Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi merupakan satu faktor yang menentukan kebahagiaan

manusia, komunikasi juga faktor paling penting untuk menjalin hubungan

yang rapat dengan seorang manusia lain. Manusia berkomunikasi karena ada

beberapa tujuan yang hendak dicapai. Tujuan pertama, individu

berkomunikasi dengan manusia lain adalah karena individu tersebut hendak

memahami orang lain. Individu hendaknya mengenali siapa mereka, siapa diri

mereka, apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka rasakan dan

macam-macam lagi konteks kalimat berkenaan dengan dirinya.

Menurut Smith (1966), komunikasi manusia adalah satu rangkaian proses

yang harus yang digunakan manusia untuk berinteraksi, mengawali antara satu

sama lain dan memperoleh kepahaman. Komunikasi adalah bentuk interaksi

secara lisan atau bukan lisan di antara suami dan isteri, orangtua dan anak, dan

dapat juga interaksi dari semua anggota keluarga. Ini termasuk pernyataan

sikap, nilai, minat, kepercayaan, perasaan dan pemikiran dalam kehidupan

hari-hari.

Komunikasi efektif merupakan Komunikasi yang mampu menghasilkan

perubahan sikap (attitude change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi.

Kita harus sadar akan pentingnya komunikasi khususnya komunikasi efektif,

agar segala sesuatu yang kita tampilkan dan lakukan adalah komunikasi, maka

penampilan dan segala sesuatu yang kita lakukan merupakan pesan.


2

Komunikasi tidak terbatas pada kata-kata yang terucap belaka, melainkan

bentuk dari apa saja interaksi, senyuman, anggukan kepala yang membenarkan

hati, sikap badan, ungkapan minat, sikap dan perasaan yang sama.

Diterimanya pengertian yang sama adalah merupakan kunci dalam

komunikasi. Tanpa penerimaan sesuatu dengan pengertian yang sama, maka

yang terjadi adalah dialog antara orang satu.

B. Tujuan

1. Menganalisa konsep umum komunikasi

2. Menganalisa komunikasi dengan tim kesehatan lain

3. Menganalisa konsep komunikasi antara perawat dengan tenaga kesehatan


3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Umum Komunikasi

1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan

verbal dan nonverbal dari informasi dan ide. Sedangkan komunikasi

terapeutik adalah proses dimana perawat yang menggunakan pendekatan

terencana mempelajari klien. proses memfokuskan pada klien namun

direncanakan dan dipimpin oleh seorang profesional (Potter & Perry,

2009).

Stuart,G.W, & Laraia, 2005 mengatakan bahwa dalam hubungan

komunikasi terapeutik perawat dan klien menjadi penting dalam

mengeksplorasi kebutuhan klien.

2. Komunikasi Dalam Kelompok

Kozier,et all (2010) menyampaikan bahwa kelompok adalah dua atau

lebih individu yang berbagi kebutuhan dan tujuan berama, melibatkan satu

sama lain ke dalam tindakan yang mereka lakukan, dan akhirnya bersatu

padu serta memisahkan diri dari pihak lain demi kebaikan interaksi yang

mereka lakukan. Kelompok hadir untuk membantu manusia mencapai

tujuan yang tidak dapat dicapai dengan kemampuan individu.

a. Dinamika kelompok
4

Komunikasi yang berlangsung antar anggota kelompok dikenal

dengan dinamika kelompok. Tata cara komunikasi ini akan ditentukan

oleh sejumlah variabel dan faktor yang saling terkait. Setiap anggota

kelompok akan memberikan pengaruh pada dinamika kelompok,

didasarkan pada motivasi mereka dalam berpartisipasi, kesamaan

mereka dengan anggota kelompok yang lain, kedewasaan anggota

kelompok dalam mengespresikan perasaan mereka dan tujuan

kelompok tersebut.

b. Tipe kelompok layanan kesehatan

Sebagian besar kehidupan perawat dihabiskan dibanyak ragam

kelompok, dari dua hingga organisasi profesional yang besar. Sebagai

partisipan kelompok, perawat mungkin diharuskan menjalani peran

yang berbeda baik menjadi anggota atau pemimpin, pemberi saran

atau penerima saran sesuai dengan kapasitasnya. Tipe kelompok

layanan kesehatan yang umum meliputi kelompok kerja, kelompok

penyuluhan, kelompok swabantu, kelompok terapi, dan kelompok

pendukung sosial terkait kerja. Kerja profesional dalam kelompok

bergantung pada gaya kepemimpinan, tanggung jawab anggota,

tanggung jawab kepemimpinan, dan identifikasi tugas dalam fase

grup berbeda.

B. Komunikasi Dengan Tim Kesehatan Lain

Perawat menjalankan peran yang membutuhkan interaksi dengan berbagai

anggota tim pelayanan kesehatan. Unsur yang membentuk hubungan perawat

klien juga dapat diterapkan dalam hubungan sejawat, yang berfokus pada
5

pembentukan lingkungan kerja yang sehat dan mencapai tujuan tatanan klinis.

Komunikasi ini berfokus pada pembentukan tim, fasilitasi proses kelompok,

kolaborasi, konsultasi, delegasi, supervisi, kepemimpinan, dan manajemen.

Dibutuhkan banyak keterampilan komunikasi, termasuk berbicara dalam

presentasi, persuasi, pemecahan masalah kelompok, pemberian tinjauan

performa, dan penulisan laporan.

Didalam lingkungan kerja, perawat dan tim kesehatan membutuhkan

interaksi sosial dan terapeutik untuk membangun kepercayaan dan meperkuat

hubungan. Semua orang memilki kebutuhan interpribadi akan penerimaan,

keterlibatan, identitas, privasi, kekuatan dan kontrol, serta perhatian. Perawat

membutuhkan persahabatan, dukungan, bimbingan, dan dorongan dari pihak

lain untuk mengatasi tekanan akibat stress pekerjaan dan harus dapat

menerapkan komunikasi yang baik dengan klien, sejawat dan rekan kerja.

(Potter & Perry, 2009).

Agar efektif sebagai profesional keperawatan, itu tidak cukup untuk

sangat berkomitmen untuk klien. Pada akhirnya, iklim perusahaan tempat

kerja akan memiliki efek pada hubungan yang terjadi antara perawat dan klien

pribadi. Kegagalan dalam komunikasi antara penyedia layanan kesehatan

adalah salah satu faktor yang paling umum. Komitmen untuk kolaborasi dalam

hubungan kerja dengan para profesional lain membantu mempertahankan

kualitas tinggi dari perawatan klien. Keberhasilan kelompok bergantung pada

hubungan baik diantara tim, terutama pemimpin tim dengan anggota tim yang

lain. Untuk mendorong terjadinya komunikasi, pemimpin tim harus selalu

mengamati prinsip komunikasi menurut WHO (1999):


6

1. Seluruh anggota tim harus bebas mengemukakan dan menjelaskan

pandangan mereka dan harus didorong untuk bertindak seperti itu.

2. Sebuah pesan atau komunikasi, baik lisan maupun tertulis harus

dinyatakan dengan jelas dan dalam bahasa atau ungkapan yang dapat

dimengerti

3. Komunikasi mempunyai 2 unsur yaitu mengirim dan menerima, bila pesan

yang dikirim tidak diterima komunikasi tidak berjalan. Dengan demikian

pemimpin tim harus selalu meggunakan suatu cara untuk memeriksa

apakah efek yang diharapkan terjadi.

4. Perselisihan atau pertentangan adalah normal dalam hubungan antar

manusia, hal ini sudah diatur sedemikian sehingga dapat mencapai hasil

yang konstruktif.

Pengaturan ruangan untuk membantu komunikasi cobalah dengan

mengatur ruangan, kantor kelas dan ruangan kelompok, pendidikan lainnya

sehingga komunikasi dapat berjalan dengan efektif. Diagram dibawah

menunjukkan pengaturan komunikasi dengan 1 pemimpin dan 4 anggota.

(WHO, 1999).

Selalu ingat bahwa:

1. Dalam satu kelompok yang terdiri dari tidak lebih enam atau tujuh orang,

semua orang dapat ikut serta dalam diskusi. Dengan demikian, sebuah

kelompok besar lebih baik dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil.

2. Meja dapat dihalangi komunikasi karena permukaan atau bentuknya, atau

cara benda tersebut ditempatkan. Bila tidak diperlukan maka disingkirkan.

Hindarkan meja berbentuk huruf U.


7

Pengaturan tempat duduk harus mencerminkan tujuan atau maksud

pertemuan atau kelompok. Gunakan pengaturan tersebut untuk mempermudah

komunikasi, bila hal ini penting untuk maksud dan tujuan tersebut. Sesuaikan

pengaturan tempat duduk ini dengan tujuan, bukan tujuan menyesuaikan

dengan pengaturan tempat duduk.

C. Konsep Komunikasi Antara Perawat Dengan Tenaga Kesehatan

1. Komunikasi antara Perawat dengan Dokter

Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi

yang telah cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien.

Perawat bekerja sama dangan dokter dalam berbagai bentuk. Perawat

mungkin bekerja di lingkungan di mana kebanyakan asuhan keperawatan

bergantung pada instruksi medis. Perawat diruang perawatan intensif

dapat mengikuti standar prosedur yang telah ditetapkan yang

mengizinkan perawat bertindak lebih mandiri. Perawat dapat bekerja

dalam bentuk kolaborasi dengan dokter.

Contoh. Ketika perawat menyiapkan pasien yang baru saja

didiagnosa diabetes pulang kerumah, perawat dan dokter bersama-sama

mengajarkan klien dan keluarga begaimana perawatan diabetes di rumah.

Selain itu komunikasi antara perawat dengan dokter dapat terbentuk saat

visit dokter terhadap pasien, disitu peran perawat adalah memberikan

data pasien meliputi TTV, anamnesa, serta keluhan-keluhan dari

pasien,dan data penunjang seperti hasil laboraturium sehingga dokter

dapat mendiagnosa secara pasti mengenai penyakit pasien.


8

Pada saat perawat berkomunikasi dengan dokter pastilah

menggunakan istilah-istilah medis, disinilah perawat dituntut untuk

belajar istilah-istilah medis sehingga tidak terjadi kebingungan saat

berkomunikasi dan komunikasi dapat berjalan dengan baik serta

mencapai tujuan yang diinginkan.

Komuniaksi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan

baik apabila dari kedua pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan

hanya menjalankan tugas secara individu, perawat dan dokter sendiri

adalah kesatuan tenaga medis yang tidak bisa dipisahkan. Dokter

membutuhkan bantuan perawat dalam memberikan data-data asuhan

keperawatan, dan perawat sendiri membutuhkan bantuan dokter untuk

mendiagnosa secara pasti penyakit pasien serta memberikan penanganan

lebih lanjut kepada pasien. Semua itu dapat terwujud dwngan baik

berawal dari komunikasi yang baik pula antara perawat dengan dokter.

2. Komunikasi antara Perawat dengan Perawat

Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien komunikasi

antar tenaga kesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting.

Kesinambungan informasi tentang klien dan rencana tindakan yang telah,

sedang dan akan dilakukan perawat dapat tersampaikan apabila

hubungan atau komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.

Hubungan perawat dengan perawat dalam memberikan pelayanan

keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi hubungan profesional,

hubungan struktural dan hubungan intrapersonal.


9

Hubungan profesional antara perawat dengan perawat merupakan

hubungan yang terjadi karena adanya hubungan kerja dan tanggung

jawab yang sama dalam memberikan pelayanan keperawatan.

Hubungan sturktural merupakan hubungan yang terjadi berdasarkan

jabatan atau struktur masing- masing perawat dalam menjalankan tugas

berdasarkan wewenang dan tanggungjawabnya dalam memberikan

pelayanan keperawatan. Laporan perawat pelaksana tentang kondisi klien

kepada perawat primer, laporan perawat primer atau ketua tim kepada

kepala ruang tentang perkembangan kondisi klien, dan supervisi yang

dilakukan kepala ruang kepada perawat pelaksana merupakan contoh

hubungan struktural.

Hubungan interpersonal perawat dengan perawat merupakan

hubungan yang lazim dan terjadi secara alamiah. Umumnya, isi

komunikasi dalam hubungan ini adalah hal- hal yang tidak terkait dengan

pekerjaan dan tidak membawa pengaruh dalam pelaksanaan tugas dan

wewenangnya.

3. Komunikasi antara perawat dengan Ahli terapi respiratorik

Ahli terapi respiratorik ditugaskan untuk memberikan pengobatan

yang dirancang untuk peningkatan fungsi ventilasi atau oksigenasi klien.

Perawat bekerja dengan pemberi terapi respiratorik dalam bentuk

kolaborasi. Asuhan dimulai oleh ahli terapi (fisioterapis) lalu dilanjutrkan

dengan dievaluasi oleh perawat. Perawat dan fisioterapis menilai

kemajuan klien secara bersama-sama dan mengembangkan tujuan dan


10

rencana pulang yang melibatkan klien dan keluarga. Selain itu, perawat

merujuk klien ke fisioterapis untuk perawatan lebih jauh.

Contoh. Perawat merawat seseorang yang mengalamai penyakit paru

berat dan merujuk klien tersebut pada ahli terapis respiratorik untuk

belajar latihan untuk menguatkaan otot-otot lengan atas, untuk belajar

bagaimana menghemat energi dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan

belajar teknik untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.

4. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Farmasi

Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin

untuk merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat

bekerja hanya di ruang farmasi atau mungkin juga terlibat dalam

konferensi perawatan klien atau dalam pengembangan sistem pemberian

obat.

Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan

mempertahankan dengan mendorong klien untuk proaktif jika

membutuhkan pengobatan. Dengan demikian, perawat membantu klien

membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan,

mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan, dan turut bertanggung

jawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama tenaga

kesehatan lainnya.

Perawat harus selalu mengetahui kerja, efek yang dituju, dosis yang

tepat dan efek smaping dari semua obat-obatan yang diberikan. Bila

informasi ini tidak tersedia dalam buku referensi standar seperti


11

buku-teks atau formula rumah sakit, maka perawat harus berkonsultasi

pada ahli farmasi.

Saat komunikasi terjadi maka ahli farmasi memberikan informasi

tentang obat-obatan mana yang sesuai dan dapat dicampur atau yang

dapat diberikan secara bersamaan. Kesalahan pemberian dosis obat dapat

dihindari bila baik perawat dan apoteker sama-sama mengetahui dosis

yang diberikan. Perawat dapat melakukan pengecekkan ulang dengan tim

medis bila terdapat keraguan dengan kesesuaian dosis obat. Selain itu,

ahli farmasi dapat menyampaikan pada perawat tentang obat yang dijual

bebas yang bila dicampur dengan obat-obatan yang diresepkan dapat

berinteraksi merugikan, sehingga informasinini dapat dimasukkan dalam

rencana persiapan pulang. Seorang ahli farmasi adalah seorang

profesional yang mendapat izin untuk merumuskan dan mendistribusikan

obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya di ruang farmasi atau

mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau dalam

pengembangan sistem pemberian obat.

5. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Gizi

Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung

berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Pelayanan

gizi di RS merupakan hak setiap orang dan memerlukan pedoman agar

tercapai pelayanan yang bermutu. Agar pemenuhan gizi pasien dapat

sesuai dengan yang diharapkan maka perawat harus mengkonsultasikan

kepada ahli gizi tentang obatan yang digunakan pasien, jika perawat

tidak mengkonunikasikannya maka dapat terjadi pemilihan makanan oleh


12

ahli gizi yang bisa saja menghambat absorbsi dari obat tersebut. Jadi

diperlukanlah komunikasi dua arah yang baik antara

D. Cara Pendelegasian Antar Tim Anggota Kesehatan

Delegasi adalah pemindahan tanggungjawab untuk melakukan kegiatan

atau tugas dan memegang akuntabilitas terhadap hasil. Delegasi bermanfaat

untuk memperbaiki efisiensi, meningkatkan produktivitas, dan

mengembangkan staf lainnya. Sebagai seorang perawat, harus

bertanggungjawab terhadap penyelengaraan perawatan klien dan akan

mendelegasikan kegiatan perawat kepada asisten. Karena langkah dari proses

keperawatan memerlukan perawat untuk pengambilan keputusan, maka tahap

ini tidak akan anda deegasikan kepada asisten atau tenaga kesehatan lain.

Untuk mendukung lingkungan profesional yang baik, setiap anggota tim kerja

keperawatan bertanggungjawab untuk melaksanakan komunikasi profesional

yang bersifat terbuka. Jika dilakukan dengan benar, delegasi dapat

memperbaiki efisiensi kerja, produktivitas, dan peningkatan kerja.

Lima syarat dalam pendelegasian antar tim kesehatan: Tugas yang tepat,

kondisi yang tepat, orang yang tepat, komunikasi/petunjuk yang tepat,

supervisi yang tepat. ( Potter & Perry, 2009).

1. Konflik Dalam Berkomunikasi

Tujuan utama dalam menangani konflik di tempat kerja adalah untuk

menemukan kualitas tinggi dan solusi yang dapat diterima bersama.

Dalam banyak contoh, berbagai jenis hubungan dapat berkembang

melalui penggunaan teknik komunikasi manajemen konflik.


13

Pada situasi klinis sebagai suatu proses kerja sama untuk mencapai

tujuan bersama dengan mengikuti langkah:

a. Memperoleh data faktual: Mendapatkan semua informasi yang

relevan tentang isu-isu spesifik yang terlibat dan sekitar respon

perilaku klien untuk masalah perawatan kesehatan.

b. Pertimbangkan sudut pandang lain: Memiliki beberapa ide tentang

apa masalah mungkin relevan dari sudut pandang orang lain,

memberikan informasi penting tentang pendekatan interpersonal yang

terbaik untuk digunakan.

c. Intervensi awal: Buat forum untuk komunikasi dua arah, sebaiknya

bertemu secara berkala dengan tim kesehatan lain mencakup

permasalahan klien.

2. Komunikasi terkait kasus pemicu

Fokus dalam segmen model komunikasi kesehatan dapat melukiskan

hubungan interpersonal dalam tim kesehatan. Northouse (1998)

mengungkapkan ada 3 area permasalahan yang dimiliki dalam hubungan

interprofesional yaitu:

a. Stres Peranan (Role Stress)

b. Rendahnya pemahaman interpersonal (lack of interpersonal

understanding)

c. Otonomi yang keras (autonomy struggle)

Bertemu dengan orang sakit setiap hari merupakan tugas yang tidak

mudah. Pekerjaan profesional kesehatan secara konstan menempatkan

mereka dalam kontak dengan pasien yang sedang bergelut dengan kondisi
14

kritis dalam hidupnya dan mereka sedang mencoba mengatasi emosi atau

penyakit yang serius. Sumber masalah role stress yang dialami para

professional kesehatan berhubungan dengan penyelesaian peran

professional itu sendiri. Jenis role stress dibagi dua jenis yaitu role conflict

dan role overload. Kasus role conflict dapat ditunjukan salah satunya

dengan reality shock.

Kramer (1974) dalam teorinya tentang Reality Shock menjelaskan

bahwa stress dapat disebabkan oleh adanya kesenjangan atau perbedaan

antara lingkungan pendidikan dengan pelayanan. Hal itu biasanya dialami

oleh lulusan perawat baru. Perawat Yanti sebagai perawat baru yang

bekerja di sebuah Rumah Sakit merasakan bahwa pendidikan yang ia

tempuh selama ini ternyata belum cukup untuk mempersiapkan dirinya

dalam lingkungan kerja. Perawat Yanti akhirnya mengalami reality shock

yang menyebabkan terhambatnya komunikasi terapeutik antara perawat

dan klien. Karena baru pertama masuk dunia kerja, perawat Yanti juga

merasakan kesulitan berkomunikasi dengan tim kesehatan lain, apalagi

untuk berbicara di depan suatu forum tim kesehatan. Hubungan

interpersonal antara perawat dan profesi lain pun harus terpelihara dengan

baik. Hubungan tersebut dapat diwujudkan dengan meningkatkan

pemahaman interpersonal mengenai peran masing-masing individu atau

profesi.

Perawat Yanti harus paham benar tentang perannya sebagai perawat

dan berusaha tidak memasuki batas wilayah peran profesi lainnya

sehingga tidak memicu konflik internal tim kesehatan. Kolaborasi antara


15

perawat Yanti dengan perawat atau tim kesehatan lain dapat terwujud jika

hubungan interpersonal perawat Yanti berjalan dengan baik. Area-area

rentang konflik seperti yang digambarkan di atas merupakan hal yang

perlu diwaspadai, terutama dalam menjalin kolaborasi antar anggota tim

kesehatan atau interprofesional. Untuk mempertahankan hubungan yang

harmonis serta mengurangi beban stress di lingkungan kerja, akhirnya

para professional kesehatan membuat jadwal pertemuan rutin yang

digunakan sebagai sarana sharing atau berdiskusi tentang

masalah-masalah yang ada di lingkungan kerja. Pertemuan tersebut antara

lain rapat rutin tim kesehatan dan case conference:

a. Rapat tim kesehatan

Rapat tim kesehatan adalah media komunikasi antara tim

kesehatan (rapat multidisiplin) untuk membahas manajerial ruang

untuk membicarakan hal-hal yang terkait dengan manajerial. Tujuan

rapat tim keehatan yaitu menyamakan persepsi terhadap informasi

yang didapat dari masalah yang ditemukan (khususnya masalah

manajerial), meningkatkan kesinambungan pemberian pelayanan

kesehatan, mengurangi kesalahan informasi, dan meningkatkan

koordinasi antara anggota tim kesehatan.

b. Case conference

Konferensi kasus meliputi pertemuan-pertemuan yang

dijadwalkan secara rutin (Regularly Scheduled Series or Conferences).

Pertemuan tersebut dilaksanakan harian, mingguan, atau bulanan

untuk diskusi tentang masalah-masalah manajemen pasien spesifik


16

untuk meningkatkan perawatan pasien dalam sebuah institusi. Case

conference adalah diskusi kelompok tim kesehatan tentang kasus

asuhan keperawatan klien atau keluarga. Setiap tim kesehatan

memiliki jadwal case conference masing-masing dan biasanya

diadakan dua kali tiap bulannya. Peserta case conference melibatkan

tim kesehatan yang terkait seperti perawat, dokter, atau anggota

profesi lainnya jika diperlukan. Waktu pertemuan dua kali dalam

sebulan atau disesuaikan dengan kondisi atau tingkat urgensi kasus,

dan lamnya pertemuan tentatif.

Tujuan diadakannya case conference yaitu mengenal kasus dan

permasalahannya, mendiskusikan kasus untuk mencari alternatif

penyelesaian masalah asuhan keperawatan, meningkatkan koordinasi

dalam rencana pemberian asuhan keperawatan, dan meningkatkan

pengetahuan dan wawasan dalam mengangani kasus.Case conference

juga digunakan untuk mengembalikan konflik dalam kolaborasi

(Arnold & Boggs, 2007), yaitu dengan cara mengutarakan inisiatif

untuk mendiskusikan masalah, menggunakan keterampilan

mendengar aktif, menyediakan dokumentasi data yang relevan

terhadap isu, mengajukan resolusi, menciptakan iklim dimana para

pertisipan memandang negosiasi sebagai sebuah usaha kolaborasi,

membuat ringkasan yang jelas terhadap hasil feedback, merekam

semua keputusan dalam sebuah catatan. Kegiatan case conference ini

harus melalui tahap persiapan sebelumnya. Perawat Dewi dapat


17

memilih salah satu topik yang akan disampaikan dalam case

conference.

Topik tersebut meliputi kasus pasien baru, kasus pasien yang

tidak ada perkembangan, kasus pasien pulang, kasus pasien yang

meninggal, dan kasus pasien dengan masalah yang jarang ditemukan.

Pemilihan topik dapat dilakukan dengan mengkaji terlebih dahulu

data-data pasien yang selama ini dipegang oleh perawat Yanti.

Dengan data-data tersebut, perawat Yanti dapat membuat suatu

analisa permasalahan yang akan disampaikan saat case conference.

Case conference sebagai salah satu kegiatan penting dalam proses

kolaborasi antara tim kesehatan. Kolaborasi merupakan proses

kompleks yang membutuhkan sharing pengetahuan yang

direncanakan dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat

pasien. Kolaborasi dalam case conference ini meliputi suatu

pertukaran pandangan atau ide yang memberikan perspektif kepada

seluruh kolaborator tentang suatu permasalahan dalam asuhan

keperawatan. Efektifitas hubungan kolaborasi profesional

membutuhkan mutual respek baik setuju atau ketidaksetujuan yang

dicapai dalam interaksi tersebut. Partnership kolaborasi merupakan

usaha yang baik sebab dapat menghasilkan outcome yang lebih baik

bagi pasien.

3. Menangani masalah-masalah staf perawat

Langkah-langkah dalam pemecahan masalah antar kelompok petugas

kesehatan: mengatur pelaksanaan untuk komunikasi kolaboratif,


18

melakukan pertemuan untuk menyatukan perspektif kelompok,

mengidentifikasi masalah utama, memiliki tujuan yang jelas dan relevan,

saling menghormati dan menghargai nilai-nilai dan martabat semua pihak,

anggota kelompok dapat bersikap tegas tapi tidak manipulatif, bersikap

objektif, mendiskusikan solusi dengan mengidentifikasi manfaat /

kekurangan dari solusi, menghargai alternatif solusi demi kepentingan

klien, menghincari situasi konflik, menghindari emosi, memutuskan untuk

mengimplementasikan solusi terbaik, menentukan orang yang

bertanggung jawab untuk implementasi, membangun garis waktu dan

metode evaluasi (Armold & Boogs, 2007).

4. Komunikasi interpersonal ditempat kerja yang multikultural

Meliputi verbal, nonverbal, dan mendengar. Komuikasi nonverbal

meliputi pengaturan ruang, lingkungan, penampilan, kontak mata, postur

tubuh, gerak, ekspresi, waktu dan isayarat suara. Komunikasi verbal

dengan prilaku asertif, sedangkat komunikasi diam dengan menjadi

pendengar yang baik dengan menyadari pengalaman, sikap yang

mepengaruhi dalam mempresepsikan pesan.

5. Hambatan lain dalam berkomuniksi dengan Tim Kesehatan Lain

Menjadi emosional daripada berfokus pada masalah, menyalahkan

orang lain, tertutup dan tidak menghargai serta memahami perspektif

orang lain. (Arnold & Boggs, 2007).


19

BAB III

KESIMPULAN

Dalam melaksanakan tugasnya, perawat tidak dapat bekerja tanpa

berkolaborasi dengan profesi lain. Profesi lain tersebut diantaranya adalah dokter,

ahli gizi, apoteker dsb. Setiap tenaga profesi tersebut mempunyai tanggung jawab

terhadap kesehatan pasien. Bila setiap profesi telah dapat saling menghargai,

maka hubungan kerja sama akan dapat terjalin dengan baik. Selain itu perawat

juga mempunyai tanggung jawab dan memiliki untuk :

1. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan

dengan tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara kerahasiaan

suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan

kesehatan secara menyeluruh.

2. Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan dan

pengalamannya kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan

pengalaman dari profesi lain dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam

bidang keperawatan.

3. Perawat merupakan kesatuan integral dengan tenaga kesehatan lainya yang

tak bisa dipisah pisahkan dan disendirikan


20

DAFTAR PUSTAKA

Arnold, E. C, & Boggs. K. U. (2007). Interpersonal Relationship:


Professional Communication skills for Nurses. (5 th ed.). St Louis : Elseiver.

Kozier, Barbara. (2004). Fundamentals Of Nursing : concepts, process,


and practice (7 th ed.). New Jersey : Pearson

Kramer, Marlene. (2008). Reality Shock : why nurses leave nursing. St


Louis : MOSBY.

Northouse, Peter Guy. (2010). Leadership : Theory and Practice. (5 th


ed.). USA : SAGE

Potter & Perry. (2009). Fundamental keperawatan (7 th ed.) (vols 2). dr


Adrina & marina, penerjemah). Jakarta: Salemba Medika.

Stuart. G. W & Laraia, M.T. (2005). Principles and Practice Of


psychiatric nursing. (8 th ed). St Louis : MOSBY.

WHO. (1999). Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer. (2 th ed). (dr.


Popy Kumalasari, Penerjemah). Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai