Anda di halaman 1dari 15

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Komunikasi

1. Definisi Komunikasi

Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin,

yaitu communication, yang akar katanya adalah communis, tetapi bukan

partai komunis dalam kegiatan politik. Arti communis di sini adalah sama,

dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal. Secara

terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan

oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian ini jelas bahwa

komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan

sesuatu kepada orang lain. Keberhasilan komunikasi sangat tergantung

dari penguasaan materi dan pengaturan cara-cara penyampainnya,

sedangkan pengirim dan penerima pesan bukan merupakan komponen

yang menentukan (Djamarah, 2004).

Menurut Edward Depari komunikasi adalah proses penyampaian

gagasan harapan dan pesan melalui lambang tertentu, mengandung arti

dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan. Secara

terminologis komunikasi berarti penyampaian suatu pernyataan oleh

seseorang kepada orang lain. Pengertian ini jelas bahwa komunikasi

melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada

orang lain. Dalam pengertian paradigmatis, komunikasi mengandung

11
12

tujuan tertentu, ada yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau

melalui media. Pengertian lain komunikasi adalah proses penyampaian

suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk member tahu atau

untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku, baik langsung secara lisan,

maupun tak langsung melalui media (Effendy, 2003).

Menurut Widjaya (1987) komunikasi pada umumnya diartikan

sebagai hubungan atau kegiatan yang ada kaitannya dengan masalah

hubungan atau diartikan pula saling tukar menukar pendapat. Komunikasi

dapat pula diartikan sebagai hubungan kontak antara manusia baik

individu atau kelompok.

Menurut Rahmat (1999) faktor-faktor yang menumbuhkan

Hubungan Interpersonal dalam komunikasi interpersonal adalah:

a. Percaya (trust)

Percaya disini merupakan faktor yang paling penting sejauh

mana percaya kepada orang lain dipengaruhi oleh faktor personal dan

situasional. Dengan adanya percaya dapat meningkatkan komunikasi

interpersonal karena membuka hubungan komunikasi, memperjelas

pengiriman dan penerimaan informasi.

b. Sikap suportif

Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif

dalam komunikasi seseorang bersikap defensif apabila tidak menerima,

tidak jujur, tidak empatis. Dengan sikap defensif komunikasi

interpersonal akan gagal.


c. Sikap terbuka (open mindedness)

Dengan sikap percaya dan sikap suportif, sikap terbuka

mendorong timbulnya saling pengertian, saling menghargai, dan yang

paling penting yaitu saling mengembangkan kualitas hubungan

interpersonal.

Dapat dikatakan bahwa komunikasi orang tua dan anak bersifat

dua arah, disertai dengan pemahaman bersama terhadap suatu hal dan

setiap pihak berhak menyampaikan pendapat perasaan, pikiran,

informasi ataupun nasehat-nasehat, sehingga menimbulkan pengertian,

kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang lebih baik.

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan,

gagasan, harapan dan pesan melalui lambang tertentu, mengandung

arti yang dilakukan oleh seseorang (penyampaian pesan) kepada orang

lain (penerima pesan). Selain itu komunikasi juga dapat dikatakan

sebagai pertukaran pendapat antara orang yang menyampaikan kepada

orang lain. Ada beberapa faktor yang menumbuhkan hubungan

interpersonal dalam komunikasi antara lain adanya sikap percaya,

suportif, dan sikap terbuka akan mendorong timbulnya saling

pengertian, menghargai dan mengembangkan kualitas hubungan

interpersonal.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi

Menurut Lunandi (1994) faktor-faktor yang mempengaruhi

komunikasi adalah sebagai berikut:

a. Citra diri

Manusia belajar menciptakan citra diri melalui hubungan

dengan orang lain di lingkungan. Melalui komunikasi dengan orang

lain seseorang akan mengetahui apakah dirinya dibenci, dicintai,

dihormati, diremehkan, dihargai atau direndahkan.

b. Lingkungan fisik

Perbedaan tempat akan mempengaruhi pola komunikasi yang

dilakukan cara untuk menyampaikan pesan, isi, informasi disesuaikan

dengan tempat dimana komunikasi itu dilakukan karena setiap tempat

mempunyai atura, norma atau nilai-nilai sendiri.

c. Lingkungan sosial

Penting untuk dipahami, sehingga pihak-pihak yang terlibat

dalam komunikasi dalam keluarga memiliki kepekaan terhadap

lingkungan sosial. Lingkungan sosial dapat berupa lingkungan

masyarakat, lingkungan kerja dan lingkungan keluarga.

d. Suasana Psikologis

Suasana psikologis diakui mempengaruhi komunikasi.

Komunikasi sulit berlangsung apabila seseorang dalam keadaan sedih,

bingung, marah, merasa kecewa, merasa iri hati, diliputi prasangka,

dan suasana psikologis lainnya.


e. Kepemimpinan

Seorang pemimpin, tidak hanya dapat mempengaruhi anggota

keluarga lainnya yang dipimpin, tetapi juga dapat mempengaruhi

kondisi dan suasana kehidupan sosial dalam keluarga. Dinamika

hubungan dalam keluarga dipengaruhi oleh pola kepemimpinan.

Karakteristik seorang pemimpin akan menentukan pola komunikasi

bagaimana yang akan berproses dalam kehidupan yang membentuk

hubungan-hubungan tersebut.

f. Bahasa

Dalam komunikasi verbal orang tua atau anak pasti

menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan sesuatu.

Pada suatu kesempatan bahasa yang dipergunakan oleh orang tua

ketika berbicara kepada anaknya dapat mewakili suatu objek yang

dibicarakan secara tepat.

g. Perbedaan Usia

Komunikasi dipengaruhi oleh usia, setiap orang tidak bisa

berbicara sekehendak hati tanpa memperhatikan siapa yang diajak

bicara. Berbicara kepada anak kecil berbeda ketika berbicara kepada

remaja. Dalam berkomunikasi, orang tua tidak bisa menggiring cara

berfikir anak kedalam cara berfikir orang tua, karena anak belum

mampu untuk melakukannya.

Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ada

beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam keluarga


antara lain faktor citra diri, lingkungan fisik, lingkungan social,

suasana psikologis, kepemimpinan, bahasa, dan perbedaan usia.

3. Karakteristik Komunikasi Ibu dan Anak

Komunikasi ibu dan anak termasuk didalam komunikasi

antarpribadi maka ciri dari komunikasi ibu dan anak tentunya sama dengan

ciri komunikasi anatrpribadi. Liliweri (1997) menggambarkan

karakteristik dalam komunikasi antarpribadi yaitu tingkat interaksinya

tinggi, arus baliknya cepat dan keterlibatan emosioanalnya tinggi.

Menurtu DeVito (dalam Pertiwi, 2006) mengemukakan bahwa

komunikasi antarpribadi mempunyai karakteristik tertentu agar apa yang

di komunikasikan dapat tercipta kesamaan. Karakteristik tersebut adalah :

a. Keterbukaan (Openess)

Penilaian terhadap kualitas keterbukaan menurut DeVito dapat

dibedakan dengan tiga pengertian, yaitu kesediaan untuk

mengungkapkan diri, keinginan untuk memberikan tanggapan sejujur-

jujurnya terhadap setiap stimulus yang diterimanya, pengakuan dan

sikap bertanggung jawab terhadap segala pikiran dan perasaan yang

telah diungkapkannya.

b. Empati (Empathy)

Empati adalah kemampuan seseorang untuk merasakan seperti yang

dirasakan orang lain, sehingga mampu untuk memahami orang lain,

baik mengenai masa lalu, perasaan, sikap, situasi maupun harapan-

harapan dimasa yang akan datang. Dalam arti bahwa seseorang secara
emosional maupun intelektual mampu memahami apa yang dirasakan

dan dialami orang lain.

c. Dukungan

Komunikasi ibu dan anak akan efektif apabila dalam diri seseorang ada

perilaku supportif. Maksudnya satu dengan yang lainnya saling

memberikan dukungan terhadap pesan yang disampaikan.

d. Perasaan Positif (Positiveness)

Seseorang memiliki perasaan positif terhadap dirinya dan orang lain

sehingga mencegah pikiran-pikiran buruk yang dapat menganggu

kelancaran komunikasi.

e. Kesamaan (Equality)

Komunikasi akan lebih berhasil dan efektif apabila pihak yang

berkomunikasi ada dalam suasana kesamaan karena didalam kesamaan

terkandung keinginan untuk bekerja sama dalam memecahkan suatu

masalah. Suasana kesaam akan membuat masing-masing pihak merasa

dihargai dan dihormati.

Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ada

beberapa ciri-ciri komunikasi antara lain keterbukaan (openess),

empati (empathy), dukungan, perasaan positif (positiveness), dan

kesamaan (equality).

4. Komunikasi Ibu dan Remaja Putri

Monks, dkk (1994) mengatakan bahwa kualitas hubungan dengan

orang tua memegang peranan yang penting. Adanya komunikasi antara


orang tua dan anak pada masa remaja akan menimbulkan kedekatan.

Hubungan antara ibu dan anak lebih dekat dari pada antara ayah dan anak.

Komunikasi dengan ibu meliputi permasalahan sehari-hari, sedangkan

komunikasi dengan ayah meliputi persiapan remaja hidup dalam

masyarakat.

Seorang ibu lebih besar pengaruhnya terhadap anak perempuannya

dibandingkan dengan pengaruh seorang ayah. Peniruan seorang anak

perempuan terhadap ibunya lebih besar disbanding kepada ayahnya.

Pengaruh seorang ibu ini sangat penting kedudukannya karena

pengaruhnya sangat besar bagi perkembangan si anak. Hal ini karena

seorang anak perempuan pada suatu saat akan menjadi seorang ibu pula

dan menempuh jalan yang sama dengan ibunya. Seorang ibu haruslah

dapat menjadi contoh nyata bagi anak perempuannya. Peranan ibu dalam

mengajarkan kewajiban-kewajiban rumah tangga ini harus dilaksanakan

dengan cara yang baik. Sesuatu yang dilakukan dengan baik dan penuh

kesabaran maka hasilnya juga tentu akan baik pula

(http://www.shalihah.com).

Tugas seorang ibu dalam mendidik anaknya ialah menjamin

kesejahteraan psikis dan fisik, agar anak dapat melakukan adaptasi dengan

lingkungan sosialnya. Selain itu ibu juga perlu memberikan latihan kepada

anaknya agar dapat mampu mengendalikan instingnya, agar menjadi

manusia yang berguna kelak. Apabila anak akan diberi kebebasan, hal

yang paling ditakutkan ibu nantinya anak akan salah dalam pergaulanya.
Akan tetapi jika ibu banyak melarang kegiatan yang dilakukan anak ibu

juga menghawatirkan perkembangan anak. Dalam mendidik anak ibu

harus memahami hakekat yang ada dalam diri ibu dan anak agar terjadi

keharmonisan dalam mendidik anak (Kartono, 1992).

Menurut Sarlito Wirawan (1989) kaitannya dengan hal ini

komunikasi orang tua dan remaja putri bahwa remaja sebagai anggota

keluarga. Bahwa keluarga merupakan lingkungan primer setiap individu,

sejak remaja lahir sampai datang masanya meninggalkan rumah untuk

membentuk keluarga. Sebagai lingkungan primer, hubungan antar manusia

yang paling intensif dan paling awal terjadi adalah keluarga. Dengan

demikian komunikasi yang terjalin antara orang tua dan remaja putri

dilandasi perasaan aman dan bahagia yang timbul pada remaja dalam

kehidupan keluarga yang harmonis tentang berbagai hal akan bisa

mempengaruhi daya penyesuaian sosial pada diri remaja dimasa depan.

Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan

antara ibu dan anak lebih dekat dari pada antara ayah dan anak.

Komunikasi dengan ibu meliputi permasalahan sehari-hari, sedangkan

komunikasi dengan ayah meliputi persiapan remaja hidup dalam

masyarakat. Komunikasi yang terjalin antara ibu dan remaja putri

dilandasi perasaan aman dan bahagia yang timbul pada remaja dalam

kehidupan keluarga yang harmonis tentang berbagai hal akan bisa

mempengaruhi daya penyesuaian sosial pada diri remaja dimasa depan.


B. Pengertian Remaja

1. Definisi Remaja

Menurut Daradjat (1978), mengatakan bahwa masa remaja

dikatakan sebagai masa perubahan peranan yang membutuhkan

penyesuaian sosial dan psikologis, dan merupakan jembatan penghubung

dari masa ketergantungan pada orang tua menuju pada masa matang. Pada

hakekatnya masa ini merupakan masa menemukan diri sendiri, meneliti

sikap hidup lama serta mencoba-coba hal-hal yang baru, agar bisa

mencapai kepribadian yang dewasa (Suryabrata, 1975).

Menurut Santrock (2003) masa remaja adalah mulai timbulnya

suatu pemikiran idealistis yang mana mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal

tentang diri mereka sendiri dan orang lain dan membandingkan diri remaja

dengan standar-standar ideal sementara anak-anak lebih berpikir tentang

apa yang nyata dan apa yang terbatas.

Masa remaja adalah masa yang dekat dengan usia kematangan.

Mereka ingin bertindak sebagai orang dewasa yang ternyata belum cukup

siap untuk menghadapinya. Oleh karena itu remaja mulai memusatkan diri

pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa seperti merokok,

minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang, dan terlibat

perbuatan seks bebas. Remaja menganggap bahwa perilaku ini akan

memberikan citra yang remaja inginkan, yaitu sebagai orang dewasa

(Hurlock, 1996).
Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa masa

remaja dikatakan sebagai masa perubahan peranan yang membutuhkan

penyesuaian sosial dan psikologis, dan merupakan jembatan penghubung

dari masa ketergantungan pada orang tua menuju pada masa matang, serta

mulai timbulnya suatu pemikiran idealistis yang mana mulai berpikir

tentang ciri-ciri ideal tentang diri mereka sendiri dan orang lain dan

membandingkan diri remaja dengan standar-standar ideal sementara anak-

anak lebih berpikir tentang apa yang nyata dan apa yang terbatas.

2. Ciri-ciri Perkembangan Masa Remaja

Hurlock (1978) menerangkan beberapa ciri-ciri masa remaja yang

membedakannya dengan masa perkembangan yang lain, yaitu:

a. Masa remaja sebagai periode yang penting, maksudnya segala sesuatu

yang terjadi selama masa remaja merupakan hal yang penting yang

akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan remaja dimasa

yang akan datang.

b. Masa remaja sebagai periode peralihan, remaja belum bisa lepas dari

kehidupan masa kanak-kanak tetapi juga belum bisa disebut dewasa.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan, ada banyak perubahan yang

terjadi pada remaja, baik perubahan fisik maupun psikologis yang

menuntut remaja untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan-

perubahan tersebut.

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah, masalah yang timbul pada masa

remaja biasanya dirasa sulit karena pada saat masih kanak-kanak remaja
biasa dibantu guru atau orang tua, sedangkan disisi yang lain remaja

merasa sudah mandiri.

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas, hal ini berkaitan dengan

penyesuaian sosial remaja.

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, banyaknya

stereotip yang memandang negatif remaja membuat pada masa ini

sering timbul pertentangan antara remaja dengan orang tua.

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik, pada masa ini remaja

cenderung melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana menurut

dirinya dan bukan sebagaimana adanya, sehingga sering kali muncul

hal-hal yang tidak realistik.

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa, remaja merasa gelisah

untuk meninggalkan ciri kanak-kanak dan mulai melakukan beberapa

penyesuaian dengan tingkah laku yang dihubungkan dengan status

dewasa.

Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ada

beberapa ciri-ciri perkembangan masa remaja antara lain masa remaja

sebagai periode yang penting, periode peralihan, usia bermasalah, mencari

identitas, usia yang menimbulkan ketakutan, tidak realistik, dan ambang

masa depan.

3. Proses Kematangan Seksual pada Remaja Putri

Pada masa remaja selain mengalami perubahan fisik, maka juga

mengalami perubahan sikap dan perilaku. Dengan berubahnya minat dan

pola perilaku, maka nilai-nilai yang dianut juga berubah. Saat masa kanak-
kanak, bila memiliki masalah yang menyelesaikan masalahnya sendiri,

menolak bantuan dari orang yang lebih dewasa. Banyak remaja yang

mengalami kegagalan dalam menyelesaikan masalahnya, karena jauh dari

harapan mereka sendiri (Hurlock, 1996).

Masa transisi dari masa pra pubertas sampai masa pubertas kepada

masa adolesensi berlangsung secara bertahap, berkembangnya fungsi-

fungsi organis, serta psikis pada remaja putri, proses organis yang paling

penting pada masa pubertas yaitu kematangan seksual. Kematangan

seksual atau kematangan fisik yang normal pada umumnya berlangsung

pada usia 11-18 tahun. Kematangan seksual sangat menentukan sikap,

faktor psikis remaja terhadap diri sendiri dan konsultasi tubuhnya

(Kartono, 1992).

Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa masa remaja

selain mengalami perubahan fisik, maka juga mengalami perubahan sikap

dan perilaku, berkembangnya fungsi-fungsi organis, serta psikis pada

remaja putri, proses organis yang paling penting pada masa pubertas yaitu

kematangan seksual.
C. Kerangka Berpikir

Remaja Putri

Hamil diluar nikah

Penyebab hamil diluar nikah

keluarga

Komunikasi dengan ibu

Lingkungan sosial

Karakteristiknya :
Keterbukaan
Empati
Dukungan
Perasaan Positif
Kesamaan

Gambar 1 : Kerangka Berfikir.

Remaja putri yang mengalami hamil diluar nikah, adanya penyebab-

penyebab hamil diluar nikah yang pertama karena lingkungan sosialnya kemudian

yang kedua karena keluarga dimana terutama sang ibu yang akan melakukan

komunikasi dengan karakteristik komunikasi seperti keterbukaan, empati,

dukungan, perasaan positif dan kesamaan dalam melakukan komunikasi agar

tidak terjadi kesenjangan dalam komunikasi.


Komunikasi yang dilakukan orang tua pada anak masih defensif yaitu

meniadakan keterbukaan karena orang tua cenderung pada pikirannya sendiri,

bersifat satu arah. Sikap yang ditujukan superior, dominan dan ingin

mengendalikan isi bicara anak (Setyawati dan Na’imah, 2010).

Anda mungkin juga menyukai