Anda di halaman 1dari 13

Manajemen Patient Safety pertemuan ke 7

KOMUNIKASI ANTAR ANGGOTA TIM KESEHATAN

A. DEFINISI KOMUNIKASI
Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan nonverbal dari
informasi dan ide. Sedangkan komunikasi terapeutik adalah proses dimana perawat yang menggunakan
pendekatan terencana mempelajari klien. proses memfokuskan pada klien namun direncanakan dan
dipimpin oleh seorang profesional. (Potter & Perry, 2009). Stuart,G.W, & Laraia, 2005 mengatakan
bahwa dalam hubungan komunikasi terapeutik perawat dan klien menjadi penting dalam
mengeksplorasi kebutuhan klien.

B. KOMUNIKASI DALAM KELOMPOK     


Kozier,et all (2010) menyampaikan bahwa kelompok adalah dua atau lebih individu yang
berbagi kebutuhan dan tujuan berama, melibatkan satu sama lain ke dalam tindakan yang mereka
lakukan, dan akhirnya bersatu padu serta memisahkan diri dari pihak lain demi kebaikan interaksi
yang mereka lakukan. Kelompok hadir untuk membantu manusia mencapai tujuan yang tidak dapat
dicapai dengan kemampuan individu.
a)      Dinamika kelompok
Komunikasi yang berlangsung antar anggota kelompok dikenal dengan dinamika kelompok.
Tata cara komunikasi ini akan ditentukan oleh sejumlah variabel dan faktor yang saling terkait.
Setiap anggota kelompok akan memberikan pengaruh pada dinamika kelompok, didasarkan pada
motivasi mereka dalam berpartisipasi, kesamaan mereka dengan anggota kelompok yang lain,
kedewasaan anggota kelompok dalam mengespresikan perasaan mereka dan tujuan kelompok
tersebut.
b)      Tipe kelompok layanan kesehatan
Sebagian besar kehidupan perawat dihabiskan dibanyak ragam kelompok, dari dua hingga
organisasi profesional yang besar. Sebagai partisipan kelompok, perawat mungkin diharuskan
menjalani peran yang berbeda baik menjadi anggota atau pemimpin, pemberi saran atau penerima
saran sesuai dengan kapasitasnya. Tipe kelompok layanan kesehatan yang umum meliputi kelompok
kerja, kelompok penyuluhan, kelompok swabantu, kelompok terapi, dan kelompok pendukung sosial
terkait kerja. Kerja profesional dalam kelompok bergantung pada gaya kepemimpinan, tanggung
jawab anggota, tanggung jawab kepemimpinan, dan identifikasi tugas dalam fase grup berbeda.

C. KOMUNIKASI DENGAN TIM KESEHATAN LAIN


     Perawat menjalankan peran yang membutuhkan interaksi dengan berbagai anggota tim pelayanan
kesehatan. Unsur yang membentuk hubungan perawat klien juga dapat diterapkan dalam hubungan
sejawat, yang berfokus pada pembentukan lingkungan kerja yang sehat dan mencapai tujuan tatanan
klinis. Komunikasi ini berfokus pada pembentukan tim, fasilitasi proses kelompok, kolaborasi, konsultasi,
delegasi, supervisi, kepemimpinan, dan manajemen. Dibutuhkan banyak keterampilan komunikasi,
termasuk berbicara dalam presentasi, persuasi, pemecahan masalah kelompok, pemberian tinjauan
performa, dan penulisan laporan. Didalam lingkungan kerja, perawat dan tim kesehatan membutuhkan
interaksi sosial dan terapeutik untuk membangun kepercayaan dan meperkuat hubungan. Semua orang
memilki kebutuhan interpribadi akan penerimaan, keterlibatan, identitas, privasi, kekuatan dan kontrol,
serta perhatian. Perawat membutuhkan persahabatan, dukungan, bimbingan, dan dorongan dari pihak lain
untuk mengatasi tekanan akibat stress pekerjaan dan harus dapat menerapkan komunikasi yang baik
dengan klien, sejawat dan rekan kerja. (Potter & Perry, 2009).
Agar efektif sebagai profesional keperawatan, itu tidak cukup untuk sangat berkomitmen untuk
klien. Pada akhirnya, iklim perusahaan tempat kerja akan memiliki efek pada hubungan yang terjadi
antara perawat dan klien pribadi. Kegagalan dalam komunikasi antara penyedia layanan kesehatan adalah
salah satu faktor yang paling umum. Komitmen untuk kolaborasi dalam hubungan kerja dengan para
profesional lain membantu mempertahankan kualitas tinggi dari perawatan klien. Keberhasilan kelompok
bergantung pada hubungan baik diantara  tim, terutama pemimpin tim dengan anggota tim yang lain.  

Untuk mendorong terjadinya komunikasi, pemimpin tim harus selalu mengamati prinsip komunikasi
menurut WHO (1999):
 Seluruh anggota tim harus bebas mengemukakan dan menjelaskan pandangan mereka dan harus
didorong untuk bertindak seperti itu.
 Sebuah pesan atau komunikasi, baik lisan maupun tertulis harus dinyatakan dengan jelas dan dalam
bahasa atau ungkapan yang dapat dimengerti
 Komunikasi mempunyai 2 unsur yaitu mengirim dan menerima, bila pesan yang dikirim tidak
diterima komunikasi tidak berjalan. Dengan demikian pemimpin tim harus selalu meggunakan suatu
cara untuk memeriksa apakah efek yang diharapkan terjadi.
 Perselisihan atau pertentangan adalah normal dalam hubungan antar manusia, hal ini sudah diatur
sedemikian sehingga dapat mencapai hasil yang konstruktif.
 Pengaturan ruangan untuk membantu komunikasi cobalah dengan mengatur ruangan, kantor kelas
dan ruangan kelompok, pendidikan lainnya sehingga komunikasi dapat berjalan dengan
efektif.  Diagram dibawah menunjukkan pengaturan komunikasi dengan 1 pemimpin dan 4 anggota.
(WHO, 1999).
Selalu ingat bahwa:
 Dalam satu kelompok yang terdiri dari tidak lebih enam atau tujuh orang, semua orang dapat ikut
serta dalam diskusi. Dengan demikian, sebuah kelompok besar lebih baik dibagi menjadi kelompok-
kelompok kecil.
 Meja dapat dihalangi komunikasi karena permukaan atau bentuknya, atau cara benda tersebut
ditempatkan. Bila tidak diperlukan maka disingkirkan. Hindarkan meja berbentuk huruf U.
 Pengaturan tempat duduk harus mencerminkan tujuan atau maksud pertemuan atau kelompok.
Gunakan pengaturan tersebut untuk mempermudah komunikasi, bila hal ini penting untuk maksud
dan tujuan tersebut. Sesuaikan pengaturan tempat duduk ini dengan tujuan, bukan tujuan
menyesuaikan dengan pengaturan tempat duduk.

D. KONSEP UMUM
1)      Delegasi
Delegasi adalah pemindahan tanggungjawab untuk melakukan kegiatan atau tugas dan
memegang akuntabilitas terhadap hasil. Delegasi bermanfaat untuk memperbaiki efisiensi,
meningkatkan produktivitas, dan mengembangkan staf lainnya. Sebagai seorang perawat, harus
bertanggungjawab terhadap penyelengaraan perawatan klien dan akan mendelegasikan kegiatan
perawat kepada asisten. Karena langkah dari proses keperawatan memerlukan perawat untuk
pengambilan keputusan, maka tahap ini tidak akan anda deegasikan kepada asisten atau tenaga
kesehatan lain. Untuk mendukung lingkungan profesional yang baik, setiap anggota tim kerja
keperawatan bertanggungjawab untuk melaksanakan komunikasi profesional yang bersifat terbuka.
Jika dilakukan dengan benar, delegasi dapat memperbaiki efisiensi kerja, produktivitas, dan
peningkatan kerja.

Lima syarat dalam pendelegasian antar tim kesehatan: Tugas yang tepat, kondisi yang tepat,
orang yang tepat, komunikasi/petunjuk yang tepat, supervisi yang tepat. ( Potter & Perry, 2009).
a) Konflik dalam berkomunikasi
Tujuan utama dalam menangani konflik di tempat kerja adalah untuk menemukan kualitas tinggi
dan solusi yang dapat diterima bersama. Dalam banyak contoh, berbagai jenis hubungan dapat
berkembang melalui penggunaan teknik komunikasi manajemen konflik.
Pada situasi klinis sebagai suatu proses kerja sama untuk mencapai tujuan bersama dengan
mengikuti langkah:
 Memperoleh data faktual: Mendapatkan semua informasi yang relevan tentang isu-isu
spesifik yang terlibat dan sekitar respon perilaku klien untuk masalah perawatan kesehatan.
 Pertimbangkan sudut pandang lain: Memiliki beberapa ide tentang apa masalah mungkin
relevan dari sudut pandang orang lain, memberikan informasi penting tentang pendekatan
interpersonal yang terbaik untuk digunakan.
 Intervensi awal: Buat forum untuk komunikasi dua arah , sebaiknya bertemu secara berkala
dengan tim kesehatan lain mencakup permasalahan klien.
b) Komunikasi antara  perawat-dokter
Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah cukup lama
dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perawat bekerja sama dangan dokter dalam
berbagai bentuk. Perawat mungkin bekerja di lingkungan di mana kebanyakan asuhan
keperawatan bergantung pada instruksi medis. Perawat diruang perawatan intensif dapat
mengikuti standar prosedur yang telah ditetapkan yang mengizinkan perawat bertindak lebih
mandiri. 
Perawat dapat bekerja dalam bentuk kolaborasi dengan dokter. Contoh: Ketika perawat
menyiapkan pasien yang baru saja didiagnosa diabetes pulang kerumah, perawat dan dokter
bersama-sama mengajarkan klien dan keluarga begaimana perawatan diabetes di rumah.Selain
itu komunikasi antara perawat dengan dokter dapat terbentuk saat visit dokter terhadap pasien,
disitu peran perawat adalah memberikan data pasien meliputi TTV, anamnesa, serta keluhan-
keluhan dari pasien,dan data penunjang seperti hasil laboraturium sehingga dokter dapat
mendiagnosa secara pasti mengenai penyakit pasien.Pada saat perawat berkomunikasi dengan
dokter pastilah menggunakan istilah-istilah medis, disinilah perawat dituntut untuk belajar
istilah-istilah medis sehingga tidak terjadi kebingungan saat berkomunikasi dan komunikasi
dapat berjalan dengan baik serta mencapai tujuan yang diinginkan.
Komunikasi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan baik apabila dari kedua
pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan hanya menjalankan tugas secara individu, perawat
dan dokter sendiri adalah kesatuan tenaga medis yang tidak bisa dipisahkan. Dokter
membutuhkan bantuan perawat dalam memberikan data-data asuhan keperawatan, dan perawat
sendiri membutuhkan bantuan dokter untuk mendiagnosa secara pasti penyakit pasien serta
memberikan penanganan lebih lanjut kepada pasien. Semua itu dapat terwujud dwngan baik
berawal dari komunikasi yang baik pula antara perawat dengan dokter.

Tips untuk permintaan kejelasan kepada dokter:


1) Mengidentifikasi semua nama (Sebutkan nama dokter, sebutkan nama dan posisi,
mengidentifikasi klien dan diagnosis klien atau orang-orang lain yang terlibat dalam masalah
dengan nama. 
2) Meringkas masalah (data faktual singkat tentang masalah).
3) Menyatakan tujuan
4) Menyarankan solusi pemecahan masalah yang relevan sesuai dengan praktek klinik.
5) Menulis kesimpulan (menjelaskan siapa yang akan bertanggung jawab untuk pelaksanaan,
mengklarifikasi informasi terutama jika ini percakapan telepon, menentukan kerangka waktu
pelaksanaan). (Arnold & Boogs, 2007).

c) Komunikasi antara Perawat dengan Perawat


Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien komunikasi antar tenaga kesehatan
terutama sesama perawat sangatlah penting. Kesinambungan informasi tentang klien dan rencana
tindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan perawat dapat tersampaikan apabila hubungan atau
komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.Hubungan perawat dengan perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi hubungan profesional, hubungan
struktural dan hubungan intrapersonal.
Hubungan profesional antara perawat dengan perawat merupakan hubungan yang terjadi
karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab yang sama dalam memberikan pelayanan
keperawatan.
Hubungan sturktural merupakan hubungan yang terjadi berdasarkan jabatan atau struktur
masing- masing perawat dalam menjalankan tugas berdasarkan wewenang dan tanggungjawabnya
dalam memberikan pelayanan keperawatan.
Laporan perawat pelaksana tentang kondisi klien kepada perawat primer, laporan perawat
primer atau ketua tim kepada kepala ruang tentang perkembangan kondisi klien, dan supervisi yang
dilakukan kepala ruang kepada perawat pelaksana merupakan contoh hubungan
struktural. Hubungan interpersonal perawat dengan perawat merupakan hubungan yang lazim dan
terjadi secara alamiah. Umumnya, isi komunikasi dalam hubungan ini adalah hal- hal yang tidak
terkait dengan pekerjaan dan tidak membawa pengaruh dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya.

d) Komunikasi antara perawat dengan ahli terapi.


Ahli terapi respiratorik ditugaskan untuk memberikan pengobatan yang dirancang untuk
peningkatan fungsi ventilasi atau oksigenasi klien.Perawat bekerja dengan pemberi terapi
respiratorik dalam bentuk kolaborasi. Asuhan dimulai oleh ahli terapi (fisioterapis) lalu dilanjutrkan
dengan dievaluasi oleh perawat. Perawat dan fisioterapis menilai kemajuan klien secara bersama-
sama dan mengembangkan tujuan dan rencana pulang yang melibatkan klien dan keluarga. Selain
itu, perawat merujuk klien ke fisioterapis untuk perawatan lebih jauh. Contoh: Perawat merawat
seseorang yang mengalamai penyakit paru berat dan merujuk klien tersebut pada ahli terapis
respiratorik untuk belajar latihan untuk menguatkaan otot-otot lengan atas, untuk belajar bagaimana
menghemat energi dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan belajar teknik untuk mempertahankan
bersihan jalan nafas.
e) Komunikasi antara perawat dengan ahli farmasi
Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin untuk merumuskan dan
mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya di ruang farmasi atau mungkin juga
terlibat dalam konferensi perawatan klien atau dalam pengembangan sistem pemberian obat. Perawat
memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan dengan mendorong klien
untuk proaktif jika membutuhkan pengobatan. Dengan demikian, perawat membantu klien
membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat
yang dipesankan, dan turut bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan
bersama tenaga kesehatan lainnya. Perawat harus selalu mengetahui kerja, efek yang dituju, dosis
yang tepat dan efek smaping dari semua obat-obatan yang diberikan. Bila informasi ini tidak tersedia
dalam buku referensi standar seperti buku-teks atau formula rumah sakit, maka perawat harus
berkonsultasi pada ahli farmasi.
Saat komunikasi terjadi maka ahli farmasi memberikan informasi tentang obat-obatan mana
yang sesuai dan dapat dicampur atau yang dapat diberikan secara bersamaan. Kesalahan pemberian
dosis obat dapat dihindari bila baik perawat dan apoteker sama-sama mengetahui dosis yang
diberikan. Perawat dapat melakukan pengecekkan ulang dengan tim medis bila terdapat keraguan
dengan kesesuaian dosis obat. Selain itu, ahli farmasi dapat menyampaikan pada perawat tentang
obat yang dijual bebas yang bila dicampur dengan obat-obatan yang diresepkan dapat berinteraksi
merugikan, sehingga informasi ini dapat dimasukkan dalam rencana persiapan pulang. Seorang ahli
farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin untuk merumuskan dan mendistribusikan
obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya di ruang farmasi atau mungkin juga terlibat dalam
konferensi perawatan klien atau dalam pengembangan sistem pemberian obat.
f) Komunikasi antara perawat dengan ahli gizi.
Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap
kualitas sumber daya manusia (SDM). Pelayanan gizi di RS merupakan hak setiap orang dan
memerlukan pedoman agar tercapai pelayanan yang bermutu. Agar pemenuhan gizi pasien dapat
sesuai dengan yang diharapkan maka perawat harus mengkonsultasikan kepada ahli gizi tentang –
obatan yang digunakan pasien, jika perawat tidak mengkonunikasikannya maka dapat terjadi
pemilihan makanan oleh ahli gizi yang bisa saja menghambat absorbsi dari obat tersebut. Jadi
diperlukanlah komunikasi dua arah yang baik antara kedua belah pihak.

g) Komunikasi terkait kasus pemicu


Fokus dalam segmen model komunikasi kesehatan dapat melukiskan hubungan interpersonal dalam
tim kesehatan. Northouse (1998) mengungkapkan ada 3 area permasalahan yang dimiliki dalam
hubungan interprofesional yaitu:
1) Stres Peranan (Role Stress)
2) Rendahnya pemahaman interpersonal (lack of interpersonal understanding)
3) Otonomi yang keras (autonomy struggle)
Bertemu dengan orang sakit setiap hari merupakan tugas yang tidak mudah. Pekerjaan
profesional kesehatan secara konstan menempatkan mereka dalam kontak dengan pasien yang
sedang bergelut dengan kondisi kritis dalam hidupnya dan mereka sedang mencoba mengatasi emosi
atau penyakit yang serius. Sumber masalah role stress yang dialami para professional kesehatan
berhubungan dengan penyelesaian peran professional itu sendiri. Jenis role stress dibagi dua jenis
yaitu role conflict dan role overload. Kasus role conflict dapat ditunjukan salah satunya dengan
reality shock.
Kramer (1974) dalam teorinya tentang Reality Shock menjelaskan bahwa stress dapat
disebabkan oleh adanya kesenjangan atau perbedaan antara lingkungan pendidikan dengan
pelayanan. Hal itu biasanya dialami oleh lulusan perawat baru. Perawat Yanti sebagai perawat baru
yang bekerja di sebuah Rumah Sakit merasakan bahwa pendidikan yang ia tempuh selama ini
ternyata belum cukup untuk mempersiapkan dirinya dalam lingkungan kerja. Perawat Yanti akhirnya
mengalami reality shock yang menyebabkan terhambatnya komunikasi terapeutik antara perawat dan
klien. Karena baru pertama masuk dunia kerja, perawat Yanti juga merasakan kesulitan
berkomunikasi dengan tim kesehatan lain, apalagi untuk berbicara di depan suatu forum tim
kesehatan. Hubungan interpersonal antara perawat dan profesi lain pun harus terpelihara dengan
baik. Hubungan tersebut dapat diwujudkan dengan meningkatkan pemahaman interpersonal
mengenai peran masing-masing individu atau profesi.
Perawat Yanti harus paham benar tentang perannya sebagai perawat dan berusaha tidak
memasuki batas wilayah peran profesi lainnya sehingga tidak memicu konflik internal tim kesehatan.
Kolaborasi antara perawat Yanti dengan perawat atau tim kesehatan lain dapat terwujud jika
hubungan interpersonal perawat Yanti berjalan dengan baik. Area-area rentang konflik seperti yang
digambarkan di atas merupakan hal yang perlu diwaspadai, terutama dalam menjalin kolaborasi
antar anggota tim kesehatan atau interprofesional. Untuk mempertahankan hubungan yang harmonis
serta mengurangi beban stress di lingkungan kerja, akhirnya para professional kesehatan membuat
jadwal pertemuan rutin yang digunakan sebagai sarana sharing atau berdiskusi tentang masalah-
masalah yang ada di lingkungan kerja.

Pertemuan tersebut antara lain rapat rutin tim kesehatan dan case conference:
1) Rapat tim kesehatan
Rapat tim kesehatan adalah media komunikasi antara tim kesehatan (rapat multidisiplin) untuk
membahas manajerial ruang untuk membicarakan hal-hal yang terkait dengan manajerial.Tujuan rapat
tim keehatan yaitu menyamakan persepsi terhadap informasi yang didapat dari masalah yang
ditemukan (khususnya masalah manajerial), meningkatkan kesinambungan pemberian pelayanan
kesehatan, mengurangi kesalahan informasi, dan meningkatkan koordinasi antara anggota tim
kesehatan.
2) Case conference
Konferensi kasus meliputi pertemuan-pertemuan yang dijadwalkan secara rutin (Regularly
Scheduled Series or Conferences). Pertemuan tersebut dilaksanakan harian, mingguan, atau bulanan
untuk diskusi tentang masalah-masalah manajemen pasien spesifik untuk meningkatkan perawatan
pasien dalam sebuah institusi. Case conference adalah diskusi kelompok tim kesehatan tentang kasus
asuhan keperawatan klien atau keluarga. Setiap tim kesehatan memiliki jadwal case conference
masing-masing dan biasanya diadakan dua kali tiap bulannya. Peserta case conference melibatkan
tim kesehatan yang terkait seperti perawat, dokter, atau anggota profesi lainnya jika diperlukan.
Waktu pertemuan dua kali dalam sebulan atau disesuaikan dengan kondisi atau tingkat urgensi
kasus, dan lamnya pertemuan tentatif. 
Tujuan diadakannya case conference yaitu mengenal kasus dan permasalahannya
mendiskusikan kasus untuk mencari alternatif penyelesaian masalah asuhan keperawatan,
meningkatkan koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan, dan meningkatkan
pengetahuan dan wawasan dalam mengangani kasus.Case conference juga digunakan untuk
mengembalikan konflik dalam kolaborasi (Arnold & Boggs, 2007), yaitu dengan cara mengutarakan
inisiatif untuk mendiskusikan masalah, menggunakan keterampilan mendengar
aktif, menyediakan dokumentasi data yang relevan terhadap isu, mengajukan resolusi,
menciptakan iklim dimana para pertisipan memandang negosiasi sebagai sebuah usaha kolaborasi,
membuat ringkasan yang jelas terhadap hasil feedback, merekam semua keputusan dalam sebuah
catatan. Kegiatan case conference ini harus melalui tahap persiapan sebelumnya. Perawat Dewi dapat
memilih salah satu topik yang akan disampaikan dalam case conference.
Topik tersebut meliputi kasus pasien baru, kasus pasien yang tidak ada perkembangan, kasus
pasien pulang, kasus pasien yang meninggal, dan kasus pasien dengan masalah yang jarang ditemukan.
Pemilihan topik dapat dilakukan dengan mengkaji terlebih dahulu data-data pasien yang selama ini
dipegang oleh perawat Yanti. Dengan data-data tersebut, perawat Yanti dapat membuat suatu analisa
permasalahan yang akan disampaikan saat case conference.
Case conference sebagai salah satu kegiatan penting dalam proses kolaborasi antara tim
kesehatan. Kolaborasi merupakan proses kompleks yang membutuhkan sharing pengetahuan yang
direncanakan dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien. Kolaborasi dalam case
conference ini meliputi suatu pertukaran pandangan atau ide yang memberikan perspektif kepada
seluruh kolaborator tentang suatu permasalahan dalam asuhan keperawatan. Efektifitas hubungan
kolaborasi profesional membutuhkan mutual respek baik setuju atau ketidaksetujuan yang dicapai
dalam interaksi tersebut. Partnership kolaborasi merupakan usaha yang baik sebab dapat menghasilkan
outcome yang lebih baik bagi pasien.

3) Menangani masalah-masalah staf perawat


Langkah-langkah dalam pemecahan masalah antar kelompok petugas kesehatan: mengatur
pelaksanaan untuk komunikasi kolaboratif, melakukan pertemuan untuk menyatukan perspektif
kelompok, mengidentifikasi masalah utama, memiliki tujuan yang jelas dan relevan, saling
menghormati dan menghargai nilai-nilai dan martabat semua pihak, anggota kelompok dapat bersikap
tegas tapi tidak manipulatif, bersikap objektif,  mendiskusikan solusi dengan mengidentifikasi
manfaat/kekurangan dari solusi, menghargai alternatif solusi demi kepentingan klien, menghincari
situasi konflik, menghindari emosi, memutuskan untuk mengimplementasikan solusi terbaik,
menentukan orang yang bertanggung jawab untuk implementasi, membangun garis waktu dan metode
evaluasi (Armold & Boogs, 2007).
4) Komunikasi interpersonal ditempat kerja yang multikultural 
Meliputi verbal, nonverbal, dan mendengar. Komuikasi nonverbal meliputi pengaturan ruang,
lingkungan, penampilan, kontak mata, postur tubuh, gerak, ekspresi, waktu dan isayarat suara.
Komunikasi verbal dengan prilaku asertif, sedangkat komunikasi diam dengan menjadi pendengar
yang baik dengan menyadari pengalaman, sikap yang mepengaruhi dalam mempresepsikan pesan.
5) Hambatan lain dalam berkomuniksi dengan Tim Kesehatan Lain meliputi: 
Menjadi emosional daripada berfokus pada masalah, menyalahkan orang lain, tertutup dan tidak
menghargai serta memahami perspektif orang lain. (Arnold & Boggs, 2007).

TANTANGAN KERJA SAMA TIM

A. Menurut Patrick Lencioni, terdapat 5 hambatan yang membuat tim menjadi tidak kohesif dan efektif:
1. Kurangnya kepercayaan antar anggota tim.
Pada dasarnya, hambatan ini terjadi karena anggota tim tidak bersedia menampilkan sisi rentannya
kepada sesama anggota tim. Mereka tidak mau terbuka mengenai kelemahan dan kekurangan diri,
kesalahan yang dilakukan, serta kebutuhan untuk meminta bantuan rekan-rekannya. Keadaan ini
membuat tim kesulitan untuk membangun kepercayaan yang merupakan fondasi penting dalam
kerja sama tim.
2. Ketakutan terhadap konflik.
Tim yang tidak saling percaya satu sama lain, tidak akan bersedia untuk terlibat dalam konflik yang
terbuka dan konstruktif. Mereka lebih memilih untuk menyimpan pendapat yang mereka miliki
ketimbang berdebat dengan rekan satu timnya. Anggota tim memilih untuk mempertahankan
keharmonisan (palsu) dalam tim.
3. Kurangnya komitmen dalam tim.
Keengganan tim untuk terlibat dalam konflik mengakibatkan kurangnya komitmen anggota
terhadap tim. Komitmen dalam konteks kerja sama tim berfokus pada pembuatan rencana dan
pengambilan keputusan. Ketika anggota tim tidak memberikan pendapatnya dalam diskusi (karena
takut terlibat konflik), mereka akhirnya tidak benar-benar terlibat dalam keputusan yang diambil
oleh tim.
4. Menghindari pertanggungjawaban.
Tanpa adanya komitmen terhadap perencanaan dan pengambilan keputusan yang diambil oleh tim,
anggota tim tidak dapat meminta pertanggungjawaban kepada rekan kerjanya. Mereka ragu-ragu
untuk memberikan feedback kepada rekan kerja terkait dengan performanya dalam tim. Mereka
memilih untuk tidak mengingatkan rekan kerjanya mengenai standar performa yang tinggi demi
menghindari ketidaknyamanan antar anggota tim.
5. Ketidakpedulian terhadap hasil yang diperoleh tim.
Tanpa adanya pertanggungjawaban, anggota tim akhirnya lebih fokus pada tujuan pribadi
ketimbang tujuan tim. Kegagalan untuk meminta pertanggungjawaban kepada rekan kerja,
menciptakan lingkungan dimana anggota tim tidak peduli terhadap hasil yang diperoleh secara tim.
Mereka cenderung mencari pengakuan untuk diri sendiri dengan mengorbankan tujuan tim.
Sebuah tim kerja semestinya berupaya agar dapat menghasilkan kinerja yang baik dibandingkan jika
pekerjaan tersebut dilakukan secara perorangan. Secara teori, kerja tim alias teamwork merupakan
kemampuan menjalin kerjasama menuju visi dan misi yang sama. Oleh karena itu, agar tidak keluar dari arti
penting dari kerjasama, maka diharapkan setiap anggota mempunyai kesadaran dan komitmen yang tinggi
dalam mewujudkan visi dan misi tersebut.
Agar menghasilkan kesuksesan dalam mengerjakan tugas, setiap anggota harus berpegang teguh kepada
prinsip-prinsipkerjasama tim, yaitu:
1. Kepercayaan
Setiap anggota dalam tim harus saling percaya bahwa anggota lainnya mampu melaksanakan pekerjaan
dengan hasil yang baik. Tanpa adanya rasa percaya yang dibangun akan timbul masalah sehingga pekerjaan
tidak terselesaikan.

2. Ketulusan
Kepercayaan yang dibangun dalam tim harus dengan tulus, tidak timbul rasa saling curiga.

3. Totalitas
Dalam mewujudkan kerjasamayang baik, setiap anggota harus bekerja dengan total. Karena jika ada salah
satu anggota yang tidak bekerja secara optimal maka akan menggangu kinerja anggota tim yang lainnya.

4. Kekompakan
Keberhasilan kerja tim ditentukan oleh kekompakan anggotanya. Kekompakan dalam kerjasama tim dapat
terjalin jika setiap anggota paham terhadap tujuan bisnis.
5. Keadilan
Kerjasama dalam tim perlu diterapkan peraturan, mekanisme dan pembagian tugas secara jelas, agar terjadi
keseimbangan dan tidak terjadi kecemburuan karena merasa pekerjaan yang diberikan lebih berat dari
anggota lainnya.

6. Keberagaman
Banyaknya ide dan gagasan yang dihasilkan dari pemikiran anggota-angota yang beragam terkadang
menimbulkan konflik. Namun jika dipahami dengan baik maka keragaman tersebut justru memiliki
keuntungan tersendiri dalam mewujudkan tujuan bisnis.

7. Kebersamaan
Pemimpin bisnis berperan penting dalam menjalin kerjasama antar anggota-anggotanya. Pemimpin harus
kreatif dalam menyatukan pribadi-pribadi semua anggota agar tetap kompak. Perbedaan budaya dan latar
belakang membutuhkan waktu dan kepiawaian pemimpin dalam pengorganisasian yang baik.

8. Toleransi
Tidak semua anggota dapat menghargai kesepakatan yang telah ditetapkan. Untuk menghindari hal tersebut
pemimpin bisnis harus terus memantau kerja anggota-anggotanya. Agar pekerjaan tidak terhambat setiap
anggota memahami tujuan yang sama dengan anggota lainnya, karena hambatan kerja yang dihadapi bisa
saja terjadi karena anggota kurang memahami pekerjaannya.

Prinsip-prinsip kerjasama tim menjadi hal penting bagi pemimpin dalam memantau perkembangan tim
bisnisnya.? Setiap anggota harus mengerti tujuan dan menghindari sifat keegoisan diri di dalam tim. Anggota
tim harus berkomunikasi secara efektif, memberikan potensi diri dan memberdayakan diri dalam mendukung
visi tim sehingga tim menjadi lebih kompak. Tujuan kerjasama dalam tim di lingkungan kerja antara lain :
1. Membangun komunitas dalam tim
1. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam mencapai tujuan bersama
2. Menghindari konflik horizontal
3. Menghasilkan keputusan yang kolektif
Menciptakan kelompok okupasi dalam arti mengembangkan dan memelihara serta memulihkan fungsi tim.
Budaya teamwork dalam sebuah bisnis memang bukan hal asing lagi. Dengan demikian setiap anggota harus
mampu mewujudkan kerjasama dalam timnya. Jika kerjasama tim dapat terus bertahan dan terjalin dengan
baik, hal ini akan berdampak terhadap kualitas bisnis secara keseluruhan.

Kerjasama tim memiliki peranan penting bagi organisasi dan setiap individu di dalamnya. Sebuah
penelitian membuktikan bahwa kerjasama dapat meningkatkan semangat, produktivitas, hubungan sosial,
komunikasi dan efisiensi dalam pekerjaan. Kerjasama terbukti dapat memberikan keuntungan bagi
kesuksesan organisasi. Selain menguntungkan organisasi, kerjasama juga memiliki peranan penting bagi
kita. Ketika mampu bekerjasama dengan tim, ini memungkinkan kita untuk menjadi orang yang lebih kreatif
dan lebih sukses.

10 MANFAAT KERJASAMA TIM

1. Kerjasama mendatangkan ide-ide yang besar


Sekalipun kita adalah orang yang jenius, kita tidak dapat menghasilkan ide yang besar jika bekerja
sendiri, misalnya adalah Albert Einstein. Einstein memang menemukan teori relativitasnya sendiri,
tetapi temuan tersebut dihasilkan melalui diskusi yang dilakukan dengan teman dan rekan-rekan
kerjanya. Mengapa demikian? Ketika bekerjasama dengan anggota tim lainnya, kita akan saling
bertukar pengetahuan dan keterampilan dengan rekan-rekan. Inilah yang membuat kita dapat
mengambil sebuah keputusan tepat.
2. Kerjasama menumbuhkan perbedaan pandangan yang memicu timbulnya inovasi
Kerjasama tim dapat melahirkan ide-ide yang inovatif. Tim merupakan wadah bagi setiap orang
yang berbeda untuk menyampaikan ide. Ini memungkinkan setiap orang didalamnya memikirkan
hal-hal yang diluar kotak. Kesuksesan dan terobosan lahir dari sebuah proses ketidaknyamanan.
Ketidaknyamanan mendorong kita untuk tumbuh. Nah, saat kita bekerjasama dengan orang lain, kita
tidak selalu memiliki keinginan atau pendapat yang sama, bukan? Inilah yang membuat kita
merasakan ketidaknyamanan tersebut sehingga akan selalu mencari peluang baru untuk bertumbuh.
Peluang untuk bertumbuh adalah kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Selain itu,
kerjasama tim merupakan kesempatan yang membuat kita semakin ahli dalam mengatasi tantangan
yang ada. Saat diperhadapkan dengan masalah, kita dilatih untuk menemukan solusi yang terbaik.
Semakin sering, semakin kita terbiasa dan unggul dalam pemecahan masalah. Hasilnya? Inovasi
menjadi bagian yang melekat erat dengan kita.
3. Kerjasama tim membuat kita lebih bahagia
Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap 1000 anggota tim menunjukkan bahwa kerjasama tim
mendatangkan kebahagiaan. Umpan balik, rasa hormat dan keterbukaan setiap orang di dalam tim
merupakan faktor yang membuat mereka bahagia saat bekerjasama dalam tim. Tentu saja, pekerja
yang bahagia akan menghasilkan produktivitas tinggi yang juga bermanfaat bagi kesuksesan
organisasi.
4. Kerjasama tim merupakan peluang untuk bertumbuh secara individual.
Kita hampir jarang menemukan ‘saya’ di dalam tim. Namun, kerjasama tim dapat membuat kita
bertumbuh secara individual. Kerjasama tim membuat kita dapat saling berbagi informasi, saling
melatih dan menyemangati satu dengan yang lain sehingga akan mendapatkan pengalaman dan ide-
ide yang baru. Kerjasama tim juga merupakan kesempatan untuk belajar dari kesalahan yang
dilakukan oleh anggota lainnya. Ini membuat kita menjadi orang yang sangat berhati-hati dalam
mengambil melangkah agar terhindar dari kesalahan yang sama di masa depan. Selain itu, kerjasama
tim membuat kita menjadi seseorang yang memiliki kemampuan mendengarkan yang lebih baik.
Dalam tim, kita belajar untuk mendengarkan orang lain dan mengerti apa yang dimaksudkannya.
Tentu saja, jika memiliki kemampuan mendengarkan yang baik dalam setiap aspek kehidupan, kita
dapat meningkatkan hubungan sosial yang dimiliki. 
5. Kerjasama tim dapat menghilangkan kejenuhan.
Kita pasti mengalami kejenuhan dalam pekerjaan. Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasinya
adalah saling berbagi tugas dengan anggota tim lainnya. Saat bekerjasama dalam tim, kita saling
memberikan dukungan emosional. Inilah yang membuat setiap anggota tim dapat kembali
bersemangat dan menyelesaikan pekerjaan dengan lebih baik.
6. Kerjasama tim meningkatkan kesuksesan organisasi.
Di era teknologi yang semakin maju saat ini, kita dituntut untuk memiliki keterampilan tertentu.
Tentu saja, tidak ada individu yang dapat menguasai seluruh keterampilan yang dibutuhkan. Untuk
itu diperlukan tim. Dengan bekerjasama dalam tim, setiap orang dapat memegang peranannya
masing-masing dengan keterampilan yang dimiliki sehingga anggota tim yang satu dapat melengkapi
anggota tim lainnya. Keterampilan unik yang dimiliki dapat membuat setiap orang bersinar dan
menghasilkan kinerja yang luar biasa. Dengan begitu, tim akan mudah mencapai tujuan Bersama.
7. Kerjasama tim meningkatkan produktivitas.
Salah satu faktor yang membuat kita dapat menghasilkan pekerjaan yang luar biasa adalah rasa
hormat dan rasa dihargai yang didapatkan dari rekan-rekan di dalam tim. Kerjasama tim merupakan
hal yang membuat kita mendapatkan rasa hormat dan dihargai agar termotivasi dan menghasilkan
produktivitas kerja yang tinggi. 

8. Kerjasama tim memampukan kita untuk berani mengambil risiko.


Jika bekerja sendiri, kita akan takut untuk melangkah. Jika bekerjasama dalam tim, kita akan
memiliki keberanian untuk melakukan banyak hal, termasuk hal-hal yang berisiko tinggi. Kita
mengetahui bahwa akan selalu ada orang-orang yang mendukung sekalipun nantinya akan
menghadapi kegagalan. Itulah sebabnya, kerjasama tim memampukan kita berani mengambil risiko.
9. Kerjasama tim mengurangi tingkat stres.
Stres membuat kita melakukan lebih banyak kesalahan. Tidak heran jika sedang berada dalam
keadaan stres, kita akan mudah melakukan kesalahan dalam pekerjaan. Sebaliknya, jika memiliki
energi yang baik, kita dapat menyemangati dan menginspirasi orang lain untuk memiliki energi yang
sama. Itulah sebabnya, kerjasama tim dapat mengurangi tingkat stres dan pastinya saat merasa
bersemangat dan termotivasi, kita akan menghasilkan kesalahan yang lebih sedikit. Kita juga tidak
akan mengalami stres yang membuat jenuh dan malas. 
10. Kerjasama tim meningkatkan kemampuan berkomunikasi.
Kerjasama tim dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi. Saat melakukan pemetaan ide
bersama, kita dituntut untuk menghasilkan hal-hal baru. Inilah yang membuat kita dapat
meningkatkan kemampuan berkomunikasi. Kita belajar bagaimana cara berkomunikasi dengan satu
rekan dan rekan lainnya. Tentunya, ini dapat terwujud jika kita mampu bekerja secara kolaboratif.

Anda mungkin juga menyukai