Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

GIZI DAN DIET


“Diet Pada Klien Dengan Gangguan Fungsi Ginjal ”

Dosen Pembimbing :
Ns. Jaka Pradika, M.Kep., WOC(ET)N

Disusun Oleh
Kelompok 8

1. Nindi Ritma Atika Dewi Saputri S20129022


2. Hanan Hidayah Fairuzzari S20129021
3. Agustina Angelia S20129020
4. Ilvan Umam S20129014

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran ALLAH SWT, yang telah memberi kekuatan dan
kesempatan kepada penulis, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
waktu yang diharapkan walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana. Di mana
makalah ini membahas tentang “Diet Pada Klien Dengan Gangguan Fungsi
Ginjal” dan kiranya makalah ini dapat memberi pengetahuan kita khususnya
tentang bagaimana respon yang diberikan penderita terhadap pemberian obat.
Dalam penyusunan makalah, penulis banyak mendapat ilmu serta
pengalaman dari berbagai pihak. Oleh karenanya, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Dosen terkait yang telah memberikan pengetahuan tentang dasar
pemahaman gizi dan diet.
2. Teman-teman kelompok yang telah berpartisipasi hingga makalah ini
dapat terselesaikan.
Dengan adanya makalah ini, mudah-mudahan dapat membantu
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang materi yang dipaparkan, juga
agar meningkatkan mutu individu kita.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
sangat minim, sehingga saran dari dosen pengajar serta kritikan dari semua pihak
masih penulis harapkan demi penyempurnaan makalah.

Pontianak, 7 Juni 2021

Penulis

II
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL································································· i
KATA PENGANTAR······························································· ii
DAFTAR ISI·········································································· iii
BAB I PENDAHULUAN··························································· 1
A. LATAR BELAKANG······················································· 1
B. RUMUSAN MASALAH···················································· 1
C. TUJUAN······································································· 1
1. Tujuan Umum····························································· 1
2. Tujuan Khusus···························································· 1
D. MANFAAT···································································· 2
BAB II PEMBAHASAN···························································· 4
A. Tinjauan Teori································································· 4
1. Ginjal······································································· 4
2. Fungsi Ginjal····························································· 5
3. Struktur Anatomi Ginjal················································ 5
B. Gangguan Pada Fungsi Ginjal··············································· 6
1. Definisi···································································· 6
2. Etiologi···································································· 7
3. Patofisiologi······························································· 8
4. Manifestasi klinis························································· 8
C. Tata Laksa Diet Pada Pasien Gagal Ginjal································ 8
BAB III PENUTUP·································································· 11
A. KESIMPULAN······························································· 11
B. SARAN········································································ 11
DAFTAR PUSTAKA

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah
kurang dari normal. Faktor-faktor penyebab anemia gizi besi adalah status
gizi yang dipengaruhi oleh pola makanan, sosial ekonomi keluarga,
lingkungan dan status Kesehatan. (Khaidir, 2007)
Selain itu penyebab anemia gizi besi dipengaruhi oleh kebutuhan tubuh
yang meningkat, akibat mengidap penyakit kronis dan kehilangan darah
karena menstruasi dan infeksi parasit (cacing). Di negara berkembang seperti
Indonesia penyakit kecacingan masih merupakan masalah yang besar untuk
kasus anemia gizi besi, karena diperkirakan cacing menghisap darah 2-100 cc
setaip harinya. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau
hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak. Kekurangan
kadar Hb dalam darah dapat menimbulkan gejala lesu, lemah, letih, lelah dan
cepat lupa. Akibatnya dapat menurunkan prestasi belajar, olah raga dan
produktifitas kerja. Selain itu anemia gizi besi akan menurunkan daya tahan
tubuh dan mengakibatkan mudah terkena infeksi. (Khaidir, 2007)
Hampir 23% remaja putri di indonesia mengalami anemia alias kurang
darah. Dengan jumlah remaja putri kurang lebih 21 juta, terdapat setidaknya
4,8 juta yang mengidap kekurangan jumlah sel darah merah (yang
mengandung protein hemoglobin, Hb). Sel ini yang memungkinkan oksigen
dari jantung di angkut ke seluruh bagian tubuh. (The Conversation, 2019)
Prevalensi anemia pada remaja putri sebesar 29%. Prevalensi anemia pada
remaja putri usia (usia 10-18 tahun) mencapai 41,5% di negara berkembang.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, dengan prevalensi
anemia pada remaja putri di Indonesia menurut WHO sebesar 37% lebih
tinggi dari prevalensi anemia di dunia (WHO, 2015).

1
2

Berdasarkan siklus daur hidup, anemia gizi besi pada saat remaja akan
berpengaruh besar pada saat kehamilan dan persalinan, yaitu terjadinya
abortus, melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, mengalami
penyulit lahirnya bayi karena rahim tidak mampu berkontraksi dengan baik
serta risiko terjadinya perdarahan pasca persalinan yang menyebabkan
kematian maternal (Poltekkes Depkes Jakarta I, 2010). Penyebab utama
anemia gizi besi pada wanita adalah kurang memadainya asupan makanan
sumber Fe, perdarahan patologis akibat penyakit malaria atau infeksi parasit
seperti cacingan, Penyebab lainnya dari anemia defisiensi besi adalah
dikarenakan asupan dan serapan zat besi yang tidak adekuat, yaitu dengan
kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dapat mengganggu penyerapan zat
besi seperti teh secara bersamaan pada waktu makan, Faktor lain terjadinya
anemia gizi besi pada remaja putri yaitu pengetahuan yang kurang tentang
anemia, sikap yang tidak mendukung, pendidikan ibu maupun tingkat sosial
ekonomi keluarga.
Akibat yang merugikan kesehatan pada individu yang menderita anemi
gizi besi adalah gangguan perkembangan motorik dan koordinasi, gangguan
perkembangan dan kemampuan belajar, gangguan pada psikologis dan
perilaku, gangguan kemampuan belajar, penurunan kemampuan bekerja dan
aktivitas fisik, penurunan daya tahan terhadap keletihan.
Dari tanda dan gejala tersebut dapat menimbulkan masalah keperawatan
salah satunya adalah defisit nutrisi. Upaya pencegahan dan penanggulangan
anemia yang telah dilakukan selama ini kebanyakan hanya ditujukan pada ibu
hamil, sedangkan masyarakat lain secara dini belum terlalu diperhatikan.
Maka dari itu alasan penulis mengambil pembahasan ini adalah agar para
pembaca dapat memahami anemia secara menyeluruh.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana saja Diet Pada Klien Dengan Gangguan Fungsi Ginjal?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
3

Makalah ini bertujuan agar pembaca memahami Diet Pada Klien Dengan
Gangguan Fungsi Ginjal.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan pengetahuan bagi para pembaca tentang apa itu fungsi
ginjal.
b. Memberikan pengetahuan bagi para pembaca tentang apa saja
gangguan pada fungsi ginjal
c. Memberikan pengetahuan bagi para pembaca tentang bagaimana tata
laksana diet pada klien dengan gangguan fungsi ginjal.
D. Manafaat
Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Bagi penulis dapat menambah wawasan tentang Diet Pada Klien
Dengan Gangguan Fungsi Ginjal
2. Bagi mahasiswa dapat digunakan sebagai rujukan pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tinjauan Teori
A. Ginjal
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di
rongga retroperitoneal bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang
dengan sisi cekungnya menghadap ke medial, sisi tersebut terdapat
hilus ginjal yaitu tempat strukturstruktur pembuluh darah, sistem
limfatik, sistem saraf dan ureter menuju dan meninggalkan ginjal
(Purnomo, 2009).
Angka kejadian gagal ginjal di dunia secara global lebih dari 500
juta 2 orang dan yang harus menjalani hidup dengan bergantung pada
cuci darah (hemodialisa) sebanyak 1,5 juta orang dengan insidensi
pertumbuhan 8% per tahun (WHO, 2013).
Dilaporkan lebih dari 50% pasien yang menjalani terapi
hemodialisis tidak patuh dalam pembatasan nutrisi dan asupan cairan
(Barnet et al, 2008).
Tanpa pengendalian yang cepat dan tepat pada tahun 2015 Penyakit
ginjal diperkirakan bisa menyebabkan kematian hingga 36 juta
penduduk dunia. Di Amerika Serikat, negara yang sangat maju dan
dengan tingkat gizi yang baik, setiap tahun ada sekitar 20 juta orang
dewasa menderita penyakit ginjal kronis (Bertalina, 2012).
Sedangkan di Indonesia sendiri belum terdapat data yang pasti, tetapi
dari survey komunitas yang dilakukan Perhimpunan Nefrologi Indonesia
(PERNEFRI), diperkirakan ada 70 ribu penderita gagal ginjal di
Indonesia, namun yang terdeteksi menderita gagal ginjal kronis dan
menjalani terapi cuci darah (hemodialisa) yaitu sekitar 4000-5000 orang
(Alam, 2007).

4
Gagal ginjal dapat disebabkan karena usia, jenis kelamin, dan riwayat
penyakit seperti diabetes, hipertensi maupun penyakit gangguan
metabolik lain yang dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Selain
itu,

5
5

penyalahgunaan penggunaan obatobat analgetik dan OAINS baik secara


bebas maupun yang diresepkan dokter selama bertahuntahun dapat
memicu risiko nekrosis papiler dan gagal ginjal kronik. Kebiasaan
merokok dan penggunaan minuman suplemen energi juga dapat menjadi
penyebab terjadinya gagal ginjal.
2. Fungsi Ginjal
a. Mengeksresikan zat-zat yang merugikan bagi tubuh.
b. Mengeksresikan gula kelebihan gula dalam darah.
c. Membantu keseimbangan air dalam tubuh d. Mengatur
konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam-basa
darah.
d. Ginjal mempertahankan pH plasma darah pada kisaran 7,4
melalui pertukaran ion hidronium dan hidroksil (Prabowo, 2014).
3. Struktur Anatomi Ginjal
Ginjal orang dewasa panjangnya 12 sampai 13 cm, lebarnya 6 cm dan
beratnya antara 120-150 gram. Sembilan puluh lima persen (95%) orang
dewasa memiliki jarak antar kutub ginjal antara 11-15 cm. Perbedaan
panjang dari kedua ginjal yang lebih dari 1,5 cm atau perubahan bentuk
ginjal merupakan tanda yang penting karena kebanyakan penyakit ginjal
dimanifestasikan dengan perubahan struktur (Suharyanto & Madjid,
2009).
6

B. Gangguan Pada Fungsi Ginjal (Gagal Ginjal Kronik)


1. Defenisi
Ginjal selain berfungsi untuk meyaring kotoran dalam darah, juga
memiliki fungsi sebagai berikut:
a) Mengekskresikan zat-zat yang merugikan bagi tubuh, antara lain:
urea, asam urat, amoniak, creatinin, garam anorganik, bakteri dan
juga obat-obatan. Jika zat-zat tersebut tidak diekskresikan oleh
ginjal, maka manusia tidak akan bisa bertahan hidup. Hal ini
dikarenakan tubuhnya akan diracuni oleh kotoran yang dihasilkan
oleh tubuhnya sendiri. Bagian ginjal yang memiliki tugas untuk
menyaring adalah nefron.
b) Mengekskresikan kelebihan gula dalam darah. Zat-zat penting
yang larut dalam darah akan ikut masuk kedalam nefron, lalu
kembali ke aliran darah. Akan tetapi, apabila jumlahnya didalam
darah berlebihan, maka nefron tidak akan menyerapnya kembali.
c) Membantu keseimbangan air dalam tubuh, yaitu mempertahankan
tekanan osmotik ektraseluler Cairan tubuh yang larut dalam darah,
jumlahnya diatur oleh darah. Oleh karena itu volume darah harus
tetap dalam jumlah seimbang agar tidak terjadi kekurangan atau
kelebihan cairan.
d) Mengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam-
basa darah Jika konsentrasi garam dalam darah berlebihan maka
akan terjadi peningkatan air oleh garam. Dampaknya adalah cairan
akan menumpuk diintra vaskuler. Selain itu banyaknya zat kimia
yang tidak berguna bagi tubuh didalam darah, maka tubuh akan
bekerja secara berlebihan dan pada akhirnya akan mengalami
berbagai macam gangguan.
e) Ginjal mempertahankan pH plasma pada kisaran 7,4 melalui
pertukaran ion hidronium dan hidroksil. Akibatnya urine yang
dihasilkan dapat bersifat asam pada pH 5 atau alkalis pada pH 8.
Glomerulus berfungsi sebagai ultrafiltrasi dan simpai bowman
7

berfungsi untuk menampung hasil filtrasi dari glomerulus. Pada


tubulus ginjal akan terjadi penyerapan kembali zat-zat yang sudah
disaring pada glomerulus, sisa cairan akan diteruskan ke piala
ginjal terus berlanjut ke ureter
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindroma klinik yang
disebabkan oleh penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun,
berlangsung progresif dan irreversible. Setiap penyakit yang terjadi pada
ginjal akan menyebabkan terganggunya fungsi ginjal terutama berkaitan
dengan fungsi pembuangan sisa metabolisme zat gizi keluar tubuh
(Wilson, 2006).
Kemampuan ginjal pada penderita GGK dalam mengeluarkan hasil
metabolisme tubuh terganggu sehingga sisa metabolisme tersebut
menumpuk dan menimbulkan gejala klinik serta laboratorium yang disebut
sindrom uremik. Sindrom uremik akan menimbulkan gejala berupa
penurunan kadar hemoglobin, gangguan kardiovaskuler, gangguan kulit,
gangguan sistem syaraf dan gangguan gastrointestinal berupa mual,
muntah dan kehilangan nafsu makan (Suwitra, 2007).
Gangguan gastrointestinal akan menyebabkan terjadinya penurunan
intake makanan karena adanya anoreksia. Penurunan intake makanan
dalam waktu lama akan menyebabkan tidak tercukupinya kebutuhan gizi
yang akan berdampak pada penurunan status gizi pasien GGK dan
mempercepat progesifitas penyakit (Sidabutar, 1992). Penderita GGK
sering menunjukkan tanda-tanda kekurangan gizi selain gangguan
metabolisme bahan-bahan nutrisi, penderita juga mengalami gangguan
akibat perubahan-perubahan dalam fungsi 2 hormon, penurunan fungsi
imun dengan berbagai penyakit yang menyertainya (Roesma, 1992).
2. Etiologi
Gagal ginjal kronik disebabkan oleh berbagai penyakit, seperti
glomerolunefritis akut, gagal ginjal akut, penyakit ginjal polikistik,
obstruksi saluran kemih, pielonefritis, nefrotoksin, dan penyakit sistemik,
8

seperti diabetes melitus, hipertensi, lupus eritematosus, poliartritis,


penyakit sel sabit, serta amiloidosis (Bayhakki, 2013).
3. Patofisiologi
Patogenesis gagal ginjal kronik melibatkan penurunan dan kerusakan
nefron yang diikuti kehilangan fungsi ginjal yang progresif. Total laju
filtrasi glomerulus (GFR) menurun dan klirens menurun, BUN dan
kreatinin meningkat. Nefron yang masih tersisa mengalami hipertrofi
akibat usaha menyaring jumlah cairan yang lebih banyak. Akibatnya,
ginjal kehilangan kemampuan memekatkan urine. Tahapan untuk
melanjutkan ekskresi, sejumlah besar urine dikeluarkan, yang
menyebabkan klien mengalami kekurangan cairan. Tubulus secara
bertahap kehilangan kemampuan menyerap elektrolit. Biasanya, urine
yang dibuang mengandung banyak sodium sehingga terjadi poliuri
(Bayhakki, 2013).
4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinis pada gagal ginjal kronik dikarenakan gangguan
yang bersifat sistemik. Ginjal sebagai organ koordinasi dalam peran
sirkulasi memiliki fungsi yang banyak (organs multifunction), sehingga
kerusakan kronis secara fisiologis ginjal akan mengakibatkan gangguan
keseimbangan sirkulasi dan vasomotor. Berikut ini adalah tanda dan gejala
yang ditunjukkan oleh gagal ginjal kronik (Robinson, 2013): a) Ginjal dan
gastrointestinal, b) 46 Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 1, Mei 2017
Kardiovaskuler, c) Respiratory System, d) Gastrointestinal, e) Integumen,
f) Neurologis, g) Endokrin, h) Hematopoitiec, dan i) Musculoskeletal.
C. Tata Laksana Diet Pada Pasien Gagal Ginjal
Diet gagal ginjal adalah diet atau pengaturan pola makan yang dijalani
oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet
tersebut dapat digunakan sebagai terapi pendamping (komplementer) utama
dengan tujuan mengatasi racun tubuh, mencegah terjadinya infeksi dan
peradangan, serta memperbaiki jaringan ginjal yang rusak. Caranya adalah
dengan menjalankan diet ketat rendah protein dengan kalori yang cukup.
9

Jumlah protein yang dikonsumsi juga disesuaikan dengan berat badan kering
pasien gagal ginjal kronik. Selain itu pasien juga tidak dianjurkan untuk
mengkonsumsi beberapa makanan, diantaranya adalah kacang-kacangan
beserta hasil olahannya, kelapa, santan, minyak kelapa, mentega biasa dan
lemak hewani, serta sayuran dan buah tinggi kalium (Almatsier, 2005).
1) Bahan Makanan yang Dianjurkan
a. Sumber Karbohidrat: nasi, bihun, mie, makaroni, jagng, roti,
kwethiau, kentang, tepungtepungan, madu, sirup, permen, dan gula.
b. Sumber Protein Hewani: telur, susu, daging, ikan, ayam. Bahan
Makanan Pengganti Protein Hewani Hasil olahan kacang kedele yaitu
tempe, tahu, susu kacang kedele, dapat dipakai sebagai pengganti
protein hewani untuk pasien yang menyukai sebagai variasi menu
atau untuk pasien vegetarian asalkan kebutuhan protein tetap
diperhitungkan. Beberapa kebaikan dan kelemahan sumber protein
nabati untuk pasien penyakit ginjal kronik akan dibahas.
c. Sumber Lemak: minyak kelapa, minyak jagung, minyak kedele,
margarine rendah garam, mentega.
d. Sumber Vitamin dan Mineral Semua sayur dan buah, kecuali jika
pasien mengalami hipekalemi perlu menghindari buah dan sayur
tinggi kalium dan perlu pengelolaan khusus yaitu dengan cara
merendam sayur dan buah dalam air hangat selama 2 jam, setelah itu
air rendaman dibuang, sayur/buah dicuci kembali dengan air yang
mengalir dan untuk buah dapat dimasak menjadi stup buah/coktail
buah.
2) Bahan Makanan yang Dihindari
Sumber Vitamin dan Mineral Hindari sayur dan buah tinggi kalium
jika pasien mengalami hiperkalemi. Bahan makanan tinggi kalium
diantaranya adalah bayam, gambas, daun singkong, leci, daun pepaya,
kelapa muda, pisang, durian, dan nangka. Hindari/batasi makanan tinggi
natrium jika pasien hipertensi, udema dan asites. Bahan makanan tinggi
10

natrium diantaranya adalah garam, vetsin, penyedap rasa/kaldu kering,


makanan yang diawetkan, dikalengkan dan diasinkan.
Susunan menu mengacu pada menu alami dari bahan makanan alami
danorganik. Bentuk makanan biasa yang minimal proses pengolahan seperti
direbus, dikukus, dan dipanggang sertadisesuaikan dengan kondisi pasien.
Pemberian small portion dilakukan karena kondisi daya terima pasien
terhadap makanan masih sangat kurang. Porsi pemberian makanan akan
ditingkatkan secara bertahap sesuai kondisi daya terima pasien. Sumber
karbohidrat berasal dari beras organik holistik, jagung, tepung beras
organik dan umbi umbian seperti kentang, singkong, ubi, talas. Sumber
protein berasal dari hewani berupa telur ayam kampung, daging ayam
kampung tanpa lemak dan ikan kembung serta sumber protein nabati yaitu
tahu. Tata laksana gizi untuk pasien penyakit ginjal kronik bertujuan untuk
memperbaiki kualitas hidup, menurunkan morbiditas dan mortalitas serta
memperlambat progresivitas penyakit ginjal.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga
retroperitoneal bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi
cekungnya menghadap ke medial, sisi tersebut terdapat hilus ginjal yaitu
tempat strukturstruktur pembuluh darah, sistem limfatik, sistem saraf dan
ureter menuju dan meninggalkan ginjal.
Terapi diet tersebut dapat digunakan sebagai terapi pendamping
(komplementer) utama dengan tujuan mengatasi racun tubuh, mencegah
terjadinya infeksi dan peradangan, serta memperbaiki jaringan ginjal yang
rusak. Caranya adalah dengan menjalankan diet ketat rendah protein dengan
kalori yang cukup.
B. Saran
Adapun saran dalam penulisan makalah yaitu semoga dapat bermanfaat
bagi para pembaca serta menambah wawasan serta pengetahuan mengenai
diet. Sehingga dapat diterapkan di kehidupan sehari hari guna meningkatkan
taraf hidup masyarakat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hutagaol, E. F. (2017). Peningkatan kualitas hidup pada penderita gagal ginjal


Kronik yang menjalani terapi Hemodialisa melalui Psychological
intervention di unit hemodialisa Rs royal prima medan tahun
2016. Jumantik (Jurnal Ilmiah Penelitian Kesehatan), 2(1), 42-59.

Kamaluddin, R., & Rahayu, E. (2009). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi


kepatuhan asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik dengan
hemodialisis di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Jurnal
Keperawatan Soedirman, 4(1).

Khaidir, M. (2007). Anemia defisiensi besi. Jurnal Kesehatan Masyarakat


Andalas, 2(1), 140-145.

Kresnawan, T., & Markun, H. M. S. (2012). Diet rendah protein dan penggunaan
protein nabati pada penyakit ginjal kronik. Instalasi Gizi dan Divisi Ginjal
Hipertensi RSCM Jakarta.

Listiana, A. (2016). Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian


anemia gizi besi pada remaja putri di SMKN 1 Terbanggi Besar Lampung
Tengah. Jurnal Kesehatan, 7(3), 455-469.

Suryaningsih, T., Nuryani, S., & Martsiningsih, M. A. (2019). PERBEDAAN


KADAR NATRIUM (Na+) SEBELUM DAN SESUDAH HEMODIALISIS
PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI RS PANTI RAPIH
YOGYAKARTA (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta).

Yani, A., Nursoleha, N., & Zein, L. F. (2020). TATA LAKSANA GIZI
HOLISTIK PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK DENGAN
HIPERTENSI RAWAT INAP DI RSU HOLISTIC
PURWAKARTA. Journal of Holistic and Health Sciences, 4(2), 58-66.

Anda mungkin juga menyukai