Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KELOMPOK

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KELUARGA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi

Dosen Mata Ajar : Rudi Haryono, M.Kep

Disusun Oleh :

Kelas : 1C

Kelompok : 13

Anwari 332022

Miftah Salsabila 3320224008

Rimbawan Maestro Alam 3320224022

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO

YOGYAKARTA

2023
KATA PENGANTAR
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Setiap orang pasti menggunakan komunikasi dalam setiap hubungan, dimana
keterampilan berkomunikasi memegang peranan yang penting dalam kehidupan.
Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar
manusia. Komunikasi adalah suatu proses pertukaran. penyampaian dan penerimaan
berita, ide atau informasi dari seseorang ke orang lain. Lebih kompleks komunikasi
didefinisikan sebagai pertukaran keseluruhan perilaku komunikator kepada
komunikan baik yang disadari ataupun tidak disadari.
Komunikasi terapeutik adalah kemampuan dan keterampilan perawat dalam
berinteraksi dan menyampaikan informasi kepada pasien dan keluarganya, agar pasien
dan keluarga dapat beradaptasi terhadap permasalahan yang dihadapi. Komunikasi
terapeutik diharapkan dapat membantu pasien dan keluarga, memaksimalkan fikiran
dan tenaga positif yang nantinya dapat mengurangi beban pikiran dalam menghadapi
maupun mengambil tindakan untuk kesehatannya (Anjaswarni, 2016).
Komunikasi adalah salah satu alat yang paling esensial bagi perawat. Dengan
komunikasi (verbal ataupun nonverbal), perawat dapat memberikan kesembuhan
untuk pasien dan keluarga. Senyum perawat, kesabaran, kelembutan, kata-kata yang
tegas dan menyejukkan atau kata-kata yang disampaikan dengan jelas dapat
mempengaruhi perilaku pasien bahkan keluarganya untuk berbuat lebih baik dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatannya.
Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien sangat dipengaruhi
oleh kualitas hubungan perawat-klien. Apabila perawat tidak memperhatikan hal ini,
hubungan perawat-klien tersebut bukanlah hubungan yang memberikan dampak
terapeutik yang mempercepat kesembuhan klien, tetapi hubungan sosial biasa
(Tridiyawati et al, 2018).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa khususnya mahasiswa
DII Keperawatan, mengerti mengenai Komunikasi Terapeutik pada Keluarga Pasien.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penyusunan makalah ini adalah agar mahasiswa lebih memahami
bagaimana cara berkomunikasi kepada Keluarga Pasien, Sikap Terapeutik berkomunikasi
pada Keluarga Pasien dapat membuat suasana berkomunikasi menjadi lebih kondusif.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi
Menurut Lestari (2012) pengertian keluarga ditinjau dari tiga susdut pandang, yaitu
keluarga secara struktural, fungsional dan transaksional.
Definisi keluarga secara struktural yaitu :
1. Didasari oleh kehadiran dan ketidakhadiran anggota keluarga, seperti orang tua,
anak, dan kerabat lainnya
2. Fokus pada siapa yang menjadi bagian dari keluarga
3. Keluarga sebagai wahana melahirkan keturunan (families of procreation), sebagai
asal usul (families of origin), dan keluarga batih (extended family)

Definisi keluarga secara fungsional yaitu menekankan pada terpenuhinya tugas dan
fungsi psikososial meliputi perawatan, sosialisasi pada anak, dukungan materi, serta
pemenuhan peran-peran tertentu.

Definisi keluarga secara transaksional yaitu keluarga sebagai kelompok yang


mengembangkan keintiman melalui perilaku-perilaku yang memunculkan rasa
identitas sebagai keluarga (family identity), berupa ikatan emosi, pengalaman historis,
maupun cita-cita masa depan.

Karakteristik keluarga antara lain sebagai berikut :

1. Terdiri dari dua orang atau lebih yang memiliki hubungan darah, perkawinan atau
adopsi,
2. Anggota keluarga biasanya tinggal bersama atau jika berpisah mereka masih
saling peduli,
3. Anggota keluarga saling berinteraksi dan masing-masing memiliki peran sosial,
suami, istri, anak, kakak, dan adik,
4. Bertujuan untuk menciptakan dan memelihara budaya serta meningkatkan
perkembangan fisik, psikis dan sosial anggota keluarga.
B. Tujuan dan Manfaat
Menurut teori Potter & Perry (2012), tujuan dari komunikasi terapeutik adalah
membina hubungan saling percaya antara perawat dengan keluarga pasien. Ketika
keluarga dapat mengutarakan perasaan nya, maka saat itulah perawat hadir untuk
memberikan pertolongan. Perawat dapat berperan menjadi pemberi asuhan
keperawatan, advokat serta edukator. Perawat yang dapat menjalankan perannya
dengan baik tentunya dapat memberi rasa nyaman kepada pasien dan keluarga,
sehingga diharapkan dapat menurunkan kecemasan pasien dan keluarganya
(Tridiyawati et al, 2018).
C. Fungsi
Fungsi komunikasi pada keluarga (De Vetto, 1997)
1. Pengembangan diri anggota
2. Sebagai penyelesaian masalah
3. Pengambilan keputusan
4. Pencapaian tujuan keluarga
5. Sebagai sarana belajar
D. Teknik
Menurut Mundakir (2006) dalam Sarfika, Maisa, & Freska (2018), teknik komunikasi
yang penting digunakan adalah sebagai berikut :
1. Berkomunikasi dengan tegas, responsif, fokus, mendukung, mengklarifikasi,
sabar, dan tulus,
2. Harus memperhatikan karakteristik psikologis, perubahan fisik, psikologis atau
sosial dari keluarga,
3. Memperhatikan suasana selama komunikasi sehingga dapat mendukung
pencapaian tujuan yaitu suasana saling menghormati, percaya dan keterbukaan,
4. Komunikasi verbal dan nonverbal merupakan bentuk komunikasi yang harus
saling mendukung, seperti komunikasi pada anak-anak, perilaku nonverbal sama
pentingnya pada anak-anak, orang dewasa maupun orang tua,
5. Memperhatikan ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan nada suara serta status
emosional anggota keluarga
E. Faktor yang mempengaruhi
Dibawah ini beberapa faktor yang mempengaruhi menurut Djamarah (2014)
1. Citra diri dan citra orang lain
Citra diri atau merasa diri, maksudnya sama saja. Ketika orang berhubungan
dan berkomunikasi dengan orang lain, dua mempunyai citra diri dia merasa
dirinya sebagai apa dan bagaimana. Setiap orang mempunyai gambaran-gambaran
tertentu mengenai dirinya statusnya, kelebihan dan kekurangannya. Gambaran
itulah yang menentukan apa dan bagaimana ia bicara, menjadi menjaring bagi apa
yang dilihatnya, didengarnya, bagaimana penilaiannya terhadap segala yang
berlangsung di sekitarnya. Dengan kata lain, citra diri menentukan ekspresi dan
persepsi orang.
Tidak hanya citra diri, citra orang lain juga mempegaruhi cara dan
kemampuan orang berkomunikasi. Orang lain mempunyai gambaran tentang khas
bagi dirinya. Jika seorang ayah mencitrakan anaknya sebagai manusia yang
lemah, ingusan, tak tahu apa-apa, harus diatur, maka ia berbicara secara otoriter.
Akhirnya, citra diri dan citra orang lain harus saling berkaitan, saling lengkap
melengkapi perpaduan kedua citra itu menentukan gaya dan cara komunikasi.
2. Suasana psikologis
Suasana psikologis di akui mempengaruhi komunikasi. Komunikasi sulit
berlangsung bila seseorang dalam keadaan sedih, bingung, marah, merasa kecewa,
merasa iri hati, diliputi prasangka, dan suasana psikologis lainnya.
3. Lingkungan fisik
Komunikasi dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja, dengan gaya, dan
cara yang berbeda. Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga berbeda dengan
yang terjadi di sekolah. Karena memang kedua lingkungan ini berbeda. Suasana di
rumah bersifat informal, sedangkan suasana di sekolah bersifat formal. Demikian
juga komunikasi yang berlangsung dalam masyarakat. Karena setiap masyarakat
memiliki norma yang harus diataati, maka komunikasi yang berlangsungpun harus
taat norma.
4. Kepemimpinan
Dalam keluarga seorang pemimpin mempunyai peranan yang sangat penting
dan strategis. Dinamika hubungan dalam keluarga dipengaruhi oleh pola
kepemimpinan. Karakteristik seorang pemimpin akan menentukan pola
komunikasi bagaimana yang akan berproses dalam kehidupan yang membentuk
hubungan-hubungan tersebut. Menurut Cragan dan Wright, kepemimpinan adalah
komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok untuk bergerak ke arah
tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah faktor yang paling menentukan
keefektifan komunikasi kelompok.
6. Bahasa
Dalam komunikasi verbal orang tua atau anak pasti menggunakan bahasa
sebagai alat untuk mengekspresikan sesuatu. Pada suatu kesempatan bahasa yang
dipergunakan oleh orang tua ketika secara kepada anaknya dapat mewakili suatu
objek yang dibicarakan secara tepat. Tetapi dilain kesempatan, bahasa yang
digunakan itu tidak mampu mewakili suatu objek yang dibicarakan secara tepat.
Maka dari itu dalam berkomunikasi dituntut untuk menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti antara komunikator dan komunikan.
7. Perbedaan usia
Komunikasi dipengaruhi oleh usia. Itu berarti setiap orang tidak bisa berbicara
sekehendak hati tanpa memperhatikan siapa yang diajak bicara. Berbicara kepada
anak kecil berbeda ketika berbicara kepada remaja. Mereka mempunyai dunia
masing-masing yang harus dipahami.
F. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam komunikasi
Menurut Neven (2010) komunikasi pada keluarga agar dapat tercapai dan terlaksana
dengan baik maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu sebagai berikut:
1. Fokus utama dalam komunikasi adalah hubungan yang terjalin dengan baik,
2. Melihat anak dalam konteks keluarga dan lingkungan sosialnya,
3. Mengakui bahwa semua perilaku dari keluarga memiliki makna dan bagian dari
komunikasi,
4. Mengenali tugas perkembangan inti keluarga baik anak dan
orang tua,
5. Membuka komunikasi dengan mengajukan pertanyaan “apa, mengapa atau
bagaimana’,
6. Memberikan otonomi dan otoritas kepada orang tua.
7. Bekerjasama dengan keluarga agar mampu menyampaikan pendapat dan
mengambil keputusan secara mandiri,
8. Hindari fragmentasi pengalaman anak,
9. Hindari pendekatan instrumental dalam menyelesaikan masalah
pada anak.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.uki.ac.id/7877/1/KomunikasiTerapeutik.pdf
https://sardjito.co.id/2021/10/13/pentingnya-penerapan-komunikasi-terapeutik-pada-
keluarga-keluarga-pasien-anak/
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai