A. DEFINISI KOMUNIKASI
Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan nonverbal dari
informasi dan ide. Sedangkan komunikasi terapeutik adalah proses dimana perawat yang menggunakan
pendekatan terencana mempelajari klien. proses memfokuskan pada klien namun direncanakan dan
dipimpin oleh seorang profesional. (Potter & Perry, 2009). Stuart,G.W, & Laraia, 2005 mengatakan
bahwa dalam hubungan komunikasi terapeutik perawat dan klien menjadi penting dalam
mengeksplorasi kebutuhan klien.
Untuk mendorong terjadinya komunikasi, pemimpin tim harus selalu mengamati prinsip komunikasi
menurut WHO (1999):
Seluruh anggota tim harus bebas mengemukakan dan menjelaskan pandangan mereka dan harus
didorong untuk bertindak seperti itu.
Sebuah pesan atau komunikasi, baik lisan maupun tertulis harus dinyatakan dengan jelas dan dalam
bahasa atau ungkapan yang dapat dimengerti
Komunikasi mempunyai 2 unsur yaitu mengirim dan menerima, bila pesan yang dikirim tidak
diterima komunikasi tidak berjalan. Dengan demikian pemimpin tim harus selalu meggunakan suatu
cara untuk memeriksa apakah efek yang diharapkan terjadi.
Perselisihan atau pertentangan adalah normal dalam hubungan antar manusia, hal ini sudah diatur
sedemikian sehingga dapat mencapai hasil yang konstruktif.
Pengaturan ruangan untuk membantu komunikasi cobalah dengan mengatur ruangan, kantor kelas
dan ruangan kelompok, pendidikan lainnya sehingga komunikasi dapat berjalan dengan
efektif. Diagram dibawah menunjukkan pengaturan komunikasi dengan 1 pemimpin dan 4 anggota.
(WHO, 1999).
Selalu ingat bahwa:
Dalam satu kelompok yang terdiri dari tidak lebih enam atau tujuh orang, semua orang dapat ikut
serta dalam diskusi. Dengan demikian, sebuah kelompok besar lebih baik dibagi menjadi kelompok-
kelompok kecil.
Meja dapat dihalangi komunikasi karena permukaan atau bentuknya, atau cara benda tersebut
ditempatkan. Bila tidak diperlukan maka disingkirkan. Hindarkan meja berbentuk huruf U.
Pengaturan tempat duduk harus mencerminkan tujuan atau maksud pertemuan atau kelompok.
Gunakan pengaturan tersebut untuk mempermudah komunikasi, bila hal ini penting untuk maksud
dan tujuan tersebut. Sesuaikan pengaturan tempat duduk ini dengan tujuan, bukan tujuan
menyesuaikan dengan pengaturan tempat duduk.
D. KONSEP UMUM
1) Delegasi
Delegasi adalah pemindahan tanggungjawab untuk melakukan kegiatan atau tugas dan
memegang akuntabilitas terhadap hasil. Delegasi bermanfaat untuk memperbaiki efisiensi,
meningkatkan produktivitas, dan mengembangkan staf lainnya. Sebagai seorang perawat, harus
bertanggungjawab terhadap penyelengaraan perawatan klien dan akan mendelegasikan kegiatan
perawat kepada asisten. Karena langkah dari proses keperawatan memerlukan perawat untuk
pengambilan keputusan, maka tahap ini tidak akan anda deegasikan kepada asisten atau tenaga
kesehatan lain. Untuk mendukung lingkungan profesional yang baik, setiap anggota tim kerja
keperawatan bertanggungjawab untuk melaksanakan komunikasi profesional yang bersifat terbuka.
Jika dilakukan dengan benar, delegasi dapat memperbaiki efisiensi kerja, produktivitas, dan
peningkatan kerja.
Lima syarat dalam pendelegasian antar tim kesehatan: Tugas yang tepat, kondisi yang tepat,
orang yang tepat, komunikasi/petunjuk yang tepat, supervisi yang tepat. ( Potter & Perry, 2009).
a) Konflik dalam berkomunikasi
Tujuan utama dalam menangani konflik di tempat kerja adalah untuk menemukan kualitas tinggi
dan solusi yang dapat diterima bersama. Dalam banyak contoh, berbagai jenis hubungan dapat
berkembang melalui penggunaan teknik komunikasi manajemen konflik.
Pada situasi klinis sebagai suatu proses kerja sama untuk mencapai tujuan bersama dengan
mengikuti langkah:
Memperoleh data faktual: Mendapatkan semua informasi yang relevan tentang isu-isu
spesifik yang terlibat dan sekitar respon perilaku klien untuk masalah perawatan kesehatan.
Pertimbangkan sudut pandang lain: Memiliki beberapa ide tentang apa masalah mungkin
relevan dari sudut pandang orang lain, memberikan informasi penting tentang pendekatan
interpersonal yang terbaik untuk digunakan.
Intervensi awal: Buat forum untuk komunikasi dua arah , sebaiknya bertemu secara berkala
dengan tim kesehatan lain mencakup permasalahan klien.
b) Komunikasi antara perawat-dokter
Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah cukup lama
dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perawat bekerja sama dangan dokter dalam
berbagai bentuk. Perawat mungkin bekerja di lingkungan di mana kebanyakan asuhan
keperawatan bergantung pada instruksi medis. Perawat diruang perawatan intensif dapat
mengikuti standar prosedur yang telah ditetapkan yang mengizinkan perawat bertindak lebih
mandiri.
Perawat dapat bekerja dalam bentuk kolaborasi dengan dokter. Contoh: Ketika perawat
menyiapkan pasien yang baru saja didiagnosa diabetes pulang kerumah, perawat dan dokter
bersama-sama mengajarkan klien dan keluarga begaimana perawatan diabetes di rumah.Selain
itu komunikasi antara perawat dengan dokter dapat terbentuk saat visit dokter terhadap pasien,
disitu peran perawat adalah memberikan data pasien meliputi TTV, anamnesa, serta keluhan-
keluhan dari pasien,dan data penunjang seperti hasil laboraturium sehingga dokter dapat
mendiagnosa secara pasti mengenai penyakit pasien.Pada saat perawat berkomunikasi dengan
dokter pastilah menggunakan istilah-istilah medis, disinilah perawat dituntut untuk belajar
istilah-istilah medis sehingga tidak terjadi kebingungan saat berkomunikasi dan komunikasi
dapat berjalan dengan baik serta mencapai tujuan yang diinginkan.
Komunikasi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan baik apabila dari kedua
pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan hanya menjalankan tugas secara individu, perawat
dan dokter sendiri adalah kesatuan tenaga medis yang tidak bisa dipisahkan. Dokter
membutuhkan bantuan perawat dalam memberikan data-data asuhan keperawatan, dan perawat
sendiri membutuhkan bantuan dokter untuk mendiagnosa secara pasti penyakit pasien serta
memberikan penanganan lebih lanjut kepada pasien. Semua itu dapat terwujud dwngan baik
berawal dari komunikasi yang baik pula antara perawat dengan dokter.
Pertemuan tersebut antara lain rapat rutin tim kesehatan dan case conference:
1) Rapat tim kesehatan
Rapat tim kesehatan adalah media komunikasi antara tim kesehatan (rapat multidisiplin) untuk
membahas manajerial ruang untuk membicarakan hal-hal yang terkait dengan manajerial.Tujuan rapat
tim keehatan yaitu menyamakan persepsi terhadap informasi yang didapat dari masalah yang
ditemukan (khususnya masalah manajerial), meningkatkan kesinambungan pemberian pelayanan
kesehatan, mengurangi kesalahan informasi, dan meningkatkan koordinasi antara anggota tim
kesehatan.
2) Case conference
Konferensi kasus meliputi pertemuan-pertemuan yang dijadwalkan secara rutin (Regularly
Scheduled Series or Conferences). Pertemuan tersebut dilaksanakan harian, mingguan, atau bulanan
untuk diskusi tentang masalah-masalah manajemen pasien spesifik untuk meningkatkan perawatan
pasien dalam sebuah institusi. Case conference adalah diskusi kelompok tim kesehatan tentang kasus
asuhan keperawatan klien atau keluarga. Setiap tim kesehatan memiliki jadwal case conference
masing-masing dan biasanya diadakan dua kali tiap bulannya. Peserta case conference melibatkan
tim kesehatan yang terkait seperti perawat, dokter, atau anggota profesi lainnya jika diperlukan.
Waktu pertemuan dua kali dalam sebulan atau disesuaikan dengan kondisi atau tingkat urgensi
kasus, dan lamnya pertemuan tentatif.
Tujuan diadakannya case conference yaitu mengenal kasus dan permasalahannya
mendiskusikan kasus untuk mencari alternatif penyelesaian masalah asuhan keperawatan,
meningkatkan koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan, dan meningkatkan
pengetahuan dan wawasan dalam mengangani kasus.Case conference juga digunakan untuk
mengembalikan konflik dalam kolaborasi (Arnold & Boggs, 2007), yaitu dengan cara mengutarakan
inisiatif untuk mendiskusikan masalah, menggunakan keterampilan mendengar
aktif, menyediakan dokumentasi data yang relevan terhadap isu, mengajukan resolusi,
menciptakan iklim dimana para pertisipan memandang negosiasi sebagai sebuah usaha kolaborasi,
membuat ringkasan yang jelas terhadap hasil feedback, merekam semua keputusan dalam sebuah
catatan. Kegiatan case conference ini harus melalui tahap persiapan sebelumnya. Perawat Dewi dapat
memilih salah satu topik yang akan disampaikan dalam case conference.
Topik tersebut meliputi kasus pasien baru, kasus pasien yang tidak ada perkembangan, kasus
pasien pulang, kasus pasien yang meninggal, dan kasus pasien dengan masalah yang jarang ditemukan.
Pemilihan topik dapat dilakukan dengan mengkaji terlebih dahulu data-data pasien yang selama ini
dipegang oleh perawat Yanti. Dengan data-data tersebut, perawat Yanti dapat membuat suatu analisa
permasalahan yang akan disampaikan saat case conference.
Case conference sebagai salah satu kegiatan penting dalam proses kolaborasi antara tim
kesehatan. Kolaborasi merupakan proses kompleks yang membutuhkan sharing pengetahuan yang
direncanakan dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien. Kolaborasi dalam case
conference ini meliputi suatu pertukaran pandangan atau ide yang memberikan perspektif kepada
seluruh kolaborator tentang suatu permasalahan dalam asuhan keperawatan. Efektifitas hubungan
kolaborasi profesional membutuhkan mutual respek baik setuju atau ketidaksetujuan yang dicapai
dalam interaksi tersebut. Partnership kolaborasi merupakan usaha yang baik sebab dapat menghasilkan
outcome yang lebih baik bagi pasien.
A. Menurut Patrick Lencioni, terdapat 5 hambatan yang membuat tim menjadi tidak kohesif dan efektif:
1. Kurangnya kepercayaan antar anggota tim.
Pada dasarnya, hambatan ini terjadi karena anggota tim tidak bersedia menampilkan sisi rentannya
kepada sesama anggota tim. Mereka tidak mau terbuka mengenai kelemahan dan kekurangan diri,
kesalahan yang dilakukan, serta kebutuhan untuk meminta bantuan rekan-rekannya. Keadaan ini
membuat tim kesulitan untuk membangun kepercayaan yang merupakan fondasi penting dalam
kerja sama tim.
2. Ketakutan terhadap konflik.
Tim yang tidak saling percaya satu sama lain, tidak akan bersedia untuk terlibat dalam konflik yang
terbuka dan konstruktif. Mereka lebih memilih untuk menyimpan pendapat yang mereka miliki
ketimbang berdebat dengan rekan satu timnya. Anggota tim memilih untuk mempertahankan
keharmonisan (palsu) dalam tim.
3. Kurangnya komitmen dalam tim.
Keengganan tim untuk terlibat dalam konflik mengakibatkan kurangnya komitmen anggota
terhadap tim. Komitmen dalam konteks kerja sama tim berfokus pada pembuatan rencana dan
pengambilan keputusan. Ketika anggota tim tidak memberikan pendapatnya dalam diskusi (karena
takut terlibat konflik), mereka akhirnya tidak benar-benar terlibat dalam keputusan yang diambil
oleh tim.
4. Menghindari pertanggungjawaban.
Tanpa adanya komitmen terhadap perencanaan dan pengambilan keputusan yang diambil oleh tim,
anggota tim tidak dapat meminta pertanggungjawaban kepada rekan kerjanya. Mereka ragu-ragu
untuk memberikan feedback kepada rekan kerja terkait dengan performanya dalam tim. Mereka
memilih untuk tidak mengingatkan rekan kerjanya mengenai standar performa yang tinggi demi
menghindari ketidaknyamanan antar anggota tim.
5. Ketidakpedulian terhadap hasil yang diperoleh tim.
Tanpa adanya pertanggungjawaban, anggota tim akhirnya lebih fokus pada tujuan pribadi
ketimbang tujuan tim. Kegagalan untuk meminta pertanggungjawaban kepada rekan kerja,
menciptakan lingkungan dimana anggota tim tidak peduli terhadap hasil yang diperoleh secara tim.
Mereka cenderung mencari pengakuan untuk diri sendiri dengan mengorbankan tujuan tim.
Sebuah tim kerja semestinya berupaya agar dapat menghasilkan kinerja yang baik dibandingkan jika
pekerjaan tersebut dilakukan secara perorangan. Secara teori, kerja tim alias teamwork merupakan
kemampuan menjalin kerjasama menuju visi dan misi yang sama. Oleh karena itu, agar tidak keluar dari arti
penting dari kerjasama, maka diharapkan setiap anggota mempunyai kesadaran dan komitmen yang tinggi
dalam mewujudkan visi dan misi tersebut.
Agar menghasilkan kesuksesan dalam mengerjakan tugas, setiap anggota harus berpegang teguh kepada
prinsip-prinsipkerjasama tim, yaitu:
1. Kepercayaan
Setiap anggota dalam tim harus saling percaya bahwa anggota lainnya mampu melaksanakan pekerjaan
dengan hasil yang baik. Tanpa adanya rasa percaya yang dibangun akan timbul masalah sehingga pekerjaan
tidak terselesaikan.
2. Ketulusan
Kepercayaan yang dibangun dalam tim harus dengan tulus, tidak timbul rasa saling curiga.
3. Totalitas
Dalam mewujudkan kerjasamayang baik, setiap anggota harus bekerja dengan total. Karena jika ada salah
satu anggota yang tidak bekerja secara optimal maka akan menggangu kinerja anggota tim yang lainnya.
4. Kekompakan
Keberhasilan kerja tim ditentukan oleh kekompakan anggotanya. Kekompakan dalam kerjasama tim dapat
terjalin jika setiap anggota paham terhadap tujuan bisnis.
5. Keadilan
Kerjasama dalam tim perlu diterapkan peraturan, mekanisme dan pembagian tugas secara jelas, agar terjadi
keseimbangan dan tidak terjadi kecemburuan karena merasa pekerjaan yang diberikan lebih berat dari
anggota lainnya.
6. Keberagaman
Banyaknya ide dan gagasan yang dihasilkan dari pemikiran anggota-angota yang beragam terkadang
menimbulkan konflik. Namun jika dipahami dengan baik maka keragaman tersebut justru memiliki
keuntungan tersendiri dalam mewujudkan tujuan bisnis.
7. Kebersamaan
Pemimpin bisnis berperan penting dalam menjalin kerjasama antar anggota-anggotanya. Pemimpin harus
kreatif dalam menyatukan pribadi-pribadi semua anggota agar tetap kompak. Perbedaan budaya dan latar
belakang membutuhkan waktu dan kepiawaian pemimpin dalam pengorganisasian yang baik.
8. Toleransi
Tidak semua anggota dapat menghargai kesepakatan yang telah ditetapkan. Untuk menghindari hal tersebut
pemimpin bisnis harus terus memantau kerja anggota-anggotanya. Agar pekerjaan tidak terhambat setiap
anggota memahami tujuan yang sama dengan anggota lainnya, karena hambatan kerja yang dihadapi bisa
saja terjadi karena anggota kurang memahami pekerjaannya.
Prinsip-prinsip kerjasama tim menjadi hal penting bagi pemimpin dalam memantau perkembangan tim
bisnisnya.? Setiap anggota harus mengerti tujuan dan menghindari sifat keegoisan diri di dalam tim. Anggota
tim harus berkomunikasi secara efektif, memberikan potensi diri dan memberdayakan diri dalam mendukung
visi tim sehingga tim menjadi lebih kompak. Tujuan kerjasama dalam tim di lingkungan kerja antara lain :
1. Membangun komunitas dalam tim
1. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam mencapai tujuan bersama
2. Menghindari konflik horizontal
3. Menghasilkan keputusan yang kolektif
Menciptakan kelompok okupasi dalam arti mengembangkan dan memelihara serta memulihkan fungsi tim.
Budaya teamwork dalam sebuah bisnis memang bukan hal asing lagi. Dengan demikian setiap anggota harus
mampu mewujudkan kerjasama dalam timnya. Jika kerjasama tim dapat terus bertahan dan terjalin dengan
baik, hal ini akan berdampak terhadap kualitas bisnis secara keseluruhan.
Kerjasama tim memiliki peranan penting bagi organisasi dan setiap individu di dalamnya. Sebuah
penelitian membuktikan bahwa kerjasama dapat meningkatkan semangat, produktivitas, hubungan sosial,
komunikasi dan efisiensi dalam pekerjaan. Kerjasama terbukti dapat memberikan keuntungan bagi
kesuksesan organisasi. Selain menguntungkan organisasi, kerjasama juga memiliki peranan penting bagi
kita. Ketika mampu bekerjasama dengan tim, ini memungkinkan kita untuk menjadi orang yang lebih kreatif
dan lebih sukses.