Anda di halaman 1dari 36

TELAAH JURNAL

OLEH
KELOMPOK I:
AGUNG AYATULLAH
KHAIRUNNISA
LIA BARETA
MEUTHIA CHALYTA

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia memiliki kebutuhan dasar (kebutuhan pokok) untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Walaupun setiap individu mempunyai karakteristik yang unik, k
ebutuhan dasarnya sama. Perbedaannya pada pemenuhan kebutuhan dasar tersebut. Kebut
uhan dasar manusia memiliki beberapa kategori atau jenis. Salah satunya adalah kebutuha
n fisiologis (seperti oksigenasi, nutrisi, eliminasi, personal higiene, dan aktivitas) sebagai
kebutuhan yang paling mendasar dalam jasmaniah (Walyani, 2015).
Personal hygiene merupakan proses keperawatan atau tindakan untuk memeliha
ra kebersihan dan kesehatan seseorang, personal hygiene yang terlaksana dengan baik, da
pat mencegah penyakit serta meningkatkan keselamatan pasien, Personal hygiene yang sa
ngat penting salah satunya yaitu oral hygiene, pasien yang tidak melakukan perawatan or
al hygiene baik secara mandiri maupun tanpa bantuan perawat atau keluarga maka akan te
rjadi beberapa penumpukan bakteri di mulut yang mengakibatkan pasien merasa tidak ny
aman dan menghindar untuk makan (Potter, 2006). Apabila hal ini terjadi secara terus me
nerus maka akan mengakibatkan pasien kekurangan kebutuhan nutrisi.
Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi demi memelihara
kesehatan tubuh (Tsu, 2012). Aspek yang paling penting untuk dapat meningkatkan keseh
atan manusia serta penyembuhan penyakit adalah dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi. P
rosedur pemenuhan kebutuhan nutrisi pada orang sakit yang tidak mampu secara mandiri
dapat dibantu memenuhi salah satunya dengan cara oral (Hidayat, 2012). Pemenuhan keb
utuhan nutrisi yang kurang pada pasien dapat menghambat proses kesembuhan.
Angka kejadian dari pasien yang mengalami kekurangan nutrisi saat dirawat dir
umah sakit Divisi Bedah Digestif Departemen Ilmu Bedah Universitas Sam Ratulangi Ma
nado 2012 dijelaskan bahwa terdapat 50% pasien dengan kekurangan nutrisi (Admin Kal
be Medical, 2012). Rumah Sakit RSU DR. Zainoel Abidin Banda Aceh menyatakan bahw
a pasien dengan intake makanan yang tidak cukup kemungkinan mempunyai resiko 6 kali
lebih besar untuk terjadinya malnutrisi. Berdasarkan data pra penelitian yang dilakukan p
ada tanggal 13-20 Januari 2015 di Gedung Duval Lantai III Kelas 3A Rumah Sakit Baptis
Kediri, dari 20 pasien didapat 15 pasien didapat (93,75%) responden tidak menghabiskan
porsi makan yang dihidangkan.
Pasien yang beresiko memiliki masalah Oral Hygiene pada akhirnya merasa tid
ak nyaman di bagian mulut kemudian pasien menghindar untuk makan dan tidak mengha
biskan makanan yang disajikan oleh rumah sakit, apabila berlangsung dalam waktu yang l
ama maka akan berdampak buruk salah satunya adalah kurangnya pemenuhan kebutuhan
nutrisi atau sering disebut malnutrisi.
Dengan demikian penulis tertarik untuk membahas jurnal terkait Pemenuhan K
ebutuhan Nutrisi Pada Pasien Rawat Inap yang Tidak Melakukan Oral Hygiene.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana penulisan jurnal “Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada Pasien Rawat Inap
yang Tidak Melakukan Oral Hygiene”?
b. Bagaimana isi dari jurnal “Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada Pasien Rawat Inap ya
ng Tidak Melakukan Oral Hygiene”?

1.3 Manfaat
a. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang cara menganalisa sebuah jurnal
yang telah di publish
b. Dapat mengetahui manfaat dari jurnal penelitian
c. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi P
ada Pasien Rawat Inap yang Tidak Melakukan Oral Hygiene

1.4 Tujuan
a. Tujuan umum
Untuk menelaah hasil penelitian bidang keperawatan yang telah di publish sehingga d
apat menambah wawasan dan menerapkannya dalam pelaksaan bidang keperawatan

b. Tujuan Khusus
1) Menelaah judul jurnal
2) Menelaah abstrak pada jurnal
3) Menelaah pendahuluan jurnal
4) Menelaah pernyataan masalah penelitian
5) Menelaah tinjauaan pustaka
6) Menelaah kerangka konsep dan hipotesis
7) Menelaah metode penelitian
8) Menelaah sampel penelitian
9) Menelaah instrumen penelitian
10) Menelaah data analisis penelitian
11) Menelaah hasil penelitian
12) Menelaah kesimpulan dan saran
13) Menelaah implikasi kegunaan hasil penelitian
14) Menelaah daftar pustaka

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi


1. Defenisi
Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang
sangat vital. Nutrisi merupakan sumber energi untuk segala aktivitas dalam sistem
tubuh. Sumber nutrisi dalam tubuh berasal dari dalam tubuh itu sendiri, seperti
glikogen yang terdapat dalam otot dan hati ataupun protein dan lemak dalam
jaringan dan sumber lain yang berasal dari luar tubuh seperti yang sehari-hari
dimakan oleh manusia (Sutanto dan Fitriana, 2017).

2. Etiologi
a. Kekurangan nutrisi
1) Efek dari pengobatan
2) Mual/ muntah
3) Gangguan intake makanan
4) Radiasi/ kemoterapi
5) Penyakit kronis
6) Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori akibat
penyakit infeksi atau kanker
7) Disfagia karena adanya kelainan persarafan
8) Penurunan absorbsi nutrisi akibat penyakit / intoleransi laktosa
9) Nafsu makan menurun     (Potter, 2005)
b. Kelebihan nutrisi
1) Kelebihan intake
2) Gaya hidup
3) Psikologi untuk konsumsi tinggi kalori
4) Penurunan laju metabolic
5) Latihan/ aktivitas yang tidak adekuat   (Wartonah, 2006 dan Potter, 2005)
3. Klasifikasi
Menurut Potter (2005) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi dibagi menjadi be
berapa kategori yaitu :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam
keadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat
tidak kecukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme. Bila konsumsi
kalori terlalu rendah dari yang kebutuhan, hal tersebut menyebabkan berat
badan berkurang dari normal. Apabila kondisi ini disertai kekurangan protein,
kerusakan sel terjadi yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok,
daya tahan terhadap penyakit menurun, atau mudah terkena infeksi pada organ
tubuh yang vital. Kekurangan nutrisi dalam tubuh dibagi menjadi 3:
1) Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah keadaan yang diakibatkan oleh kekurangan makanan
sumber protein. Tipe ini banyak dijumpai pada anak usia 1 sampai 3 tahun.
Gejala utama kwashiorkor adalah pertumbuhan terhalang dan badan
bengkak, tangan, kaki, serta ajah tambak sembab dan ototnya kendur.
Wajah tampak bengong dan pandangan kosong, tidak aktif dan sering
menangis. Rambut menjadi berwarna lebih terang atau coklat tembaga.
Perut buncit, serta kaki kurus dan bengkok. Karena adanya pembengkakan,
maka tidak terjadi penurunan berat badan, tetapi pertambahan tinggi
terhambat. Lingkar kepala mengalami penurunan. Serum albumin selalu
rendah, bila turun sampai 2,5 ml atau lebih rendah, mulai terjadi
pembengkakan (Budiyanto, 2002)
2) Marasmus
Marasmus adalah gejala kelaparan yang hebat karena makanan yang
dikonsumsi tidak menyediakan energi yang cukup untuk mempertahankan
hidupnya sehingga badan menjadi sangat kecil dan tinggal kulit pembalut
tulang. Marasmus biasanya terjadi pada bayi berusia setahun pertama. Hal
ini terjadi apabila ibu tidak dapat menyusui karena produksi ASI sangat
rendah atau ibu memutuskan untuk tidak menyusui bayinya. Tanda-tanda
marasmus yaitu: (a) Berat badan sangat rendah, (b) Kemunduran
pertumbuhan otot (atrophi), (c) Wajah anak seperti orang tua (old face), (d)
Ukuran kepala tidak sebanding dengan ukuran tubuh, (e) Cengeng dan
apatis (kesadaran menurun), (f) Mudah terkena penyakit infeksi, (g) Kulit
kering dan berlipat-lipat kartidak ada jaringan lemak di bawah kulit, (h)
Sering diare, (i) Rambut tipis dan mudah rontok. (Budiyanto, 2002).
3) Marasmik-kwashiorkor disebabkan karena makanan sehari-hari
Marasmik-kwashiorkor kekurangan energi dan juga protein. Berat badan
anak sampai di bawah -3 SD sehingga telihat kurus, tetapi ada gejala
edema, kelainan rambut, kulit mengering dan kusam, otot menjadi lemah,
menurunnya kadar protein (albumin) dalam darah (Par’i, 2016).

2. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh


Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang
mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan
metabolisme secara berlebih.
Pada lanjut usia karena penggunaan kalori berkurangnya aktivitas fisik. Keb
iasaan makan tersebut sulit untuk di ubah walaupun klien telah menyadari untu
k mengurangi makan.Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai pen
yakit, misalnya penyakit jantung, diabetes mellitus, penyempitan pembuluh da
rah, dan tekanan darah tinggi.
Karakteristik status nutrisi ditentukan dengan :
1. Body Mass Index
Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang dengan tinggi bada
n, BMI dihubungkan dengan total lemak dalam tubuh dan sebagai panduan
untuk mengkaji kelebihan berat badan (over weight) dan obesitas.
2. Ideal Body Weight
Merupakan perhitungan berat badan optimal dalam fungsi tubuh yang sehat.
Berat badan ideal adalah jumlah tinggi dalam sentimeter dikurangi 10% dar
i jumlah itu. (Wartonah, 2006)
4. Manifestasi Klinis Gizi lebih dan Gizi kurang
Manifestasi klinis pada gizi kurang dan lebih tergantung pada zat yang defisit
dan berlebih. Maka oleh sebab itu pada tiap-tiap zat yang kurang ataupun berlebih
tubuh akan mengeluarkan reaksi yang berbeda tergantung zat yang kurang atau be
rlebih.

1. Karbohidrat
Meskipun karbohidrat (pati, gula) sebagai energi yang dapat diganti ole
h, protein atau lemak, seperti yang tidak diinginkan akan muncul karena tidak
tersedia dalam makanan yang dikonsumsi. Gejalanya sama dengan terjadi pad
a penderita kelaparan. Terjadi kehilangan jumlah besar natrium (Na) dan udara
dari tubuh, yang tidak dapat mengeluarkan dengan jelas sebab-sebabnya. Hal i
ni yang sangat berat dengan diet orang-orang yang menerapkan diet yang mem
iliki kandungan karbohidrat yang sama sekali.
Kehilangan natrium (Na) Biasa dikuti oleh rugi kalium (K) dari sel-sel
tubuh, dan hal ini akan dikuti oleh gejala lemah badan. Pada saat yang sama, t
ubuh tidak mampu lagi menahan protein tubuh, kecuali jika orang tersebut me
ngonsumsi protein dalam jumlah banyak; hal ini juga menyebabkan penuruna
berat badan. Hal yang lebih gawat adalah bahwa penggunaan lemak sebagai en
ergi yang terblokir pada proses, menghasilkan produk terakumulasinya antara
(intermediet) lemak yang dikenal sebagai "senyawa keton" (badan keton)
Karena senyawa keton menumpuk, senyawa ini akan menjadi kompon
en abnormal darah dan air seni. Karena senyawa inilah yang mengubah konsen
trasi ion hidrogen atau keseimbangan asam dalam jaringan, maka fungsi tubuh
yang normal akan terganggu. Orang-orang yang menderita hal ini disebut pend
eria "ketosis", yang biasanya memiliki gejala alami, dehidrasi dan kehilangan
energi. Semua pengaruh yang tidak diinginkan tersebut dapatt dihilangkan apa
bila kepada penderita diberikan karbohidrat(pati, gula); yang memberikan indi
kasi bahwa karbohidrat (pati, gula) ebut merupakan zat gizi esensial.
Meskipun disebutkan bahwa karbohidrat (pati, gula) tersebut esensial b
agi tubuth, namun kita tidak mengetahui berapa jumlah yang dibutuhkan oleh t
ubuh, karena sulit untuk menentukannya Seperti telah disebutkan sebelumnya,
glukosa dapat dibentuk dalam tubuh dari sumber bukan pati atau glikogen, teta
pi dari lemak atau protein, melalui proses yang disebut sebagai gluconeogenes
is.
Terdapat jenis karbohidrat lain yang digolongkan sebaga karbohidrat y
ang tidak dapat dicerna (misalnya selulosa hemiselulosa, lignin, pektin dan lai
n-lain). Meskipun nilai gizinya nol (karena tidak dapat dicerna dan diserap, se
hingga tidak digunakar oleh tubuh), namun golongan karbohidrat ini berguna
untuk melancarkan pembuangan kotoran (feses) dan mencegah timbulnya berb
agai macam penyakit degeneratif .
Individu yang tidak atau kurang mengkonsumsi golongan karbohidrat i
ni akan mengalami sembelit (konstipasi) atau sulit buang air besar. Selain itu,
golongan karbohidrat ini dapat memodifikasi sirkulasi enterohepatik asam em
pedu, karena dapat mengikat sebagian asam empedu dan membuangnya bersa
ma feses. Karena itu, golongan karbohidrat ini (dikenal dengan sebutan "dietar
y fiber atau serat pangan) dapat membantu menurunkan kadar kolesterol dara
h. Sampai saat ini kecukupan konsumsi serat pangan belum ditetapkan pihak y
ang berwenang, tetapi anjuran konsumsi enetapkan konsumsi serat pangan unt
uk orang dewasa sehat h sekitar 20-30 g per hari. Perbandingan serat larut dan
serat plasma adala tidak larut yang dikonsumsi sebaiknya satu banding tiga (1:
3).
Selain itu, terdapat pula golongan karbohidrat lain yang tidak t dicerna
oleh sistem pencernaan manusia, yaitu golongan ligosakarida (panjang rantai k
abon antara tiga sampai 10). Tetapi osakarida tersebut terbukti dapat meningka
tkan pertumbuhan dan ah mikroba "baik" dalam saluran pencernaan. Sekarang
igosakarida tersebut banyak dikonsumsi sebagai "prebiotik", karena dapat men
ingkatkan populasi bakteri Lactobacillus sp dan Bifidus sp dalam usus. Belum
diketahui secara pasti berapa jumla oligosakarida yang sebaiknya dikonsumsi
agar dapat berfungsi sebagai pre-biotik di dalam usus. Konsumsi oligosakarida
yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya "kembung perut" (flatulensi)

2. Protein
Di atas telah disebutkan bahwa protein dapat berfungsi sebagai salah
satu sumber energi bagi tubuh. Hal ini akan terjadi bila sumber utama energi,
yaitu karbohidrat (pati, gula) atau lemak, tidak terdapat dalam jumlah yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan energi bagi tubuh. Fungsi protein sebagai
zat pembangun tubuh adalah karena protein merupakan bahan pembentuk
jaringan baru yang selalu terjadi di dalam tubuh. Pada bayi dan anak-anak
yang sedang dalam masa pertumbuhan, pembentukan jaringan baru tersebut
terjadi secara besar-besaran; demikian pula pada ibu hamil dan yang sedang
menyusui dan orang yang baru sembuh dari sakit Oleh karena itu, kebutuhan
akan protein bagi golongan ini lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa
sehat.
Tabel. Kecukupan konsumsi protein per kg
Grup populasi Umur Kecukupan protein (g/kg berat badan)
Bayi 0-6 bulan 2,2
6-12 bulan 2,0
Anak-anak 1-3 tahun 1,8
4-6 tahun 1,5
7-10 tahun 1,2
Remaja 11-14 tahun 1,0
15-18 tahun 0,9
Dewasa Lebih dari 18 tahun 0,8

Nilai gizi protein yang dikomsumsi akan menentukan jumlah yang


harus di komsumsi. Untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan protein, protein
dengan nilai gizi rendah harus di komsumsi dalam jumlah yang lebih banyak
dibandingkan dengan protein yang bernilai gizi tinggi. Nilai gizi protein
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: (1) daya cernanya, serta (2) jumlah dan
komposisi asam-asam amino esensial. Pada umurnnya nilai gizi protein nabati
lebih rendah dibandingkan dengan protein hewani.
Meskipun secara teoritis dapat disusun campuran protein nabati
sehingga nilai gizinya sama dengan protein hewani, namun konsumsi protein
hewani memberikan beberapa keuntungan tambahan, antara lain: membantu
penyerapan zat gizi lain (misalnya zat besi), dan dapat mencukupi kebutuhan
tubuh akan vitamin dan mineral, karena produk pangan hewani juga
merupakan sumber vitamin dan mineral yang baik.
Kebutuhan akan protein bagi orang dewasa telah dihitung berdasarkan
studi mengenai jumlah nitrogen yang hilang dari subyek yang mengonsumsi
makanan yang tidak mengandung protein atau mengandung sedikit sekali
protein. Metode ini dikenal sebagai "metode faktorial" (factorial method atau
factorial approach). Dalam metode ini kehilangan nitrogen dari tubuh diduga
dengan cara menghitung jumlah nitrogen yang terdapat dalam urine, feses dan
keringat serta saluran minor lainnya, setelah subyek memperoleh ransum
bebas protein (lihat Tabel Kecukupan konsumsi protein per kg). Jumlah
nitrogen yang hilang tersebut menunjukkan jumlah minimum protein yang
diperlukan oleh tubuh.
Penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa rata-rata jumlah
nitrogen yang hilang tersebut adalah seba berikut: 37 mg/kg berat badan per
hari dalam urine, 12 mg/kg b badan per hari dalam feses, 3 mg/kg berat badan
per hari pada (terkelupas), dan sekitar 2 mg/kg berat badan per hari dalam
salur minor lainnya. Sehingga jumlah nitrogen yang hilang adalah seki 54
mg/kg berat badan per hari; dengan kata lain sekitar 0,34 g protein/kg berat
badan per hari diperlukan untuk kompensasi nitro yang hilang tersebut, agar
terdapat keseimbangan nitrogen da tubuh.
Tesis tersebut di atas telah diuji dengan cara memberikan an nitrogern.
protein telur utuh atau albumin telur pada subyek oreing dewasa dalam jumlah
yang cukup untuk memberikan keseimbang Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa, meskipun dengan memberikan protein bermutu tinggi seperti telur,
lebih banyak protein diperlukan untuk memperoleh keseimbangan nitrogen
daripada estimasi 54 mg nitrogen/kg berat badan per hari. Untuk subyek yang
diberi ransum protein bermutu tinggi seperti telur, susu, kasein atau ransum
campuran protein hewani, jumlah nitrogen yang diperlukan untuk memperoleh
keseimbangan adalah sekitar 70 mg/kg berat badan per hari, atau sekitar 0,44 g
protein/kg berat badan per hari .
Dengan memperhitungkan semua faktor yang dapat mempengaruhi,
misalnya variasi mutu protein dan variasi individu, Komite Para Ahli di
FAOWHO akhirnya menetapkan angka 0,57 g protein/kg berat badan per hari
untuk laki-laki dewasa dan 0,52 g protein/kg berat badan per hari untuk wanita
dewasa. Angka-angka tersebut hanya didasarkan pada hasil-hasil penelitian
jangka pendek Hasil penelitian jangka panjang menemukan bahwa angka 0,89
protein/kg berat badan per hari merupakan angka rata-rata yang leblh dapat
diterima (lihat Tabel Kecukupan konsumsi protein per kg)
Kebutuhan akan protein dan asam-asam amino untuk dapat diestimasi
dari jumlah protein dan pola asam-asam amino yang terdapat dalam air susu
ibu (ASI). Nilai yang diperoleh dianggap sesuai untuk pertumbuhan bayi yang
optimal. Untuk anak-an biasanya digunakan metode faktorial yang
menyangkut estima jumlah semua nitrogen yang dengan hilang melalui urine,
feses, kulit dan saluran minor lainnya, ditambah dengan kebutuhan untuk
pertumbuhan.
Untuk anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, diperlukan
jumlah konsumsi protein per kg berat badan per hari yang lebih tinggi dari
orang dewasa. Misalnya, untuk bayi sampai kehamilan 3 bulan diperlukan
rata-rata 2,4 g protein / kg berat badan per hari; 1,85 g protein / kg berat badan
/ hari untuk bayi 3-6 bulan; 1,6 g protein / kg berat badan / hari untuk bayi
berdiri 6-9 bulan, dan 1,4 g protein / kg berat badan / hari untuk bayi berdiri 9
- 11 bulan. Hal yang harus diperhatikan dalam memenuhi kebutuhan bayi dan
anak kecil akan protein, selain nutrisi protein (daya cerna dan kelengkapan
asam-asam amino esensial), juga status gizi dan kesehatan bayifanak tersebut.
Karena penyakit infeksi atau diare misalnya, akan meningkatkan kebutuhan
tubuh akan protein. Protein kecukupan per orang per hari yang dianjurkan
untuk orang Indonesia. Dalam angka kecukupan gizi (AKG) tahun 2004.
Kecukunan protein vana unggul di Indonesia
Kelebihan komsumsi protein tidak baik untuk kesehatan ginjal, karena
apabila proses protein digunakan sebagai sumber energi, maka grup NH3^-
nya harus dilepaskan melalui proses deaminasi, dan kemudian disintesis
menjadi urea. Urea yang berlebih dalam darah akan membahayakan
kesehatan, sehingga harus dibuang dalam bentuk urin. Makin banyak protein
yang dikonsums banyak urea yang terbentuk, dan meningkatkan jumlah urea
yang terbentuk, dan makin keras kerja ginjal untuk membuang urea tersebut.
Kekurangan komsumsi protein terjadi di kalanham bayi dan anak anak
kecil terutama akibat kemiskinan. Kekurangan kalori-protein (KKP) yang
muncul dalam bentuk "marasmus kwasiorkor" pada bayi dan anak-anak kecil
masih dilarang di negara lain. Hal ini menyebabkan pertumbuhan otak dan
anak-anak terhambat tetapi juga otaknya, maka akan berakiba terbentuknya
daya manusia dengan kualitas rendah.

3. Lemak
Di samping untuk kebutuhan tubuh asam linoleat dan linolenat,
manusia tidak membutuhkan lemak. Hal ini dapat dilakukan karena setiap
kelebihan atau protein yang dikonsumsi, dapat menjadi lemak di dalam tubuh.
Suatu ransum yang dapat memberikan 2% dari jumlah total kebutuhan energi,
yang terdiri dari asam linoleat dan linolenat, dapat memenuhi kebutuhan
tubuh.
Akan tetapi, karena lemak atau minyak dapat meningkatkan
palatabilitas makanan, maka minyak atau lemak yang banyak dikonsumsi
Selain itu, lemak atau minyak dalam makanan dapat digunakan sebagai pelarut
(pembawa) vitamin alami lemak (vitamin A, D, E, K) dan pro-vitamin lemak
lemak (misalnya karotenoid) dan antioksidan alami (misalnya karotenoid,
klorofil dan lain-lain).
Para dokter ahli penyakit jantung di Amerika Serikat
merekomendasikan komsumsi minyak atau lemak dibatasi maksimum 30%
dari total kalori yang dikonsumsi per hari. Dari jumlah 30% tersebut,
disarankan 10% berupa lemak atau minyak yang mengandung asam lemak
jenuh (asam lemak jenuh), 10% berup lemak atau minyak yang mengandung
asam lemak tidak jend tunggal (asam lemak tak jenuh tunggal), dan 10%
ainnya beru lemak atau minyak asam lemak tidak jenuh jamak
(polyunsaturated fatty acids)

4. Vitamin
Sudah terbukti sebelum kekurangan atau kelebihan -konsumsi vitamin
tidak baik untuk kesehatan tubuh Kekurangan asupan vitamin akan
menyebabkan defisiensi, sedangkan kelebihan vitamin akan menyebabkan
keracunan, meskipun berupa vitamin larut udara.

