Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA ANAK

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah komunikasi II


yang diampu oleh Ns. Wahyudi Mulyaningrat, S.Kep.,M.Kep

Disusun oleh :
Kelompok 1
1. Hendra Ari Wibawa (I1F017001)
2. Nok Imroatul Azizah (I1F017004)
3. Heri Firmansah (I1F017007)
4. Ridho Tristantiningsih (I1F017009)
5. Niko Sutrisno (I1F017011)
6. Aditya Pandu Widiatmoko (I1F017015)
7. Umar Sumardi (I1F017018)
8. Iffah Humaidah (I1F017021)
9. Aditya Wicaksono (I1F017024)
10. Bernadeth Yunitasari (I1F017026)
11. Getrudis Wilhemina Gudhu (I1F017030)
12. Frisca Rinandar (I1F017034)

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2018

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Komunikasi pada anak merupakan suatu proses penyampaian dan
transfer informasi yang melibatkan anak, baik sebagai pengirim pesan
maupun penerima pesan. Dalam proses ini melibatkan usaha-usaha untuk
mengelompokkan, memilih dan mengirimkan lambang-lambang sedemikian
rupa yang dapat membantu seorang pendengar atau penerima berita
mengamati dan menyusun kembali dalam pikirannya arti dan makna yang
terkandung dalam pikiran komunikator.
Pada anak, komunikasi yang terjadi mempunyai perbedaan bila
dibandingkan dengan usia bayi, balita,remaja, maupun orang dewasa. Hal
ini disebabkan oleh karakteristik khusus yang dimiliki anak tersebut sesuai
dengan usia dan perkembangannya. Komunikasi pada anak sangat penting
karena pada proses tersebut mereka dapat saling mengekspresikan
perasaan dan pikiran, sehingga dapat diketahui oleh orang lain. Disamping
itu dengan berkomunikasi anak-anak dapat bersosialisasi dengan
lingkungannya .
Pada anak-anak yang dirawat dirumah sakit karena banyaknya
permasalahan yang dialaminya baik yang berhubungan dengan sakitnya
ataupun karena ketakutan dan kecemasannya terhadap situasi maupun
prosedur tindakan, sering komunikasi menjadi terganggu. Anak menjadi
lebih pendiam ataupun tidak berkomunikasi. Keadaan ini apabila dibiarkan
akan dapat memberikan efek yang kurang baik bagi pertumbuhan dan
perkembangan disamping proses penyembuhan penyakitnya.
Perawat yang mempunyai banyak waktu dengan pasien, diharapkan
dapat memulai komunikasi yang efektif. Keterlibatan perawat dalam
berkomunikasi sangat penting karena perawat mendapat informasi dan
dapat membina rasa percaya anak pada perawat serta membantu anak agar
dapat mengekspresikan perasaannya sehingga dapat dicari solusinya.
Sehubungan dengan itu perawat dituntut untuk memiliki kemampuan
komunikasi dalam memberikan askep pada anak, menguasai teknik-teknik
komunikasi yang cocok bagi anak sesuai dengan perkembangannya.
Melalui komunikasi akan terjalin rasa percaya, rasa kasih sayang, dan
selanjutnya anak akan memiliki suatu penghargaan pada dirinya. Dalam
tinjauan ilmu keperawatan anak, anak merupakan seseorang membutuhkan
suatu perhatian dan kasih sayang, sebagai kebutuhan khusus anak yang
dapat dipenuhi dengan cara komunikasi baik secara verbal maupun
nonverbal yang dapat menumbuhkan kepercayaan pada anak sehingga
tujuan komunikasi dapat tercapai.
2. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penulisan makalah ini adalah supaya mahasiswa
dapat membaca dan mempelajari tentang konsep komunikasi terapeutik
pada anak.
3. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian komunikasi terapeutik pada anak
b. Mengetahui tingkatan komunikasi pada anak
c. Mengetahui bentuk komunikasi pada bayi dan anak
d. Mengetahui tekhnik komunikasi pada anak
e. Mengetahui aplikasi penerapan komunikasi pada anak
BAB II PEMBAHASAN

Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan


dan dilakukan bertujuan untuk membantu penyembuhan atau pemulihan
pasien. Komunikasi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
adalah faktor kematangan. Komunikasi dapat berjalan dikarenakan
melibatkan banyak indra, sehingga dibutuhkan faktor kematangan.
Menurut Prabowo dan Widuri (2014) faktor kematangan dipengaruhi
oleh : 1). Kesempurnaan indera; 2). Kesempurnaan dan kematangan otak
yang mempengaruhi abstraksi, berhitung, membaca dan kesempurnaan
indera dan 3). Kematangan psikologis yang mempengaruhi emosi dan
atensi.
Sebelum melakukan komunikasi dengan anak secara langsung,
perawat sebaiknya melakukan komunikasi terlebih dahulu dengan orang
tua atau pengasuhnya. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
berkomunikasi dengan anak, yaitu : esensi komunikasi, bentuk
komunikasi prabicara, peran bicara dalam komunikasi, komunikasi sesuai
tingkatan perkembangan, komunikasi terapeutik dan teknik komunikasi
pada anak.
Menurut Prabowo dan Widuri (2014) komunikasi pada anak terdiri
dari berbagai tingkatan, yaitu :
1. Komunikasi pada bayi
Pada masa bayi kematangan indera belum sempurna, untuk itu baik
orang tua, pengasuh, maupun perawat harus mengenal dan peka
terhadap Bahasa mereka. Pada bayi usia satu minggu, bayi telah
mampu merespons cahaya hingga usia enam bulan bayi baru dapat
mengidentifikasi warna. Komunikasi pada bayi membutuhkan
kepekaan dan pemahaman yang tinggi dengan memperhatikan
kematangan-kematangan fungsi indera. Tujuan komunikasi pada bayi
diantaranya adalah :
a. Memberi rasa aman
b. Memenuhi kebutuhan bayi akan kasih sayang
c. Melatih bayi mengembangkan kemampuan bicara, mendengar dan
menerima rangsangan
2. Komunikasi pada pada masa prasekolah
Masa ini terjadi pada usia sekitar 2-5 tahun anak sudah mulai
mandiri dan mengembangkan keterampilan dirinya untuk berinteraksi
dengan orang lain. Pada masa ini hampir semuanya dalam kondisi
egosentris, yaitu segala berorientasi pada dirinya sendiri, untuk itu
sebaiknya dalam berkomunikasi pada mereka lebih difokuskan pada
anak. Contoh menanyakan permainan apa yang disukainya. Anak-
anak pada masa ini belum dapat membedakan antara fantasi dan
kenyataan.
Perkembangan indera mereka telah meningkat cukup pesat,
sehingga mereka sudah berkmunikasi baik secara verbal maupun
nonverbal. Selama berkomunikasi dengan mereka, perlu dipahami
bahwa anak tidak hanya memperhatikan pesan yang diucapkan saja,
namun juga memperhatikan situasi nonverbal yang disampaikan.
Tujuan komunikasi pada prasekolah adalah :
a. Melatih keterampilan penggunaan panca inderanya
b. Meningkatkan keterampilan kognitif, afektif dan psikomotor
c. Bentuk pembelajaran dan permainan dalam melakukan interaksi
dengan orang lain
d. Mengembangkan konsep diri mereka
3. Komunikasi pada masa sekolah
Pada masa sekolah antara 7-13 tahun, anak telah mencapai
kematangan yang telah sempurna, baik secara fisik maupun
mentalnya. Pada masa ini juga dikenal sebagai masa kecerdasan,
karena anak beranggapan dirinya mengetahui segala sesuatu leih baik
dari siapapun. Selain itu mereka juga dikatakan pada masa kotor (dirty
age), karena tampak kotor dan kurang rapi karena aktivitas yang
dilakukan sehari-hari. Para ahli jiwa menyebutnya dengan masa
pembentukan genk karena mereka senang berkumpul dan bersatu
mendirikan kelompok-kelompok.
Anak pada masa sekolah kurang memperhatikan segala sesuatu
yang dilihat, namun lebih banyak memperhatikan pada hal-hal yang
mereka ketahui, sehingga pada masa ini mereka lebih banyak
bertanya dan meminta penjelasan terhadap hal-hal yan tidak mereka
ketahui. Pada masa ini merek tetarik pada aspek fungsional dri suatu
prosedur, tujuan dan kegiatan tertentu serta menghendaki penjelasan
setiap hal yang dilakukan mereka.
Pada masa sekolah Anak dapat memahami penjelasan
sederhana dan mampu mendemonstrasikannya. Agar mereka mampu
mengembangkan konsep dirinya, anak harus diizinkan untuk
mengekspresikan rasa takut dan keheranan yang dialaminya. Tujuan
komunikasi pada masa sekolah yaitu :
a. Mengembangkan aktivitas mandiri
b. Belajar bertanggung jawab
c. Mengembangkan konsep abstrak

Bentuk-bentuk Komunikasi pada Bayi dan Anak (Anjaswarni 2016)

Sebelum bayi mampu menyampaikan keinginan dengan kata-kata,


bayi melakukan komunikasi melalui kode-kode khusus untuk
menyampaikan keinginannya sebagai bentuk komunikasinya. Komunikasi
yang demikian disebut sebagai bentuk komunikasi prabicara (prespeech).
Komunikasi ini bersifat sementara, berlangsung selama tahun pertama
kelahiran bayi, dan akan berakhir seiring dengan perkembangan bayi atau
anak telah menunjukkan kematangan fungsi mental dan emosionalnya.
Bentuk komunikasi prabicara ada empat, yaitu tangisan, celoteh, isyarat,
dan ekspresi emosional.

Teknik-teknik komunikasi pada anak (Anjaswarni 2016)


Secara umum ada dua teknik berkomunikasi yang digunakan pada
anak, yaitu teknik komunikasi verbal dan nonverbal. Teknik komunikasi
nonverbal yang sering digunakan antara lain adalah bercerita,
bibliotheraphy, mimpi, menyebutkan permintaan, bemain dan permainan,
melengkapi kalimat, serta teknik pro dan kontra. Teknik komunikasi verbal
dapat berupa menulis, menggambar, gerakan gambar keluarga,
sosiogram, menggambar bersama dalam keluarga, dan teknik bermain.
Komunikasi verbal bagi kebanyakan anak dan orang tua sering mendapat
kesulitan karena harus membicarakan perasaan-perasaannya (Mundakir,
2006).
1. Teknik Verbal
a. Bercerita (story telling)
Bercerita menggunakan bahasa anak dapat menghindari
ketakutan-ketakutan yang yang terjadi selama anak dirawat.
Teknik strory telling dapat dilakukan dengan cara meminta anak
menceritakan pengalamannya ketika sedang diperiksa dokter.
Teknik ini juga dapat menggunakan gambar dari suatu peristiwa
(misalnya gambar perawat waktu membantu makan) dan
meminta anak untuk menceritakannya dan selanjutnya perawat
masuk dalam masalah yang dihadapi anak. Tujuan dari teknik ini
adalah membantu anak masuk dalam masalahnya. Contohnya,
anak bercerita tentang ketakutannya saat diperiksa oleh perawat.
Kemudian, perawat cerita bahwa pasien anak di sebelah juga
diperiksa, tetapi tidak merasa takut karena perawatnya baik dan
ramah-ramah. Dengan demikian, diharapkan perasaan takut anak
akan berkurang karena semua anak juga diperiksa seperti dirinya.
b. Bibliotheraphy
Bibliotheraphy (biblioterapi) adalah teknik komunikasi
terapeutik pada anak yang dilakukan dengan menggunakan buku-
buku dalam rangka proses therapeutic dan supportive.
Sasarannya adalah membantu anak mengungkapkan perasaan-
perasaan dan perhatiannya melalui aktivitas membaca. Cara ini
dapat memberi kesempatan pada anak untuk menjelajahi suatu
kejadian yang sama dengan keadaannya, tetapi sedikit berbeda.
Pada dasarnya, buku tidak mengancam karena anak dapat
sewaktu-waktu menutup buku tersebut atau berhenti
membacanya saat dia merasa tidak aman atau tidak nyaman.
Dalam menggunakan buku untuk berkomunikasi dengan
anak, yang penting diperhatikan adalah mengetahui emosi dan
pengetahuan anak serta melakukan penghayatan terhadap cerita
sehingga dapat menyampaikan sesuai dengan maksud dalam
buku yang dibaca dengan bahasa yang sederhana dan dapat
dipahami anak. Selanjutnya, diskusikan isi buku dengan anak dan
bersama anak membuat kesimpulan.
1) Mimpi
Mimpi adalah aktivitas tidak sadar sebagai bentuk perasaan
dan pikiran yang ditekan ke alam tidak sadar. Mimpi ini dapat
digunakan oleh perawat untuk mengidentifikasi adanya
perasaan bersalah, perasaan tertekan, perasaan jengkel,
atau perasaan marah yang mengganggu anak sehingga
terjadi ketidaknyamanan.
2) Meminta untuk menyebutkan keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak.
Dengan meminta anak untuk menyebutkan keinginan, dapat
diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak dan
keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran
anak pada saat itu.
3) Bermain dan permainan
Bermain adalah salah satu bentuk komunikasi yang paling
penting dan dapat menjadi tehnik yang paling efektif untuk
berhubungan dengan anak. Dengan bermain dapat
memberikan petunjuk mengenai tumbuh kembang fisik,
intelektual dan sosial. Terapeutik Play sering digunakan untuk
mengurangi trauma akibat sakit atau masuk rumah sakit atau
untuk mempersiapkan anak sebelum dilakukan prosedur
medis/perawatan. Perawat dapat melakukan permainan
bersama anak sehingga perawat dapat bertanya dan
mengeksplorasi perasaan anak selama di rumah sakit.
4) Melengkapi kalimat (sentences completion)
Teknik komunikasi ini dilakukan dengan cara meminta anak
menyempurnakan atau melengkapi kalimat yang dibuat
perawat. Dengan teknik ini, perawat dapat mengetahui
perasaan anak tanpa bertanya secara langsung kepadanya,
misalnya terkait dengan kesehatannya atau perasaannya.
Pernyataan dimulai dengan yang netral kemudian dilanjutkan
dengan pernyataan yang difokuskan pada perasaannya.
Contohnya :
“Apa yang menyenangkan waktu di rumah?”
“Kalau di rumah sakit ini, apa yang menyenangkan?”
5) Pro dan kontra
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam
menentukan atau mengetahui perasaan dan pikiran anak.
Anak diminta mengajukan pilihan positif atau negatif sesuai
dengan pendapat anak. Teknik komunikasi ini dilakukan
dengan tujuan mengeksplorasi perasaan-perasaan anak, baik
yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan. Teknik ini
penting diterapkan untuk menciptakan hubungan baik antara
perawat dan anak. Teknik ini dimulai dari hal-hal yang bersifat
netral, selanjutnya hal yang serius. Perhatikan contoh berikut.
a) Topik netral : anak diminta menceritakan hobinya,
selanjutnya anak diminta menyebutkan kebaikan-
kebaikan dari hobinya dan keburukan-keburukan dari
hobinya.
b) Topik khusus : anak diminta menceritakan
pengalamannya di rawat di rumah sakit, selanjutnya anak
diminta menyebutkan kebaikan-kebaikan dan
keburukankeburukan dirawat di rumah sakit.

2. Teknik Nonverbal
Teknik komunikasi nonverbal dapat digunakan pada anak-anak
seperti uraian berikut :
a. Menulis
Menulis adalah pendekatan komunikasi yang secara efektif tidak
saja dilakukan pada anak tetapi juga pada remaja. Ungkapan rasa
yang sulit dikomunikasikan secara verbal bisa ampuh dengan
komunikasi lewat tulisan. Cara ini dapat dilakukan apabila anak
sudah memiliki kemampuan untuk menulis. Melalui cara ini, anak
akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih,
marah, atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada anak
yang jengkel, marah, dan diam. Perawat dapat memulai
komunikasi dengan anak melalui cara memeriksa/menyelidiki
tulisan. Dengan meminta anak menulis, perawat dapat
mengetahui apa yang dipikirkan anak dan bagaimana perasaan
anak
b. Menggambar
Teknik ini dilakukan dengan cara meminta anak untuk
menggambarkan sesuatu terkait dengan dirinya, misalnya
perasaan, apa yang dipikirkan, keinginan, dan lain-lain. Dasar
asumsi dalam menginterpretasi gambar adalah anak-anak
mengungkapkan dirinya melalui coretan atau gambar yang dibuat.
Dengan gambar, akan dapat diketahui perasaan anak, hubungan
anak dalam keluarga, adakah sifat ambivalen atau pertentangan,
serta keprihatinan atau kecemasan pada hal-hal tertentu.
Pengembaangan dari teknik menggambar ini adalah anak dapat
menggambarkan keluarganya dan dilakukan secara bersama
antara keluarga (ibu/ayah) dengan anak. Anak diminta
menggambar suatu lingkaran untuk melambangkan orang-orang
yang berada dalam lingkungan kehidupannya dan gambar
bundaran-bundaran di dekat lingkaran menunjukkan
keakraban/kedekatan. Menggambar bersama dalam keluarga
merupakan satu alat yang berguna untuk mengungkapkan
dinamika dan hubungan keluarga.
c. Nada suara
Gunakan nada suara lembut, terutama jika emosi anak dalam
keadaan tidak stabil. Hindari berteriak karena berteriak hanya
akan mendorong pergerakan fisik dan merangsang kemarahan
anak semakin meningkat.

d. Aktivitas pengalihan
Untuk mengurangi kecemasan anak saat berkomunikasi, gunakan
aktivitas pengalihan, misalnya membiarkan anak bermain dengan
barang-barang kesukaannya, seperti boneka, handphone, mobil-
mobilan, kacamata, dan lain-lain. Komunikasi dilakukan sambil
menggambar bersama anak. Bermacam-macam aktivitas ini akan
berdampak fokus anak teralihkan sehingga dia merasa lebih
rileks/santai saat berkomunikasi.
Pembicaraan atau komunikasi akan terasa lancar dan efektif jika
kita sejajar. Saat berkomunikasi dengan anak, sikap ini dapat
dilakukan dengan cara membungkuk atau merendahkan posisi
kita sejajar dengan anak. Dengan posisi sejajar, kita dapat
mempertahankan kontak mata dengan anak dan mendengarkan
secara jelas apa yang dikomunikasikan anak.
e. Ungkapan marah Kadang-kadang anak merasa jengkel, tidak
senang, dan marah. Pada situasi ini, izinkanlah anak untuk
mengungkapkan perasaan marahnya serta dengarkanlah dengan
baik dan penuh perhatian apa yang menyebabkan dia merasa
jengkel dan marah. Untuk memberikan ketenangan pada anak
saat marah, duduklah dekat dia, pegang tangan/pundaknya, atau
peluklah dia. Dengan cara-cara seperti tersebut, anak akan
merasa aman dan tenang bersama Anda.
f. Sentuhan
Sentuhan adalah kontak fisik yang dilakukan dengan cara
memagang sebagian tangan atau bagian tubuh anak, misalnya
pundak, usapan di kepala, berjabat tangan, atau pelukan,
bertujuan untuk memberikan perhatian dan penguatan terhadap
komunikasi yang dilakukan antara anak dan orang tua. Dengan
kontak fisik berupa sentuhan ini, anak merasa dekat dan aman
selama komunikasi. Teknik ini efektif dilakukan saat anak merasa
sedih, menangis, atau bahkan marah.
g. Penerapan komunikasi sesuai tingkat perkembangan anak
Perkembangan komunikasi pada bayi dan anak tergantung dari
perkembangan otak dan fungsi kognitifnya. Perkembangan ini juga
berhubungan dengan kematangan atau kemampuan organ
sensorik dalam menerima rangsangan atau stimulus internal
maupun eksternal. Perkembangan komunikasi pada bayi dan anak
juga dipengaruhi oleh kuatnya stimulus internal dan eksternal yang
masuk dalam diri anak melalui reseptor pendengarannya dan
organ sensorik lainnya. Perkembangan komunikasi pada anak
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dan spesifik pada
setiap tingkat perkembangannya.

Aplikasi Penerapan Komunikasi

Suselo et al. (2017) melakukan penelitian tentang hubungan


komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan orang tua
saat pemasangan infus pada anak di rumah sakit. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan komunikasi terapeutik
perawat dengan tingkat kecemasan orang tua saat pemasangan infus
pada anak. Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya, bahwa
peran perawat harus terdiri dari orang-orang yang bermoral baik dan
memiliki kepedulian terhadap kesehatan pasien, yang mempertahankan
martabat dan menghargai pasien sebagai seorang manusia. Komunikasi
yang baik oleh perawat dapat menolong klien untuk meningkatkan
perubahan positif dalam aspek fisik, psikologis, spiritual, dan sosial.
Tetapi sebaliknya jika komunikasi dirasakan kurang, maka hal ini
cenderung menjadi faktor penyebab kecemasan orang tua terkait
tindakan yang akan dilakukan perawat pada anaknya. Tujuan
komunikasi terapeutik diarahkan agar terjadi kedekatan yang erat antara
orang tua pasien dan perawat sehingga bisa mengurangi tingkat
kecemasan.

Penelitian lain terkait dengan penerapan komunikasi di fasilitas


kesehatan yang dilakukan oleh Transyah dan Toni (2018) didapatkan
hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara penerapan
komunikasi terapeutik dengan kepuasan pasien di ruang rawat inap.
Sehingga, bagi seorang perawat diharapkan agar senantiasa
menerapkan komunikasi terapeutik agar menunjang kesembuhan
pasien dan kepuasan pasien yang dirawatnya.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Shinto, Retyan dan


Syaifudin (2010) diperoleh sebuah hasil bahwa komunikasi terapeutik
terhadap proses perawatan mampu meminimalisir kecemasan dan
stress yang terjadi pada anak khususnya usia pra sekolah yang dirawat
di rumah sakit.

BAB III KESIMPULAN

Komunikasi terapeutik pada anak disesuaikan dengan usia


perkembangan anak. Cara berkomunikasi pada bayi tentu akan berbeda
dengan anak usia 1 tahun. Suara yang lembut dan sentuhan akan
membantu memnguatkan komunikasi terapeutik yang kita lakukan.
Seorang anak juga mempunyai kebutuhan aktualisasi diri, sehingga
mendengarkan dengan baik apa yang anak katakan, keluhkan dan
inginkan merupakan salah satu bentuk dari komunikasi terapeutik. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa proses kesembuhan pasien tidak
hanya karena obat-obatan atau peralatan medis yang canggih, tetapi
bagaimana cara kita melakukan komunikasi yang terapeutik pada pasien
sesuai dengan tingkat perkembangan usianya.

DAFTAR PUSTAKA
Anjaswarni, Tri, 2016, Modul bahan ajar cetak keperawatan : Komunikasi
dalam keperawatan, Pusdik SDM Kesehatan Kementerian Kesehatan,
Jakarta.

Prabowo, Tri & Widuri, Hesti, 2014, Komunikasi dalam keperawatan,


Fitramaya, Yogyakarta .

Suselo, R. R., Rompas, S., & Wowiling, F., 2017, Hubungan komunikasi
terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan orang tua saat
pemasangan infus pada anak di rsup prof. Dr. R. D. Kandou Manado,
e-journal Keperawatan (e-Kp), Volume 5 Nomor 1

Shinto, R., Syaifudin., 2010, Pengaruh komunikasi terapeutik terhadap


tingkat kecemasan Hospitalisasi Pada Anak Usia Prasekolah Di RSKA
Empat Lima Yogyakarta, e-journal Keperawatan (e-Kp)

Transyah, C. H., & Toni, J., 2018, Hubungan penerapan komunikasi


terapeutik Perawat dengan kepuasan pasien, Jurnal Endurance,
3(1),88-95, DOI: http://doi.org/10.22216/jen.v3i1.2487

Anda mungkin juga menyukai