Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KOMUNIKASI DALAM DOKUMENTASI KEPERAWATAN


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Komunikasi Keperawatan
Dosen pembimbing : Dr. H. Iwan Somantri, M.Kep.

Disusun Oleh :
Nama : -Dhimas dwi syahputra
-Dimas mulyana
-Edah mulyawati
-Ela nurlaelasari
-Endah ermawati
-Ferdy Ilham
-Gina cahyani rusman
-Helen noor enzela
Kelas : 1-A
Prodi : DIII Keperawatan

POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA


Jl. Cilolohan no.35 Kel.Kahuripan, Kec.Tawang, Kota Tasikmalaya,
Jawa Barat 46115
Tlp. 0265 – 340186 – 7035678 Fax. 0265 – 338939
Email : direktorat@poltekkestasikmalaya

2019/2020
LAPORAN
PRAKTIKUM
1.1 Pengertian
Kata atau istilah “komunikasi” (Bahasa Inggris “communication”) berasal dari Bahasa Latin
“communicatus” yang berarti “berbagi” atau “menjadi milik bersama”. Dengan demikian,
kata komunikasi menurut kamus bahasa mengacu pada suatu upaya yang bertujuan untuk
mencapai kebersamaan. Menurut Webster New Collogiate Dictionary dijelaskan bahwa
komunikasi adalah “suatu proses pertukaran informasi di antara individu melalui sistem
lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku”. Berikut ini adalah bebarapa definisi
tentang ilmu komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut :
Hovland, Janis & Kelley
Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan
stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk
perilaku orang-orang lainnya (khalayak).
Berelson & Steiner
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-
lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angka-angka, dan lain-lain.
Harold Lasswell
Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa” “mengatakan
“apa” “dengan saluran apa”, “kepada siapa” , dan “dengan akibat apa” atau “hasil apa”.
(who says what in which channel to whom and with what effect).
Etik merupakan prinsip yang menyangkut benar dan salah, baik dan buruk dalam hubungan
dengan orang lain. Etik merupakan studi tentang perilaku, karakter dan motif yang baik serta
ditekankan pada penetapan apa yang baik dan berharga bagi semua orang. Etika adalah ilmu
tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup di dalam
masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang menentukan tingkah
laku yang benar, baik atau pun salah. Etik merupakan suatu pertimbangan yang sistematis
tentang perilaku benar atau salah, kebajikan atau kejahatan yang berhubungan dengan
perilaku.

1.2 Tingkatan Proses Komunikasi


Menurut Denis McQuail, secara umum kegiatan/proses komunikasi dalam masyarakat
berlangsung dalam 6 tingkatan sebagai berikut :
1. Komunikasi intra-pribadi (intrapersonal communication
Yakni proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, berupa pengolahan informasi
melalui pancaindra dan sistem syaraf. Contoh : berpikir, merenung, menggambar, menulis
sesuatu, dan lainnya.
2. Komunikasi antar-pribadi
Yakni kegiatan komunikasi yang dilakukan secara langsung antara seseorang dengan
orang lainnya.Misalnya percakapan tatap muka, korespondensi, percakapan melalui
telepon.

3. Komunikasi dalam kelompok


Yakni kegiatan komunikasi yang berlangsung di antara suatu kelompok. Pada tingkatan
ini, setiap individu yang terlibat masing-masing berkomunikasi sesuai dengan peran dan
kedudukannya dalam kelompok. Pesan atau informasi yang disampaikan juga menyangkut
kepentingan seluruh anggota kelompok, bukan bersifat pribadi.Misalnya, ngobrol-ngobrol
antara ayah, ibu, dan anak dalam keluarga, diskusi guru dan murid di kelas tentang topik
bahasan, dan sebagainya.
4. Komunikasi antar-kelompok/asosiasi
Yakni kegiatan komunikasi yang berlangsung antara suatu kelompok dengan kelompok
lainnya. Jumlah pelaku yang terlibat boleh jadi hanya dua atau beberapa orang, tetapi
masing-masing membawa peran dan kedudukannya sebagai wakil dari
kelompok/asosiasinya masing-masing.
5. Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi mencakup kegiatan komunikasi dalam suatu organisasi dan
komunikasi antar organisasi.Bedanya dengan komunikasi kelompok adalah bahwa sifat
organisasi organisasi lebih formal dan lebih mengutamakan prinsip-prinsip efisiensi dalam
melakukan kegiatan komunikasinya.
6. Komunikasi dengan masyarakat secara luas
Pada tingkatan ini kegiatan komunikasi ditujukan kepada masyarakat luas. Bentuk
kegiatan komunikasinya dapat dilakukan melalui dua cara :Komunikasi massa Yaitu
komunikasi melalui media massa seperti radio, surat kabar, TV, dan sebagainya.
Langsung atau tanpa melalui media massa Misalnya ceramah, atau pidato di lapangan
terbuka.

1.3 Prinsip-Prinsip Komunikasi


Pada dasarnya, prinsip-prinsip komunikasi seperti halnya fungsi dan definisi komunikasi,
mempunyai uraian yang beragam sesuai dengan konsep yang dikembangkan oleh masing-
masing pakar. Istilah prinsip oleh William B. Gudykunst disebut asumsi-asumsi komunikasi.
Larry A.Samovar dan Richard E.Porter menyebutnya karakteristik komunikasi. Sedangkan
Deddy Mulyana, Ph.D membuat istilah baru yaitu prinsip-prinsip komunikasi. Terdapat 12
prinsip komunikasi yang dikatakan sebagai penjabaran lebih jauh dari definisi dan hakekat
komunikasi antara lain:
1) Komunikasi adalah suatu proses simbolik
Komunikasi adalah sesuatu yang bersifat dinamis, sirkular dan tidak berakhir pada suatu
titik, tetapi terus berkelanjutan. Misalnya saja, manusia adalah satu-satunya makhluk yang
menggunakan lambang.
2) Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi
Setiap orang tidak bebas menilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud
mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang tersebut sudah
terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi non
verbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu stimulus.
3) Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan
Setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut, kita bisa
memprediksi dimensi hubungan yang ada diantara pihak-pihak yang melakukan proses
komunikasi. Percakapan diantara dua orang sahabat, antara dosen dan mahasiswa di kelas
berbeda memiliki dimesi isi yang berbeda. Dimensi itu sendiri dibagi menjad dua, yaitu:
 Dimensi isi (verbal), menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yangdikatakan.
 Dimensi hubungan (nonverbal), menunjukkan bagaimana cara mengatakannya yang
juga mengisyaratkan bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan.
4) Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan
Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat
kesengajaan yang rendah, artinya tindakan komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja
yang akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci dan detail), sampai
pada tindakan komunikasi yang betul-betul disengaja (pihak komunikan mengharapkan
respon dan berharap tujuannya tercapai).
5) Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu
Pesan komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara verbal maupun non-
verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses komunikasi itu berlangsung, kepada
siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu berlangsung.
6) Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi
Tidak dapat dibayangkan jika orang melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang
berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka kita dapat memprediksi bahwa pihak
penerima akan membalas dengan senyuman, jika kita menyapa seseorang maka orang
tersebut akan membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat seseorang menjadi
tenang dalam melakukan proses komunikasi.

1.4 Teknik Komunikasi Yang Baik


1. Menggunakan kata dan kalimat yang baik menyesuaikan dengan lingkungan
2. Gunakan bahwa yang mudah dipahami oleh lawan bicara
3. Menatap mata lawan bicara dengan lembut
4. Memberikan ekspresi wajah yang ramah
5. Gunakan gerakan tubuh / gesture yang sopan dan wajar
6. Bertingkah laku yang baik dan ramah terhadap lawan bicara
7. Memakai pakaian yang rapi, menutup aurat dan sesuai situasi dan kondisi.
8. Tidak mudah terpancing emosi lawan bicara
9. Menerima segala perbedaan pendapat atau perselisihan yang terjadi
10.Mampu menempatkan diri dan menyesuaikan gaya komunikasi sesuai dengan
karakteristik lawan bicara.
11. Menggunakan volume, nada, intonasi suara serta kecepatan bicara yang baik.
12.Menggunakan komunikasi non verbal yang baik sesuai budaya yang berlaku seperti
berjabat tangan.

1.5 Prinsip-Prinsip Etik


Pengetahuan prinsip-prinsip etika keperawatan untuk dapat menjalani perannya dalam
advokasi pasien, perawat perlu memiliki wawasan dan pengetahuan tentang prinsip-prinsip
etika keperawatan, diantaranya meliputi:
1. Prinsip-prinsip moral dalam keperawatan.
Memahami prinsip moral yang harus diterapkan dalam menjalankan praktek keperawatan
sehari-hari, sangat penting, prinsip moral tersebut diantaranya meliputi:
a. Perawat mengakui dan menghargai hak pasien dalam menentukan diri sendiri (Respect of
autonomy)
b. Adanya suatu kewajiban bagi tenaga keperawatan untuk tidak mengakibatkan luka
terhadap klien (Nonmaleffience)
c. Menekan adanya kewajiban moral untuk mencegah terjadinya luka, dan bertindak untuk
meningkatkan kesejahteraan orang lain (Benefficence)
d. Adanya suatu kewajiban moral untuk bertindak adil pada semua orang (Juctice).
e. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang
lain.
f. Kerahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien
Cara Perawat dalam Pemberian Obat terhadap Pasien
Dalam memberikan pengobatan kita sebagai perawat harus mengingat dan memahami prinsip
enam benar (dulu lima benar) agar kita dapat terhindar dari kesalahan dalam memberikan
obat, prinsip enam benar tersebut akan kita bahas dalam postingan kali ini, namun ada
baiknya juga kita mengetahui peran masing-masing profesi yang terkait dengan upaya
pengobatan tersebut.
1. Peran Dokter dalam Pengobatan
Dokter bertanggung jawab terhadap diagnosis dan terapi. Obat harus dipesan dengan
menulis resep. Bila ragu tentang isi resep atau tidak terbaca, baik oleh perawat maupun
apoteker, penulis resep itu harus dihubungi untuk penjelasan.
2. Peran Apoteker dalam Pengobatan
Apoteker secara resmi bertanggung jawab atas pasokan dan distribusi obat.selain itu
apoteker bertanggung jawab atas pembuatan sejumlah besar produk farmasi seperti larutan
antiseptik, dan lain-lain.
Peran penting lainnya adalah sebagai narasumber informasi obat. Apoteker bekerja
sebagai konsultan spesialis untuk profesi kedokteran, dan dapat memberi nasehat kepada
staf keperawatan dan profesi kesehatan lain mengenai semua aspek penggunaan obat, dan
memberi konsultasi kepada pasien tentang obatnya bila diminta.
3. Peran Perawat
Karena obat dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi
salah satu tugas perawat yang paling penting. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam
proses pemberian obat kepada pasien. Perawat yang bertanggung jawab bahwa obat itu
diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar diminum.
Bila ada obat yang diberikan kepada pasien, hal itu harus menjadi bagian integral dari
rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien
terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat
minum obat tertentu (dalam bentuk kapsul). Faktor gangguan visual, pendengaran,
intelektual atau motorik, yang mungkin menyebabkan pasien sukar makan obat, harus
dipertimbangkan.
Rencana perawatan harus mencangkup rencana pemberian obat, bergantung pada hasil
pengkajian, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja, dan
program dokter.
Prinsip Enam Benar:
1.Benar Pasien
2.Benar Obat
3.Benar Dosis
4.Benar Cara/Rute
5.Benar Waktu
6.Benar Dokumentasi

2.1 Komunikasi Dalam Pemberian Obat

A. Pemberian Obat Melalui Jaringan Subcutan (SC)


Pemberian obat melalui suntikan di bawah kulit dapat dilakukan pada daerah lengan atas
sebelah luar atau 1/3 bagian dari bahu, paha sebelah luar, daerah dada, dan daerah sekitar
umbilikus (abdomen). Umumnya, pemberian obat melalui jaringan subkutan ini dilakukan
dalam program pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah.
Terdapat dua tipe larutan insulin yang diberikan, yaitu jernih dimaksudkan sebagai insulin
tipe reaksi cepat (insulin reguler). Larutan yang keruh termasuk tipe lambat karena adanya
penambahan protein sehingga memperlambat absorpsi obat.
a. Persiapan Alat dan Bahan :
1. Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat.
2. Obat dalam tempatnya.
3. Cairan pelarut.
4. Bak injeksi.
5. Bengkok.
6. Perlak dan alasnya.
b. Prosedur Kerja serta komunikasi :
I. Tahap pra-interaksi
Pada tahap ini, perawat berfokus kepada eksplorasi kemampuan diri sendiri. Tahap ini
terjadi sebelum perawat melakukan komunikasi dengan pasien. Hal yang perlu
dilakukan pada tahap pra-interaksi antara lain:
a. Evaluasi diri dengan mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri seperti:
 Apakah saya memandang individu secara stereotip?
 Bagaimana pengalaman interaksi saya dengan pasien?
 Bagaimana saya menghadapi pasien yang sedang marah, sedih, dan kecewa?
 Bagaimana respon saya selanjutnya jika menghadapi pasien yang diam dan menolak
berbicara?
b. Mengumpulkan data pasien untuk menemukan berbagai informasi seperti kondisi
maupun perkembangannya.
c. Rencana interaksi pertama dengan pasien. Pada tahap ini perawat perlu mempersiapkan
rencana percakapan, teknik komunikasi, dan teknik observasi selama percakapan
berlangsung (Keliat, Akemat, Helena & Nurhaeni, 2007).
II. Tahap perkenalan atau orientasi
Tahap ini merupakan pertemuan pertama perawat dengan pasien. Pada tahap ini
perawat perlu menemukan hal yang menjadi permasalahan pasien. Perawat juga
berusaha membangun hubungan baik agar tercipta rasa saling percaya. Menurut Keliat,
Akemat, Helena & Nurhaeni (2007), hal yang dilakukan pada tahap perkenalan atau
orientasi adalah memperkenalkan diri, mengevaluasi kondisi pasien, dan menyepakati
kontrak mengenai topik yang dibicarakan, tempat, waktu, dan tujuan.
1. Cuci tangan.
2. Perkenalan diri dan Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan
dilakukan.

III. Tahap kerja


Pada tahap ini perawat membantu mengatasi kecemasan yang ada dalam diri pasien
dengan memberikan mekanisme koping. Selain itu, perawat juga memberikan edukasi
kepada pasien dengan menghubungkan persepsi, pikiran, perasaan, dan tindakan.
3. Bebaskan daerah yang disuntik atau bebaskan suntikan dari pakaian. Apabila
menggunakan baju, maka dibuka atau dikeataskan.
4. Ambil obat dalam tempatnya sesuai dengan dosis yang akan siberikan. Setelah
itu, tempatkan pada bak injeksi.
5. Desinfeksi dengan kapas alcohol
6. Tegakkan dengan tangan kiri (daerh yang akan dilakukan suntikan subkutan).
7. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas, yang sudut 45 derajat
dengan permukaan kulit.
8. Lakukan aspirasi. Bila tidak ada daerah, semprotkan obat perlahan-lahan
hingga habis.
9. Tarik spuit dan tahan dengan kapas alkohol. Masukan spuit yang telah dipakai
ke dalam bengkok.

IV. Tahap terminasi


Tahap ini merupakan tahap akhir dalam komunikasi terapeutik. pada tahap ini perawat
mengevaluasi pencapaian tujuan secara objektif, dan evaluasi terhadap hasil tindakan
yang telah dilakukan. Menurut Keliat, Akemat, Helena & Nurhaeni (2007) terminasi
terbagi menjadi 2 yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir. Pada terminasi
sementara, perawat akan bertemu lagi dengan pasien pada waktu yang telah disepakati
dengan membuat rencana tidak lanjut dan kontrak waktu. Namun, pada terminasi akhir,
perawat dan pasien tidak menentukan kembali waktu pertemuan karena pasien telah
mampu menyelesaikan masalahnya.
10. Cuci tangan.
11. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu pemberian, dan jenis/dosis obat.

B. Pemberian Obat Melalui Intervena (selang IV)


Pemberian obat secara intra vena di anjurkan untuk mempercepat reaksi obat, sehingga
obat langsung masuk ke sistem sirkulasi darah. Pemberian obat intra vena ini dapat
dilakukan langsung pada vean atau pada pesien yang di pasang infus, obat dapat di beri
melalui botol infus atau melalui karet pada selang infus
a. Alat dan bahan :
1. Spuit dan jarum sesuai ukuran
2. Obat dalam tempatnya
3. Selang intravena
4. Kapas alcohol
b. Prosedur Kerja serta komunikasi :
I. Tahap pra-interaksi
Pada tahap ini, perawat berfokus kepada eksplorasi kemampuan diri sendiri. Tahap ini
terjadi sebelum perawat melakukan komunikasi dengan pasien. Hal yang perlu dilakukan
pada tahap pra-interaksi antara lain:
a. Evaluasi diri dengan mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri seperti:
 Apakah saya memandang individu secara stereotip?
 Bagaimana pengalaman interaksi saya dengan pasien?
 Bagaimana saya menghadapi pasien yang sedang marah, sedih, dan kecewa?
 Bagaimana respon saya selanjutnya jika menghadapi pasien yang diam dan menolak
berbicara?
b. Mengumpulkan data pasien untuk menemukan berbagai informasi seperti kondisi
maupun perkembangannya.
c. Rencana interaksi pertama dengan pasien. Pada tahap ini perawat perlu mempersiapkan
rencana percakapan, teknik komunikasi, dan teknik observasi selama percakapan
berlangsung (Keliat, Akemat, Helena & Nurhaeni, 2007).
II. Tahap perkenalan atau orientasi
Tahap ini merupakan pertemuan pertama perawat dengan pasien. Pada tahap ini perawat
perlu menemukan hal yang menjadi permasalahan pasien. Perawat juga berusaha
membangun hubungan baik agar tercipta rasa saling percaya. Menurut Keliat, Akemat,
Helena & Nurhaeni (2007), hal yang dilakukan pada tahap perkenalan atau orientasi
adalah memperkenalkan diri, mengevaluasi kondisi pasien, dan menyepakati kontrak
mengenai topik yang dibicarakan, tempat, waktu, dan tujuan.
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

III. Tahap kerja


Pada tahap ini perawat membantu mengatasi kecemasan yang ada dalam diri pasien
dengan memberikan mekanisme koping. Selain itu, perawat juga memberikan edukasi
kepada pasien dengan menghubungkan persepsi, pikiran, perasaan, dan tindakan.
3. Periksa identitas pasien dan ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit.
4. Cari tempat penyuntikan obat pada daerah selang intravena
5. Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran
6. Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus
bagian tengah dan masukkan obat perlahan-lahan ke dalam selang intravena.
7. Setelah selesai tarik spuit.
8. Periksa kecepatan infuse dan observasi reaksi obat

IV. Tahap terminasi


Tahap ini merupakan tahap akhir dalam komunikasi terapeutik. pada tahap ini perawat
mengevaluasi pencapaian tujuan secara objektif, dan evaluasi terhadap hasil tindakan
yang telah dilakukan. Menurut Keliat, Akemat, Helena & Nurhaeni (2007) terminasi
terbagi menjadi 2 yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir. Pada terminasi
sementara, perawat akan bertemu lagi dengan pasien pada waktu yang telah disepakati
dengan membuat rencana tidak lanjut dan kontrak waktu. Namun, pada terminasi akhir,
perawat dan pasien tidak menentukan kembali waktu pertemuan karena pasien telah
mampu menyelesaikan masalahnya.
9. Cuci tangan
10. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu pemberian, dan jenis/dosis obat.

Anda mungkin juga menyukai