Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KONSEP KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA ANAK

DI SUSUN OLEH :

1. ADI RENALDI DJABI (221111043)

2. DEVANTI MIRA LY (221111055)

3. GABRIELA P. D. BISSILISIN (221111059)

4. JULIO DAPA TENA (221111063)

PROGRAM STUDI NERS

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS CITRA BANGSA

KUPANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmatnya
kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KONSEP KOMUNIKASI
TERAPEUTIK PADA ANAK” makalah ini sudah selesai kami susun dengan maksimal,
dengan bantuan pertolongan dari berbagai pihak sehingga memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang sudah ikut
berkontribusi di dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari
seutuhnya bahwa masih jauh dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat, maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, kami terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca sehingga kami bisa melakukan perbaikan makalah ini,
menjadi makalah yang baik dan benar.

Akhir kata kami penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para
pembaca.

Kupang, 4 November 2023

Kelompok 8
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................4
1.3 TUJUAN............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................5
2.1 Ketepatan menjelaskan konsep komunikasi terapeutik pada anak....................5
BAB III PENUTUP...........................................................................................................11

KESIMPULAN......................................................................................................11
SARAN...................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


komunikasi pada anak merupakan suatu proses penyampaian dan transfer
informasi yang melibatkan anak, baik sebagai pengirim pesan maupun penerima
pesan. Dalam proses ini melibatkan usaha-usaha unttuk mengelompokkan, memilih
dan mengirimkan lambang-lambang sedemikian rupa yang dapat membantu seorang
pendengar atau penerima berita mengamati dan menyusun kembali dalam pikirannya
arti dan makna yang terkandung dalam pikiran komunikator.
Pada anak, komunikasi yang terjadi mempunyai perbedaan bila di bandingkan
dengan yang terjadi pada usia bayi, balita, remaja, maupun orang dewasa. Hal ini
disebabkan oleh karakteristik khusus yang dimiliki anak tersebut sesuai dengan usia
dan perkembangannya. Komunikasi pada anak sangat penting karena pada prsoes
tersebut mereka dapat saling mengekspresikan perasaan dan pikiran, sehingga dapat
diketahui oleh orang lain. Disamping itu dengan berkomunikasi, anak-anak dapat
bersosialisasi dengan lingkungannya.
Pada anak-anak yang dirawat dirumah sakit karena banyaknya permasalahan yang
dialaminya baik yang berhubungan dengan sakitnya maupun karena ketakutan dan
kecemasannya terhadap situasi maupun prosedur tindakan, sering komunikasi
menjadi terganggu. Anak menjadi lebih pendiam ataupun tidak berkomunikasi.
Keadaan ini apabila di biarkan akan dapat memberikan efek yang kurang baik bagi
pertumbuhan dan perkembangan disamping proses penyembuhan penyakitnya.
Perawat yang mempunyai banyak waktu dengan pasien, diharapkan dapat
memulai menciptakan komunikasi yang efektif. Keterlibatan perawat dalam
berkomunikasi sangat penting karena dengan demikian perawat mendapat informasi
dan dapat membina rasa percaya anak pada perawat serta membantu anak agar dapat
mengekspresikan perasaannya sehingga dapat dicari solusinya. Sehubungan dengan
itu perawat di tuntut untuk memiliki kemampuan komunikasi dalam memberikan
asuhan keperawatan pada anak, menguasai teknik-teknik komunikasi yang cocok bagi
anak sesuai dengan perkembangannya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa itu konsep komunikasi terapeutik pada anak?

1.3 TUJUAN
1. Untuk dapat mengetahui konsep komunikasi terapeutik pada anak.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Komuniksi Terapeutik Pada Anak


Komunikasi pada anak tentu berbeda dengan komunikasi pada orang dewasa, karena
tingkat kematangan berbahasa atau berkomunikasi anak berbeda dengan orang dewasa.
Berkomunikasi dengan anak juga memerlukan teknik yang berbeda, karena usia anak
berbeda-beda. Misalnya, berbicara dengan anak remaja, tentu berbeda dengan anak balita
karena anak yang lebih besar biasanya lebih aktif berbicara daripada anak yang lebih
kecil.
Beberapa hal yang perlu di perhatikan ketika berkomunikasi dengan anak adalah
biasanya anak lebih responsif terhadap respons nonverbal (Berman, Snyder, Kozier, dan
Erb, 2008). Hal ini terutama tampak jelas pada anak yang sangat kecil. Karena itu,
perawat harus menjaga ekspresi wajahnya ketika berbicara dengan bayi. Bayi tidak
mengerti kata-kata dan hanya memberikan respons terhadap nonverbal lawan bicara. Jika
perawat sanyum, bayi juga akan ikut tersenyum. Anak tidak suka dipandangi seperti saat
kita berbicara kepada orang dewasa. Saat berkomunikasi dengan bayi, hindari terus-
menerus melakukan kontak mata. Anak-anak biasanya merasa malu jika dipandangi
secara terus-menerus.
Anak yang lebih kecil sering kali merasa tidak dapat berbuat apa-apa, terutama dalam
situasi saat mereka harus berinteraksi dengan tenaga kesehatan. Karena itu, perawat
harus lebih ramah, lebih empati, dan lebih menunjukkan sikap yang penuh sakih sayang
ketika berinteraksi dengan anak. Perawat sebaiknya memberikan perhatian secara
periodik kepada bayi dan anak. Ketika memasuki ruang pemeriksaan misalnya, perawat
harus menunjukkan sikap yang tenang dan relaks agar orang tua dan anak dapat tenang
menjalani pemeriksaan. Dalam menjelaskan prosedur pemeriksaan atau tindakan
keperawatan, sebaiknya perawat menggunakan kata-kata yang sederhana dan bersifat
lansung. Berikut ini adalah pedoman dalam berkomunikasi pada anak (Honckenberry dan
Wilson, 2011; Berman, Snyder, Kozier, dan Erb, 2008).
1. Bina hubungan saling percaya dengan anak agar anak merasa nyaman
2. Hindari sikap tubuh yang mengancam, seperti senyum yang lebar dan kontak mata
yang berlebihan
3. Bicara dengan orang tua terlebih dahulu jika anak pemalu
4. Berikan kesempatan berbicara pada anak tanpa kehadiran orang tua
5. Posisi perawat dan anak ketika berinteraksi haruslah setinggi mata anak. Jadi, perawat
harus jongkok ketika berkomunikasi dengan anak balita agar mata perawat sejajar
dengan mata anak.
6. Bicara dengan tenang pada anak, gunakan kata-kata yang sederhana dan jelas, serta
hindari menggunakan terminologi yang ilmiah.
7. Pada anak bayi dan balita, gunakan boneka sebagai alat peraga
8. Bersikap jujur pada anak. Sikap jujur sangat penting ketika berkomunikasi dengan
anak
9. Izinkan anak mengekspresikan masalah dan rasa takutnya.
10. Gunakan teknik komunikasi yang kreatif.

Berikut ini adalah teknik-teknik komunikasi yang penting ketika berkomunikasi


dengan anak.
1. Pesan “saya”
Menurut Hockenberry dan Wilson (2010), teknik komunikasi yang
menekankan pada “saya” merupakan teknik komunikasi yang kreatif untuk
berkomunikasi dengan anak, karena teknik yang menekankan pada “kamu”
terkesan defensif dan menhakimi. Sebagai contoh, dari pada mengatakan,
“kamu tidak menghabiskan sarapanmu tadi pagi, kenapa?”, lebih baik
mengatakan, “Saya ingi sekali melihat adek makannya habis setiap hari”.
2. Teknik orang ketiga
Teknik ini sangat efektifketika perawat ingin menggali perasaan anak. Teknik
ini di rasa tidak mengancam bagi anak,dibanding teknik bicara atau bertanya
secara langsung (Hockenberry dan Wilson, 2011).
3. Bercerita
Bercerita merupakan teknik yang tepat untuk mengubah perilaku anak ke arah
yang lebih baik. Perlu diingat bahwa perawat harus menggunakan kata-kata
yang mudah di mengerti oleh anak selama bercerita (Hockenberry dan
Wilson, 2011).
4. Saling bercerita
Berbeda dengan teknik bercerita yang sifatnya satu arah (hanya perawat saja
yang bercerita), saling bercerita bersifat lebih interaktif, yakni perawat dan
anak saling bercerita. Teknik ini efektif untuk mengubah perilaku anak.
(Hockenberry dan Wilson, 2011).
5. Pertanyaan “bagaimana jika”
Teknik ini bertujuan untuk mendorong anak untuk mempertimbangkan
alternatif pemecahan masalah dalam situasi tertentu (Hockenberry dan
Wilson, 2011).
6. Menulis
Ketika anak menolak untuk berbicara dengan perawar karena beberapa
hal,perawat dapat mengetahui masalah anak dengan cara memintanya untuk
menuliskan masalah tersebut. Teknik menulis ini sangat efektif untuk anak
yang lebih besar,seperti pada remaja (Hockenberry dan Wilson, 2011).
Perawat dapat meminta mereka untuk membuat diary (catatan hrian) selama
mereka dirawat.
7. Menggambar
Menggambar merupakan kegiatan yang paling menyenangkan bagi
anak,terutama pada anak balita dan usia sekolah hingga kelas dua SD. Perawat
dapat mengetahui perasaan anak melalui gambar mereka, karena biasanya
anak bercerita tentang gambarnya (Hockenberry dan Wilson, 2011).
8. Bermain
Pada usia anak,bermain adalah kegiatan yang paling menyenangkan. Saat
bermain,anak memproyeksikan hal yang ada dalam dirinya (Hockenberry dan
Wilson, 2011). Sambil bermain, perawat dapat mengajak anak untuk melakukan
sesuatu yang baik bagi mereka, misalnya mengajarkan cara menggosok gigi.

Untuk melakukan komunikasi terapeutik dengan anak dapat ditempuh


dengan cara-cara sebagai berikut:
 Nada suara
Untuk dapat berkomunikasi efektif dengan anak diperlukan tempo
bicara yang rendah dengan memperlambat pepembicaraan. Apabila
tidak mendapat jawaban harus diulang dengan kata-kata yang jelas,dan
menghindari sikap mendesak.
 Mengalihkan aktivitas
Aktivitas yang tidak konsisten dapat mengundang rasa cemas bagi
perawat yang bertindak sebagai terapis, dan perawat mengartikannya
sebagai sifat hiperaktif. Anak tertarik pada aktivitas yang disukai. Oleh
karena itu perlu dibuatkan jadwal agar aktivitas yang disukai dan
aktivitas yang diprogramkan dapat diatur waktunya.
 Jarak interaksi
Perawat yang mengamati tindakan nonverbal dan sikap tubuh anak
harus mempertahankan jarak yang aman dalam berinteraksi.
 Marah
Perawat perlu mempelajari isyarat kontrol perilaku pada anak untuk
mencegah kemarahan anak. Perawat menghindari bersuara keras dan
bersikap otoriter, serta mengurangi kontak pandang jika respon anak
meningkat. Jika mulai dapat mengendalikan perilaku maka kontak
pandang dapat dilakukan kembali,namun komunikasi melalui sentuhan
ditunda terlebih dahulu.
 Kesadaran diri
Perawat harus menhindari berhadap-hadapan secara langsung, dan
duduk terlalu dekat. Meja tidak diletakan diantara anak dan perawat.
Perawat secara nonverbal selalu memberi motivasi dan persetujuan
apabila diperlukan.

 Sentuhan
Perawat hendaknya tidak menyentuh anak kecuali dikehendaki.
Berjabat tangan dengan anak merupakan cara untuk menghilankan
stres dan cemas pada anak.

 Komunikasi Terapeutik pada anak berdasarkan usia :


1. Usia Todler dan Pra Sekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5 tahun)
Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan perkembangan
bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu memahami kurang lebih sepuluh
kata, pada tahun ke dua sudah mampu 200-300 kata dan masih terdengan kata-kata
ulangan.
Pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu menguasai
sembilan ratuskata dan banyak kata-kata yang digunakan seperti mengapa, apa, kapan
dan sebagainya.Komunikasi pada usia tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa ingin
tahunya sangat tinggi,inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasanya mulai meningkat, mudah
merasa kecewa dan rasa bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi harus
berpusat pada dirinya, takut terhadapketidaktahuan dan perlu diingat bahwa pada usia ini
anak masih belum fasih dalam berbicara (Behrman, 1996).
Pada usia ini cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan memberi
tahu apa yang terjadi pada dirinya, memberi kesempatan pada mereka untuk menyentuh
alat pemeriksaan yang akan digunakan, menggunakan nada suara, bicara lambat, jika
tidak dijawabharus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana, hindarkan
sikap mendesak untukdijawab seperti kata-kata “jawab dong”, mengalihkan aktivitas saat
komunikasi, memberikan mainan saat komunikasi dengan maksud anak mudah diajak
komunikasi dimana kita dalam berkomunikasi dengan anak sebaiknya mengatur jarak,
adanya kesadaran diri dimana kitaharus menghindari konfrontasi langsung, duduk yang
terlalu dekat dan berhadapan. Secara nonverbal kita selalu memberi dorongan
penerimaan dan persetujuan jika diperlukan, jangansentuh anak tanpa disetujui dari anak,
bersalaman dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas,
menggambar,menulis, atau bercerita dalam menggali perasaan dan fikiran anak di saat
melakukan komunikasi.
Teknik berkomunikasi Usia Todler dan Pra Sekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5 tahun)

 anak berkomunikasi secara verbal maupun non verbal.


 anak bersifat egosentris dan hanya memahami hal-hal yanug berhubungan dengan
dirinnya.
 anak tidak dapat membedakan fantasi dan kenyataan.
 anak memahami anologi secara literal [mis. Anak harus di izinkan untuk melakukan
eksplorasi pada lingkungan].
 anak harus di izinkan menjelajahi lingkungan.
 anak memahami kalimat yang pendek dan sederhana, kata-kata yang dipahami dan
penjelasan yang konkrit.

2. Usia Sekolah (5-11 tahun)


Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan kemampuan
anakmencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan yang besar dan apa yang
dilaksanakanoleh anak mencerminkan pikiran anak dan kemampuan anak membaca
disini sudah muncul, pada usia ke delapan anak sudah mampu membaca dan sudah mulai
berfikir tentang kehidupan.

Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap masih
memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu menggunakan kata-kata sederhana
yang spesifik, menjelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak atau sesuatu
yang tidakdiketahui, pada usia ini keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural
dari objek tertentusangat tinggi. Maka jelaskan arti, fungsi dan prosedurnya, maksud dan
tujuan dari sesuatu yangditanyakn secara jelas dan jangan menyakiti atau mengancam
sebab ini akan membuat anaktidak mampu berkomunikasi secara efektif.
Teknik berkomunikasi dengan anak Usia Sekolah (5-11 tahun)
 anak mencapai alasan dan penjelasan atas segala sesuatu namun tidak
membutuhkan pengesahan.
 anak tertarik dalam aspek fungsional objek dan kegiatan (apa yang akan terjadi,
kenapa hal ini terjadi.
 anak memperhatikan intergritas tubuh.
 anak harus di ijinkan untuk memanipulasi perlengkapan(missal; memegang palu
perkusi)
 anak memahami penjelasan sederhana dan mendemonstrasikan nya.
 Anak harus diijinkan untuk mengekspresikan rasa takut dan keheranan

3. Usia Remaja (11-18 tahun)


Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan kemampuan
berdiskusi atau berdebat dan sudah mulai berpikir secara konseptual, sudah
mulaimenunjukkan perasaan malu, pada anak usia sering kali merenung kehidupan
tentang masadepan yang direfleksikan dalam komunikasi. Pada usia ini pola pikir sudah
mulai menunjukkanke arah yang lebih positif, terjadi konseptualisasi mengingat masa ini
adalah masa peralihananak menjadi dewasa.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi atau curah
pendapat pada teman sebaya, hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa
malu dan jagakerahasiaan dalam komunikasi mengingat awal terwujudnya kepercayaan
anak dan merupakanmasa transisi dalam bersikap dewasa.
Teknik berkomunikasi pada usia remaja (11-18 tahun)
 penting untuk memahami bahwa perkembangan sosial dan emosional mereka sedang
berlangsung
 Teknik komunikasi yang efektif melibatkan pendekatan yang sensitif,
 mendengarkan dengan penuh perhatian, dan memberikan dukungan positif.
 Terlibat dalam percakapan terbuka dapat membantu membangun kepercayaan dan
memfasilitasi pertukaran ide.

 hambatan komunikasi pada anak.


Dalam berkomunikasi dengan anak perawat akan menemui beberapa hambatan dalam
proses komunikasi tersebut hal ini meliputi:
1. keterbatasan dalam perkembangan bahasa, konsep dan pengalaman.
2. keterbatasan dalam memahami konsep abstrak.
3. kadangkala kurang atau tidak tanggap dalam diajak bicara.
4. ucapan kata tidak jelas
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Komunikasi terapeutik adalah hubungan interpersonal antara perawat dan klien, yang di
rencanakan secara sadar yang bertujuan dan kegiatanya dipusatkan untuk kebutuhan
pasien. Perkembangan komunikasi terapeutik pada anak sendiri di mulai pada masa bayi
sampai anak usia remaja yang mana dari perkembangan yang berbeda-beda. Selain itu di
dalam komunikasi prabicara dimana terdiri dari tangisan, ocehan, isyarat, dan ungkapan
emosional seorang bayi/anak. Disisi lain dalam melakukan komunikasi kepada bayi
terdapat beberapa tekniknya, yaitu bisa menggunakan teknik verbal dan non verbal.
Setelah mempelajari semua komunikasi terapeutik pada anak/bayi, terdapat cara
menerapkan komunikasi terapeutik tersebut pada usia bayi sampai anak usia sekolah.

Saran

Dengan penulisan makalah ini penulis mengharapkan agar pembaca dalam


berkomunikasi dengan anak lebih efektif karena telah mengetahui bagaimana prinsip dan
strategi berkomunikasi dengan anak, serta mengetahui hambatan yang akan ditemui ada
saat akan berkomunikasi dengan anak.
DAFTAR PUSTAKA

Suryani. (2005). Komunikasi Terapeutik Teori & Praktik. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai