Anda di halaman 1dari 15

TUGAS INDIVIDU

Gaya Komunikasi dan Komunikasi Non Verbal

Disusun guna memenuhi persyaratan mata kuliah

Bimbingan dan Konseling Multi Budaya

DOSEN PENGAMPU :

RINNA YUANITA KASENDA, S,Th.,M.Teol.,M.Pd

MINT HUSEN RAYA ADITAMA, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:

Kartini Aprilia Hutagalung (19102006)

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

BIMBINGAN KONSELING

2021
ARTIKEL PENDUKUNG

1. Duran, 2006. Critical Thinking Framework for Any Discipline. dalam International
Journal of Teaching and Learning in Higher Education 2006,Vol. 17, Number 2, 160-
166.
2. J. C. Pearson, 1985, The Structur of Social Action, New York: Mcgraw Hill.
3. Jensen, M. C and Meckling, W.H. 1976. Theory of the Firm : Managerial Behavior,
Agency Costs and Ownership Structure . Journal of Financial Economics, Oktober, 1976,
V. 3, No. 4, pp. 305-360. Avalaible from: http://papers.ssrn.com
4. Mindes, Gayle. (2006). Teaching young children social studies. USA: Praeger
5. Mindes, Gayle. (2006). Teaching young children social studies. USA: Praeg Publishers
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar belakang

Gaya komunikasi (communication style) didefinisikan sebagai seperangkat perilaku antarpribadi


yang terspesialisasi digunakan dalam suatu situasi tertentu (a specialized set of intexpersonal
behaviors that are used in a given situation). Gaya komunikasi merupakan cara penyampaian dan
gaya bahasa yang baik. Gaya yang dimaksud sendiri dapat bertipe verbal yang berupa kata-kata
atau nonverbal berupa vokalik, bahasa badan, penggunaan waktu, dan penggunaan ruang dan
jarak. Pengalaman membuktikan bahwa gaya komunikasi sangat penting dan bermanfaat karena
akan memperlancar proses komunikasi dan menciptakan hubungan yang harmonis.

Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung pada maksud dari pengirim
(sender) dan harapan dari penerima (receiver). Gaya komunikasi dipengaruh situasi, bukan
kepada tipe seseorang, gaya komunikasi bukan tergantung pada tipe seseorang melainkan kepada
situasi yang dihadapi. Setiap orang akan menggunakan gaya komunikasi yang berbeda-beda
ketika mereka sedang gembira, sedih, marah, tertarik, atau bosan. Begitu juga dengan seseorang
yang berbicara dengan sahabat baiknya, orang yang baru dikenal dan dengan anak-anak akan
berbicara dengan gaya yang berbeda.

Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, makhluk yang suka
tidak suka pasti berinteraksi dengan manusia yang lain. Manusia dalam melakukan interakasi
dengan manusia lain menggunakan komunikasi. Dimanapun kita berada pasti berkomunikasi
baik itu di rumah, sekolah, di kantor dan di manapun manusia itu berada. Komunikasi adalah
salah satu aktivitas yang sangat fundamentalis dalam kehidupan umat manusia. Kebutuhan
manusia untuk berhubungan dengan sesamanya diakui oleh hampir semua agama telah ada sejak
tuhan menciptakan Adam dan Hawa di muka bumi.

Komunikasi non verbal sering kali kita lakukan pada kegiatan sehari-hari, tetapi kita belum
terlalu memahami bagaimana komunikasi non verbal tersebut terjadi. komukasi non verbal
mempunyai peranan yang sangat besar bagi perkembangan komunikasi terutama bagi orang yang
mempunyai kekurangan dalam berkomunikasi seperti orang tuna rungu dan lain-lain.
Komunikasi nonverbal juga berguna dalam proses belajar mengajar juga dalam kehidupan
sehari-hari, oleh karena itu kita harus lebih memahami apa yang dimaksud dengan komunikasi
non verbak sehingga kita dapat lebih terampil dan memanfaatkan komunikasi non verbal secara
tepat.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Gaya Komunikasi
Gaya Komunikasi adalah alat perilaku pribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam suatu
situasi dan kondisi tertentu. Gaya komunikasi adalah keseimbangan antara perilaku formal dan
perilaku kasual/perilaku santai dalam percakapan. Gaya komunikasi formal menggunakan bahasa
yang lebih terstruktur, kepribadian lebih teratur, dan jarang menggunakan lelucon yang tidak
pantas serta emosi lebih di atur.

Terapi yang efektif tergantung pada kemampuan terapis dan klien untuk mengirim dan menerima
pesan verbal dan nonverbal secara akurat dan tepat. Hal ini mengharuskan terapis tidak hanya
mengirim pesan (membuat diri mereka dipahami) tetapi juga menerima pesan (menghadiri
klien). Definisi terapi yang efektif juga mencakup unsur-unsur verbal (isi dari apa yang
dikatakan) dan nonverbal bagaimana sesuatu dikatakan. Kebanyakan terapis tampaknya lebih
peduli dengan keakuratan komunikasi (sampai ke inti masalah) daripada dengan apakah
komunikasi itu tepat. Kasus Betty menggambarkan bagaimana budaya tradisional Asia
menghargai kehalusan dan ketidaklangsungan seseorang dalam berkomunikasi. Teknik langsung
dan konfrontatif dalam terapi dapat dianggap oleh klien tradisional Asia atau penduduk asli
Amerika sebagai kurang menghormati klien, bentuk komunikasi yang kasar dan kasar, dan
refleksi dari ketidakpekaan (Duran, 2006). Dalam kebanyakan kasus, terapis telah dilatih untuk
mendengarkan isi dari apa yang dikatakan daripada bagaimana sesuatu dikatakan.

Ketika kita mengacu pada gaya komunikasi, kita membahas faktor-faktor yang melampaui isi
dari apa yang dikatakan. Beberapa pakar komunikasi percaya bahwa hanya 30 hingga 40 persen
dari apa yang dikomunikasikan melalui percakapan adalah verbal. Apa yang orang katakan dan
lakukan biasanya dikualifikasikan oleh hal-hal lain yang mereka katakan dan lakukan. Sebuah
isyarat, nada, infleksi, postur, atau tingkat kontak mata dapat meningkatkan atau meniadakan isi
pesan. Gaya komunikasi memiliki dampak yang luar biasa pada pertemuan tatap muka kita
dengan orang lain. Apakah percakapan kita berjalan dengan pas atau mulai, apakah kita menyela
satu sama lain terus menerus atau berjalan lancar, topik yang kita sukai untuk didiskusikan atau
dihindari, kedalaman keterlibatan kita, bentuk interaksi (ritual, balasan, argumentatif, persuasif,
dll.), dan saluran yang kita gunakan untuk berkomunikasi (verbal-nonverbal versus nonverbal-
verbal) adalah semua aspek gaya komunikasi. Beberapa orang menyebut faktor-faktor ini sebagai
ritme sosial yang mendasari semua ucapan dan tindakan kita. Gaya komunikasi berkorelasi kuat
dengan ras, budaya, dan etnis. Gender juga telah ditemukan menjadi penentu kuat gaya
komunikasi.

Dibesarkan dalam masyarakat kelas menengah Euro-Amerika, profesional kesehatan mental


mungkin berasumsi bahwa perilaku atau aturan berbicara tertentu bersifat universal dan memiliki
arti yang sama. Ini dapat menciptakan masalah besar bagi terapis dan klien lain yang berbeda
budaya. Karena perbedaan gaya komunikasi paling kuat dimanifestasikan dalam komunikasi
nonverbal, bab ini berkonsentrasi pada aspek-aspek komunikasi yang melampaui kata-kata
tertulis atau lisan.

Pertama, kami mengeksplorasi bagaimana ras/budaya dapat mempengaruhi beberapa area


perilaku nonverbal:

a) Proksemik,
b) Kinetika
c) Parabahasa, dan
d) Komunikasi konteks tinggi.

Kedua, kita membahas secara singkat tentang fungsi dan pentingnya perilaku nonverbal yang
berkaitan dengan stereotip dan praduga bahwa kita mungkin memiliki kelompok yang beragam.
Terakhir, kami mengajukan tesis dasar bahwa berbagai ras minoritas seperti Asia-Amerika,
Indian Amerika, Afrika-Amerika, dan Amerika Latin/Hispanik memiliki gaya komunikasi unik
yang mungkin memiliki implikasi besar bagi praktik kesehatan mental.

Macam-macam Gaya Komunikasi

1.The Controlling Style

Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan adanya satu kehendak atau
maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain.
Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu
arah atau one-way communications.

2.The Equalitarian Style

Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The equalitarian style of
communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara
lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way traffic of communication).

3) The Structuring Style

Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis
maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan
pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada
keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan
organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut.
4) The Dynamic Style

Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan
atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-
oriented). The dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye
ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga (salesmen atau saleswomen).

5) The Relinguishing Style

Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun
gagasan orang lain, daripadakeinginan untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan
(sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain.

B. Komunikasi Non Verbal

Meskipun bahasa, kelas, dan faktor budaya semua berinteraksi untuk menciptakan masalah
dalam komunikasi antara klien dan terapis yang beragam secara budaya, area yang sering
diabaikan adalah perilaku nonverbal (Duran, 2006).

Apa yang orang katakan dapat ditingkatkan atau dinegasikan oleh nonverbal mereka. Ketika
sebuah pria itu meninggikan suaranya, mengencangkan otot-otot wajahnya, menggebrak meja
dengan keras, dan menyatakan, "Sialan, aku tidak marah!" dia jelas bertentangan dengan isi
komunikasi. Jika kita semua berbagi pendidikan budaya dan sosial yang sama, kita semua
mungkin sampai pada kesimpulan yang sama. Menafsirkan nonverbal, bagaimanapun, sulit
karena beberapa alasan.

Pertama, perilaku nonverbal yang sama di pihak klien Indian Amerika mungkin berarti sesuatu
yang sangat berbeda dibandingkan jika dibuat oleh orang kulit putih (Duran, 2006).

Kedua, nonverbal sering terjadi di luar tingkat kesadaran kita tetapi mempengaruhi evaluasi dan
perilaku kita. Penting untuk dicatat bahwa diskusi kita tentang kode nonverbal tidak akan
mencakup semua area yang mungkin, seperti penciuman (rasa dan bau), isyarat taktil, dan
komunikasi artifaktual (pakaian, gaya rambut, tampilan benda-benda material, dll.).

Secara sederhana, komunikasi nonverbal dapat didefinisikan sebagai berikut: Non berarti tidak,
verbal bermakna kata-kata (words), sehingga komunikasi nonverbal dimaknai sebagai
komunikasi tanpa kata-kata. Bentuk dasar atau bentuk paling dasar dari komunikasi adalah
komunikasi non verbal. Komunikasi non verbal adalah kumpulan isyarat, gerak tubuh, intonasi
suara, sikap dan sebagainya, yang memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi tanpa kata-
kata.

Komunikasi non verbal sering juga disebut isyarat , bahasa isyarat atau bahasa diam (silent
language). Ahli antropologii mengungkapkan bahwa sebelum kata-kata ditemukan, komunikasi
terjadi melalui gerakan badan atau bahasa tubuh (body language). Sebagai contoh ,
membelakkan mata, atau mengepalkan tangan sebagai isyarat untuk menyatakan kemarahan atau
mengangguk untuk menyatakan persetujuan.

Dalam kehidupan sehari-hari penggunaan bahasa non verbal sering digunakan oleh seseorang,
seperti:

1. Menganggukan kepala yang berarti setuju.


2. Menggelengkan kepala yang berarti tidak setuju.
3. Melambaikan tangan kepada orang lain, yang berarti seseorang tersebut sedang
memanggilnya untuk datang kemari.
4. Menunjukkan jari kepada orang lain diikuti dengan warna muka merah, berarti ia sedang
marah.
5. Gambar pria dan wanita di sebuah toilet, berarti seseorang boleh masuk sesuai dengan
jenis kelaminnya.

Proksemik
Studi tentang proxemics mengacu pada persepsi dan penggunaan ruang pribadi dan
interpersonal. Norma yang jelas ada mengenai penggunaan jarak fisik dalam interaksi sosial.
Empat zona jarak antarpribadi yang menjadi ciri budaya AS: intim, dari kontak hingga 18 inci;
pribadi, dari 1,5 kaki hingga 4 kaki; sosial, dari 4 kaki hingga 12 kaki; dan publik (ceramah dan
pidato), lebih besar dari 12 ft.
Dalam masyarakat ini, individu tampaknya menjadi lebih tidak nyaman ketika orang lain berdiri
terlalu dekat daripada terlalu jauh. Perasaan dan reaksi yang terkait dengan pelanggaran ruang
pribadi ini dapat berkisar dari pelarian, penarikan, kemarahan, dan konflik (J. C. Pearson, 1985).
Di sisi lain, kita cenderung membiarkan kedekatan atau bergerak lebih dekat dengan orang-orang
yang kita sukai atau rasakan ketertarikan interpersonalnya.
Beberapa bukti ada bahwa ruang pribadi dapat dibingkai ulang dalam hal dominasi dan status.
Mereka yang memiliki status, prestise, dan kekuasaan yang lebih besar dapat menempati lebih
banyak ruang (rumah, mobil, atau kantor yang lebih besar). Namun, budaya yang berbeda
menentukan jarak yang berbeda dalam ruang pribadi.Untuk orang Amerika Latin, Afrika, Hitam
Amerika, Indonesia, Arab, Amerika Selatan, dan Prancis, berbicara dengan seseorang
menentukan sikap yang jauh lebih dekat daripada biasanya nyaman untuk Euro-Amerika (J. V.
Jensen, 1985;).
Kedekatan klien Amerika Latin dapat menyebabkan terapis mundur. Klien dapat menafsirkan
perilaku terapis sebagai indikasi sikap acuh tak acuh, dingin, atau keinginan untuk tidak
berkomunikasi. Dalam beberapa pertemuan lintas budaya, itu bahkan dapat dianggap sebagai
tanda keangkuhan dan superioritas. Di sisi lain, terapis mungkin salah menafsirkan perilaku klien
sebagai upaya untuk menjadi intim secara tidak tepat, tanda dorongan atau agresivitas. Baik
terapis maupun klien yang berbeda secara budaya dapat memperoleh manfaat dari pemahaman
bahwa reaksi dan perilaku mereka adalah upaya untuk menciptakan dimensi spasial di mana
mereka dikondisikan secara budaya.

Kinesika
Sementara proxemics mengacu pada ruang pribadi, kinesics adalah istilah yang digunakan untuk
merujuk pada gerakan tubuh. Ini mencakup hal-hal seperti ekspresi wajah, postur, karakteristik
gerakan, gerak tubuh, dan kontak mata. Sekali lagi, kinesik tampaknya dikondisikan secara
budaya (Mindess, 1999). Sebagian besar penilaian konseling kami didasarkan pada ekspresi
wajah orang (J. C. Pearson, 1985). Kami berasumsi bahwa isyarat wajah mengekspresikan emosi
dan menunjukkan tingkat responsivitas atau keterlibatan individu.
Misalnya, tersenyum adalah jenis ekspresi dalam masyarakat kita yang diyakini menunjukkan
rasa suka atau pengaruh positif. Orang-orang mengaitkan karakteristik positif yang lebih besar
dengan orang lain yang tersenyum; mereka cerdas, berkepribadian baik, dan menyenangkan
(Singelis, 1994). Namun, ketika orang Jepang tersenyum dan tertawa, itu tidak selalu berarti
kebahagiaan tetapi dapat menyampaikan arti lain (malu, tidak nyaman, malu, dll).
Kesalahpahaman nonverbal semacam itu juga memicu banyak konflik di Los Angeles langsung
setelah putusan Rodney King, ketika banyak pemilik toko bahan makanan Afrika-Amerika dan
Korea berselisih satu sama lain. Afrika-Amerika menghadapi rekan-rekan Korea-Amerika
mereka tentang eksploitasi lingkungan Hitam. Orang Afrika-Amerika menjadi marah ketika
banyak pemilik toko Korea-Amerika memiliki senyum terus-menerus di wajah mereka. Mereka
menafsirkan ekspresi wajah sebagai arogansi, ejekan, dan kurangnya kasih sayang terhadap
keprihatinan orang kulit hitam. Sedikit yang mereka sadari bahwa senyuman dalam situasi ini
lebih tepat menunjukkan rasa malu dan ketakutan yang ekstrem.
Di sisi lain, beberapa orang Asia percaya bahwa tersenyum mungkin menunjukkan kelemahan.
Di antara beberapa orang Jepang dan Cina, menahan perasaan yang kuat (kemarahan, iritasi,
kesedihan, dan cinta atau kebahagiaan) dianggap sebagai tanda kedewasaan dan kebijaksanaan.
Anak-anak belajar bahwa ekspresi emosional lahiriah (ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan isi
verbal) tidak dianjurkan kecuali untuk situasi yang ekstrim. Terapis yang tidak tercerahkan
mungkin berasumsi bahwa klien Asia-Amerika mereka kurang dalam perasaan atau tidak
berhubungan dengan mereka. Lebih mungkin, kurangnya ekspresi wajah mungkin menjadi dasar
stereotip, seperti pernyataan bahwa orang Asia “tidak dapat dipahami”, “licik”, “menipu”, dan
“menusuk dari belakang”.
Sejumlah gerak tubuh dan gerakan tubuh ditemukan memiliki makna yang berbeda ketika
konteks budaya dipertimbangkan (LaBarre, 1985). Pada Dinasti Sung di Cina, menjulurkan lidah
adalah isyarat teror palsu dan dimaksudkan sebagai ejekan; ke Ovimbundu dari Afrika, itu berarti
"kamu bodoh" (bila digabungkan dengan menekuk kepala ke depan); lidah yang menonjol di
patung dewa Maya menandakan kebijaksanaan; dan dalam budaya kita sendiri, itu umumnya
dianggap sebagai kekanak-kanakan, sikap menentang, ejekan, atau penghinaan.
Gerakan kepala juga memiliki arti yang berbeda (Eakins & Eakins, 1985; Jensen, 1985). Orang
Inggris yang berpendidikan mungkin menganggap mengangkat dagu saat berbicara sebagai sikap
yang tenang dan sopan, tetapi bagi orang Eropa Amerika itu mungkin berkonotasi keangkuhan
dan arogansi (mengangkat hidung). Sementara kami menggelengkan kepala dari sisi ke sisi
untuk menunjukkan "tidak", anggota suku Maya mengatakan "tidak" dengan menyentak kepala
ke kanan. Di Sri Lanka, seseorang menandakan persetujuan dengan menggerakkan kepala dari
sisi ke sisi seperti metronom (Singelis, 1994).
Kebanyakan orang Eropa Amerika menganggap jongkok (sering dilakukan oleh anak-anak)
sebagai tidak pantas dan kekanak-kanakan. Di belahan dunia lain, orang telah belajar istirahat
dengan mengambil posisi jongkok. Di sisi lain, ketika kita meletakkan kaki kita di atas meja, itu
diyakini menandakan sikap santai dan informal. Namun, orang Amerika Latin dan Asia mungkin
menganggapnya sebagai kekasaran dan kesombongan, terutama jika bagian bawah kaki
diperlihatkan kepada mereka.
Berjabat tangan adalah isyarat lain yang bervariasi dari satu budaya ke budaya lain dan mungkin
memiliki makna budaya/sejarah yang kuat. Orang Amerika Latin cenderung berjabat tangan
lebih kuat, sering, dan untuk jangka waktu yang lebih lama. Menariknya, sebagian besar budaya
menggunakan tangan kanan saat berjabat. Karena sebagian besar penduduk dunia adalah tangan
kanan, ini mungkin tidak mengejutkan. Namun, beberapa peneliti percaya bahwa gemetar
dengan tangan kanan mungkin merupakan simbol tindakan damai, seperti di masa lalu, tangan
kananlah yang umumnya memegang senjata. Di beberapa negara Muslim dan Asia, menyentuh
siapa pun dengan tangan kiri dapat dianggap sebagai kecabulan (tangan kiri membantu dalam
proses eliminasi dan "najis", sedangkan tangan kanan digunakan untuk asupan makanan dan
"bersih" ). Menawarkan sesuatu dengan tangan kiri kepada seorang Muslim mungkin merupakan
bentuk penghinaan yang paling serius.
Kontak mata, mungkin, adalah perilaku nonverbal yang paling mungkin ditangani oleh penyedia
kesehatan mental. Bukan hal yang aneh jika kita mendengar seseorang berkata, “Perhatikan
bahwa suami menghindari kontak mata dengan istri,” atau “Perhatikan bagaimana klien
mengalihkan pandangannya saat. . . ”Di balik pengamatan ini adalah keyakinan bahwa kontak
mata atau kurangnya kontak mata memiliki signifikansi diagnostik. Kami akan setuju dengan
premis itu, tetapi dalam banyak kasus, terapis mengaitkan sifat-sifat negatif dengan menghindari
kontak mata: pemalu, tidak tegas, licik, atau tertekan.
Kurangnya pemahaman ini telah dimainkan dalam banyak situasi yang berbeda ketika interaksi
Hitam-Putih telah terjadi. Dalam banyak kasus, orang kulit hitam tidak perlu saling menatap
mata setiap saat untuk berkomunikasi (E. J. Smith, 1981). Seorang Afrika-Amerika mungkin
secara aktif terlibat dalam melakukan hal-hal lain ketika terlibat dalam percakapan. Banyak
terapis kulit putih cenderung memandang klien Afrika-Amerika sebagai orang yang cemberut,
menolak, atau tidak kooperatif. E.J. Smith (1981, hlm. 155) memberikan contoh yang sangat
baik tentang bentrokan seperti itu dalam gaya komunikasi:
Misalnya, seorang siswa perempuan kulit hitam dikirim ke kantor oleh guru gimnasiumnya
karena siswa tersebut dikatakan menunjukkan perilaku kurang ajar. Ketika siswa diminta untuk
memberikan versinya tentang kejadian itu, dia menjawab, “Ny. X meminta kami semua untuk
datang ke sisi kolam sehingga dia bisa menunjukkan kepada kami bagaimana melakukan gaya
punggung. Aku pergi dengan gadis-gadis lain. Kemudian Bu X mulai meneriaki saya dan berkata
saya tidak memperhatikannya karena saya tidak menatap langsung ke arahnya. Saya mengatakan
kepadanya bahwa saya memperhatikannya (sepanjang percakapan, siswa itu menundukkan
kepalanya, menghindari mata kepala sekolah), dan kemudian dia berkata bahwa dia ingin saya
menghadapnya dan menatap matanya seperti orang lain. gadis [yang semuanya berkulit putih].
Jadi saya lakukan.
Hal berikutnya yang saya tahu dia menyuruh saya keluar dari kolam, bahwa dia tidak suka cara
saya memandangnya. Jadi itu sebabnya saya di sini. ”. Seperti yang diilustrasikan contoh ini,
gaya komunikasi Hitam mungkin tidak hanya berbeda dari rekan-rekan Putih mereka, tetapi juga
dapat menyebabkan salah tafsir. Banyak orang kulit hitam tidak menganggukkan kepala atau
mengatakan “uh-huh” untuk menunjukkan bahwa mereka mendengarkan (E. T. Hall, 1976;
Kochman, 1981; E. J. Smith, 1981). Melakukan gerakan melihat orang tersebut dan
menganggukkan kepala tidak perlu bagi banyak orang kulit hitam untuk menunjukkan bahwa
mereka mendengarkan (E. T. Hall, 1974, 1976).
Statistik menunjukkan bahwa ketika orang kulit putih Amerika Amerika mendengarkan
pembicara, mereka melakukan kontak mata dengan pembicara sekitar 80 persen dari waktu.
Namun, ketika berbicara dengan orang lain, mereka cenderung memalingkan muka (menghindari
kontak mata) sekitar 50 persen. Ini sangat kontras dengan banyak orang kulit hitam Amerika,
yang melakukan kontak mata lebih besar saat berbicara dan jarang melakukan kontak mata saat
mendengarkan!

Parabahasa

Istilah paralanguage digunakan untuk merujuk pada isyarat vokal lain yang digunakan individu
untuk berkomunikasi. Misalnya, kenyaringan suara, jeda, keheningan, keragu-raguan, laju,
infleksi, dan sejenisnya semuanya termasuk dalam kategori ini. Paralanguage sangat mungkin
dimanifestasikan secara paksa dalam konvensi percakapan seperti bagaimana kita menyapa dan
menyapa orang lain dan bergiliran dalam berbicara. Hal ini dapat mengkomunikasikan berbagai
fitur yang berbeda tentang seseorang, seperti usia, jenis kelamin, dan tanggapan emosional, serta
ras dan jenis kelamin pembicara (Banks & Banks, 1993; Lass, Mertz, & Kimmel, 1978; Nydell,
1996).

Ada aturan rumit tentang kapan harus berbicara atau menyerah pada orang lain. Misalnya, orang
Amerika A.S. sering merasa tidak nyaman dengan jeda atau peregangan diam dalam percakapan,
merasa berkewajiban untuk mengisinya dengan lebih banyak bicara. Diam tidak selalu menjadi
tanda bagi pendengar untuk memulai percakapan. Meskipun mungkin dipandang negatif oleh
banyak orang, budaya lain menafsirkan penggunaan keheningan secara berbeda.

Orang Inggris dan Arab menggunakan keheningan untuk privasi, sementara orang Rusia,
Prancis, dan Spanyol membacanya sebagai kesepakatan di antara para pihak (Hall, 1969, 1976).
Dalam budaya Asia, diam secara tradisional merupakan tanda hormat kepada orang yang lebih
tua. Lebih jauh lagi, keheningan oleh banyak orang Cina dan Jepang bukanlah tanda yang
menghasilkan sinyal yang mengundang orang lain untuk memulai percakapan. Sebaliknya, itu
mungkin menunjukkan keinginan untuk terus berbicara setelah mengemukakan pokok tertentu.
Seringkali diam adalah tanda kesopanan dan rasa hormat daripada kurangnya keinginan untuk
terus berbicara.

Jumlah ekspresi verbal di Amerika Serikat, relatif terhadap budaya lain, cukup tinggi.
Kebanyakan orang Amerika keturunan Eropa mendorong anak-anak mereka untuk masuk
dengan bebas ke dalam percakapan, dan guru mendorong siswa untuk mengajukan banyak
pertanyaan dan menyatakan pemikiran dan pendapat mereka. Hal ini telah menyebabkan banyak
dari negara lain untuk mengamati bahwa anak-anak Euro Amerika kurang ajar, tidak sopan,
kasar, dan tidak sopan (Irvine & York, 1995; Jensen, 1985). Seperti bijaksana, guru dari anak-
anak minoritas mungkin melihat keengganan dalam berbicara sebagai tanda ketidaktahuan,
kurangnya motivasi, atau pengajaran yang tidak efektif (Banks & Banks, 1993), padahal pada
kenyataannya siswa mungkin menunjukkan rasa hormat yang tepat (bertanya adalah tidak
sopan). karena menyiratkan bahwa guru tidak jelas).Orang Indian Amerika, misalnya, telah
diajari bahwa berbicara, mengajukan pertanyaan, atau bahkan mengangkat tangan di kelas adalah
tidak sopan.

Seorang profesional kesehatan mental yang tidak nyaman dengan keheningan atau yang salah
menafsirkannya dapat mengisi percakapan dan mencegah klien untuk menjelaskan lebih jauh.
Bahaya yang lebih besar lagi adalah mengaitkan motif yang salah dengan diamnya klien
minoritas. Seseorang dapat dengan mudah melihat bagaimana terapi, yang menekankan pada
pembicaraan, dapat menempatkan banyak minoritas pada posisi yang kurang menguntungkan.

F. Klasifikasi Komunikasi Non Verbal

Bentuk-bentuk komunikasi non verbal terdiri dari tujuh macam yaitu:

a. Komunikasi Visual

Komunikasi visual merupakan salah satu bentuk komunikasi yang digunakan untuk
menyampaikan pesan berupa gambar-gambar, grafik-grafik, lambang-lambang, atau simbol-
simbol. Dengan menggunakan gambar-gambar yang relevan, dan penggunaan warna yang tepat,
serta bentuk yang unik akan membantu mendapat perhatian pendengar.
b. Komunikasi Sentuhan

Ilmu yang mempelajari tentang sentuhan dalam komunikasi non verbal sering disebut Haptik.
Sebagai contoh: bersalaman, pukulan, mengelus-ngelus, sentuhan di punggung dan lain
sebagainya merupakan salah satu bentuk komunikasi yang menyampaikan suatu maksud/tujuan
tertentu dari orang yang menyentuhnya.

c. Komunikasi Gerakan Tubuh

Kinesik atau gerakan tubuh merupakan bentuk komunikasi non verbal, seperti, melakukan
kontak mata, ekspresi wajah, isyarat, dan sikap tubuh. Gerakan tubuh digunakan untuk
menggantikan suatu kata yang diucapkan. Dengan gerakan tubuh, seseorang dapat mengetahui
informasi yang disampaikan tanpa harus mengucapkan suatu kata. Seperti menganggukan kepala
berarti setuju.

d. Komunikasi Lingkungan

Lingkungan dapat memiliki pesan tertentu bagi orang yang melihat atau merasakannya. Contoh:
jarak, ruang, temperatur dan warna. Ketika seseorang menyebutkan bahwa ”jaraknya sangat
jauh”, ”ruangan ini kotor”, ”lingkungannya panas” dan lain-lain, berarti seseorang tersebut
menyatakan demikian karena atas dasar penglihatan dan perasaan kepada lingkungan tersebut.

e. Komunikasi Penciuman

Komunikasi penciuman merupakan salah satu bentuk komunikasi dimana penyampaian suatu
pesan/informasi melalui aroma yang dapat dihirup oleh indera penciuman. Misalnya aroma
parfum bulgari, seseorang tidak akan memahami bahwa parfum tersebut termasuk parfum
bulgari apabila ia hanya menciumnya sekali.

f. Komunikasi Penampilan

Seseorang yang memakai pakaian yang rapi atau dapat dikatakan penampilan yang menarik,
sehingga mencerminkan kepribadiannya. Hal ini merupakan bentuk komunikasi yang
menyampaikan pesan kepada orang yang melihatnya. Tetapi orang akan menerima pesan berupa
tanggapan yang negatif apabila penampilannya buruk (pakaian tidak rapih, kotor dan lain-lain).

g. Komunikasi Citrasa

Komunikasi citrasa merupakan salah satu bentuk komunikasi, dimana penyampaian suatu
pesan/informasi melalui citrasa dari suatu makanan atau minuman.
BAB III

PENUTUP

Penelitian ini menggunakan variabel gaya kepemimpinan, gaya komunikasi, kinerja dan
kepuasan kerja. Penelitian ini menyoroti pentingnya gaya kepemimpinan dan gaya komunikasi
dalam sebuah organisasi.

Dalam Faktanya Penelitian telah menunjukkan bahwa 80% komunikasi antara manusia
dilakukan secara non verbal. Banyak interaksi dan komunikasi yang terjadi dalam masyarakat
yang berwujud nonverbal. Komunikasi nonverbal ialah menyampaikan arti (pesan) yang meliputi
ketidakhadiran symbol-simbol suara atau perwujudan suara. Salah satu komunikasi non verbal
ialah gerakan tubuh atau perilaku kinetic, kelompok ini meliputi isyarat dan gerakan serta mimik.
Cara anda memuntir rambut atau menyentuh hidung, cara anda melipat tangan atau
menyilangkan kaki, mengungkapkan banyak hal tentang Anda serta orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Boove dan Thill. 2003. Komunikasi bisnis Edisi keenam, Edisi Indonesia.

Devito, Joseph. 1997. Komunikasi Antarmanusia. Professional Books: Jakarta Djamarah, Syaiful
Bahri. 2004.

Goode, M. M. (2004). The four Levels of Loyalty and the Pivotal Role of Trust : A Study Of
Online Service Dynamics. Journal of Retailing

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://id.scribd.com/document/509372642/Makalah-Gaya-
Komunikasi&ved=2ahUKEwi6tp2C7dD0AhUYSmwGHdG2CrwQFnoECCsQAQ&usg=A
OvVaw1jJawddd4HHv2QunbhZS3C

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://id.scribd.com/doc/199205413/Makalah-Komunikasi-
Nonverbal&ved=2ahUKEwjsx-
GyjNH0AhXgRmwGHcVwDO4QFnoECAQQAQ&usg=AOvVaw1yvrkWZvE4FlIvr5z51k
RT

Anda mungkin juga menyukai