Vitamin A
Gejala defisiensi akan nampak jika cadangan vitamin A dalam hati
telah berkurang. Kekurangan asupan protein dan seng (Zn) akan mengurangi
pelepasan vitamin A dari hati, kemudian timbu gejala yang sama seperti
defisiensi vitamin A. Penyebab defisiensi vitamin A antara lain: (a) menambah
vitamin A (karoten, pro-vitamin A) rendah, ( b) gangguan dalam proses
penyerapan dalam usus,(c) gangguan proses penyimpanan dalam hati, dan (d)
gangguan dalam konversi pro-vitamin A (karoten) menjadi vitamin A. Gejala
yang muncul dari peran vitamin A dalam kesehatan sel -sel epitel, serta dalam
proses penglihatarn sebagai berikut:
(1) Rabun Senja.
Dampak yarg terjadi akibat defisiensi vitamin A adalah Rendahnya
penyaluran vitarmin A akan menurunkan jumlah vitamin A dalam hati
kadar Vitarnin A dalam darah dan menurun. Hal ini akan mengubah
jumlah vitamin A yang tersedia untuk retina (untuk pembentukan
rhodopsin, yang menggunakan dalam proses penglihatan).
(2) Perubahan pada mata
Kornea mata merupakan organ yang yang pertama-tama terpengaruh
akibat defisiensi vitamin A. Mula-mila kelejar air mata tidak dapat
mengeluarakan air mata, sehingga film yang menutupi kornea mongering.
Selanjutnya sel-sel epitel kornea mengalami mongering, opacity(menjadi
tidak transparan) dan pengelupasan, sehingga kornea mata pecah, infeksi
pada mata, lalu mata mengeluarkan darah dan nanah. Timbulan kebutaan
(3) Inteksi pada saluran pernafasan atas
Vitamin A merupakan vitamin anti infeksi, antara lain untuk mencegah
infeksi pada saluran pernafasan bagian atas (ISPA).
(4) Perubahan pada kulit
Kulit, terutama pada bahu, menjadi kasar dan kaku. Selain itu dapat
terjadi foliculosis, yaitu benjolan-benjolan kecil pada dasar kantong
rambut yang kemudian mengeras (keratinisasi)
Keracunan vitamin A Sehat dapat terjadi pada tingkat konsumsi 16.000 RE
/ hari. Namun, ada juga yang disebut keracunan pada tingkat konsumsi lebih
rendah, yaitu 6.000 RE / hari. Pada orang lain baru terjadi keracunan ketika
tingkat konsumsi vitamin A mencapai 40.000-55.000 RE / hari.
Pada semua golongan umur, periode awal mulailah dosis tinggi sampai
timbulnya keracunan antara 6 sampai 15 bulan. Penulis keracunan pada orang
dewasa adalah: sakit kepala, mengantuk, mual-mual, rambut rontok, kulit
mengering dan diare. Pada anak-anak, gejala yang timbul adalah: dermatitis,
berat badan menurun, dan sakit pada tulang rangka. Anak kecil (bayi) dapat
menderita keracunan pada doses 8000 RE/hari, dalam periode komsumsi.
Gejalanya adalah: kepala yang terkemuka dan berair, tekanan di dalam
tengkorak meningkat dan mudah marah.

Vitamin D
Tiga jenis keadaan yang dapat dialami oleh penderita defisiensi
vitamin D, adalah sebagai berikut: (a) Riketsia, diderita oleh anak-anak yang
ditandai dengan kaki bengkok (bentuk O): (b Tetani, yang ditandai oleh
bengkoknya tangan dan sendi, aki D atau rusaknya gangguan paratiroid; dan
(c) Osteomalasia, yang diderita oleh orang dewasa akibat defisiensi vitamin D
dan Ca Terjadi pada penderita sakit ginjal kronis.
Konsumsi vitamin D yang berlebihan akan menyebabkarn
hypercalciurea dan hypercalcemia yang ditandai oleh berkurangnya selera
makan, rasa haus berlebihan, terus menerus buang udara kecil muntah, lemas,
diare dan pertumbuhan terhambat. Pada umumnya asupan vitamin D dari
makanan dan suplemen tidak akan melebihi batas aman (upper intake level) .
Di Amerika Serikat tolerable upper intake level untuk orang dewasa
ditetapkan ditetapkan 50 ug atau 2000 IU / hari. Di Indonesia tidak ada
jumlah yang sangat tinggi mengkonsumsi vitamin D yang dapat menyebabkan
toksisitas.Namun perkiraan konsumsi lebih tinggi dari 50 ug per hari sudah
akan menyebabkan toksisitas.

Vitamin E
Vitamin E banyak ditemukan dalam bahan makanan berlemak
(mengandung minyak), oleh karena itu sangat jarang terjadi defisiensi vitamin
E. Pada manusia, defisiensi vitarmin E dapat terjadi pada bavi prematur dan
pada orang yang mengalami malabsorbsi (gangguan vitamin E. Pada keadaan
kadar vitamin E dalam darah, gejala yang terlihat adalah peningkatan tekanan
darah tinggi. PUFA dalam jumlah banyak akan menghasilkan radikal lipid
(peroksida), sedangkan vitamin E bertindak sebagai semut ioksidan yang bisa
lipid radikal (scavenger). Defisiensi mungkin terjadi jika tidak mengonsumsi
vitamin E dalam jangka waktu lama, misalnya lebih dari satu tahun.
Pada bayi prematur, defisiensi terjadi akibat kesulitan vitamin E.
Dalam kasus seperti ini, vitamin E dapat diberikan secara lisan atau oral dalam
bentuk air-miscible bentuk ini merupakan vitamin yang siap diserap.
Berdasarkan kadar vitamin E di dalam plasma, katakan defisiensi jika kadar
vitamin E kurang dari 6,5 ug / ml, defisiensi margatif bila kadar vitamin dalam
plasma sekitar 6,5 8,6 ug / ml, kadar vitamin saat normal dalam plasma sekitar
8, 6 10,8 ug / ml dan optimum jika kadar vitamin dalam plasma sama dengan
10,8 ug / ml .
Vitamin E dianggap relatif aman untuk orang sehat, namun asupan
vitamin E dosis tinggi tidak disarankan untuk pasien yang sedang
mengonsumsi vitamin K (untuk pembekuan darah ata pengobatan
antikoagulan). Suplemen vitamin E juga tidak disarankan dikonsumdi selama
1-2 minggu sebelum dan setelah operasi, karenadarah Vitamin K nkan
dikonsumsi selama 1 2 minggu sebelum dan setelah rasi, karena dikhawatirkan
akan mengganggu kerja koagulan.

Vitamin K
Manifasi defisensi adalah lamanya proses pembekuan (koagulasi)
darah, oleh karena itu orang yang mengalami defisiensi vitamin K mudah
terkena hemorrhage (pendarahan). Pada orang normal jarang terjadi defisien
vitamin K Defisiensi vitamin K dapat terjadi pada orang yang mengonsumsi
antibiotik, antara lain akibat efek antibiotik pada kinerja enzim karboksilase
yang memerlukan vitamin K.
Defisiensi vitamin K pada orang dewasa antara lain ditandai oleh
lamanya pembekuan darah, rendahnya kadar vitamin K dalam plasma,
rendahnya ekskresi y-carboxy glutamyl residue (Gla) dalam urin serta
rendahnya aktivitas faktor VIl (yang terkait dengan agregasi keping-keping
darah).
Apabila asupan vitamin K hanya berasal dari makanan sehari- hari,
maka tidak akan terjadi kelebihan vitamin K dan tidak akan terjadi efek
samping. Pemberian vitamin K dengan dosis 10 20 mg (beberapa ratus kali
kecukupan) di klinik, diamati tidak memberikan efek samping. Namun
konsumsi vitamin K berlebihan sebaiknya dihindari. Kelebihan vitamin K
(sebagai menadione) yang diberikan ada bayi menyebabkan meningkatnya
kejadian anemia hemolitik, erbilirubinemia dan kerusakan hati, terutama pada
bayi premature hip yang menderita erythroblastosis
Tiamin (Vitamin Bi)
Apabila terjadi detisiensi vitamin B, maka selera makan akan sistem
syarat (neuromusculan turun, depresi dan gangguan pada Bila defisiensi
berlanjut akan timbui penyakit beri-beri. Gejala beri- beri adalah sebagai
berikut: (a) sistem syaraf dan kardiovaskuler terpengaruh, (b) mental
confusion, (c) lemah otot, (d) hilangnya "sentakan" lutut dan sikut, (e) nyeri
pada otot kepala, (f) kelumpuhan,(g) oedema( wet beri-beri), (h) otot mengerut
( dry beri-beri), dan (i) jantung membesar.
Gejala neurologis disebabkan oleh sintesis asetilkollin menurun,
karena menurunya produksi asetil-koA sebagai akibat dari menurunnya
aktivitas enzim piruvat dehidrogenase.

Riboflavin (Vitamin B2)


Awal terjadinya kekurangan riboflavin ditandai oleh cheilosis, yaitu
pandangan pada sudut mulut dan bibir. Defisiensi yang berlanjut dapat
menyebabkan glossitis, yaitu lidah menjadi halus dan berwarna merah
keunguan, serta peradangan kulit yang bersisik. Pada umunya penderita beri-
beri dan defisiensi protein juga mengalami defisiensi riboflavin.
Riboflavin merupakan vitamin yang relatif tidak toksik. Jumlah yang
bisa diserap sangat terbatas. Menahan, manusia untulk nyerap vitamin B2
secara lisan tidak lebih dari 20 mg dosis tungga Segera setelah diserap,
ribofiavin diekskresikan melalui urine. Oleh sebab itu asupan yang tinggi tidak
dapat menyebabkan risiko kesehatan .

5. Niasin
Defisiensi niasin menyebabkan timbulnya pellagra. Istilah pellagra
berasal dari bahasa Italia, pelle (kulit) dan agra (kasar). Penyakit pellagra
stadiurm lanjut dicirikan oleh tiga d's pellagra yaitu: dermatitis, diare dan
depresi. Gejala awal defisiensi niasin adalah: Gangguan seperti terbakar, lidah
merah dan bengkak yang sering terjadi dengan defisiensi riboflavin. Gejala
neurologik berhubungan dengan degenerasi jaringan syaraf, dan gejalanya
adalah: insomnia, iritasi, vertigo, nanah dan halusinasi (pada kondisi kronis).
Niasin sebenarnya tidak toksik. Asam nikotinat sebagai vasodilator,
sehingga komsumsi 50-100 mg dapat menyebabkan kemerahan pada kulit,
tetapi reaksi ini hanya berlangsung sekitar 20 menit.. Bentuk nikotinamid yang
biasa digunakan sebagai suplemen tidak menyebabkan reaksi tersebut
.
6. Asam folat
Defisiensi asam folat dapat disebabkan oleh asupan yang tidak cukup,
tidak sempurna, tinggi badan atau badan selama proses penggunaan makanan
asam folat. Defisiensi vitamin ini dapat menyebabkan toksemia kehamilan,
infeksi, scurvy dan meumatoid arthritis. Toxemia kehamilan adalah kondisi
yang terjadi saat akhir kehamilan, termasuk juga curah darah tinggi,
proteinuria, dan edema. Konsumsi alkohol yang dapat membantu
menghilangkan asam folat. Individu yang beresiko defisiensi asam folat antara
lain wanita hamil, orang lanjut usia, alkoholik, dan orang yang minum obat-
obatan tertentu dan oralepsi oral.

7. Piridoksin
Tanda-tanda defisiensi vitamin B6 pada manusia kuran
spesifik.Gejalanya adalah lemah, mudah tersinggung, insomnia dan kesulitan
berjalan.Cheilosis muncul tetapi tidak sembuh dengan pemberian biotin atau
riboflavin.Pada bayi, kekurangan piridoksin akan menyebabkan kejang-kejang
yang akan segera sembuh dengan pemberian piridoksin intravena.Defisiensi
vitamin ini akan menyebabkan gangguan metabolisme triptofan yang
menimbulkan gejala seperti pellagra.Selain itu juga menimbulkan perubahan
perilaku seperti depresi dan irritabilitas.
Kelebihan piridoksin jarang terjadi.Apabila terjadi, gejala yang timbul
ialah sensory neuropathy dan ataxia pada dosis yan sangat tinggi (1000
mg).Dilaporkan bahwa asupan 100 mg/hari tidak menimbulkan efek yang
tidak diinginkan.
8. Vitamin B12
Defisiensi vitamin B12 menimbulkan pernicious anemia sebagai
akibat dari: konsumsi rendah atau gangguan dalam proses penyerapan
(misalnya defisiensi intrinsic factor).Anemia pernicious dicirikan oleh
terbentuknya megaloblast (macrocytes).Erythroblast merupakan cikal bakal
sel darah merah, dibentuk di dalam sumsum tulang belakang.Vitamin Bi2
sebagai koenzim menyediakan grup metil untuk sintesis DNA.Apabila
defisiensi vitamin B12, maka DNA tidak dapat diproduksi sehingga sel tidak
dapat membelah diti Sedangkan produksi RNA tetap normal, dan sintesis
protein berlanjut terus, sehingga ukuran sel darah merah bertambah besar,
menjadi megaloblast (macrocytes)

9. Vitamin C (Asam Askorbat)


Gejala awal defisiensi vitamin C, dalam perannya mernpertahankan int
egritas kapiler adalah: (a) gusi berdarah dan (b) pintpoint hemorrhage (pecahn
ya urat darah kapiler di bawah kult) Apabila defisiensi berlanjut, akan terjadi:
(a)sintesis kolagen terhambat, (b) pendarahan berlanjut, (c) otot, termasuk otot
jantung melemah, (d) Kulit menjadi kasar, kecoklatan dan kering, (e) luka sulit
disembuhkan, (0) pembentukan tulang terhambat, ujung tulang melunak dan s
akit, (g) gigi cepat tanggal, (h) defisiensi zat besi yang dapat menyebabkan ane
mia.

10. Mineral
Seperti halnya pada vitamin, kekurangan atau kelebihan pemberian
mineral tidak baik untuk kesehatan tubuh. Kekurangan konsumsi akan
menyebabkan konsumsi akan menghasilkan keracunan. Kecukupan konsums
bermacam-macam makro-mineral (Ca, P dan Mg), sementara kecukupan
memasok beberapa macam mikro-mineral (Fe, I, Zn, Se dan F) .

Kalsium (Ca)
Kekurangan atau kelebihan komsumsi kalsium akan menyebkan
terjadinya metabolisme kalsium yanh tidak normal. Contoh defisiensi kalsium
adalah osteoporosis dan osteomalacia, sedangkan contoh kelebihan kalsium
adalah hiperkalasemia, tetany, dan rigor kalsium.

Magnesium
Defisiensi Mg dapat terjadi akibat kelaparan, muntah-muntah luka
akibat operasi, transit time makanan dalam usus singkat, sehingga penyerapan
magnesium rendah. Hal-hal berikut ini dapat timbul bila terjadi defisiensi
magnesium: (a) low magnesium tetany gejala awal yang timbul pada kondisi
tersebut adalah uncontrol neuro muscular tremors (gemetaran) dan kejang-
kejang; (b) kalsifikasi yang tidak diinginkan pada jaringan lunak, yang
merupakan manifestasi dari peningkatan penyerapan kalsium, jika terjadi
defisiensi magnesium, dan pada saat yang sama terjadi mobilisasi kalsium dari
tulang; dan (c) vasodilatasi (pelebaran diameter pembuluh darah) dan
perubahan kulit.
Zat Besi (Fe)
Tubuh sangat efisien dalam mengkonservasi asupan zat besi sehingga
defisiensi zat besi hanya terjadi dalam masa pertumbuhan kekurangan asupan
zat besi setelah kehilangan darah atau ketika wanita hamil atau melahirkan.
Detisiensi zat besi dalam waktu lama akan mengakibatkan terjadinya anemia
(anemia gizi besi).
Siderosis atau hemosiderosis adalah kondisi kelebihan zat besi
cadangan (hemosiderin) di dalam hati. Biasanya hal ini terjadi karena individu
tersebut gagal dalam mengatur jumlah Fe yang telah diserap. Hal lain yang
dapat terjadi adalah hemochromatosis, yaitu kondisi di mana tingkat
penyerapan zat besi oleh individu sangat tinggi.

Iodium
Defiensi iodium dapat menyebabkan timbulnya gondok , yaitu kondisi
yang ditandai dengan membesarnya bagian leher akibat pembesaran kelenjar
tiroid. Pembesaran kelenjar tiroid merupakan kompensasi terhadap
keterbatasan jumlah iodium yang penting untuk sintesis hormon tiroksin.
Kritinisme dapat terjadi pada anak yang dilahirkan oleh ibu yang
kekurangan iodium, dan hidup di daerah endemic golter, anak penderita
kritinismne terganggu pert8umbuhan fisiknya(kerdil) dan mengalami
gangguan mental.
Myxedema merupakan kondisi yang terjadi akibat kekurangan hormon
tiroksin dalam jangka waktu lama.Myxedema ditandai oleh rambut yang
menipis dan kasar;kulit kering dan kekuningan;tidak tahan kedinginan;suara
parau dan lemah.Hal ini dapat terjadi sebagai akibat adanya kerusakan pada
kelenjar tiroid atau kelenjar pituitary.
Hipertiroidisme adalah kondisi di mana laju metabolik basal meningkat
hingga 100 % di atas normal , disebut juga sebagai exophthalmic goiter atau
penyakit Graves.Orang yang mengalami aktivitas kelenjar tiroid berlebihan
terlihat gugup, kehilangan berat badan, tidak toleran terhadap panas,
gemetaran (tremor) dan bola matanya menonjol.
Seng (Zn)
Kekurangan Zn dapat menyebabkan timbulnya kekurangan tembaga
(Cu), hambatan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan organ reproduksi,
anemia, kurang selera makan dan daya tahan tubuh terhadap infeksi rendah.
Kelebihan Zn menimbulkan gejala mirip dengan kekurangan Zn, yaitu
menurunnya status tembaga (Cu), anemia dan menurunnya
imunitas.Kelebihan Zn juga dapat menyebabkan gangguan syaraf dan
kelemahan otot

Selenium (Se)
Kekurangan selenium dapat menyebabkan timbulnya penyakit Keshan
yang banyak terjadi di Cina.Ciri penyakit tersebut ialah mudah lelah walau
hanya melakukan aktivitas fisik ringan dan hilang selera makan.Penyakit lain
yang dapat timbul akibat kekurangan Se adalah Kashin Beck yang juga
banyak terjadi di Cina dan negara- negara bekas Uni Sovyet.Pada tahap lebih
lanjut dapat terjadi pembengkakan dan perubahan bentuk sendi tulang.Hasil
penelitian terakhir menunjukkan bahwa kekurangan selenium dapat
menyebabkan menurunnya jumlah enzim 5'deiodinase yang bertanggung
jawab pada pembentukan T3 (triodothyronin) dari T4 (tiroksin).Hal ini
merupakan hubungan yang nyata antara iodium dan selenium.
Kelebihan Seujud keracunan yang dikenal sebagai selenosis. Gejala
selenosis adalah: mual, muntah, cepat lelah, rambut rontok dan pertumbuhan
kuku tidak normal.

Fluor (F)
Defisiensi fluor sangat jarang terjadi. Bila terjadi defisiensi fluor akan
menyebabkan karies (membawa) gigi dan jumlah gigi yang tumbuh tidak
mencapai jumlah normal
Kelebihan fluor disebut sebagai fluorosis, yang mulai terlihat pada
awal tahun 6 tahun. Laki-laki lebih sering terkena fluorosis dari wanita.
Enamel gigi yang menjadi burik atau kehitamar adalah tanda-tanda awal
fluorosis, mengalami lebih banyak lagi gangguan, kesabaran, sakit persendian,
deformasi tulang belakang (bungkuk) dan betis bengkok. Asupan kalsium
yang rendah dan Molibdenum yang tinggi akan memperparah sindroma
Asupan fluor yang tinggi juga akan mempengaruhi metabolisme, yang
menyebabkan timbulnya hipotroidisme.
5. WOC

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk malnutrisi digunakan untuk menilai kondisi
pasien saat ini dan menentukan penyebab terjadinya malnutrisi tersebut. Di sisi lain,
pemeriksaan penunjang ini juga dapat bermanfaat untuk menyingkirkan atau
menegakkan penyakit lain yang mungkin terjadi bersamaan dengan malnutrisi.
Berikut ini pemeriksaan yang dapat dilakukan pada penyakit malnutrisi:
1. Pemeriksaan darah perifer lengkap disertai apusan darah tepi: penting untuk
melihat jenis anemia yang terjadi, mengetahui bila terjadi defisiensi zat besi
(ditemukan sel target) atau defisiensi vitamin B12 dan asam folat
2. Pengukuran status protein darah melalui pemeriksaan kadar albumin
serum, retinol-binding protein, transferrin, kreatinin, dan blood urea
nitrogen (BUN). Kadar albumin serum dapat dimanfaatkan sebagai salah satu
indikator gizi buruk, baik pada saat awal kejadian malnutrisi maupun saat
perbaikan mulai terjadi. Meskipun demikian, faktor-faktor bukan gizi yang dapat
mempengaruhi kadar albumin seperti peningkatan cairan ekstra sel, trauma,
sepsis, pembedahan, penyakit hati dan ginjal tetap harus dieksklusi. Pemeriksaan
kreatinin dan ureum darah dapat membantu menilai fungsi ginjal pasien
malnutrisi.
3. Pemeriksaan laju endap darah (LED), elektrolit, urine lengkap maupun feses
lengkap dapat dilakukan bila dalam anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan
indikasi, misalnya pada pasien dengan riwayat diare akut.

7. Penatalaksanaan
Menurut Wong (2009), penanganan gizi kurang adalah:
a. Pemberian diet dengan protein.
b. Karbohidrat, vitamin dan mineral kualitas tinggi.
Penatalaksanaan keperawatan menurut Ngastiyah (2005), pasien yang menderi
ta defisiensi gizi tidak selalu dirawat di rumah sakit kecuali yang menderita malnutrisi
berat, seperti: kwashiorkor, marasmus, marasmus-kwasiorkor atau malnutrisi dengan
komplikasi penyakit lainnya. Masalah pasien yang perlu diperhatikan adalah memenu
hi kebutuhan gizi, bahaya terjadinya komplikasi, 19 gangguan rasa aman dan nyaman/
psikososial dan kurangnya pengetahuan orang tua pasien mengenai makanan.
Kebutuhan nutrisi pada setiap anak berbeda, mengingat kebutuhan untuk pertu
mbuhan dan perkembangan sel atau organ pada anak berbeda, dan perbedaan ini yang
menyebabkan jumlah dan komponen zat gizi berlainan. Menurut Hidayat (2012), kebu
tuhan nutrisi yang dikelompokkan berdasar usia anak (terutama anak berumur kurang
dari 5 tahun):
a. Umur 0-4 bulan
i. Pada umur ini kebutuhan nutrisi bayi semuanya melalui air susu ib
u yang terdapat komponen yang paling seimbang, akan tetapi apabi
la terjadi ganggguan dalam air susu ibu maka dapat menggunakan s
usu formula dan nilai kegunaan atau manfaat jauh lebih baik dari m
enggunakan Air Susu Ibu (ASI). ASI mempunyai peran penting dal
am pertumbuhan dan perkembangan bagi anak mengingat zat gizi y
ang ideal terdapat di dalamnya, di antaranya: Imunoglobulin (Ig A,
Ig G, Ig M, Ig D, Ig E) merupakan protein yang dapat bergabung d
engan bakteri dan menghasilkan imunitas pada tubuh, lisozim meru
pakan satu enzim yang tinggi jumlahnya dan berfungsi sebagai bak
teriostatik (penghentian atau penghambatan pertumbuhan bakteri) t
erhadap enterobakteria dan kuman gram negatif dan sebagai pelind
ung terhadap berbagai macam virus, kemudian laktoperoksidase en
zim yang berfungsi membunuh strepkokus dan lain-lain. Pemberian
ASI Ekslusif adalah sampai empat bulan tanpa makanan yang lain,
sebab kebutuhannya sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan pada b
ayi, dan proses pemberian ASI ini dapat dilakukan melalui proses
menyusui. 20
b. Umur 4-6 Bulan
i. Pada usia ini kebutuhan nutrisi pada anak tetap yang utama adalah
Air Susu Ibu (ASI) kemudian ditambah lagi dengan bubur susu dan
sari buah.
c. Umur 6-9 Bulan
i. Kebutuhan nutrisi pada anak usia ini adalah tetap diteruskan kebutu
han nutrisi dari ASI kemudian ditambah dengan bubur susu, bubur
tim saring dan buah.
d. Umur 10-12 Bulan
i. Pada usia ini anak tetap diberikan Air Susu Ibu (ASI) dengan pena
mbahan pada bubur susu, bubur tim kasar dan buah, bentuk makan
an yang disediakan dapat lebih padat dan bertambah jumlahnya me
ngingat pertumbuhan gigi dan kemampuan fungsi pencernaan suda
h bertambah. Pada usia ini anak senang makan sendiri dengan send
ok atau suka makan dengan tangan, pada anak seusia ini adalah me
rupakan usaha yang baik dalam menuntun ketangkasan dan merasa
kan bentuk makanan.
e. Usia Todler dan Prasekolah (3-6 Tahun)
i. Pada usia ini kemampuan kemandirian dalam pemenuhan kebutuha
n nutrisi sudah mulai muncul, sehingga segala peralatan yang berhu
bungan dengan makan seperti garpu, piring, sendok dan gelas semu
anya harus dijelaskan pada anak atau diperkenalkan dan dilatih tent
ang penggunaannya, sehingga dapat mengikuti aturan yang ada. Da
lam pemenuhan nutrisi pada usia ini sebaiknya penyediaan bervaria
si menunya untuk mencegah kebosanan, berikan susu dan makanan
yang dianjurkan, antara lain: daging, sup, sayuran dan buah-buaha
n. Pada anak usia ini juga perlu makanan padat sebab kemampuan
mengunyah sudah mulai kuat.
Penatalaksanaan kwashiorkor dan marasmus
Kwashiorkor
Penatalaksanaan kwashiorkor bervariasi tergantung pada beratnya kondisi ana
k. Keadaan shock memerlukan tindakan secepat mungkin dengan restorasi volume dar
ah dan mengkontrol tekanan darah. Pada tahap awal, kalori diberikan dalam bentuk ka
rbohidrat, gula sederhana, dan lemak. Protein diberikan setelah semua sumber kalori l
ain telah dapat menberikan tambahan energi. Vitamin dan mineral dapat juga diberika
n.
Dikarenan anak telah tidak mendapatkan makanan dalam jangka waktu yang l
ama, memberikan makanan per oral dapat menimbulkan masalah, khususnya apabila
pemberian makanan dengan densitas kalori yang tinggi. Makanan harus diberikan sec
ara bertahap/ perlahan. Banyak dari anak penderita malnutrisi menjadi intoleran terha
dap susu (lactose intolerance) dan diperlukan untuk memberikan suplemen yang meng
andung enzim lactase. (Penatalaksaan gizi buruk menurut standar pelayanan medis ke
sehatan anak – IDAI (ikatan dokter anak Indonesia))
Prognosis
Penanganan dini pada kasus-kasus kwashiorkor umumnya memberikan hasil yang
baik. Penanganan yang terlambat (late stages) mungkin dapat memperbaiki status
kesehatan anak secara umum, namun anak dapat mengalami gangguan fisik yang
permanen dan gangguan intelektualnya. Kasus-kasus kwashiorkor yang tidak dila
kukan penanganan atau penanganannya yang terlambat, akan memberikan akibta
yang fatal.

Marasmus
Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat. Keadaan ini m
erupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. S
elain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa s
ejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus. Secara garis besar seba
b-sebab marasmus ialah sebagai berikut:
1. Masukan makanan yang kurang
2. Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit,pemberian makanan yang tid
ak sesuai dengan yang dianjurkan, akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak; mi
salnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.
3. Infeksi
Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral mis
alnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephritis dan sifilis kongen
ital.
4. Kelainan struktur bawaan
Misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas palatum, p
alatoschizis, micrognathia, stenosispilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibro
sis pancreas.
5. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus
Pada keadaan-keadaan tersebut pemberian ASI kurang akibat reflek mengisap yan
g kurang kuat.
6. Pemberian ASI
Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cuku
p.
7. Gangguan metabolik
Misalnya: renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia, lactose intoleran
ce.
8. Tumor hypothalamus
Jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab marasmus yang lain telah disi
ngkirkan.
9. Penyapihan
Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang kurang aka
n menimbulkan marasmus.
10. Urbanisasi
Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya marasmus
meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan penyapihan dini d
an kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu yang terlalu encer aki
bat dari tidak mampu membeli susu dan bila disertai dengan infeksi berulang, teru
tama gastro enteritis akan menyebabkan anak jatuh dalam marasmus.
B. Konsep Oral Hygiene
1. Pengertian
Penyakit gigi merupakan penyebab umum dari kesehatan yang buruk. Keadaan in
i merupakan penyebab umum dari sebagian besar nyeri dan perasaan tidak nyaman pa
da anak, demikian juga menimbulkan ketidakmampuan dan cacat. Karena penyakit gi
gi dapat dicegah, maka penting untuk melihat area dimana perawat dapat berperan dal
am merawat gigi klien anak.
Perawat gigi dan mulut pada masa balita dan anak teryata cukup menentukan kese
hatan gigi dan mulut mereka pada tinggkatan usia selanjutnya. Beberapa penyakit gig
dan mulut dapat mereka alami jika perawatan tidak dilakukan dengan baik. Diantar5a
nya caries (lubang pada permukaan gigi), gingivitis (radang gusi), atau sariawan.
Oral hygiene merupakan tindakan membersihkan mulut sekaligus organ-organ ya
ng ada didalamnya (gigi, lidah, platum, platum molle) pada anak maupun bayi, baik di
komunitas maupun pada anak yang sedang di rawat di rumah sakit
2. Tujuan
 Oral hygiene bertujuan untuk mencegah kerusakan pada gigi yang merupakan sala
h satu masalah utama pada anak-anak.
 Mempertahankan mulut dan gigi agar tetap bersih dan tidak berbau
 Mencegah infeksi pada mulut seperti kerusakan gigi,bibir pcah-pecah atau stomat
itis (sariawan)
 Memberi rasa nyaman serta meningkatkan kepercayaan diri pasien
 Membantu membangkitkan nafsu makan

3. Indikasi
 Pada pasien stomatitis
 Pada pasien yang mendapatkan oksigenasi dan Naso Gastrik Tube (NGT),
 Pada pasien yang lama tidak menggunakan mulut
 Pada pasien yang tidak mampu melakukan perawatan mulut secara mandiri.
 Pada pasien yang giginya tidak boleh di gosok dengan sikat gigi misalkan karena t
omatitis hebat
 Pasien sesudah operasi mulut atau yang menderita patah tulang rahang.
 Pasien yang memiliki masalah mulut seperti carries,plak,halitosis,keliosis,gusi ber
darah,dan radang pada gusi.

4. Kontraindikasi
 Luka pada gusi jika terlalu kuat membersihkannya
 Anak dengan post operasi labiopalatokizis
 Anak dengan resiko aspirasi

BAB III
TELAAH JURNAL

A. Judul Jurnal

Setiap judul jurnal harus ditulis dengan jelas dan mudah dipahami pembaca. Dengan
membaca judul, pembaca sudah tau inti dari jurnal tersebut tanpa harus membaca jurnal s
ecara keseluruhan. Didalam judul harus terdapat variabel dari penelitian tersebut.
Variabel Independen : Kebutuhan nutrisi
Variabel Dependen : Oral Hygiene
Kelebihan Judul :
1. Judul ditulis sesuai dengan syarat judul yang berjumlah kurang dari 20 kata.
2. Judul ditulis dalam dua bahasa yaitu bahasa indonesia dan bahasa inggris sehingga d
apat memudahkan pembaca asing memahami isi jurnal yang membahas tentang pem
enuhan kebutuhan nutrisi pada pasien yang tidak melakukan oral higiene.
3. Nama penelis ditulis benar karena ditulis tanpa gelar. Serta kontak penulis diisi deng
an lengkap dan jelas.
Kekurangan Judul :
1. Pada judul tidak dituliskan lokasi dilakukannya penelitian, sehingga pembaca tidak d
apat mengetahui dima tempat penelitian hanya dengan membaca judulnya.

B. Abstrak

Abtrak jurnal berfungsi untuk menjelaskan isi jurnal secara singkat. Abstrak berisi 2
50 kata yang menjelaskan tentang latar belakang, tujuan, metode, bahan, hasil pembahasa
n, dan kesimpulan isi jurnal secara singkat.
Kelebihan Abstrak :
1. Didalam abstrak sudah menjelaskan latar belakang dengan jelas
2. Metode penelitian hingga sampel dan instrumen sudah dipaparkan
3. Abstrak ditampilkan juga dalam dua bahasa yaitu bahasa indonesia dan bahasa inggr
is
Kekurangan Abstrak :
1. Kata kunci abstrak terdiri dari 7 kata, seharusnya tidak lebih dari 5 kata

C. Pendahuluan
Dalam pendahuluan jurnal terdapat latar belakang, rumusan masalah dan tujuan pene
litian. Selain itu, dalam pendahuluan terdapat pennelitian sejenis yang mendukung peneli
tian jurnal tersebut. Pendahuluan terdiri dari 4-5 paragraf dan setiap paragraf terdiri dari
4-5 kalimat.
Kelebihan pendahuluan jurnal di atas adalah dalam pendahuluan peneliti membahas
fenomena tentang pasien sakit yang tidak merawat mulut dan gigi nya dengan baik sehin
gga nafsu makannya berkurang saat di rawat. Jurnal juga memaparkan fenomena tentang
kekurangan nutrisi yang terjadi di rumah sakit lain. Selain itu peneliti juga membahas pe
ntingnya perawat memenuhi kebutuhan nutrisi, perawatan mulut bagi pasien yang dirawa
t agar membantu mempertahankan kebutuhan nutrisi dan oral higienenya.
Kekurangan pendahuluan ini adalah penulis kurang memaparkan penelitian yang se
jenis dengan jurnal ini. Selain itu, penulis juga tidak menjelaskan bagaimana kondisi dan
permasalahan pemenuhan kebutuhan nutrisi dan oral higiene di tempat penelitian yaitu R
umah Sakit Baptis Kediri.

D. Pernyataan Masalah Ilmiah


Dalam jurnal ini tidak terdapat permasalahan yang begitu jelas.

E. Tujuan Penelitian
Dalam jurnal ini jelas dipaparkan bahwa tujuan penelitiannya adalah untuk Mempela
jari Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi pada Pasien Rawat Inap yang tidak melakukan oral h
ygiene Rumah Sakit Baptis Kediri.
F. Tinjauan Pustaka
Jurnal ini tidak menampilkan tinjauan pustaka atau teori terkait dengan penelitian.

G. Kerangka Konsep dan Hipotesis


Kerangka konsep dan hipotesis belum ditulis dengan jelas didalam jurnal tersebut.

H. Metode Penelitian

Desain dalam Penelitian ini adalah Deskriptif dima subjek penenlitian adalah pasien
rawat inap di Rumah Sakit Baptis. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk memaparkan
bagaimana pemenuhan kebutuhan pasien yang tidak melakukan oral higiene di ruang raw
at inap Rumah Sakit Baptis.
Kelebihan dari jurnal ini adalah karena menggunakan desain penelitian deskriptif m
aka metode ini mampu menganalisa masalah yang rumit atau tidak dapat diukur secara n
umerik. Metode ini mampu mengamati konteks lebih alami. Maka dari itu permasalahan
nutrisi akan lebih mudah dipaparkan dengan metode ini karena juga dapat menggabungk
an metode kuantitatif dan kualitatif.
Kekurangan dari penelitian ini adalah metode ini mungkin tidak signifikan secara st
atistik, serta hasil yang lebih subjectif.
I. Sampel dan Instrumen
Sampel penelitian berjumlah 95 responden di Ruang Rawat Inap kelas 2 dan 3A Ru
mah Sakit Baptis. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Kekuran
gannya adalah kriteria inklusi dan eklusi tidak dijelaskan dan tidak dijelaskan instrumen
apa yang digunakan secara lebih rinci dan spesifik.

J. Data Analisis
Analisis yang digunakan adalah distribusi frekuensi. Dalam penelitian ini, peneliti m
endeskripsikan data pada setiap variabel penilaian dilakukan dengan menyusun tabel dist
ribusi frekuensi untuk mengetahui apakah tingkat perolehan nilai (skor) variabel penelitia
n masuk dalam katagori apa saja. Kekurangannya, penelitia tidak memaparkan kategori a
pa saja yang terdapat dalam penelitian ini.

K. Hasil

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti didapatkan hasil


persentase pemenuhan kebutuhan nutrisi yang terpenuhi adalah 20% dengan frekuensi
19. sedangkan persentase pemenuhan kebutuhan nutri yang tidak terpenuhi adalah 80%
dengan frekuensi 76.

L. Pembahasan
Jurnal ini sudah menampilkan hasil penelitian yang didapat, pendapat penulis serta
didukung oleh teori-teori yang mendasari atau mendukung penulisannya. Penulis
meneliti mengenai pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien rawat inap yang tidak
melakukan oral hygiene. Pasien di rumah sakit hampir selalu beresiko mengalami
kekurangan nutrisi karena penyakit yang diderita mereka atau karena tindakan terhadap
penyakit mereka. Faktor langsung yang mempengaruhi terjadinya penurunan status gizi
adalah konsusmsi (asupan) makanan dan penyakit infeksi. Nutrisi yang dibutuhkan oleh
remaja laki-laki dan perempuan kurang lebih sama (untuk yang berusia kurang dari 14
tahun). Akan tetapi, saat mereka memasuki usia 14 tahun atau lebih, maka mereka akan
mulai bertumbuh menjadi wanita dan pria, yang membutuhkan nutrisi yang berbeda. ian
besar responden dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi. 77 responden
dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang tidak terpenuhi disebabkan karena nafsu
makan pasien yang menurun, terbukti dengan adanya sisa porsi makan pada setiap
tempat makan yang disediakan rumah sakit. Sebagian besar responden dengan sisa
makanan yaitu ½ porsi itu disebabkan responden enggan makan dengan menu yang
tersedia dari rumah sakit karena kondisi sakit yang diderita dan perubahan lingkungan
perawatan membuat nafsu makan pasien menurun.
Kelebihan pada pembahasan dari jurnal ini adalah peneliti sudah memaparkan hasil
penelitiannya dan penelitian lain yang mendukung. Namun kekurangan yang terdapat
dalam pembahasan adalah meskipun peneliti sudah menyatakan bahwa jumlah
kebutuhan nutrisi laki-laki dan perempuan berbeda, namun peneliti tidak menjelaskan
secara rinci perbedaan jumlah kebutuhan nutrisi antara keduanya.

M. Kesimpulan
Kesimpulan berisikan informasi penting penelitian yang seharusnya sesuai
dengan tujuan dari penelitian. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pemenuhan
kebutuhan nutrisi pada pasien rawat inap yang tidak melakukan oral hygiene Rumah
Sakit Baptis Kediri. Namun peneliti hanya menyimpulkan bahwa pemenuhan kebutuhan
nutrisi pada pasien rawat inap Rumah Sakit Baptis Kediri sebagian besar tidak terpenuhi.

N. Implikasi Penggunaan Hasil Penelitian


Jurnal ini dapat digunakan perawat sebagai gambaran dalam meningkatkan
pelayanan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien yang menjalani
rawat inap.

O. Daftar Pustaka

Daftar pustaka berisi 18 referensi yang digunakan peneliti sebagai acuan dalam
penelitiannya. Penulisan menggunakan metode APA style dengan rentang tahu 2003-
2015. Daftar pustaka sudah sesuai dengan referensi dalam jurnal ini.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sakit merupakan keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang
sehingga mengakibatkan gangguan pada aktivitas setiap hari, baik aktivitas jasmani
maupun rohani (Asmadi 2008). Pasien dirumah sakit banyak yang tidak membersihkan
gigi dan mulut karena tidak dapat melakukan oral hygiene secara mandiri. Pasien yang
tidak melakukan perawatan oral hygiene baik secara mandiri maupun tanpa bantuan
perawat atau keluarga maka akan terjadi beberapa penumpukan bakteri di mulut yang
mengakibatkan pasien merasa tidak nyaman dan menghindar untuk makan (Potter,
2006). Jika ini terjadi terus-menerus maka dapat mengakibatkan kekurangan kebutuhan
nutrisi. Hasil penelitian ini didapatkan hasil bahwa pemenuhan kebutuhan nutrisi pada
pasien rawat inap di Rumah Sakit Baptis Kediri didapatkan sebagian besar tidak
terpenuhi.

B. Saran
1. Bagi perawat, dapat meningkatkan pelayanan keperawatan dalam pemenuhan
kebutuhan nutrisi pada pasien yang menjalani rawat inap.
2. Bagi pasien dan keluarga, diharapkan keluarga dapat memahami dan mengaplikasikan
perawatn oral hygiene setiap hari sehingga pemenuhan kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
C.
DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto. 2002. Gizi dan Kesehatan. Bayu Media, Malang


Par`I, H.M. (2016). Penilaian Status Gizi: Dilengkapi Proses Asuhan Gizi Terstandar. Jaka
rta: EGC
Pearce, C Evelyn . 2008 . Anatomi & Fisiologi untuk Paramedis . Jakarta : PT Gramedia Pust
aka Utama.
Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta :EGC
Sediaoetama,A.D.1985.Ilmu Gizi.jil 1.Dian Rakyat : Jakarta.
Sloane, Ethel . 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk pemula . Jakarta : EGC
Suhardjo. 1988 . Perencanaan Pangan dan Gizi . Bumi Aksara : Jakarta.
Supariasa,I. Dewa Nyoman S. 2001.  Penilaian Status Gizi. EGC : Jakarta
Wartonah, Tarwoto. 2006.  KDM dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai