Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KOMUNIKASI

“Komunikasi Terapeutik Pada Bayi dan Anak”

Dosen Pengampu : Ns. Dhita Astuti Purnawati, M.Kep

OLEH

1. Agustina Angelia (S20129020)


2. Azhar Cahya Mabani (S20129025)
3. Didi Suherdi (S20129012)
4. Firman Syamsudi (S20129016)

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH


PONTIANAK 2021

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Komunikasi Terapeutik Pada Bayi dan Anak” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari ibu
dosen Ns. Dhita Astuti Purnawati, M.Kep pada bidang studi D-3 keperawatan,
mata kuliah Komunikasi

Kami mengucapkan terima kasih kepada. semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................1
D. Manfaat........................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
A. Aspek Penting Komunikasi Pada Anak....................................................3
B. Bentuk-bentuk Komunikasi pada Bayi dan Anak...................................3
C. Teknik-teknik komunikasi pada anak......................................................5
D. perkembangan komunikasi........................................................................9
E. Hambatan-hambatan Komunikasi Pada Anak......................................10
BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP.............................................................................................................13
A. Kesimpulan................................................................................................13
B. Saran..........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia melakukan komunikasi sepanjang rentang kehidupannya,
yaitu semenjak bayi dalam rahim ibu sampai lansia dan bahkan sampai
menjelang ajal. Sejak dalam kandungan anak berkomunikasi dengan
ibunya dengan cara menendang dan melakukan pergerakan-pergerakan
secara teratur, sedangkan ibu/ayah/kakak berkomunikasi dengan bayi yang
ada dalam kandungannya melalui elusan atau kecupan lembut pada perut
ibu serta panggilan lembut dekat perut ibu. Hal ini dilakukan dalam rangka
membina hubungan dan berinteraksi sedini mungkin dengan anak untuk
memberikan stimulasi komunikasi secara dini. Dalam melakukan
komunikasi pada anak, perawat perlu memperhatikan usia dan tingkat
tumbuh kembang anak

Sebagaimana dapat dilihat, kelangsungan hidup anak membutuhkan


kerja sama antar individu dalam berbagai tingkat struktur sosial, keluarga,
komunitas. Agar memiliki dampak, maka praktik – praktik ini perlu
dilakukan dengan benar dan mengikuti perkembangan zaman

B. Rumusan Masalah
1. Aspek Penting Komunikasi Pada Anak
2. Bentuk-bentuk Komunikasi pada Bayi dan Anak
3. Teknik-teknik komunikasi pada bayi dan anak
4. Perkembangan komunikasi

C. Tujuan
1. Umum
tujuan umum dari makalah yang saya buat adalah agar pembaca
mampu mengetahui, mengerti dan paham mengenai Komunikasi
Terapeutik Pada Bayi dan Anak

1
2. Khusus
a. Pembaca dapat menjelaskan Aspek Penting Komunikasi Pada
Anak
b. Pembaca dapat menjelaskan Bentuk-bentuk Komunikasi pada
Bayi dan Anak
c. Pembaca dapat menjelaskan Teknik-teknik komunikasi pada bayi
dan anak
d. Pembaca dapat mengetahui Perkembangan komunikasi

D. Manfaat
1. Bagi pembaca dapat menerapkan materi Komunikasi terapeutik pada
bayi dan anak di kehidupan
2. Bagi penulis dapat Menambah pengetahuan akan Komunikasi
terapeutik pada bayi dan anak

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Aspek Penting Komunikasi Pada Anak


Komunikasi adalah hubungan timbal balik antara komunikator dan
komunikan. Orang dewasa berusaha melakukan komunikasi yang bisa
dipahami anak. Sebaliknya, anak juga menggunakan bahasa atau isyarat-
isyarat yang bisa dipahami orang dewasa. Dalam berkomunikasi dengan
anak, orang dewasa harus memahami apa yang dipikirkan dan perasaan
apa yang akan disampaikan anak dan berusaha memahami anak dengan
bahasa yang tepat. Aspek penting dalam komunikasi supaya anak bisa
paham komunikasi sebagai berikut. (Mundakir, 2006)

1. Orang dewasa harus menggunakan bentuk bahasa yang bermakna bagi


anak yang diajak berbicara. Maksudnya sebagai berikut.
a. Menggunakan isyarat seperti menunjuk objek secara jelas jika
objek tersebut ingin dilihat anak.
b. Memilih kata-kata secara tepat dan struktur bahasa yang mudah
dipahami anak.
2. Anak berusaha agar komunikasinya juga dipahami orang lain.
Maksudnya sebagai berikut
a. Anak menggunakan isyarat-isyarat tertentu untuk menyampaikan
keinginan atau mengungkapkan perasaannya agar orang dewasa
paham dengan apa yang dia inginkan.
b. Semakin bertambah besar anak, komunikasi dengan isyarat semakin
kurang diperlukan karena pemahaman komunikasi anak sudah lebih baik.

B. Bentuk-bentuk Komunikasi pada Bayi dan Anak


Sebelum bayi mampu menyampaikan keinginan dengan kata-kata,
bayi melakukan komunikasi melalui kode-kode khusus untuk
menyampaikan keinginannya sebagai bentuk komunikasinya. Komunikasi
yang demikian disebut sebagai bentuk komunikasi prabicara (prespeech).

3
Komunikasi ini bersifat sementara, berlangsung selama tahun pertama
kelahiran bayi, dan akan berakhir seiring dengan perkembangan bayi atau
anak telah menunjukkan kematangan fungsi mental dan emosionalnya.

Bentuk komunikasi prabicara ada empat, yaitu tangisan, celoteh, isyarat,


dan ekspresi emosional.

1. Tangisan
Tangisan seorang bayi merupakan bentuk komunikasi dari
seorang bayi kepada orang dewasa. Pada awal kehidupan pascalahir,
menangis merupakan salah satu cara pertama yang dapat dilakukan
bayi untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Melalui tangisan, dia
memberi tahu kebutuhannya, seperti lapar, dingin, panas, lelah, dan
kebutuhan untuk diperhatikan. Bayi hanya akan menangis apabila ia
merasa sakit atau tertekan. Bayi yang sehat dan normal frekuensi
tangisan menurun pada usia enam bulan karena keinginan dan
kebutuhan mereka cukup terpenuhi. Frekuensi tangis seharusnya
menurun sejalan dengan meningkatnya kemampuan bicara. Perawat
harus banyak berlatih mengenal macam-macam arti tangisan bayi
untuk memenuhi kebutuhannya dan mengajarkan kepada ibu karena
ibu muda memerlukan bantuan ini.
2. Ocehan dan celoteh
Bentuk komunikasi prabicara disebut ocehan (cooing) atau
celoteh (babbling). Ocehan timbul karena bunyi eksplosif awal yang
disebabkan oleh perubahan gerakan mekanisme ‘suara’. Ocehan ini
terjadi pada bulan awal kehidupan bayi, seperti merengek, menjerit,
menguap, bersin, menangis, dan mengeluh.
Sebagian ocehan akan berkembang menjadi celoteh dan sebagian
akan hilang. Sebagian bayi mulai berceloteh pada awal bulan kedua,
kemudian meningkat cepat antara bulan keenam dan kedelapan.
Celoteh merupakan indikator mekanisme perkembangan otot saraf
bayi.

4
a) Nilai celoteh
Berceloteh adalah praktik verbal sebagai dasar perkembangan
gerakan terlatih yang dikehendaki dalam bicara. Celoteh
mempercepat keterampilan berbicara. Celoteh mendorong
keinginan berkomunikasi dengan orang lain. Berceloteh
membantu bayi merasakan bahwa dia bagian dari kelompok
sosial.
b) Isyarat
Isyarat adalah gerakan anggota badan tertentu yang berfungsi
sebagai pengganti atau pelengkap bicara. Bahasa isyarat bayi
dapat mempercepat komunikasi dini pada anak. Contoh isyarat
umum pada masa bayi sebagai berikut.
1) Mendorong puting susu dari mulut artinya kenyang/tidak
lapar.
2) Tersenyum dan mengacungkan tangan yang berarti ingin
digendong.
3) Menggeliat, meronta, dan menangis pada saat ibu
mengenakan pakaiannya atau memandikannya. Hal ini berarti
bayi tidak suka akan pembatasan gerak
c) Ungkapan emosional
Ungkapan emosional bayi dilakukan melalui perubahan tubuh dan
roman muka.

C. Teknik-teknik komunikasi pada anak


Anak adalah individu yang unik dan berespons secara berbeda-beda
untuk kebutuhan mereka. Anak dengan keunikannya mempunyai cara
yang berbeda pula dalam menyatakan keinginannya. (Anjaswarni, 2016)

1. Teknik komunikasi nonverbal yang sering digunakan antara lain


adalah bercerita, bibliotheraphy, mimpi, menyebutkan permintaan,
bemain dan permainan, melengkapi kalimat, serta teknik pro dan
kontra.

5
a. Bercerita (story telling)
Bercerita menggunakan bahasa anak dapat menghindari
ketakutan-ketakutan yang yang terjadi selama anak dirawat.
Teknik strory telling dapat dilakukan dengan cara meminta anak
menceritakan pengalamannya ketika sedang diperiksa dokter.
Teknik ini juga dapat menggunakan gambar dari suatu peristiwa
(misalnya gambar perawat waktu membantu makan) dan meminta
anak untuk menceritakannya dan selanjutnya perawat masuk
dalam masalah yang dihadapi anak. Tujuan dari teknik ini adalah
membantu anak masuk dalam masalahnya.
b. Bibliotheraphy
Bibliotheraphy (biblioterapi) adalah teknik komunikasi
terapeutik pada anak yang dilakukan dengan menggunakan buku-
buku dalam rangka proses therapeutic dan supportive. Sasarannya
adalah membantu anak mengungkapkan perasaan-perasaan dan
perhatiannya melalui aktivitas membaca. Cara ini dapat memberi
kesempatan pada anak untuk menjelajahi suatu kejadian yang
sama dengan keadaannya, tetapi sedikit berbeda. Pada dasarnya,
buku tidak mengancam karena anak dapat sewaktu-waktu
menutup buku tersebut atau berhenti membacanya saat dia merasa
tidak aman atau tidak nyaman.
c. Mimpi
Mimpi adalah aktivitas tidak sadar sebagai bentuk perasaan
dan pikiran yang ditekan ke alam tidak sadar. Mimpi ini dapat
digunakan oleh perawat untuk mengidentifikasi adanya perasaan
bersalah, perasaan tertekan, perasaan jengkel, atau perasaan
marah yang mengganggu anak sehingga terjadi ketidaknyamanan
d. Meminta untuk menyebutkan keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak. Dengan
meminta anak untuk menyebutkan keinginan, dapat diketahui

6
berbagai keluhan yang dirasakan anak dan keinginan tersebut dapat
menunjukkan perasaan dan pikiran anak pada saat itu
e. Bermain dan permainan
Bermain adalah salah satu bentuk komunikasi yang paling penting
dan dapat menjadi tehnik yang paling efektif untuk berhubungan
dengan anak. Dengan bermain dapat memberikan petunjuk
mengenai tumbuh kembang fisik, intelektual dan sosial. Terapeutik
Play sering digunakan untuk mengurangi trauma akibat sakit atau
masuk rumah sakit atau untuk mempersiapkan anak sebelum
dilakukan prosedur medis/perawatan. Perawat dapat melakukan
permainan bersama anak sehingga perawat dapat bertanya dan
mengeksplorasi perasaan anak selama di rumah sakit.
2. Teknik komunikasi verbal
dapat berupa menulis, menggambar, gerakan gambar keluarga,
sociogram, menggambar bersama dalam keluarga, dan teknik bermain.
Komunikasi verbal bagi kebanyakan anak dan orang tua sering
mendapat kesulitan karena harus membicarakan perasaan-perasaannya
a. Menulis
Menulis adalah pendekatan komunikasi yang secara efektif
tidak saja dilakukan pada anak tetapi juga pada remaja. Ungkapan
rasa yang sulit dikomunikasikan secara verbal bisa ampuh dengan
komunikasi lewat tulisan. Cara ini dapat dilakukan apabila anak
sudah memiliki kemampuan untuk menulis. Melalui cara ini, anak
akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih,
marah, atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada anak yang
jengkel, marah, dan diam.
b. Menggambar
Teknik ini dilakukan dengan cara meminta anak untuk
menggambarkan sesuatu terkait dengan dirinya, misalnya perasaan,
apa yang dipikirkan, keinginan, dan lain-lain. Dasar asumsi dalam
menginterpretasi gambar adalah anak-anak mengungkapkan dirinya

7
melalui coretan atau gambar yang dibuat. Dengan gambar, akan
dapat diketahui perasaan anak, hubungan anak dalam keluarga,
adakah sifat ambivalen atau pertentangan, serta keprihatinan atau
kecemasan pada hal-hal tertentu.
Pengembaangan dari teknik menggambar ini adalah anak dapat
menggambarkan keluarganya dan dilakukan secara bersama antara
keluarga (ibu/ayah) dengan anak. Anak diminta menggambar suatu
lingkaran untuk melambangkan orang-orang yang berada dalam
lingkungan kehidupannya dan gambar bundaran-bundaran di dekat
lingkaran menunjukkan keakraban/kedekatan. Menggambar
bersama dalam keluarga merupakan satu alat yang berguna untuk
mengungkapkan dinamika dan hubungan keluarga.
c. Nada suara
Gunakan nada suara lembut, terutama jika emosi anak dalam
keadaan tidak stabil. Hindari berteriak karena berteriak hanya akan
mendorong pergerakan fisik dan merangsang kemarahan anak
semakin meningkat.
d. Aktivitas pengalihan
Untuk mengurangi kecemasan anak saat berkomunikasi,
gunakan aktivitas pengalihan, misalnya membiarkan anak bermain
dengan barang-barang kesukaannya, seperti boneka, handphone,
mobil-mobilan, kacamata, dan lain-lain. Komunikasi dilakukan
sambil menggambar bersama anak. Bermacam-macam aktivitas ini
akan berdampak fokus anak teralihkan sehingga dia merasa lebih
rileks/santai saat berkomunikasi.
e. Ungkapan marah
Kadang-kadang anak merasa jengkel, tidak senang, dan marah.
Pada situasi ini, izinkanlah anak untuk mengungkapkan perasaan
marahnya serta dengarkanlah dengan baik dan penuh perhatian apa
yang menyebabkan dia merasa jengkel dan marah.
f. Sentuhan

8
Sentuhan adalah kontak fisik yang dilakukan dengan cara
memagang sebagian tangan atau bagian tubuh anak, misalnya
pundak, usapan di kepala, berjabat tangan, atau pelukan, bertujuan
untuk memberikan perhatian dan penguatan terhadap komunikasi
yang dilakukan antara anak dan orang tua. Dengan kontak fisik
berupa sentuhan ini, anak merasa dekat dan aman selama
komunikasi. Teknik ini efektif dilakukan saat anak merasa sedih,
menangis, atau bahkan marah.
g. Penerapan komunikasi sesuai tingkat perkembangan anak
Perkembangan komunikasi pada bayi dan anak tergantung dari
perkembangan otak dan fungsi kognitifnya. Perkembangan ini juga
berhubungan dengan kematangan atau kemampuan organ sensorik
dalam menerima rangsangan atau stimulus internal maupun
eksternal. Perkembangan komunikasi pada bayi dan anak juga
dipengaruhi oleh kuatnya stimulus internal dan eksternal yang
masuk dalam diri anak melalui reseptor pendengarannya dan organ
sensorik lainnya. Perkembangan komunikasi pada anak
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dan spesifik pada
setiap tingkat perkembangannya.

D. perkembangan komunikasi
Adapun Perkembangan komunikasi mulai bayi, toddler dan prasekolah,
usia sekolah, dan remaja. Menurut (Wardhana, 2013)

1. Penerapan komunikasi pada bayi (0 – 1 tahun)


Sesaat setelah bayi dilahirkan dan ibu diizinkan menggendong si
kecil dalam dekapannya, itulah awal seorang ibu berkomunikasi
dengan bayinya. Meskipun baru dilahirkan, bayi bisa dengan cepat
belajar mengenali dunianya melalui pancaindranya.
komunikasi. Bayi menyampaikan keinginannya melalui komunikasi
nonverbal. Bayi akan tampak tenang serta merasa nyaman dan aman
jika ada kontak fisik yang dekat, terutama dengan orang yang

9
dikenalnya (ibu). Tangisan bayi itu adalah cara bayi memberitahukan
bahwa ada sesuatu yang tidak enak ia rasakan, misalnya lapar, popok
basah, kedinginan, lelah, dan lain-lain.
2. Penerapan komunikasi pada kelompok toddler (1—3 tahun) dan
prasekolah (3— 6 tahun)
Pada kelompok usia ini, anak sudah mampu berkomunikasi secara
verbal ataupun nonverbal. Anak sudah mampu menyatakan keinginan
dengan menggunakan kata-kata yang sudah dikuasainya. Ciri khas
anak kelompok ini adalah egosentris, yaitu mereka melihat segala
sesuatu hanya berhubungan dengan dirinya sendiri dan melihat
sesuatu hanya berdasarkan sudut pandangnya sendiri.
3. Komunikasi pada usia sekolah (7—11 tahun)
Pada masa ini, anak sudah mampu untuk memahami komunikasi
penjelasan sederhana yang diberikan. Pada masa ini, anak akan
banyak mencari tahu terhadap hal-hal baru dan akan belajar
menyelesaikan masalah yang dihadapinya berdasarkan pengetahuan
yang dimilikinya. Pada masa ini, anak harus difasilitasi untuk
mengekspresikan rasa takut, rasa heran, penasaran, berani mengajukan
pendapat, dan melakukan klarifikasi terhadap hal-hal yang tidak jelas
baginya

E. Hambatan-hambatan Komunikasi Pada Anak


(Corrie, 2018) Berkomunikasi dengan anak bayi dan anak usia sekolah
tentu akan berbeda. Begitu pula komunikasi yang dilakukan antara anak
remaja, dewasa, dan lansia. Anak-anak terbagi menjadi dua kelompok,
yaitu kelompok anak usia toodler (1-3 tahun) dan kelompok anak usia
sekolah (6-11 tahun). Berkomunikasi dengan anak usia toddler harus
ekstra hati-hati, apa lagi anak usia ini lebih banyak meniru.

Komunikasi dengan anak usia sekolah tentu berbeda dengan usia


toddler. Anak usia sekolah lebih mudah diarahkan dan telah mengerti

10
mana perbuatan dan komunikasi yang baik dan yang tidak baik. Adapun
hambatan komunikasi pada anak usia sekolah adalah sebagai berikut:

1. Perilaku khas
Setiap anak memiliki perilaku khas yang berbeda-beda. Ada anak
yang tidak senang berinteraksi dengan lingkungan baru, ada anak yang
hiperaktif dan mudah beradaptasi dengan orang baru, dan lain
sebagainya.
Perilaku khas ini sebagian besar menghambat jalannya
komunikasi antara anak itu sendiri dengan orang yang ada di
lingkungan sekitarnya.
2. Emosi
Emosi terbesar ada di dalam kehidupan anak usia sekolah karena
anak belum dapat mengontrol emosinya dengan baik.
Anak usia sekolah sering terlihat marah-marah, kesal, kecewa,
bahagia, tertawa-tawa dan semuanya dilakukan tanpa alasan
tergantung mood yang sedang dihadapinya.Oleh karena itu, faktor
emosi inilah yang menjadi hambatan komunikasi dengan persentase
terbesar.
Komunikasi akan terhambat ketika anak-anak sedang meluapkan
emosinya. Terkadang ada anak yang tidak dapat dikendalikan oleh
orangtuanya, sehingga mengamuk bahkan merusak berbagai benda
yang ada di sekitarnya. 
3. Gangguan dalam sensoris
Gangguan dalam sensoris anak sering ditemui di kehidupan
masyarakat. Gangguan dalam sensoris ini menjadi pemicu hambatan
dalam komunikasi pada anak usia sekolah.
Setiap anak memiliki tujuh sensoris dasar di dalam tubuhnya.
Penyebab gangguan sensoris pada anak adalah adanya perkembangan
yang tidak optimal saat sensoris bekerja.

11
Sensoris pada anak meliputi sensoris perabaan, sensoris
pendengaran, sensoris penciuman, sensoris penglihatan, sensoris
pengecapan, sensoris gerak antar sendi, dan sensoris keseimbangan.
Semua sensoris tersebut sangat berkaitan terhadap komunikasi
pada anak usia sekolah. Oleh karena itu, perlu adanya deteksi dini
terhadap ciri-ciri gangguan sensoris pada anak agar komunikasi tidak
terhambat.
4. Pola bermain
Pola bermain juga dapat mempengaruhi komunikasi pada anak
usia sekolah. Pola bermain anak berawal dari cara orangtua mengenali
anak tersebut dengan mainannya seperti mobil itu dijalani di lantai
bukan untuk dijadikan mainan masak-masakan.
Seorang anak yang salah pola bermainnya akan sulit beradaptasi
dengan mainan lainnya bahkan tidak mau berinterkasi dengan teman
bermainnya. Kesalahan dalam pola bermain anak akan menghambat
komunikasi.
5. Gangguan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari
Gangguan komunikasi memang sering terjadi dalam kehidupan
sehari-hari seperti anak yang tidak mengerti arti kata yang
diucapkannya.
Selain itu, anak usia sekolah juga sering melakukan komunikasi
non verbal yang sebenarnya tidak ia gunakan dengan baik seperti
menarik tangan orang lain untuk meminta tolong diikuti kemauannya.
Hal ini membuat komunikasi menjadi terhambat dan akhirnya
menimbulkan permasalahan seperti kesalahpahaman dalam
memahami komunikasi anak usia sekolah.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi adalah hubungan timbal balik antara komunikator dan
komunikan. Sebelum bayi mampu menyampaikan keinginan dengan kata-
kata, bayi melakukan komunikasi melalui kode-kode khusus untuk
menyampaikan keinginannya sebagai bentuk komunikasinya. Komunikasi
yang demikian disebut sebagai bentuk komunikasi prabicara (prespeech).
Bentuk komunikasi prabicara ada empat, yaitu tangisan, celoteh, isyarat,
dan ekspresi emosional. Teknik-teknik komunikasi pada anak Teknik
komunikasi nonverbal dan Teknik komunikasi verbal Perkembangan
komunikasi mulai bayi, toddler dan prasekolah, usia sekolah dan tentunya
memiliki hambatan

B. Saran
1. Untuk penulis, terus belajar dan lebih memperdalam kajian-kajian
teori yang diambil sebagai sumber agar dapat menghasilkan makalah
yang lebih baik.
2. Untuk pembaca, semoga apa yang telah kami sajikan tadi dapat
diambil intisarinya yang kemudian diamalkan juga semoga berguna
bagi kehidupan kita di masa yang akan datang.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anjaswarni, T. (2016). Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta Selatan:


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Corrie. (2018, september 3). Diambil kembali dari PakarKomunikasi.com:


https://pakarkomunikasi.com/hambatan-komunikasi-pada-anak-usia-
sekolah

Mundakir. (2006). Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan.


Yogyakarta : Graha Ilmu.

Wardhana, I. G. (2013). Perkembangan Bahasa Anak 0-3 Tahun. Jurnal


Linguistik .

14

Anda mungkin juga menyukai