Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA BAYI

( Siti Umrana S.Kep.,Ns.,M.kes )

DI SUSUN OLEH

NAMA : IRMA

NIM : D.0021 P.007

DIII KEPERAWATAN

STIKES KARYA KESEHATAN KENDARI

2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukir saya panjatkan atas kehadirat allah swtkarena atas berkat rahmat

dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“komunikasi terapeutik pada bayi”. Tugas makalah dibuat untuk memenuhi kuliah

antropologi kesehatan.

Saya sebagai pemula menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak

masih banyak kekurangan ,o oleh sebab itu saya sangat ,membutuhkan kritik dan

saran yang membangun. Saya harap makalah ini dapat bermanfaat bagi individu

ataupun kelompok yang membaca untuk dijadikan bahan untuk menambah ilmu.
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Menurut (smart 1998) komunikasi terapeutik adalah hubungan


interpersonal antara perawat dan klien. Komunikasi terapeutik adlah komunikasi
yang direncanakan secara sadar bertujuan dan kegiataannya dipusatkan untuk
kebutuhan pasien (siti fatmawati, 2010).

Komunikasi terapeutik adalah yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan


terapi. Seorang penolong atau perawat dapat membantu klien mengatasi masalah
komunikasi yang dihadapinya. (suryani,2005). Sedangkan, menurut yang dikutip
oleh ( mundakir 2006), komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
ksesembuhan pasien. Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa
komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan seorang perawat
dengan teknik-teknik tertentu yang mempunyai efek penyembuhan.

Komunikasi terapeutik merupakan salah satu cara untuk membina


hubungan saling percaya terhadap pasien dan pemberian informasi yang akurat
kepada pasien, sehingga diharapkan dapat berdampak pada perubahan pada
perubahan yang lebih baik pada pasien, sehingga diharapkan dapat berdampak
pada perubahan yang lebih baik pada pasien dalam menjalankan terapi dan
membantu pasien dalam rangka mengatasi persoalan yang dihadapi pada tahap
perawatan.

B. Rumusan masalah
a. Bagaimana perkembangan komunikasi pada bayi dan anak
b. Bagaimana bentuk prabicara
c. Apa peran bicara dalam komunikasi
d. Bagaimana teknik komunikasi dengan bayi : teknik verbal dan verbal

BAB 2

PEMBAHASAN

1.1 Perkembangan komunikasi pada bayi


Bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya dengan kata-
kata. Oleh karena itu, komunikasi pada bayi lebih banyak menggunakan
komunikasi non verbal. Pada saat lapar, haus, basah, dan perasaan yang tidak
nyaman lainnya, bayi hanya bisa mengekspresikan dengan cara menangis. Walau
demikian, sebenarnya bayi dapat berespon terhadap tingkah laku orang dewasa
yang berkomunikasi dengan secara nonverbal, misalnya memberikan
sentuhan,mendekap,menggendong, berbicara dengan lemah lembuh.
Ada beberapa respon nonverbal yang bisa ditunjukan bayi, misalnya
menggerakan badan, tangan, kaki. Hal ini, terutama terjadi pada bayi usia kurang
dari enam bulan sebagai cara menarik perhatian orang. Stranger anxiety atau
cemas dengan orang asing yang tidak dikenalnya adalah ciri perilaku pada bayi
usia lebih dari enam bulan. Dan perhatiannya berpusat pada ibunya.
Oleh karena itu, perhatiankan saat berkomunikasi dengannya.jangan
langsung ingin menggendong atau memangkunya karena bayi akan merasa takut.
Lakukan komunikasi terlebih dahulu dengan ibunya atau mainan yang
dipegangnya. Tunjukan bahwa kita ingin membina hubungan yang baik dengan
ibunya. (Yupi supartini, 2004: 81-82).

1.2 Bentuk komunikasi terapeutik


a. Tangisan
Tangisan kelahiran bayi yang memecahkan kesunyian, membuat
sebaris senyum kesyukuran terpancar pada wajah seorang ibu. Tangisan
seorang bayi merupakan bentuk komunikasi dari seorang bayi kepada orang
dewasa dimana dengan tangisan itu, bayi dapat memberikan dan orang
dewasa menangkap pesan yang diberikan sang bayi.Pada awal kehidupan
paksa lahir, menangis merupakan salah satu cara pertama yang dapat
dilakukan pada bayi untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Melalui
tangisan dia memberi tahu kebuthannya seperti lapar,dingin,panas,lelah, dan
kebutuhan untuk diperhatikan. Bayi akan meangis bila ia merasa sakit atau
tertekan. Bayi yang sehat dan nomal frekuensi tangisan menurun pada usia
enam bulan karena keinginan dan kebutuhan mereka cukup terpenuhi.
Frekuensi tangis seharusnya menurun sejalan dengan meningkatnya
kemampuan berbicara.Perawat harus banyak berlatih mengenal macam-
macam arti tangisan bayi untuk memenuhi kebutuhannya dan mengajarkan
kepada ibu, karena ibu muda memerlukan bantuan ini.

b. Ocehan dan celoteh

Bentuk komunikasi prabicara disebut “ocehan”(coing)


atau“coleteh”(pabbling). Ocehan timbul karena bunyi eksplosif awal yang
disebabkan oleh perubahan gerakan mekanisme ‘suara’. Ocehan ini terjadi
pada bulan awal kehidupan bayi seperti :
merengek,menjerit,menguap,bersin,menangis dan mengeluh.Sebagian ocehan
akan berkembang menjadi coleteh dan sebagian akan hilang. Sebgian bayi
mulai bercoleteh pada awal bulan kedua, kemudian akan meningkat cepat
antara bulan ke enam dan kedelapan. Coleteh merupakan indikator mekanisme
perkembangan otot saraf bayi.

Nilai coleteh :
- Bercoleteh adalah praktek verbal sebagai dasar perkembangan gerakan
terlatih yang dikehendaki dalam bicara.
- Bercoleteh mempercepat keterampilan berbicara.
- Bercoleteh mendorong keinginan berkomunikasi dengan orang lain.
- Bercoleteh membantu bayi merasakan bahwa dia merupakan kelompok
sosial.
c. Isyarat
Yaitu gerakan anggota badan tertentu yang berfungsi sebagai pengganti
atau pelengkap berbicara. Bahasa isyarat bayi dapat mepercepat komunikasi
dini pada anak.
Contoh :
1) Mendorong puting susu dari mulut artinya kenyang atau tidak
lapar.
2) Tersenyum dan mengancungkan tangan yang berarti ingin
digendong.
3) Menggeliat,meronta, menangis pada saat ibu mengenakan
pakaiannya atau memandikannya. Hal ini berarti bayi tidak suka
akan pembatasan gerak.
4) Ungkapan emosiona Adalah melalui perubahan tubuh dan roman
muka.
5) Tubuh yang mengejang atau gerakan -gerakan tangan atau kaki
disertai jeritan dan wajah tertawa adalah bentuk ekspresi
kegembiraan pada bayi.
6) Menengangkan badan, gerakan membanting tangan atau
kaki,roman muka tegang dan memangis adalah bentuk ungkapan
marah atau tidak suka. (kemenkes.2013).

1.3 Peran bicara dalam komuikasi


a) Pada bayi
1) Merupakan ungkapan sayang pada bayi.
2) Mengajak bicara pada bayi akan merangsang kinerja saraf otak dan
merangsang pendengaran untuk merangsang pada indra pendengar.
3) Membuat rasa nyaman pada bayi sehingga bayi tidak merasa
diabaikan dan merasa selalu diperhatikan.
4) Melatih bayi untuk mengucapkan kata-kata sederhana , sehingga
lambat laun bayi akan menirukannya.

1.4 Teknik komunikasi dengan bayi dan anak : teknik verbal dan non
verbal
a) Teknik verbal
1) Melalui orang atau pihak ketiga
Khususnya menghadapi anak usia bayi dan todler, hindari
berkomunikasi secara lengasung pada anak, melainkan gunakan
pihak ketiga yaitu dengan cara berbicara terlebih dahulu dengan
orang tuanya yang sedang disampingnya, mengomentari pakaian
yang sedang dikenakanya. Hal ini pada dasarnya adalah untuk
menanamkan rasa percaya perawatan terlebih dahulu sebelum
melakukan tindakan yang menjadi tujuan. ( yuni supartini,
2004:86).
2) Bercerita sebagai alat komunikasi
Dengan bercerita kita bisa menyampaikan pesan tertentu pada anak
misalnya, bercerita tentang anak pintar dan saleh yang sedang sakit
yang mematuhi nasihat orang tua dan perawat sehingga diberi
kesembuhan oleh allah yang mahaesa. Jadi, ini cerita harus
disesuaikan dengan kondisi anak dan pesan yang ingin kita
sampaikan kepada anak. Selama bercerita gunakan bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti anak. Penggunaan gambar-
gambar yang menarik dan lucu sat bercerita akan membuat
penyampaian cerita lebih menarik bagi anak sehingga pesan yang
ingin disampaikan dapat diterima anak secara efektif. (yupi
supartini, 2002 86:87).
3) Fasilitasi anak untuk beresposns
Satu hal yang penting yang harus diingat, selama berkomunikasi
jangan menimbulkan kesan bahwa kita yang dominan berbicara
pada anak, tetapi fasilitasi juga anak untuk berespons terhadap
pesan yang kita sampaikan. Dengarkan ungkapannya dengan baik,
tetapi hati-hati dalam merefleksikan ungkapan yang negatif.
4) Meminta anak untuk nyebut keinginanya untuk berespons
Untuk mengetahui apa yang sedang dikeluhkan anak, minta anak
untuk menyebutkan keinginanya. Katakan apabila suster itu.
Keinginan yang diungkapan akan meningkatkan perasaan dan
pikirannya saat itu sehingga dapat mengetahui masalah dan
potensial yang terjadi pada anak. (yupi supartini, 2002:87).
5) Biblioterapi
Buku atau makalah dapat juga digunakan membantu anak
mengekspresikan pikiran dan perasaanya. Bantu anak
mengekspresikan perasaanya dengan menceritakan isi buku atau
makalah. Untuk itu perawat harus tahu terlebih dahulu ini dari buku
atau makalah tersebut dan disimpulkan pesan yang ada didalamnya
sebelum bercerita pada anak. (yupi supartini, 2002:87).
6) Pilihan pro dan kontra
Cara lain untuk mengetahui perasaan dan pikiran anak adalah
dengan mengajukan satu situasi, biarkan anak menyimak dengan
baik, kemudian mintalah anak untuk meumulihkan hal yang positif
dengan negatif memuat pendapat dari situasi tersebut. (yupi
supratini, 2002:88).

b) Teknik no verbal
1) Kontak mata, postur dan jarak fisik
Pembicaraan atau komunikasi akan teras lancar dan efektif jika
kitan sejajar. Saat berkomunikasi dengan anak, sikap ini dapat
dilakukan dengan cara membungkuk atau merendahkan posisi kita
sejajar dengan anak. Dengan posisi sejajar akan memungkinkan lita
dapat memungkinkan kotak mata dengan anak dan mendengarkan
secara jelas apa yang dikomunikasikan anak.
2) Ungkapan marah
Anak mengungkapkan perasaan marahnya dan dengarkanlah
dengan baik dan penuhperhatian apa yang menyebabkan ia merasa
jengkel dan amarah. Untuk memberikan ketenangan pada anak
pada saat marah, duduklah dekat dia, pegang tanganya atau
pundaknya atau peluklah dia.
3) Sentuhan
Adalah kontak fisik yang dilakukan dengan cara memegang
sebagian tangan atau bagian tubuh anak misalnya pundak, usapan
di perhatian dan penguatan terhadap komunikasi yang dilakukan
antaraanak dan orang tua. (kemenkes,2013).

1.5 Penerapan strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik pada bayi dan


anak
a) Penarapan komunikasi pada bayi (0-1 tahun)
Bayi terlahir dari kemampuan menangis karena dengan cara itu
meraka berkomunikasi. Bayi menyampaikan keinginannya melalui
komunikasi non verbal. Bayi akan tampak tenang dan merasa
nyaman dan aman jika ada kontak fisik yang dekat terutama
dengan orang yang di kenalnya(ibu). Tangisan bayi itu adalah cara
bayo memberitahukan bahwa ada sesuatu yang tidak enak
dirasakan,lapar, popok basah, kedinginan, lelah dll.
b) Penerapan komunikasi pada kelompok todler (1-3 tahun) dan
prasekolah (3-6 tahun)
Pada usia ini, anak sudah mampu berkomunikasi secara verbal
maupun non verbal. Ciri khas kelompok ini adalah egosentris,
dimana mereka melihat segala sesuatu yang berhubungan dengan
dirinya sendiri dan melihat segala sesuatu dengan sudut
pandangnya sendiri.

Contoh penerapan komunikasi dalam perawatan:


1) Memberitahu apa yang terjadi pada diri anak
2) Memberikan kesempatan pada anak untuk menyentuh alat
pemeriksaan yang digunakan
3) Nada suara rendah dan bicara lambat. Jika tidak menjawab harus
diulang lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana
4) Hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-kata’jawab
dong’
5) Mengalihkan aktifitas saat komuniksi misalnya dengan
memberikan mainan saat komunikasi
6) Menghindari konfrontasi langsung
7) Jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak
8) Bersalaman saat memulai interaksi dengan anak
9) Mengajak anak menggambar ,menulis dan bercerita untuk mrengali
perasaan dan pikiran anak.
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi terapeutik adalah hubungan intrapersonal antara perawat
dengan klien, yang direncanakan secara sadar yang bertujuan dan kegiataanya
berpusatkan untuk kebutuhan pasien.perkembangan komunikasi terepeutik pada
bayi an anak sendiri dimulai pada masa bayi sampai anak usia remaja yang mana
dari perkembangan itu memiliki bentuk perkembangan yang berbeda-beda . selain
itu, didalam komunikasi terapeutik terdapat bentuk komunikasi prabicara dimana
terdiri dari tangisan,ocehan isyarat, dan ungkapan emosional seorang bayoi/anak .
disin lain dalam melakukan komunikasi kepada bayi terdapat beberapa tekniknya,
yaitu bisa menggunakan verbal atau non verbal. Setalah mempelajari semua
komunikasi terapeutik pada bayi/anak, terdapat cara menerpakan komunikasi
terapeutik tersebut pada usia bayi sampai anak usia sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Supartini,Y.(2004) nbuku ajar konsep dasar keperawatan anak.

Jakarta:EGC.http/bnetpw.j.blogsspot.co.id/2016/09/makalah-komunikasi-
terapeutik-paa-bayi,html

Anda mungkin juga menyukai