Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KOMUNIKASI PADA PASIEN ANAK

Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Ahmad Maulana
2. Aida Fitria
3. Amelia
4. Lusi Sulaesih
5. Luvi Hapysari
6. Marisah Nurlela
7. Nurlelah
8. Rafikoh
9. Rasi
10. Siti Nursyamsiyah
11. Soehanita

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN
SERANG
2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga
hubungan dengan anak, melalui komunikasi ini pula perawat dapat
memudahkan mengambil berbagai data yang terdapat pada diri anak yang
selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah keperawatan atau tindakan
keperawatan (Syahril, Alfi 2019).

Komunikasi merupakan bagian dari aktivitas kehidupan manusia yang


memiliki peranan sangat vital. Dalam kehidupan sosial, masing-masing
manusia tidak bisa dilepas dari jerat kebutuhan komuniasi. Begitu pula
dengan perawat, yang tidak lain merupakan salah satu profesi pelayanan
kesehatan untuk masyarakat. Bisa dikatan bahwa perawat memiliki waktu
yang paling lama dalam berinteraksi dengan pasien ketimbang petugas
kesehatan lainnya (Pribadi Zen MH, 2013 dalam Syahril, Alfi 2019).

Komunikasi merupakan wahana yang digunakan perawat untuk mengenal


klien, menetapkan kebutuhan dan bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan
tersebut (Ermawati dkk, 2009 dalam Syahril Alfi 2019 ). Kemampan
komunikasi pada anak merupakan salah satu indikator dalam perkembangan
anak. Komunikasi inilah sangat berpengaruh dalam tingkat perkembangan
anak dalam beraktivitas dengan lingkungannya

Komunikasi biasanya dapat berbentuk verbal, non verbal, dan abstrak.


Komunikasi verbal seperti ekspresi vokal dalam bentuk tertawa, merintih,
berteriak atau menangis. Komunikasi non-verbal sering disebut sebagai
bahasa tubuh, seperti isyarat, gerak-gerik, lenggak-lenggok, ekspresi wajah,
postur tubuh dan reaksi terhadap sesuatu, sedangkan komunikasi abstrak
seperti permainan, ekspresi artistik (seni), simbol, photografi dan cara
memilih pakaian. Hanya karena komunikasi abstrak memungkinkan
menggunakan penguasaan dan pengontrolan kesadaran melibihi komunikasi
verbal (bersifat subyektif), maka komunikasi abstrak menjadi kurang dapat
dipercaya untuk dapat menunjukkan perasaan yang sebenarnya, khususya
dalam berkomunikasi terhadap anak-anak (Mundakir, 2006 dalam Syahril,
Alfy 2019).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian komunikasi pada anak ?
2. Bagaimana komunikasi pada anak sesuai tahap perkembangannya?
3. Bagaimana bentuk komunikasi pra-bicara pada anak?
4. Apa saja pendekatan umum pada anak sebelum melakukan pemeriksaan?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi anak?
6. Bagaimana teknik dan petunjuk berkomuikasi dengan anak?
7. Apa saja peran bicara dalam komunikasi anak ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa yang di maksud komunikasi pada anak
2. Untuk mengetahui Bagaimana komunikasi pada anak sesuai tahap
perkembangannya
3. Untuk mengetahui Bagaimana bentuk komunikasi pra-bicara pada anak
4. Untuk mengetahui Apa saja pendekatan umum pada anak sebelum
melakukan pemeriksaan
5. Untuk mengetahui Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi
anak
6. Untuk mengetahui Bagaimana teknik dan petunjuk berkomuikasi dengan
anak
7. Untuk mengetahui Apa saja peran bicara dalam komunikasi anak
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Pada Anak


Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin yakni communicatio yang
artinya pemberitahuan atau pertukaran ide. Pemberitahuan atau pertukaran ide
dalam suatu proses komunikasi akan ada pembicara yang menyampaikan
pernyataan ataupun pertanyaan yang dengan harapan akan ada timbal balik atau
jawaban dari pendengarnya (Suryani, 2015).
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi
terapeutik pada anak adalah komunikasi yang dilakukan antara perawat dan klien
(anak), yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan
untuk kesembuhan anak.
Komunikasi pada anak merupakan suatu proses penyampaian dan transfer
informasi yang melibatkan anak, baik sebagai pengirim pesan maupun penerima
pesan. Dalam proses ini melibatkan usaha-usaha untuk mengelompokkan,
memilih dan mengirimkan lambang- lambang sedemikian rupa yang dapat
membantu seorang pendengar atau penerima berita mengamati dan menyusun
kembali dalam pikirannya arti dan makna yang terkandung dalam pikiran
komunikator.

2.2 Komunikasi Pada anak sesuai tahap perkembangannya


A. Masa bayi
1. Belum bisa berkomunikasi dengan kata-kata. Komunikasi yang
digunakan adalah komunikasi non verbal.
2. Mengungkapkan kebutuhan dengan tingkah laku dan suara yang bisa
diinterpretasikan oleh orang-orang disekitarnya, seperti menangis,
yang bisa jadi menunjukan lapar, sakit, pembatasan gerak, atau
kesepian. Adapun tindakan yang bisa dilakukan adalah dengan
mengusap, berbicara halus, menggendong, atau dipangku.
3. Ketika bayi berumur 6 bulan, perilaku yang basa dilakukan adalah
menggerak-gerakkan tangan dan kaki. Gerakan itu dilakukan guna,
menarik perhatian orang-orang disekitarnya. Adapun tindakan yang
bisa dilakukan adalah dengan menepuk tubuh dengan perasaan.
4. Ketika bayi berusia diatas 6 bulan, biasanya selalu berpusat pada diri
dan ibunya. Saat itu, bayi merasa takut pada orang asing.
B. Anak usia kurang 5 tahun
1. Sangat egosentris. Melihat sesuatu hanya dengan sudut pandangnya
sendiri (komunikasi yang berpusat pada dirinya sendiri).
2. Takut ketidaktahuan. Guna mengatasinya, beritahuan apa yang akan
terjadi pada dirinya, bagaimana merasakannya serta diberi kesempatan
guna menyentuh atau memegang alat yang menarik perhatiannya.
3. Belum lancar dalam berbicara. Pergunakkan kata-kata yang simpel,
singkat, dan dikenal oleh anak dalam berkomunikasi serta berikan
pujian mengenai hal-hal yang sudah dicapainya.
4. Sering-seringlah berpandangan dengan mata sejajar kepada anak.
C. Usia sekolah
1. Pada umunya, saat menemui masalah, mereka hanya percaya pada apa
yang dilihat dan diketahui tanpa membutuhkan penjelasan lebih lanjut.
2. Anak usia ini sangat memerhatikan keberadaan tubuhnya. Mereka
sangat peka terhadap segala sesuatu yang diasumsikan bisa
mengancam atau menyakiti tubuhnya
D. Anak usia remaja
1. Mulai memiliki pola pikir dan tingkah laku, sebagai penanda peralihan
dari masa kanak-kanak menuju dewasa.
2. Apabila sedang mengalami stres, biasanya akan mendiskusikan
masalah tersebut dengan teman sebaya atau orang dewasa diluar
keluarganya.
3. Menolak sesorang yang diasumsikan dapat menjatuhkan harga
dirinya. Untuk hal ini, berikan mereka support dan pengertian agar
jangan melakukan interupsi. Selain itu, hindari ragam bentuk
pertanyaan yang berpotensi menimbulkan rasa malu.

2.3 Bentuk Komunikasi pra-bicara pada bayi dan anak


Sebelum anak siap untuk belajar berbicara, alam telah menyediakan bentuk
komunikasi tertentu yang sifatnya sementara. Selama satu setengah tahun
pertama, sebelum anak mempelajari kata-kata sebagai, bentuk komunikasi,
mereka menggunakan empat bentuk komunikasi prabicara yakni
1. Tangisan
Pada awal kehidupan pasca lahir, menangis merupakan salah satu cara
pertama yang dapat dilakukan bayi untuk berkomunikasi dengan dunia
luar. Melalui tangisan dia memberitahu kebutuhannya seperti lapar,
dingin, panas, lelah, dan kebutuhan untuk diperhatikan. Jika kebutuhanya
segera dipenuhi, bayi hanya akan menangis bila ia mmerasa sakit atau
tertekan. Perawat harus banyak berlatih mengenal macam-macam arti
tangisan bayi karena ibu muda memerlukan bantuan ini. Setelah berusia 2
minggu, kebanyakan kasus disebabkan karena orang tua yang tidak cepat
tanggap terhadap arti tangis bayinya dan tidak konsisten dalam
menanggapinya. Bayi yang sehat dan normal frekuensi tangisan menurun
pada usia 6 bulan karena keinginan dan kebutuhan mereka cukup
terpenuhi. Frekuensi tangisan seharusnya menurun sejalan dengan
meningkatnya kemampuan berbicara.
2. Ocehan dan Celoteh
Bentuk komunikasi prabicara disebut “ ocehan “ (cooing) atau “ celoteh “
(babbling). Ocehan timbul karena bunyi eksplosif awal yang disebabkan
oleh perubahan gerakan mekanisme ‘suara’. Ocehan ini terjadi pada bulan
awal kehidupan bayi seperti : merengek, menjerit, menguap, bersin,
menangis, dan mengeluh. Sebagian ocehan akan berkembang menjadi
celoteh dan sebagian akan hilang. Celotehan merupakan mekanisme otot
saraf bayi berkembang dan sebagian bayi mulai berceloteh pada awal
bulan kedua, kemudian meningkat cepat antara bulan ke -6 dan ke-8.
Nilai celoteh :
a. Berceloteh adalah praktek verbal sebagai dasar bagi perkembangan
gerakan terlatih yang dikehendaki dalam bicara. Celoteh mempercepat
keterampilan berbicara.
b. Celoteh mendorong keinginan berkomunikasi dengan orang lain.
Berceloteh membantu bayi merasakan bahwa dia bagian dari
kelompok sosial.
3. Isyarat
Yaitu gerakan anggota badan tertentu yang berfungsi sebagai pengganti
atau pelengkap bicara. Contoh isyarat umum pada masa bayi:
a. Mendorong putting susu dari mulut artingya kenyang/tidak lapar
b. Tersenyum dan mengacungkan tangan artinya ingin digendong
c. Mengeliat, meronta, menangis, selama berpakaian dan mandi artinya
tidak suka akan pembatasan gerak.
4. Ungkapan emosional
Adalah ungkapan emosional melalui perubahan tubuh dan roman muka.
Contoh :
a. Gembira: mengendurkan badan, mengankat tangan/kaki, tersenyum
dan marah.
b. Marah : menegakkan badan, gerak membanting tangan atau kaki,
roman muka tegang dan menangis.

2.4 Pendekatan umum pada anak sebelum melakukan pemeriksaan


1. Ajak berbicara orang tua terlebih dahulu sebelum melangsungkan
komunikasi dengan anak.
2. Lakukan komunikasi dengan metode cerita atau teknik lainnya supaya
anak mau berkomunikasi.
3. Berikan mainan kepada anak sebelum masuk kedalam inti pembicaraan.
4. Berikan kesempatan terhadap anak guna memilih tempat pemeriksaan
yang diinginkan.
5. Lakukan pemeriksaan dari yang sederhana ke kompleks serta pastikan
bahwa pemeriksaan yang dilakukan tidak menyebabkan anak menjadi
trauma.
6. Hindari pemeriksaan yang berpotensi menimbulkan ketakutan pada diri
anak. Selain itu, berikan kesempatan kepada anak guna memegang alat
alat periksa.

2.5 Faktor – faktor yang mempengaruhi komunikasi pada anak


A. Pada Bayi
1. Fase prelinguistic / pralinguistik
Terjadi pada umur 0-3 bulan dari periode lahir sampai akhir tahun
pertama. Bayi baru lahir belum bisa menggabungkan elemen bahasa
baik isi, bentuk, dan pemakaian bahasa. Selain belum berkembangnya
bentuk bahasa konvensional, kemampuan kognitif bayi juga belum
berkembang. Komunikasi lebih bersifat reflektif dari pada terencana.
Periode ini disebut prelinguistik. Meskipun bayi belum mengerti dan
belum bisa mengungkapkan bentuk bahasa konvensional, mereka
mengamati dan memproduksi suara dengan cara yang unik. Klinisi
harus menentukan apakah bayi mengamati atau bereaksi terhadap
suara. Bila tidak, ini merupakan indikasi untuk evaluasi fisik dan
audiologi. Selanjutnya, intervensi direncanakan untuk membangun
lingkungan yang menyediakan banyak kesempatan untuk mengamati
dan bereaksi terhadap suara.
2. Kata pertama
Terjadi pada umur 3-9 bulan. Salah satu perkembangan bahasa utama
milestone adalah pengucapan kata-kata pertama yang terjadi pada
akhir tahun pertama, berlanjut sampai satu setengah tahun saat
pertumbuhan kosa kata berlangsung cepat, juga tanda dimulainya
pembetukan kalimat awal. Berkembangnya kemampuan kognitif,
adanya kontrol, dan interpretasi emosional di periode ini akan
memberi arti pada kata-kata pertama anak. Arti kata-kata pertama
mereka dapat merujuk ke benda, orang, tempat, dan kejadian-kejadian
di seputar lingkungan awal anak.
3. Kalimat pertama
Terjadi pada umur 9-18 bulan. Bentuk kata-kata pertama menjadi
banyak dan dimulainya produksi kalimat. Perkembangan
komprehensif dan produksi kata-kata berlangsung cepat pada sekitar
umur 18 bulan. Anak mulai bisa menggabungkan kata benda dengan
kata kerja yang kemudian menghasilkan sintaks. Melalui interaksinya
dengan orang dewasa, anak mulai belajar mengkonsolidasikan isi,
bentuk, dan pemakaian bahasa dalam percakapannya. Dengan
semakin berkembangnya kognisi dan pengalaman afektif, anak mulai
bisa berbicara memakai kata-kata yang tersimpan dalam memorinya.
Terjadi pergeseran dari pemakaian kalimat satu kata menjadi bentuk
kata benda dan kata kerja.
4. Kemampuan bicara egosentris dan memasyarakat
Terjadi pada umur 18-36 bulan. Anak dengan mobilitas yang mulai
meningkat memiliki akses ke jaringan sosial yang lebih luas dan
perkembangan kognitif menjadi semakin dalam. Anak mulai berpikir
konseptual, mengkategorikan benda, orang, dan peristiwa serta dapat
menyelesaikan masalah fisik. Anak terus mengembangkan pemakaian
bentuk fonem dewasa

B. Pada Anak
1. Pendidikan
2. Pengetahuan
3. Sikap
4. Usia pertumbuhan
5. Status kesehatan anak
6. Sistem social
7. Saluran
8. Lingkungan

2.6 Teknik dan petunjuk komunikasi pada anak


Berikut ini merupakan bagian dari teknik komunikasi yang di lakukan pada
anak :
A. Pada Bayi
1. Verbal
a. Dengan cara menimang-nimang saat tidur dan menyanyikannya
lagu.

b. Dengan cara merespon tangisannya.


c. Mengajak bicara setiap akan melakukan suatu hal
2. Non Verbal
a. Dengan cara sentuhan.
b. Dengan nada suara.
c. Dengan ekspresi.
B. Pada Anak
1. Verbal
a. Menulis
Menulis adalah satu alternative pendekatan komunikasi bagi anak,
remaja muda dan praremaja. Untuk memulai suatu percakapan
perawat dapat memeriksa/ menyelidiki tentang tulisan dan
mungkin juga untuk membaca beberapa bagian. Dengan menulis
anak-anak lebih riil dan nyata.

b. Menggambar
Menggambar yang merupakan salah satu bentuk komunikasi yang
berharga melalui pengamatan gambar. Dasar asumsi dalam
menginterpretasi gambar adalah bahwa anak-anak dapat
mengungkapkan tentang dirinya.
c. Gerakan Gambar Keluarga
Menggambarkan suatu kelompok, berpengaruh pada perasaan
anak-anak dan respon emosi, dia akan menggambarkan pikirannya
tentang dirinya dan anggota keluarga yang lainnya. Gambar
kelompok yang paling berharga bagi anak adalah gambar
keluarga.
d. Sosiogram
Menggambar tak perlu dibatasi bagi anak-anak, dan jenis gambar
yang berguna bagi anak-anak seusia 5 tahun adalah sosiogram
(gambar ruang kehidupan) atau lingkaran keluarga. Menggambar
suatu lingkaran adalah untuk melambangkan orang-orang
2. Non Verbal
a. Teknik orang ketiga
Teknik semacam ini mengungkapkan ekspresi perasaan orang
ketiga, semisal “ia” atau “mereka”. Teknik tersebut sangat
membantu guna mengurangi perasaan terancam pada diri anak
dibandingkan dengan bertanya secara langsung pada diri mereka.
Cara semacam ini sangt efektif guna memberikan kesempatan
kepada anak guna memilih setuju tanpa ada keinginan untuk
bertahan.
b. NLP (Neuro Linguistik Programming)
Pendekatan ini dilakukan untuk mengerti proses suatu
komunikasi, yaitu dengan memperhatikan cara, gaya, atau
kelakuan individu. Seorang perawat bisa menggunakan sensoris
yang sama guna meningkatkan hubungan sekaligus
mengomunikasikan informasi yang lebih efektif, seperti jenis
orang :
1) Tipe Visual (penglihatan) Orang yang biasa memanfaatkan
alat bantu visual, seperti diagram dan ilustrasi.
2) Tipe Mendengar (Pendengaran) Orang yang biasa
menggunakan kata-kata atau suara.
3) Tipe kinestetis Orang yang memiliki kecenderungan belajar
dari manipulasi objek.
c. Facilitative Responding
Mendengarkan secara seksama sama sekaligus membayangkan
kembali perasaan pasien dan isi pernyataan anak.
d. Story Telling (Bercerita)
Fungsi cerita tidak hanya membantu membuka pikiran anak, tetapi
berguna untuk mengubah menghilangkan rasa takut dan persepsi
anak.
e. Bibliotherapy
Adapun petunjuk umum bagi seorang perawat dalam
menggunakan bibliotherapy adalah:
1) Jajaki perkembangan emosi serta pengetahuan anak
2) Hayati isi buku serta sesuaikan dengan tingkat usia anak.
3) Menikmati buku tersebut bersama anak.
4) Menyisir secara lebih mendalam mengenai isi yang terkandung
dalam buku tersebut kemudian ceritakan kembali.
f. Fantasi
Bentuk khusus dari bibliotherapy adalah menggunakan dongeng
fantasi, penting bagi seorang perawat untuk memberikan
penjelasan terhadap anak mengenai arti dari cerita dongeng
tersebut.
g. Mimpi
Salah satu cara pada ilmu psikoterapi guna mengatasi penafsiran
mimpi dengan menanyakan kepada anak atau orang tua mengenai
mimpi yang dialaminya.
h. Three Wishes
Tiga permintaan merupakan salah satu teknik yang sangat efektif
serta merupakan salah satu strategi guna mengundang anak-anak
kedalam suatu komunikasi.
Sedangkan petunjuk komunikasi pada anak biasanya di lakukan sebagai
berikut :
1. Pilih waktu yang tepat supaya anak merasa senang dengan keberadaan
perawat.
2. Berikan senyuman yang lembut serta pandangan mata yang memancarkan
persahabatan kepada anak.
3. Berkomunikasi melalui transisi objek, semisal menggunakan boneka.
4. Berikan kesempatan kepada anak guna berbicara tanpa harus
mengikutsertakan keluarga.
5. Atur posisi, supaya saat berkomunikasi perawat bisa bertatapan dengan
enak.
6. Bicara yang jelas dan spesifik menggunakan kata-kata yang sederhana
atau mudah dicerna oleh anak.
7. Berikan pujian sekaligus motivasi terhadap anak supaya berani berbicara.
8. Gunakan taknik komunikasi yang variatif.
9. Harus jujur kepada anak dan pastikan untuk menghindari memberikan
janji yang tidak mungkin bisa ditepati atau dilaksanakan.

2.7 Peran bicara dalam komunikasi pada anak


A. Pada Bayi
1. Merupakan ungkapan sayang pada bayi.
2. Melatih bayi untuk mengucapkan kata-kata sederhana, sehingga
lambat laun bayi akan menirukannya.
3. Mengajak bicara bayi akan merangsang kinerja syaraf otak dan
pendengaran untuk merangsang syaraf pada indera pengecapan.
4. Membuat rasa nyaman pada bayi sehingga bayi tidak merasa
diabaikan dan merasa selalu diperhatikan.

B. Pada Anak
1. Persiapan fisik, Persiapan ini tergantung pada pertumbuhan dan
perkembangan anak, terutama dalam hal kematangan mekanisme
bicara. Pertumbuhan organ-organ bicara yang kurang sempurna
sangat mempengaruhi kemampuan bicara anak.
2. Persiapan mental, Tergantung pada kematangan otak ( asosiasi otak ),
yang berkembang antara 1 sampai 18 bulan,saat yang tepat di ajak
bicara. Meskipun bayi tidak dapat merespon dengan kata-kata, namun
suara atau bicara yang kita tunjukan pada bayi akan menjadi stimulus
bayi dan akan direspon dengan bahasanya sendiri, misalnya dengan
senyum atau tertawa.
3. Model untuk ditiru, Salah satu faktor yang mempengaruhi
kemampuan bicara adalah stimulus suara. Ucapan-ucapan yang sering
kita sampaikan kepada bayi menjadi model yang bisa ditiru oleh bayi
pada perkembangan bicara selanjutnya. Dengan demikian ucapan-
ucapan yang kita sampaikan hendaknya ucapan yang baik dan
mendidik.
4. Kesempatan praktek/ untuk berlatih. Agar bayi atau anak dapat segera
bicara, maka bayi perlu diajarkan atau diberikan untuk meniru kata-
kata yang sering kita ucapkan.
5. Motivasi dan tantangan, Ajaran dan dorongan bayi untuk
mengucapkan dan apa yang bisa diucapkan oleh bayi. Dalam hal ini
perlu disadari bahwa yang diucapkan bayi belum sempurna, mungkin
yang keluar baru berupa suara-suara atau kata-kata yang belum jelas
sehingga butuh kesabaran dan ketelatenan dalam mengajarkan bicara
kepada bayi/anak.
6. Bimbingan, yang merupakan bentuk upaya untuk membantu
keterampilan bicara anak dapat dilakukan dengan cara : menyediakan
model yang baik, mengatakan dengan perlahan dan jelas, serta
membetulkan kesalahan yang diucapkan si anak

DAFTAR PUSTAKA
Dalami, Ermawati., dkk. 2009. Buku Saku Komunikasi Keperawatan.
Jakarta: Trans Info Media.
Hidayat, Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan anak 1. Salemba
Medika: Surabaya.
Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Zen, Pribadi. 2013. Panduan Komunikasi Efektif untuk Bekal Keperawatan
Profesional. Yogyakarta: D-Medika.

Anda mungkin juga menyukai