KOMUNIKASI KEPERAWATAN
Dosen pembimbing :
Disusun oleh :
Kelompok 6
Hadori S20129011
MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2021
ii
ii
Kata Pengantar
Puji syukur kehadiran allah swt, yang telah memberi kekuatan dan
kesempatan kepada penulis, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
waktu yang diharapkan walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana. Di mana
makalah ini membahas tentang “komunikasi terapeutik pada keluarga,
kelompok dan masyarakat” dan kiranya makalah ini dapat memberi
pengetahuan kita khususnya tentang bagaimana komunikasi terapeutik pada
keluarga, kelompok dan masyarakat.
Dalam penyusunan makalah, penulis banyak mendapat ilmu serta pengalaman
dari berbagai pihak. Oleh karenanya, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua yang telah memberikan hak moral, material maupun
spiritual sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
2. Ibu uji kawuryan, m.kep yang telah memberikan pengetahuan tentang
dasar komunikasi keperawatan dan pengantar lainnya.
3. Teman-teman yang telah berpartisipasi memberikan semangat sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih sangat
minim, sehingga saran dari dosen pengajar serta kritikan dari semua pihak masih
penulis harapkan demi penyempurnaan makalah.
Dengan adanya makalah ini, mudah-mudahan dapat membantu meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman tentang materi yang dipaparkan, juga agar
meningkatkan mutu individu kita.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan masalah........................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................2
D. Manfaat........................................................................................................2
BAB 2......................................................................................................................3
TINJAUAN TEORI...............................................................................................3
A. Komunikasi Terapeutik Pada Keluarga..................................................3
1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Keluarga..................6
2. Bentuk-Bentuk Komunikasi Dalam Keluarga.......................................7
3. Masalah-Masalah Kesehatan Pada Keluarga.........................................8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawat merupakan salah satu ujung tombak dalam pemberian pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Hal ini menjadi sebuah tuntutan peran dan juga
fungsi perawat untuk memberikan sebuah pelayanan asuhan keperawatan yang
berkualitas untuk memenuhi kebutuhan pasien. Di dalam memberikan
pelayanan keperawatan, perawat dituntut untuk memiliki pengetahuan dan
kemampuan berkomunikasi yang baik sebagai awal dari terciptanya sebuah
hubungan perawat dengan klien, karena komunikasi merupakan sebuah proses
yang sangat penting dalam hubungan antar manusia. Perawat yang memiliki
kemampuan dan keterampilan baik dalam hal berkomunikasi akan mudah
menjalin hubungan dengan pasien maupun keluarga. (liljeroos, snellman, &
ekstedt, 2011).
Komunikasi yang baik dan benar merupakan poin penting yang harus
dimiliki oleh setiap tenaga kesehatan, khususnya perawat. Komunikasi
dibutuhkan oleh perawat dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan
baik kepada pasien maupun keluarga. Kemampuan seperti ini penting dan
harus ditumbuhkembangkan oleh perawat, sehingga menjadi suatu kebiasaan
dalam setiap menjalankan tugasnya dalam memberikan pelayanan kesehatan
di rumah sakit.
Menurut suryani (2014), komunikasi berperan dalam kesembuhan klien,
berhubungan dalam kolaborasi yang dilakukan perawat dengan tenaga
kesehatan lainnya, dan juga berpengaruh pada kepuasan klien dan keluarga.
Hal tersebut menjadikan komunikasi dibutuhkan di setiap bentuk pelayanan
yang ada di rumah sakit. Salah satu bentuk pelayanan yang ada di rumah sakit
adalah ruang intensif care unit (icu) yaitu sebuah bentuk pelayanan khusus
pada pasien-pasien yang mengalami kondisi kritis
1
B. Rumusan masalah
2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
b) Suasana psikologis
Suasana psikologis di akui mempengaruhi
komunikasi. Komunikasi sulit berlangsung bila seseorang
dalam keadaan sedih, bingung, marah, merasa kecewa,
merasa iri hati, di liputi prasangka, dan suasana psikologis
lainnya.
c) Lingkungan fisik
3
Komunikasi dapat berlangsung dimana saja dan kapan
saja, dengan gaya, dan cara yang berbeda. Komunikasi
yang berlangsung dalam keluarga berbeda dengan yang
terjadi di sekolah. Karena memang kedua lingkungan ini
berbeda. Suasana di rumah bersifat informal, sedangkan
suasana di sekolah bersifat formal. Demikian juga
komunikasi yang berlangsung dalam masyarakat. Karena
setiap masyarakat memiliki norma yang harus di taati.
Maka komunikasi yang berlangsung pun harus taat norma.
d) Kepemimpinan
Dalam keluarga seorang pemimpin mempunyai peranan
yang sangat penting dan strategis. Dinamika hubungan
dalam keluarga dipengaruhi oleh pola kepemimpinan.
4
Komunikasi disini mengarah pada perlindungan ayah
terhadap anak. Peran ayah dalam memberi informasi dan
mengarahkan padahal pengambilan keputusan pada anak
yang peran komunikasinya cenderung meminta dan
menerima. Misal, memilih sekolah. Komunikasi ibu dan
anak lebih bersifat pengasuhan kecenderungan anak untuk
berhubungan dengan ibu jika anak merasa kurang sehat,
sedih, maka peran ibu lebih menonjol.
5
keluarga dalam membuat keputusan. Berikut ini adalah hal-hal yang
perlu dikaji oleh perawat:
a) Sejauh mana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat
dan luasnya masalah
b) Apakah keluarga merasakan adanya masalah kesehatan
c) Apakah keluarga merasakan menyerah terhadap masalah
yang dialami
d) Apakah keluarga merasa takut akan akibat penyakit
e) Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap
masalah kesehatan
f) Apakah keluarga kurang percaya terhadap petugas
kesehatan
g) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap
tindakan dalam mengatasi masalah
a. Keadaan penyakitnya
b. Sifat dan perkembangan perawat yang dibutuhkan
c. Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan
d. Sumber-sumber yang ada dalam keluarga ga( anggota
keluarga yang bertanggung jawab, sumber keuangan,
fasilitas fisik, psychosocial)
e. Sikap keluarga terhadap yang sakit
6
Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di
masyarakat, keluarga harus mengetahui hal-hal berikut ini:
1. Pengertian
7
Sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut:
8
mendengarkan suatu perkuliahan, secara teknis belum dapat disebut sebagai
kelompok. Mereka dapat dikatakan sebagai kelompok apabila sudah mulai
mempertukarkan pesan dengan dosen atau rekan mahasiswa yang lain.
b. Elemen yang kedua adalah waktu. Sekumpulan orang yang berinteraksi untuk
jangka waktu yang singkat, tidak dapat digolongkan sebagai kelompok.
Kelompok mempersyaratkan interaksi dalam jangka waktu yang panjang, karena
dengan interaksi ini akan dimiliki karakteristik atau ciri yang tidak dipunyai oleh
kumpulan yang bersifat sementara
c. Elemen yang ketiga adalah ukuran atau jumlah partisipan dalam komunikasi
kelompok. Tidak ada ukuran yang pasti mengenai jumlah anggota dalam suatu
kelompok. Ada yang memberi batas 3-8 orang, 3-15 orang dan 3-20 orang. Untuk
mengatasi perbedaan jumlah anggota tersebut, muncul konsep yang dikenal
dengan smallness, yaitu kemampuan setiap anggota kelompok untuk dapat
mengenal dan memberi reaksi terhadap anggota kelompok lainnya. Dengan
smallness ini, kuantitas tidak dipersoalkan sepanjang setiap anggota mampu
mengenal dan memberi rekasipada anggota lain atau setiap anggota mampu
melihat dan mendengar anggota yang lain atau seperti yang dikemukakan dalam
definisi pertama.
d. Elemen terakhir adalah tujuan yang mengandung pengertian bahwa
keanggotaan dalam suatu kelompok akan membantu individu yang menjadi
anggota kelompok tersebut dapat mewujudkan satu atau lebih tujuannya.
9
Tumbuhkan seakan-akan seluruh anggota kelompok sudah setuju. Besar
kemungkinan anggota-anggota berikutnya untuk setuju juga. Contohnya, pada
waktu pemilihan Ketua Umum sebuah partai politik yang dihadiri oleh 33 orang
perwakilan daerah. Salah seorang calon ketua umum (misalnya A) merancang 5
orang perwakilan daerah tersebut untuk berbicara dalam rapat pemilihan tersebut
dan menyatakan pilihannya pada A. Maka setelah kelima orang tersebut selesai
berbicara, anggota-anggota perwakilan daerah lainnya tanpa sadar akan "terbawa"
pada pendapat atau pilihan kelima orang tersebut, sehingga akan terpilih Calon A
menjadi ketua Umum.
2. Fasilitasi Sosial
Fasilitasi berasal dari bahasa Prancis facile, yang berarti mudah, ini menunjukkan
kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton oleh kelompok.
Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert
Zajonz (1965) menjelaskan bahwa kehadiran orang lain dianggap menimbulkan
efek pembangkit energi pada perilaku individu. Efek ini terjadi pada berbagai
situasi sosial, bukan hanya di depan orang yang menggairahkan kita. Energi yang
meningkat akan mempertinggi kemungkinan dikeluarkannya respon yang
dominan. Respon dominan adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang
dominan itu adalah yang benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila respon dominan
itu adalah yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah,
respon yang dominan adalah respon yang banar, karena itu peneliti melihat
kelompok mampu mempertinggi kualitas kerja individu. Contohnya, seorang anak
sekolah ketika berada di rumah akan terlihat baik perilakunya. Akan tetapi, ketika
anak ini berada di tengah-tengah kelompoknya (contoh: Geng Nero), maka
perilakunya akan berubah menjadi nakal dan agresif. Bahkan ibunya terheran-
heran dibuatnya, karena tidak menyangka anaknya bisa seperti itu, padahal di
rumah ia terlihat pendiam dan kalem.
3. Polarisasi
Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum
diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan
tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu.
10
Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok agak menentang
tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang lebih keras. Jadi
polarisasi adalah proses mengkutub, baik ke arah mendukung atau positif atau pro
maupun ke arah menolak atau negatif atau kontra dalam suatu masalah yang
diperdebatkan.
11
komunikasi Y, tiga orang anggota dapat berhubungan dengan orang-orang di
sampingnya seperti pada pola rantai, tetapi ada dua orang yang hanya dapat
berkomunikasi dengan hanya seseorang di sampingnya. Pada jaringan komunikasi
lingkaran, setiap orang hanya dapat berkomunikasi dengan dua orang, di samping
kiri dan kanannya. Dengan perkataan lain, dalam model ini tidak ada pemimpin.
Pada jaringan komunikasi bintang, disebut juga jaringan komunikasi semua
saluran (all channel), setiap anggota dapat berkomunikasi dengan semua anggota
kelompok yang lain.
Dalam hubungannya dengan prestasi kelompok, Leavit menemukan bahwa
jaringan komunikasi roda, yaitu yang paling memusat dari seluruh jaringan
komunikasi, menghasilkan produk kelompok yang tercepat dan terorganisasi.
Sedangkan kelompok lingkaran, yang paling tidak memusat, adalah yang paling
lambat dalam memacahkan masalah. Jaringan komunikasi lingkaran cenderung
melahirkan sejumlah kesalahan. Penelitian-penelitian selanjutnya membuktikan
bahwa pola komunikasi yang paling efektif adalah pola semua saluran. Karena
pola semua saluran tidak terpusat pada satu orang pemimpin, dan pola ini juga
paling memberikan kepuasan kepada anggota serta paling cepat menyelesaikan
tugas bila tugas itu berhubungan dengan masalah yang sulit. Pola roda adalah pola
komunikasi yang memberikan kepuasan paling rendah.
3)Kohesi kelompok
Kohesi kelompok berarti adanya semangat kelompok yang tinggi, hubungan
interpersonal yang akrab, kestiakawanan, dan perasaan “kita” yang dalam. Kohesi
kelompok merupakan kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap
tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok. Kohesi
kelompok dapat diukur dari: keterikatan anggota secara interpersonal antara satu
sama lain, ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok, dan sejauh
mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan
personalnya. Menurut Bestinghaus, ada beberapa implikasi komunikasi dalam
kelompok
Kohesif, sebagai berikut:
12
a) Komunikator dengan mudah berhasil
memperoleh dukungan kelompok. Jika
Gagasannya sesuai dengan mayoritas anggota kelompok.
b) Pada umumnya kelompok yang lebih kohesif lebih mungkin dipengaruhi
persuasi. Ada tekanan ke arah uniformitas dalam pendapat, keyakinan, dan
tindakan.
c) Komunikasi dengan kelompok yang kohesif harus memperhitungkan distribusi
komunikasi di antara anggota-anggota kelompok.
d) Dalam situasi pesan tampak sebagai ancaman kepada kelompok, kelompok
yang lebih kohesif akan cenderung menolak pesan.
e) Sebagai konsekuensi dari poin 4 di atas, maka komunikator dapat
meningkatkan kohesi kelompok agar kelompok mampu menolak pesan yang
bertentangan.
4) Kepemimipinan
Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok
untuk bergerak ke arah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah faktor yang
paling menentukan keefektifan komunikasi kelompok. Ada tiga gaya
kepemimpinan, yaitu otoriter, demokratis, dan laissez faire.
13
a. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam,
artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-
unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja).
Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara
berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan
terbatas.
b. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok
sekunder nonpersonal
c. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada
aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya.
d. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok
sekunder instrumental
e. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok
sekunder formal.
2) Kelompok Keanggotaan Dan Kelompok Rujukan
Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan
(membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok
keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan
fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah
kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri
atau untuk membentuk sikap.
Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi
komparatif, fungsi normatif, dan fungsi perspektif. Saya menjadikan Islam
sebagai kelompok rujukan saya, untuk mengukur dan menilai keadaan dan status
saya sekarang (fungsi komparatif. Islam juga memberikan kepada saya norma-
norma dan sejumlah sikap yang harus saya miliki-kerangka rujukan untuk
membimbing perilaku saya, sekaligus menunjukkan apa yang harus saya capai
(fungsi normatif). Selain itu, Islam juga memberikan kepada saya cara
memandang dunia ini-cara mendefinisikan situasi, mengorganisasikan
pengalaman, dan memberikan makna pada berbagai objek, peristiwa, dan orang
yang saya temui (fungsi perspektif). Namun Islam bukan satu-satunya kelompok
14
rujukan saya. Dalam bidang ilmu, Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI)
adalah kelompok rujukan saya, di samping menjadi kelompok keanggotaan saya.
Apapun kelompok rujukan itu, perilaku saya sangat dipengaruhi, termasuk
perilaku saya dalam berkomunikasi.
3)Kelompok Deskriptif Dan Kelompok Presikriptif
John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua:
deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok
dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan,
ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga: a.
kelompok tugas; b. kelompok pertemuan, dan c. kelompok penyadar. Kelompok
tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau
merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang
menjadikan diri mereka sebagai acara pokok melalui diskusi, setiap anggota
berusaha belajar lebih banyak tentang dirinya. Kelompok terapi di rumah sakit
jiwa adalah contoh kelompok pertemuan. Kelompok penyadar mempunyai tugas
utama menciptakan identitas sosial politik yang baru. Kelompok revolusioner
radikal; (di AS) pada tahun 1960-an menggunakan proses ini dengan cukup
banyak. Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus
ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan
Wright mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja
bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer.
15
"masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih
abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar
entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling
tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk
mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang
teratir.
BAB III
PENUTUP
A KESIMPULAN
16
Komunikasi merupakan suatu proses, dimana proses ini tidak disadari
kapan awal dan kapan akhirnya. Komunikasi bersifat dinamis, artinya komunikasi
tidaklah konstan. Tapi melalui tahapan-tahapan dan perubahan. Komunikasi
bersifat transaksional, artinya komunikasi terjadi timbal balik antara komunikator
dan komunikan. Dengan demikian, sebagai seorang perawat, kita tahu bahwa
proses komunikasi tidak hanya terjadi pada saat penyuluhan saja. Tetapi, akan
terus membekas di hati masyarakat. Sehingga, proses penyampaian informasi
harus dilakukan dengan benar dan sungguh-sungguh. Agar masyarakat dapat
benar-benar mengerti maksud dari materi yang disampaikan dan menerapkan
dalam kehidupannya. Komunikasi dalam kesehatan hendaknya selalu mengalami
perubahan seiring perubahan lingkungan dan disesuaikan dengan keadaan
masyarakat dan pelaku atau komunikator hendaknya lebih variatif dan inovatif
dalam penyampaian pesan informasi kesehatan
B SARAN
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini akan tetapi masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki.
Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh
karena itu, penulis perlu bimbingan dari dosen pembimbing maupun pembaca
untuk kesempurnaan dari makalah ini, kami berharap semoga penyusunan
makalah ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang pendidikan
dan praktik keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
17
18