PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan komunikasi pada anak dan keluarga?
1.2.2 Bagaimana ciri komunikasi terapeutik pada anak dan keluarga?
1.2.3 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi pada anak dan
keluarga?
1.2.4 Bagaimana komunikasi pada anak berdasarkan usia tumbuh kembang?
1.2.5 Bagaimana teknik komunikasi yang efektif pada anak?
1.2.6 Bagaimana cara melakukan pemeriksaan fisik pada anak?
1.2.7 Apa saja hambatan-hambatan komunikasi pada anak dan keluarga?
1.2.8 Bagaimana pengaruh tindakan kekerasan terhadap anak dan proses
komunikasi serta cara menyelesaikannya?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian komunikasi pada anak dan keluarga
1.3.2 Mengetahui ciri komunikasi terapeutik pada anak dan keluarga
1.3.3 Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi pada anak dan
keluarga
1.3.4 Mengetahui komunikasi pada anak berdasarkan usia tumbuh kembang
1.3.5 Mengetahui teknik komunikasi yang efektif pada anak
1.3.6 Mengetahui cara melakukan pemeriksaan fisik pada anak
1.3.7 Mengetahui hambatan-hambatan komunikasi pada anak dan keluarga
1.3.8 Mengetahui pengaruh tindakan kekerasan terhadap anak dan proses
komunikasi serta cara menyelesaikannya
1.4 Manfaat
Makalah ini mempunyai manfaat bagi penulis dan pembaca dalam
mempelajari komunikasi terapeutik, proses dan teknik komunikasi, serta
hambatan-hambatan komunikasi pada anak dan keluarga. Sehingga anak dapat
memberikan kepercayaan kepada kita sebagai perawat, dan keluarga dapat
mengetahui bagaimana cara berkomunikasi yang baik pada anak.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.1.2 Faktor-Faktor Pembentuk Komunikasi
1. Komunikator
Komunikator adalah seseorang yang mengirimkan pesan. Seorang
komunikator harus menunjukkan penampilan yang baik, sopan dan menarik,
serta berwibawa dan tidak sombong. Disampingitu, harus mempunyai
pengetahuan yang memadai, menguasai materi,dan memahami bahasa yang
digunakan lawan (languagemastery). Hal ini penting karena salah satu
hambatandalam komunikasi adalah adanya ketidaksesuaian bahasa yang
digunakan antara komunikator dan komunikan.
2. Pesan/informasi
Pesan yang bersifat informatif dan persuasif akan mudah diterima dan
dipahami daripada pesan yang bersifat memaksa. Pesan yang mudah diterima
adalah pesan yang sesuai dengan kebutuhan komunikan (relevan), jelas
(clearly), sederhana atau tidak bertele-tele,dan mudah dimengerti (simple).
Disamping itu,informasi akan menarik jika merupakan informasi yang sedang
hangat (up to date).
3. Komunikan
Komunikan adalah seseorang yang menerima pesan dari komunikator.
Seorang komunikan harus mempunyai penampilan atau sikap yang baik,
sopan, serta tidak sombong. Seorang komunikan yang berpenampilan acak-
acakan berarti tidak menghargai diri sendiri dan orang lain. Demikian pula
jika komunikan tampak sombong/angkuh, akan memengaruhi psikologis
komunikator yang berdampak pada tidak efektifnya pesan yang
disampaikan.Disamping itu,seorang komunikan harus mempunyai
pengetahuan, keterampilan komunikasi,dan memahami sistem sosial
komunikator. Hal ini penting karena tanpa pengetahuan dan keterampilan
4
mengolah nformasi yang diterima sehinggadapat terjadi ketidaksesuaian
persepsi (mispersepsi).
4. Umpan balik
Komunikasi efektif jika komunikan memberi umpan balik yang sesuai
dengan pesan yang disampaikan. Umpan balik ini penting bagi komunikator
karena sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan komunikasi. Mengerti atau
tidaknya komunikan terhadap isi pesan yang disampaikan oleh komunikator
dapat dilihat dari bagaimana komunikan memberikan umpan balik.
5. Atmosfer
Untuk mencapai komunikasi yang efektif diperlukan lingkungan yang
kondusif (condisive) dan nyaman (comfortable). Lingkungan yang
kondusif,yaitu lingkungan yang mendukung berlangsungnya komunikasi
efektif. Dalam dimensi fisik lingkungan nyaman,yaitu lingkungan
yangtenang, sejuk,dan bersih sehingga kondusif dalam mencapai komunikasi
yang efektif. Dalam dimensi sosial-psikologis, komunikasi yang kondusif
adalah komunikasi yang dilakukan dengan penuh persahabatan, akrab,dan
santai. Sementara itu,dalam dimensi temporal (waktu), komunikasi yang
dilakukan dengan waktu yang cukup dan tidak tergesa-gesa memungkinkan
tercapainya tujuan komunikasi yang efektif.
1. Komunikasi verbal
5
b) Menggambar, merupakan salah satu bentuk komunikasi yang berharga
melalui pengamatan gambar.
c) Teknik bermain, merupakan salah satu bentuk komunikasi yang paling
penting dan menjadi teknik yang efektif bagi perawat untuk bisa
berhubungan dan berkomunikasi dengan pasien anak.
Teknik yang dapat diterapkan saat berkomunikasi dengan anak secara nonverbal
antara lain, yaitu :
3. Komunikai Teraupetik
6
segala bentuk komkunikasi yang dirancang untuk meningkatkan kesejahteraan
pasien atau untuk menghilangkan distress psikologis.
a) Empati
Empati adalah kemmpuan untuk mengerti sepenuhnya tentang kondisi atau
perasaan orang lain. Kemmapuan untuk empati didasari oleh adanya
keinginan untuk memberti perhatian dan membantu menyeklesaikan
masalahyang dihadapi klien. Kemampuan untuk bersikap emosi dapat
ditunjukan baik secara verbal maupun nonverbal.
b) Rasa Percaya Diri
Tanamkan rasa percaya diri kepada pasien seolah olah perawat merasakan
apa yang idrasakan oleh pasien
c) Validasi
Tujuan dari validasi adalah menegaskan pesan yang telah disampaikan atau
menyakinkan pasiean tentang pesan yang diterimanya.
d) Perhatian
Perhatian yang diberikan kepada pasien merupakan adanya keterlibatan emosi
dari perawat yang diekspresikan secara non verbal. Memandang ,
mengangguk terdiam, mendengarkan dan tersenyum merupakan perilaku
yang paling sering digunakan untuk menunjukan perhatian perawat pada
pasien.
7
anak dapat menjadi media utama bagi orang tua untuk mengajarkan sesuatu pada
anaknya sehingga diharapkan anak mampu menanggapi dan menerapkannya
sesuai dengan tujuan dari penyampaian pesan tersebut.
8
yakin bahwa anak-anak seharusnya berkembang sesuai dengan kecenderungan
alamiahnya. Orang tua otoritatif berusaha mengembangkan batas-batas yang jelas
dan lingkungan yang baik untuk tumbuh. Mereka memberi bimbingan, tetapi tidak
mengatur, memberi penjelasan yang mereka lakukan serta membolehkan anak
memberi masukan atau pendapat. Kemandirian anak sangat mereka hargai, tetapi
anak juga dituntut untuk memenuhi standar tanggung jawab yang tinggi kepada
keluarga, teman, dan masyarakat. Sepanjang kehidupan manusia, masa balita
merupakan saat terbentuknya pola dasar kepribadian karena pada masa itu terjadi
perkembangan pesat dari semua potensi yang dimiliki anak, terutama potensi
emosinya. Pada masa ini pula, seorang mencari untuk menemukan cara
berperilaku hingga memperoleh pengakuan, merasa dirinya berarti dan merasa
adanya keterlibatan dalam keluarga. Pencarian makna dan ruang dalam keluarga
ini sangat fundamental bagi setiap anak, terutama pada usia empat hingga enam
tahun (Balson, 1999). Kepribadian dan sifat-sfat anak terungkap dalam
mekanisme hidup dalam keluarga. Karena keluarga merupakan faktor penentu,
maka komunikasi keluarga yang efektif tidak hanya menyangkut berapa kali
komunikasi dilakukan, melainkan bagaimana komunikasi itu dilakukan
(Jalaluddin Rakhmad, 2002). Dalam hal ini diperlukan adanya keterbukaan,
empati, saling percaya, kejujuran, dan sikap suportif.
a.) Empati
9
- “Saya sengaja datang dan duduk di samping ibu untuk mendengar keluhan
ibu”
- “Saya hadir di sini untuk membantu ibu”
- “Budi, suster mengerti Budi sedang sedih karena berpisah dengan teman main
di rumah”
- “Anita sayang, suster duduk di sini untuk menemanimu dan mendengarkan
ceritamu”
Satu hal yang harus diingat adalah perawat tidak boleh mempunyai
praduga yang negatif terhadap pasien. Tanamkan rasa percaya kepadanya
bahwa perawat merasakan apa yang sedang dirasakannya, misalnya pada saat
atau setelah menyuntik, katakan kepada anak, “Sakit ya sayang, maafkan
suster ya.” Kalimat tersebut menunjukkan bahwa kita percaya anak tersebut
sakit karena disuntik. Pada saat memberikan injeksi pada anak, hindari
mengatakan: “Ah cengeng kamu, diisuntik aja nangis.” atau “Jangan kuatir,
tidak sakit, kok.” Oleh karena kita tahu bahwa disuntik itu pasti sakit, maka
jangan membohongi anak.
c.) Validasi
10
anak memegangnya terlebih dahulu. Kemudian, setelah selesai melakukan
pengukuran suhu, katakan kembali pada anak bahwa pengukuran suhu tidak
menimbulkan rasa sakit, dan tidak menimbulkan perlukaan pada anak
sehingga anak yakin dengan pengalamannya saat diukur suhu sebagai sesuatu
yang tidak menimbulkan trauma.
d.) Perhatian
Pada saat anak sedang berbaring di tempat tidur dan bercerita tentang
mimpinya yang menyenangkan, misalnya main petak umpet di rumah,
perawat mendengarkan sambil duduk di kursi di samping tempat tidurnya,
memandang ke arah anak, tersenyum, sambil mengelus tangan atau dahi anak
berkata, “Kamu pasti kangen dengan rumah, teman, dan permainan yang
biasa dilakukan di rumah”. Komunikasi untuk anak-anak perlu
mempertimbangkan kemampuan dan kebutuhan yang berbeda pada usia yang
berbeda, dan dengan demikian harus berpusat pada anak dan sesuai usia.
Komunikasi yang berkualitasdapat mendukung program dan prioritas
pembangunan yang ada menangani kebutuhan atau kompetensi tertentu.
11
Hal ini dapat diterjemahkan ke dalam komunikasi dengan berbagai cara,
termasuk:
Untuk anak-anak sejak lahir hingga 6 tahun, menggunakan bahasa
sederhana dengan kata-kata deskriptif dan sensorik, pengulangan,
ritme dan lagu, serta karakter hewan dan manusia
Untuk anak-anak sejak lahir hingga 6 tahun, menggunakan sajak,
teka-teki, twister lidah dan lelucon sederhana untukbuat konten
semenarik mungkin
Untuk anak-anak 7 hingga 10 tahun, menggunakan cerita tentang
persahabatan, keterampilan atau bakat baru, setiap harikejadian
yang merupakan peluang untuk pertumbuhan serta menguji nilai-
nilai dan pemikiran kritis seseorangketerampilan
Untuk remaja 11 hingga 14 tahun, menggunakan model peran
positif dengan standar moral yang tinggi, ceritatentang
menyeimbangkan pengaruh keluarga / teman / media, format non-
pedagogis dan bimbingan dimembantu menyalurkan perlunya
eksperimen dan kemandirian ke dalam pilihan hidup sehat
Untuk semua kelompok, buat komunikasi yang mengundang anak-
anak untuk melihat, membayangkan, mendengar dan
menciptakanhal-hal yang tidak akan mereka pikirkan sebelumnya
2. Dorong dan model interaksi, Dasar Pemikiran: Komunikasi interaktif
adalah ketika anak-anak terinspirasiuntuk lebih penuh perhatian dan untuk
berpartisipasi dalam cerita atau media lainnya.Komunikasi partisipatif,
seperti pendidikan partisipatif, lebih dari ituramah anak, memberikan
anak-anak dan remaja kesempatan untuk menjaditerlibat secara kognitif,
fisik dan emosional, terutama dibandingkanuntuk bentuk komunikasi
didaktik. Meskipun berbasis teknologikomunikasi seperti blogging
Internet atau pesan teksdirancang khusus untuk bersifat interaktif, interaksi
juga dapat ditambahkandengan media tradisional seperti buku, drama,
boneka, lagu, radio dantelevisi. Semakin banyak kami mengundang
audiens untuk mengekspresikan diri, gunakan gerakan tubuh, berpikir
kritis dan memberikan umpan balik, semakin dekatkita sampai pada
12
komunikasi partisipatif sejati.Pedoman ini dapat diterjemahkan ke dalam
komunikasi dengan berbagai cara,termasuk yang berikut ini:
Memiliki pembawa acara atau karakter mendiskusikan sesuatu
secara langsung dengan pemirsa / pendengar, bertanya kepada
anak-anakpertanyaan, dan memberi mereka waktu yang cukup
untuk menjawab
Mengundang nyanyian, olahraga, gerakan, menari, dan perilaku
meniru lainnya
Membangun pertanyaan menjadi teks dan termasuk kegiatan
interaktif (menulis, menggambar, memposting foto, dll.) Diakhir
komunikasi untuk anak-anakTermasuk mengundang komentar
spontan dari audiens yang mendorong banyak jawaban, bukan
hanyasatu
Mempraktikkan prinsip "masing-masing mengajar satu" di mana
anak-anak didorong untuk "pergi dan mengajarorang lain apa yang
telah Anda pelajari dengan baik
3. Gunakan efek khusus secara bijaksana dan bijak
4. Gunakan pendekatan yang terintegrasi daripada satu masalah
untukkomunikasi
Pedoman ini dapat diterjemahkan ke dalam komunikasi dengan berbagai
cara, termasuk memodelkan berbagai caramengatasi masalah tunggal.
Misalnya, dalam komunikasi tentang:
Imunisasi - termasuk cara anak-anak dapat menenangkan diri
(memikirkan pikiran bahagia, memilih lenganuntuk disuntik,
memeras mainan, menyanyikan lagu) untuk mengintegrasikan
kesehatan, harga diri, pilihan dan emosiketahanan
Cuci tangan - gunakan lagu yang bertahan selama "selamat ulang
tahun" dinyanyikan dua kali; hitung kata-kata untuk setiap jari
(menggunakan kata-kata relasional seperti depan / belakang, atas /
bawah; gunakan kata-kata menarik seperti kutikula dan epidermis;
dan gunakan kalimat ucapan selamat (seperti "pekerjaan bagus"
13
dan "setiap kuman dicuci." pergi ”) untuk mengintegrasikan
kesehatan, kebersihan, kesiapan sekolah, kepercayaan diri
14
utama, memulai kegiatan dengan cara yang baik dan melakukan kegiatan
sesuai dengan rencana.
d. Tahap Terminasi
Pada tahap terminasi dalam komunikasi ini kegiatan yang dapat kita
lakukan adalah menyimpulkan hasil wawancara meliputi evaluasi proses
dan hasil, memberikan re-inforcement positif, merencanakan tindak lanjut
dengan klien, melakukan kontrak (waktu, tempat, dan topik) dan
mengakhiri wawancara dengan cara yang baik.
1. Prainteraksi
Tahap ini disebut juga tahap apersepsi dimana perawat menggali
lebih dahulu kemampuan yang dimiliki sebelum berhubungan dengan
keluarga pasien (Nasir A dkk, 2011). Proses ini membantu menghindari
terjadinya stereotip pada keluarga klien dan membantu perawat
untuk berpikir mengenai nilai atau perasaan pribadi (Potter &
Perry, 2005)
2. Orientasi
Pada tahap orientasi perawat menggali keluhan-keluhan yang
dirasakan oleh keluarga pasien dan memvalidasinya. Sehingga
perawat dituntut memiliki keahlian yang tinggi dalam menstimulasi
keluarga pasien agar mampu mengungkapkan keluhan yang
dirasakan secara lengkap dan sistematis serta objektif (Nasir A dkk,
2011).
3. Kerja
Pada tahap ini, perawat berupaya untuk mencapai tujuan
selama fase orientasi. Perawat dan keluarga pasien bekerja
bersama. Hubungan berkembang dan menjadi lebih fleksibel ketika
keluarga pasien dan perawat memiliki keinginan untuk berbagi
perasaan dan mendiskusikan masalah. Jika fase bekerja berhasil, keluarga
15
pasien dapat bertindak berdasarkan ide dan perasaan (Potter & Perry,
2005). Pada tahap inpula perawat berperan untuk mengatasi
kecemasan
keluarga pasien (Nasir A dkk, 2011).
4. Terminasi
Selama fase orientasi, perawat mengatakan pada keluarga klien kapan
ia memperkirakan berakhirnya hubungan. Ketika pemutusan terjadi,
keluarga pasien
tidak seharusnya terkejut. Dengan tetap memperhitungkan
keberhasilan hubungan, keluarga pasien harus siap untuk berfungsi
secara efektif tanpa dukungan perawat (Potter & Perry, 2005).\
2. Waktu
Sebaiknya dalam berkomunikasi harus memperhatikan waktu yang tepat
agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan dengan tepat. Karena
dalam berkomunikasi waktu adalah komponen yang penting untuk
menyampaikan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada
komunikan. Misalnya ,apabila perawat memberikan penjelasan kepada
16
orang tua tentang car menjaga kesterilan luka pada saat orang tua sedang
sedih, tentu saja pesan tersebut kurang diterima dengan baik oleh orang tua
karena perhatian orang tua tersebut tidak berfokus pada pesan yang
disampaikan perawat, tetapi berfokus pada perasaan sedihnya yang
dirasaan oleh orang tua tersebut. Contoh lain , apabila pasien sedang
mengantuk , perawat tidak dapat memaksakan untuk memberikan
pendidikan kesehatan , sekalipun pesan itu penting bagi pasien , karena
tidak akan diterima dengan baik dan pada akahirnya tujuan pendidikan
kesehatan tidak akan tercapai.
3. Kejelasan pesan
Kejelasan pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi .
Pesan yang kurang jelas dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan ,
sehingga antara komunikan dengan komuniator dapat berbeda – beda
persepsi tentang pesan yang disampaikan . Hal ini akan sangat
mempengaruhi pencapaian tujuan komunikasi yang dijalankan . Oleh
karena itu , Komunikator harus memahami pesan sebelum
menyampaikannya kepada komunikan , dapat dimengerti oleh komunikan
dan menggunakan artikulasi dan intonasi kalimat yang jelas agar pesan
komunikator dapat diterima dengan baik oleh komunikan.
1. Masa bayi
Bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya dengan
kata-kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi lebih banyak
menggunakan jenis komunikasi nonverbal. Pada saat lapar, haus, basah,
dan perasaan tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa mengekspresikan
dengan cara menangis. Walaupun demikian sebenarnya bayi dapat
berespon terhadap tingkah laku orang dewasa yang berkomunikasi
dengannya secara nonverbal, misalnya memberikan sentuhan, mendekap,
17
mengendong, dan berbicara dengan lemah lembut. Ada beberapa respons
nonverbal yang biasa ditunjukan bayi, misalnya menggerakkan badan,
tangan, dan kaki. Hal ini terutama terjadi pada bayi usia kurang dari
enam bulan sebagai cara menarik perhatian orang. Stranger anxiety atau
cemas dengan orang asing yang tidak dikenalnya adalah ciri perilaku
pada bayi usia lebih dari enam bulan, dan perhatiannya berpusat pada
dirinya dan ibuya. Oleh karena itu, perhatikan saat berkomunikasi
dengannya. Jangan langsung ingin mengendong atau memangkunya
karena bayi akan merasa takut. Lakukan komunikasi terlebih dahulu
dengan ibunya, dan atau mainan yang dipegangnya. Tunjukkan bahwa
kita ingin membina hubungan yang baik dengannya dan ibunya.
2. Masa balita (1 sampai 5 tahun )
Karakteristik anak usia balita (terutama anak usia di bawah tiga tahun
atau toddler) seperti telah dikemukakan pada kegiatan belajar 2,
merupakan sangat egosentris. Selain itu, anak juga mempunyai perasaan
takut pada ketidaktahuannya sehingga anak perlu diberi tahu tentang apa
yang akan terjadi padanya. Misalnya, pada saat akan di ukur suhu, anak
akan merasa takut melihat alat yang akan ditempelkan pada tubuhnya.
Oleh karena itu, jelaskan bagaimana anak akan merasakannya. Beri
kesempatan padanya untuk memegang thermometer sampai ia yakin
bahwa alat tersebut tidak berbahaya untuknya.
Dari aspek bahasa, anak belum mampu berbicara secara fasih. Oleh
karena itu saat menjelaskan, gunakan kata-kata yang sederhana, singkat,
dan gunakan istilah yang dikenalnya. Posisi tubuh yang baik saat
berbicara padanya adalah jongkok, duduk di kursi kecil, atau berlutut
sehingga pandangan mata kita akan sejajar dengannya.
Satu hal yang akan mendorong anak untuk meningkatkan
kemampuan dalam berkomunikasi adalah dengan memberikan pujian
atas apa yang telah dicapainya atau ditunjukannya terhadap perawat dan
orang tuanya. Perawat juga harus konsisten dalam berkomunikasi secara
verbal maupun nonverbal. Jadi, jangan tertawa atau tersenyum saat
18
dilakukan tindakan yang menimbulkan rasa nyeri pada anak, misalnya
diambil darah, dipasang infuse, dan lain-lain.
19
pikirannya, dan hindari perkataan yang menyingung harga dirinya. Kita
harus menghormati privasinya dan berikan dukungan pada apa yang telah
dicapainya secara positif dengan selalu memberikannya penguatan positif
(misalnya memberikannya pujian).
20
Cara lain untuk mengetahui perasaan dan pikiran anak adalah dengan
mengajukan satu situasi, biarkan anak menyimak dengan baik, kemudian
mintalah anak untuk menuliskan hal positif dan negatif menurut
pendapatnya.
7. Penggunaan skala peringkat
Skala peringkat digunakan untuk mengkaji kondisi tertentu, misalnya
mengkaji intensitas nyeri.
8. Minta anak untuk menulis
Kita bisa meminta anak untuk bercerita lewat tulisannya. Beri anak
kebebasan untuk menulis sebanyak˗banyaknya.
9. Minta anak untuk menggambar
Cara lain selain meminta anak untuk menuliskan perasaannya adalah
dengan meminta anak untuk menggambar atau melukis apa saja yang
diinginkannya.
10. Laksanakan program bermain
Permainan akan dapat menjalin hubungan interpersonal antara anak dan
perawat, anak dan orang tua, orang tua dan perawat.
21
tunjukkan bahwa perawat sangat memahami perasaannya dan menerima
dirinya apa adanya serta ingin membantu memecahkan masalah yang
dihadapinya.
5. Diam
Pada saat berkomunikasi pada orang tua, jangan terus menerus berbicara.
Diam sejenak disela˗sela pembicaraan. Beri kesempatan mereka untuk
berfikir sebelum menjawab atau merespons pembicaraan kita.
6. Meyakinkan kembali
Orang tua memerlukan suatu kejelasan, keyakinan dan penguatan terhadap
apa yang dilakukan. Oleh karena itu, yakinkan bahwa ibu telah melakukan
perannya dengan baik sesuai kemampuannya.
7. Merumuskan masalah bersama
Perawat dan orang tua dapat merumuskan masalah bersama˗sama, tetapi
dengan prinsip harus ada kesepakatan terlebih dahulu bahwa ada satu
masalah yang perlu pemecahan segera.
8. Pemecahan masalah
Beri kesempatan pada orang tua untuk mengambil keputusan atas masalah
yang dihadapi. Mereka mempunyai hak untuk mengambil keputusan
sendiri tanpa paksaan atau tekanan apapun.
9. Antisipasi kemungkinan yang akan terjadi
22
akan melihat bahwa kita berbuat baik terhadap orang tuanya.
Kemudian perhatian kita alihkan pada anak dengan tujuan semula,
yaitu melakukan pengkajian
2. Mulai kontak dengan anak dengan menceritakan sesuatu yang lucu.
Dengan demikian diharapkan anak akan tertarik dengan pembicaraan
perawat dan mau bekerja sama
3. Gunakan mainan sebagai pihak ketiga dalam bentuk yang lain sebagai
titik masuk berbicara pada anak. Hal ini akan sangat efektif terutama
pada anak usia todler dan prasekolah
4. Apabila memungkinkan, ajukan pilihan pada anak tersebut tentang
tempat pemeriksaan yang di inginkan, sambil duduk atau di tempat
tidur, atau dipangku oleh orang tuanya
5. Pemeriksaan yang menimbulkan trauma dilakukan paling akhir.
Dengan demikian, pilih pemeriksaan yang paling sederhana atau yang
dapat dilakukan sambil bermain terlebih dahulu
6. Hindarkan pemeriksaan dengan menggunakan alat yang menimbulkan
rasa takut, misalnya termometer atau stetoskop yang terasa dingin.
23
Pesan dapat menjadi tidak jelas apabila kita merubah pokok pembicaraan
tanpa menyelesaikan satu pembicaraan terlbih dahulu.
d) Membatasi pertanyaan atau memberikan terlalu banyak pertanyaan
tertutup.
Membatasi pertanyaan atau memberikan terlalu banyak pertanyaan
tertutup akan menghasilkan informasi yang terbatas, kurang menggali
pesan yang ingin disampaikan orang tua karena alasan atau rasional
pembicaraannya seringkali harus digali melalui pertanyaan yang terbuka.
e) Menyela pembicaraan atau menyahut sebelum selesai berbicara.
Pesan akan salah ditafsirkan apabila pembicaraan belum selesai, disela
atau disahut. Oleh karena itu, biarkan orang tua selesai berbicara dan lihat
reaksi non verbalnya apakah mereka telah selesai berbicara.
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Untuk memperoleh pertumbuhan dan perkembangan yang optimal
perawat dapat membantu anak dan keluarganya memenuhi kebutuhan yang
spesifik dengan cara membina hubungan terapeutik dengan anak atau
keluarga melalui perannya sebagai pembela, pemulihan atau pemeliharaan
kesehatan, koordinator, kolaborator, pembuat keputusan etik, dan perencana
kesehatan.
Pendidikan kesehatan untuk orang tua menjadi sangat penting untuk
dilakukan oleh perawat. Kerjasama antara orang tua dan tim kesehatan
dirasakan besar manfaatnya dan orang tua di dorong untuk berpartisipasi aktif
dalam perawatan anaknya dan orang tua tidak hanya sekedar pengunjung bagi
anaknya. Maka dari itu, selama proses asuhan keperawatan dijalankan,
keluarga dianggap sebagai mitra bagi perawat dalam rangka mengoptimalkan
pertumbuhan dan perkembangan anak.
3.2 Saran
Peran orang tua sangat lah penting untuk menjalin hubungan komunikasi
yang baik dalam keluarga antar anak dengan orang tua dapat diperoleh
hubungan yang harmonis, biasanya komunikasi yang baik dari orang tua akan
mendidik anak – anaknya ke arah hal yang lebih baik.
25
26
DAFTAR PUSTAKA
Desak Putu Yuli Kurniati.2016. Modul Komunikasi Verbal Dan Non Verbal.Bali :
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Supartini, Yuni. 2014. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta :
EGC.
Pareira, Patmonodewo & Saleh. 2017. Program Pelatihan padA Ibu untuk
Meningkatkan Pengetahuan Komunikasi Efektif Anak Prasekolah. 8(2):
147-157.
Potter, A. Patricia and Perry, Anne G. 2010. Fundamental of Nursing, 7th edition.
Singapore: Elsevier
http://eprints.undip.ac.id/28341/
27