Definisi Komunikasi
Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan nonverbal
dari informasi dan ide. Sedangkan komunikasi terapeutik adalah proses dimana perawat yang
menggunakan pendekatan terencana mempelajari klien. proses memfokuskan pada klien namun
direncanakan dan dipimpin oleh seorang profesional. (Potter & Perry, 2009).Stuart,G.W., &
Laraia, 2005 mengatakan bahwa dalam hubungan komunikasi terapeutik perawat dan klien
menjadi penting dalam mengeksplorasi kebutuhan klien.
2.
lakukan, dan akhirnya bersatu padu serta memisahkan diri dari pihak lain demi kebaikan
interaksi yang mereka lakukan. Kelompok hadir untuk membantu manusia mencapai tujuan yang
tidak dapat dicapai dengan kemampuan individu.
a. Dinamika kelompok
Komunikasi yang berlangsung antar anggota kelompok dikenal dengan dinamika
kelompok. Tata cara komunikasi ini akan ditentukan oleh sejumlah variabel dan faktor yang
saling terkait. Setiap anggota kelompok akan memberikan pengaruh pada dinamika kelompok,
didasarkan pada motivasi mereka dalam berpartisipasi, kesamaan mereka dengan anggota
kelompok yang lain, kedewasaan anggota kelompok dalam mengespresikan perasaan mereka dan
tujuan kelompok tersebut.
b. Tipe kelompok layanan kesehatan
Sebagian besar kehidupan perawat dihabiskan dibanyak ragam kelompok, dari dua
hingga organisasi profesional yang besar. Sebagai partisipan kelompok, perawat mungkin
diharuskan menjalani peran yang berbeda baik menjadi anggota atau pemimpin, pemberi saran
atau penerima saran sesuai dengan kapasitasnya. Tipe kelompok layanan kesehatan yang umum
meliputi kelompok kerja, kelompok penyuluhan, kelompok swabantu, kelompok terapi, dan
kelompok pendukung sosial terkait kerja. Kerja profesional dalam kelompok bergantung pada
gaya kepemimpinan, tanggung jawab anggota, tanggung jawab kepemimpinan, dan identifikasi
tugas dalam fase grup berbeda.
TABEL 1.1 Perbandingan kelompok yang efektif dan tidak efektif.(Kozier,.et all.,2010).
Faktor
Kelompok efektif
Suasana
mendemonstrasikan komitmen
sukarela
terhadap
kelompok.
Tujuan
Tujuan, tugas, dan hasil lebih mudah Tujuan
dipahami,
dimengerti,
tidak
jelas,
disalah
Kepemimpinan
demokratis. mendominasi
anggota
berdasarkan
pengetahuan
kelompok
terlalu
dan Partisipasi
pemimpin
seimbang,
atau
tunduk.
anggota
tidak
didominasi
oleh
beberapa orang
Terbuka,
Komunikasi
ide-ide
dan
pendapat dukungan
menhasilkan
ide
yang
Anggota
dapat
memiliki
tujuan
yang
berbagai
prosedur
keputusan
berdasarkan
Dilakukan oleh otoritas tertinggi
dalam
kelompok
dengan
melalui
dalam
mengklaim
pencapaian,
berjasa
komentar
masalah
Mendapatkan dukungan
tersembunyi.
Kreativitas
Tidak memperoleh dukungan
B.
Seluruh anggota tim harus bebas mengemukakan dan menjelaskan pandangan mereka dan harus
didorong untuk bertindak seperti itu.
Sebuah pesan atau komunikasi, baik lisan maupun tertulis harus dinyatakan dengan jelas dan
dalam bahasa atau ungkapan yang dapat dimengerti
Komunikasi mempunyai 2 unsur yaitu mengirim dan menerima, bila pesan yang dikirim tidak
diterima komunikasi tidak berjalan. Dengan demikian pemimpin tim harus selalu meggunakan
suatu cara untuk memeriksa apakah efek yang diharapkan terjadi.
Perselisihan atau pertentangan adalah normal dalam hubungan antar manusia, hal ini sudah diatur
sedemikian sehingga dapat mencapai hasil yang konstruktif.
Pengaturan ruangan untuk membantu komunikasi cobalah dengan mengatur ruangan,
kantor kelas dan ruangan kelompok, pendidikan lainnya sehingga komunikasi dapat berjalan
dengan efektif. Diagram dibawah menunjukkan pengaturan komunikasi dengan 1 pemimpin dan
4 anggota. (WHO, 1999. )
Dalam satu kelompok yang terdiri dari tidak lebih enam atau tujuh orang, semua orang
dapat ikut serta dalam diskusi. Dengan demikian, sebuah kelompok besar lebih baik dibagi
menjadi kelompok-kelompok kecil.
Meja dapat dihalangi komunikasi karena permukaan atau bentuknya, atau cara benda
tersebut ditempatkan. Bila tidak diperlukan maka disingkirkan. Hindarkan meja berbentuk huruf
U
Pengaturan tempat duduk harus mencerminkan tujuan atau maksud pertemuan atau
kelompok. Gunakan pengaturan tersebut untuk mempermudah komunikasi, bila hal ini penting
untuk maksud dan tujuan tersebut. Sesuaikan pengaturan tempat duduk ini dengan tujuan, bukan
tujuan menyesuaikan dengan pengaturan tempat duduk.
1.
1.
KONSEP UMUM
Delegasi
Delegasi adalah pemindahan tanggungjawab untuk melakukan kegiatan atau tugas dan
memegang akuntabilitas terhadap hasil. Delegasi bermanfaat untuk memperbaiki efisiensi,
meningkatkan produktivitas, dan mengembangkan staf lainnya. Sebagai seorang perawat, harus
bertanggungjawab terhadap penyelengaraan perawatan klien dan akan mendelegasikan kegiatan
perawat kepada asisten. Karena langkah dari proses keperawatan memerlukan perawat untuk
pengambilan keputusan, maka tahap ini tidak akan anda deegasikan kepada asisten atau tenaga
kesehatan lain. Untuk mendukung lingkungan profesional yang baik, setiap anggota tim kerja
keperawatan bertanggungjawab untuk melaksanakan komunikasi profesional yang bersifat
terbuka. Jika dilakukan dengan benar, delegasi dapat memperbaiki efisiensi kerja, produktivitas,
dan peningkatan kerja. Lima syarat dalam pendelegasian antar tim kesehatan : Tugas yang tepat,
kondisi yang tepat, orang yang tepat, komunikasi/petunjuk yang tepat, supervisi yang tepat.
( Potter & Perry, 2009).
1.
situasi klinis sebagai suatu proses kerja sama untuk mencapai tujuan bersama dengan mengikuti
langkah :
Memperoleh data faktual : Mendapatkan semua informasi yang relevan tentang isu-isu
spesifik yang terlibat dan sekitar respon perilaku klien untuk masalah perawatan kesehatan.
Pertimbangkan sudut pandang lain: Memiliki beberapa ide tentang apa masalah mungkin
relevan dari sudut pandang orang lain, memberikan informasi penting tentang pendekatan
interpersonal yang terbaik untuk digunakan.
Intervensi awal : Buat forum untuk komunikasi dua arah , sebaiknya bertemu secara berkala
dengan tim kesehatan lain mencakup permasalahan klien.
2.
membutuhkan bantuan perawat dalam memberikan data-data asuhan keperawatan, dan perawat
sendiri membutuhkan bantuan dokter untuk mendiagnosa secara pasti penyakit pasien serta
memberikan penanganan lebih lanjut kepada pasien. Semua itu dapat terwujud dwngan baik
berawal dari komunikasi yang baik pula antara perawat dengan dokter.
Tips untuk permintaan kejelasan kepada dokter:
1.
Mengidentifikasi semua nama (Sebutkan nama dokter, sebutkan nama dan posisi,
mengidentifikasi
klien dan diagnosis klien atau orang-orang lain yang terlibat dalam
struktural.Hubungan interpersonal perawat dengan perawat merupakan hubungan yang lazim dan
terjadi secara alamiah. Umumnya, isi komunikasi dalam hubungan ini adalah hal- hal yang tidak
terkait dengan pekerjaan dan tidak membawa pengaruh dalam pelaksanaan tugas dan
wewenangnya.
4.
5.
Saat komunikasi terjadi maka ahli farmasi memberikan informasi tentang obat-obatan
mana yang sesuai dan dapat dicampur atau yang dapat diberikan secara bersamaan. Kesalahan
pemberian dosis obat dapat dihindari bila baik perawat dan apoteker sama-sama mengetahui
dosis yang diberikan. Perawat dapat melakukan pengecekkan ulang dengan tim medis bila
terdapat keraguan dengan kesesuaian dosis obat. Selain itu, ahli farmasi dapat menyampaikan
pada perawat tentang obat yang dijual bebas yang bila dicampur dengan obat-obatan yang
diresepkan dapat berinteraksi merugikan, sehingga informasinini dapat dimasukkan dalam
rencana persiapan pulang. Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin
untuk merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya di ruang
farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau dalam pengembangan
sistem pemberian obat.
6.
pedoman
agar
tercapai
pelayanan
yang
bermutu.
Agar pemenuhan gizi pasien dapat sesuai dengan yang diharapkan maka perawat harus
mengkonsultasikan kepada ahli gizi tentang obatan yang digunakan pasien, jika perawat tidak
mengkonunikasikannya maka dapat terjadi pemilihan makanan oleh ahli gizi yang bisa saja
menghambat absorbsi dari obat tersebut. Jadi diperlukanlah komunikasi dua arah yang baik
antara kedua belah pihak.
7.
Bertemu dengan orang sakit setiap hari merupakan tugas yang tidak mudah. Pekerjaan
profesional kesehatan secara konstan menempatkan mereka dalam kontak dengan pasien yang
sedang bergelut dengan kondisi kritis dalam hidupnya dan mereka sedang mencoba mengatasi
emosi atau penyakit yang serius. Sumber masalah role stress yang dialami para professional
kesehatan berhubungan dengan penyelesaian peran professional itu sendiri. Jenis role stress
dibagi dua jenis yaitu role conflict dan role overload. Kasus role conflict dapat ditunjukan salah
satunya dengan reality shock.
Kramer (1974) dalam teorinya tentang Reality Shock menjelaskan bahwa stress dapat
disebabkan oleh adanya kesenjangan atau perbedaan antara lingkungan pendidikan dengan
pelayanan. Hal itu biasanya dialami oleh lulusan perawat baru. Perawat Yanti sebagai perawat
baru yang bekerja di sebuah Rumah Sakit merasakan bahwa pendidikan yang ia tempuh selama
ini ternyata belum cukup untuk mempersiapkan dirinya dalam lingkungan kerja. Perawat Yanti
akhirnya mengalami reality shock yang menyebabkan terhambatnya komunikasi terapeutik
antara perawat dan klien. Karena baru pertama masuk dunia kerja, perawat Yanti juga merasakan
kesulitan berkomunikasi dengan tim kesehatan lain, apalagi untuk berbicara di depan suatu
forum tim kesehatan. Hubungan interpersonal antara perawat dan profesi lain pun harus
terpelihara dengan baik. Hubungan tersebut dapat diwujudkan dengan meningkatkan pemahaman
interpersonal mengenai peran masing-masing individu atau profesi.
Perawat Yanti harus paham benar tentang perannya sebagai perawat dan berusaha tidak
memasuki batas wilayah peran profesi lainnya sehingga tidak memicu konflik internal tim
kesehatan. Kolaborasi antara perawat Yanti dengan perawat atau tim kesehatan lain dapat
terwujud jika hubungan interpersonal perawat Yanti berjalan dengan baik. Area-area rentang
konflik seperti yang digambarkan di atas merupakan hal yang perlu diwaspadai, terutama dalam
menjalin kolaborasi antar anggota tim kesehatan atau interprofesional. Untuk mempertahankan
hubungan yang harmonis serta mengurangi beban stress di lingkungan kerja, akhirnya para
professional kesehatan membuat jadwal pertemuan rutin yang digunakan sebagai sarana sharing
atau berdiskusi tentang masalah-masalah yang ada di lingkungan kerja. Pertemuan tersebut
antara lain rapat rutin tim kesehatan dan case conference.
Topik tersebut meliputi kasus pasien baru, kasus pasien yang tidak ada perkembangan,
kasus pasien pulang, kasus pasien yang meninggal, dan kasus pasien dengan masalah yang
jarang ditemukan. Pemilihan topik dapat dilakukan dengan mengkaji terlebih dahulu data-data
pasien yang selama ini dipegang oleh perawat Yanti. Dengan data-data tersebut, perawat Yanti
dapat membuat suatu analisa permasalahan yang akan disampaikan saat case conference.
Case conference sebagai salah satu kegiatan penting dalam proses kolaborasi antara tim
kesehatan. Kolaborasi merupakan proses kompleks yang membutuhkan sharing pengetahuan
yang direncanakan dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien. Kolaborasi
dalam case conference ini meliputi suatu pertukaran pandangan atau ide yang memberikan
perspektif kepada seluruh kolaborator tentang suatu permasalahan dalam asuhan keperawatan.
Efektifitas hubungan kolaborasi profesional membutuhkan mutual respek baik setuju atau
ketidaksetujuan yang dicapai dalam interaksi tersebut. Partnership kolaborasi merupakan usaha
yang baik sebab dapat menghasilkan outcome yang lebih baik bagi pasien.
Menangani masalah-masalah staf perawat
Langkah-langkah dalam pemecahan masalah antar kelompok petugas kesehatan :
Mengatur pelaksanaan untuk komunikasi kolaboratif, melakukan pertemuan untuk menyatukan
perspektif kelompok, mengidentifikasi masalah utama, memiliki tujuan yang jelas dan relevan,
saling menghormati dan menghargai nilai-nilai dan martabat semua pihak, anggota kelompok
dapat bersikap tegas tapi tidak manipulatif, bersikap objektif, mendiskusikan solusi dengan
mengidentifikasi manfaat/kekurangan dari solusi, menghargai alternatif solusi demi kepentingan
klien,
menghincari
situasi
konflik,
menghindari
emosi,
memutuskan
untuk
Hambatan lain dalam berkomuniksi dengan Tim Kesehatan Lain meliputi: menjadi
emosional daripada berfokus pada masalah, menyalahkan orang lain, tertutup dan tidak
menghargai serta memahami perspektif orang lain. ( Arnold & Boggs, 2007).
DAFTAR PUSTAKA
Arnold,E.C,&Boggs.K.U.(2007).Interpersonal Relationship: Professional Communication skills for
Nurses.(5 th ed.). St Louis : Elseiver.
Kozier,Barbara.(2004).Fundamentals Of Nursing: concepts, process, and practice (7 th ed.). New
Jersey : Pearson
Kramer, Marlene.(2008).Reality Shock : why nurses leave nursing. St Louis : MOSBY
Northouse, Peter Guy.(2010).Leadership : Theory and Practice.(5 th ed.). USA : SAGE
Potter & Perry. (2009).Fundamental keperawatan (7 th ed.).(vols 2.). dr Adrina &marina,
penerjemah). Jakarta : Salemba Medika.
Stuart.G.W.,&Laraia.,M.T.(2005).Principles and Practice Of psychiatric nursing.(8 th ed.).St
Louis : MOSBY
WHO(1999).Manajemen
Pelayanan
Kesehatan
Primer.(2
th
ed).
Penerjemah).Jakarta : EGC
CopperandCo.(Maret, 2013).Komunikasi Perawat Dengan Tenaga Kesehatan.
(dr.Popy
Kumalasari,