaptasi budaya juga melibatkan persuasi, seperti halnya dengan Pendidikan yang
dilakukan pleh keluarga, gereja, dan sekolah, bertujuan memberikan pengetahuan, nilai,
dan aturan yang orang lain menganggapnya perlu. Penyesuaian seperti itu menghadirkan
sesuatu yang disebut sebagai “kejutan budaya” (culture-shock), yaitu perasaan tanpa
pertolongan, tersisihkan, menyalahkan orang lain, sakit hati, dan ingin pulang ke rumah.

 Tahap Adaptasi Budaya


1. Tahap 1 – Bulan Madu, Individu menyesuaikan diri dengan budaya baru
2. Tahap 2 – Daya tarik berubah menjadi frustasi, cemas, dan bahkan permusuhan
3. Tahap 3 – Proses penyesuaian kembali
4. Tahap 4 – Penyesuaian berlanjut, yang mana banyak orang akan memperoleh
keseimbangan dan kenyamanan.
 Komunikasi Antar-Budaya
Dalam setiap situasi komunkasi, setiap orang membawa simbolnya sendiri, makna,
pilihan, dan pola yang mencerminkan banyak budaya dimana mereka pernah menjadi
bagiannya selama masa hidup mereka.
Hambatan komunikasi antar-budaya menurut ahli komunikasi Joseph De Vito
1. Kenalilah perbedaan budaya anda dan budaya orang lain.
2. Mengakui bahwa perbedaan itu ada dalam setiap kelompok.
3. Ingatlah bahwa makna ada pada diri seseorang dan bukan terdapat dalam kata-kata
atau dalam gerak-isyarat yang digunakan.
4. Waspada terhadap aturan-aturan buadaya yang berlaku dalam setiap konteks
komunikasi antarbudaya
5. Hindari evaluasi negative terhadaap perbedaan budaya baik secara verbal maupun
nonverbal.
6. Jaga diri dari kejutan budaya dengan mempe;ajari sebanyak mungkin budaya yang
akan dimasuki.

 Masyrakat – Sistem Budaya dan Komunikasi yang Kompleks


Ada dua jenis jaringan komunikasi yang sangat mendasar fungsinya bagi masyarakat
yakni jaringan nasional dan jaringan internasional.
BAB 15

KOMUNIKASI PUBLIK DAN KOMUNIKASI MASSA

Komunikasi memiliki peran penting dalam sebuah kegiatan individu dan


kelompok, salah satunya komunikasi publik dan komunikasi massa sebagai tempat
atau wadah dalam menyampaikan pesan yang penting.

I. Komunikasi Public dan Komunikasi Massa


Komunikasi publik dan komunikasi massa tertuju kepada suatu keadaan dimana
suatu pesan dibuat dan disampaikan ke penerima yang keadaannya sedang dalam
suatu keadaan impersonal. Contoh komunikasi publik yaitu berbicara di depan
orang banyak, sedangkan komunikasi massa yaitu iklan.
Ciri situasi komunikasi public dan massa yaitu:
 Khalayak
 Impersonal
 Dapat diprediksi/rencanakan
 Dikontrol oleh sumber
 Adanya feedback yang terbatas
 Sentralitas sumber

II. Peran Komunikasi Public dan Komunikasi Massa


Peran penting yang dalam komunikasi ini yaitu sebagai salah satu pembentuk
budaya, dengan melestarikan dan ikut serta dalam perubahan budaya.

III. Komunikasi Publik


Macam komunikasi publik, yaitu:
 Pidato, dalam persiapan membuat sebuah pidato dengan adanya persiapan,
penyusunan naskah, melakukan revisi, dan mengedit.
 Presentasi, dalam persiapannya menyiapkan presentasi dengan adanya
persiapan pidato, melakukan latihab, penyiapan tingkat yang lebih lanjut, dan
menyiapkan elemen presentasi.

IV. Komunikasi Massa


Perluasan dari sebuah komunikasi public disebut dengan komunikasi massa.
Dalam komunikasi ini memiliki sifat terencana dan formal.
 Produksi, Distribusi, dan Konsumsi
Dalam sebuah organisasi komunikasi massa melakukan proses produksi,
distribusi, dan konsumsi.
Produksi, yaitu proses penciptaan dan pengemasan ulang sebuah informasi.
Kemudian, distribusi yaitu proses pemindahan produk dari komunikasi massa
ke bagian konsumsi. Lalu ada konsumsi, yaitu pemanfaatan atau dampak yang
dirasakan dari komunikasi massa ke individu/kelompok.
 Produk dan Jasa Informasi
Merupakan suatu kumpulan pesan baik terkstual, visual, ataupun vocal yang
memiliki tujuan tertentu dan manfaat yang dapat didapat oleh penikmat.
 Khalayak atau audien
Merupakan kelompok individu yang merasakan manfaat dari penggunaan
produk dan jasa informasi.
 Fungsi dasar
Fungsi dasar dari komunikasi massa yaitu Pengawasan (surveillance), Korelasi
(correlation), Sosialisasi (socialization), dan Hiburan (entertainment).
 Fungsi luas
Fungsi luas dari komunikasi massa yaitu sebagai pengemasan dan penyebaran
budaya, mempopulerkan dan mengabsahkan, komersial

V. Pengaruh Komunikasi Publik dan Komunikasi Massa


Ada 2 cara berpikir yang difokuskan dalam efek komunikasi public dan massa
yaitu fokus terhadap komunikator, pesan dan teknologi. Lalu terhadap anggota
audien.
 Perspektif Komunikator/Produser
Dilihat dari sumber, pesan, teknologi, produk serta jasa informasi yang
dilakukan untuk mengendalikan pengaruh ke para audien.
 Perspektif Audien/Konsumen
Dilihat bagimana para anggota audien memainkan peran dalam hasil
komunikasi publik dan massa.

 Penggunaan dan Kepuasan


Dalam perpesktif ini perilaku audien akan dibimbing untuk mencapai tujuan
dan kebutuhan tertentu.
 Mengintegrasikan perpektif
Kedua perspektif yamg fokus dalam komunikasi ini dinilai sangat berharga
dan bermanfaat untuk pemahaman dinamika dan mempunyai pengaruh dalam
hidup. Serta perspektif ini juga harus diintegrasikan untuk sebuah pandangan
yang bersifat komprehensif prosesnya.

Anda mungkin juga menyukai