Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anemia

2.1.1. Definisi Anemia

Anemia merupakan suatu keadaan dimana komponen di dalam darah yaitu hemoglobin (Hb)
dlam darah jumlahnya kurang dari kadar nornal. Remaja putri memiliki resiko sepuluh kali
lebih besar untuk menderita anemia di bandingkan dengan remaja putra. Hal ini di karenakan
remaja putri mengalami menstruasi setia bulannya dan sedang dalam masa pertumbuhan
sehingga membutuhkan asupan zat besi yang lebih banyak penentuan anemia juga dapat
dialakukan dengan mengukur hematokrit (Ht) yang rata-rata setara dengan tiga kali kadar
hemoglobin. Batas kadar Hb remaja putri untuk mendiagnosis anemia yaitu apabila kadar Hb
kurang 12 gr/dl (Tarwoto, dkk,2010).

Anemia pada remaja dapat meyebabkan keterlambatan pertumbuhan fisik, gangguan perilaku
serta emosional. Hal ini dapat mempengaruhi proses pertunbuhan dan perkembngan sel otak
sehingga dapat menimbulkan daya tahan tubuh menurun, mudah lemas dan lapar, konsentrasi
belajar terganggu, prestasi belajar menurun serta dapat mengakibatkan produktifitas kerja yang
rendah.

2.1.2. Tanda-tanda Anemia

Menurut Proverawati dan Asfuah (2009), tanda-tanda anemia pada remaja putri adalah :

1) Lesu, lemah, letih, lelah dan lunglai (5L)


2) Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang.
3) Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi
pucat.

2.1.3. Penyebab Anemia

Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan
hemoglobin, baik karena kekurangan konsumsi atau karena gangguan absorpsi. Zat gizi yang
bersangkutan adlah besi, protein, piridoksin (vitamin B6) yang berperan sebagai katalisator
dalam sintesis hem didalam molekul hemoglobin, vitamin C yang mempengaruhi absorpsi dan
pelepasan besi dan transferin ke dalam jaringan tubuh, dan vitamin E yang mempengaruhi
membran sel darah merah (Almatsier, 2009).

Anemia terjadi karena produksi sel-sel darah merah tidak mencukupi, yang di sebabkan oleh
faktor konsumsi zat gizi, khususnya zat besi. Pada daerah-daerah tertentu, anemia dapat
mempengaruhi oleh investasi cacing tambang. Cacing tambang yang menempel pada dinding
usus dan memakan makanan membuat zat gizi tidak dapat diserap dengan sempurna.
Akibatnya, seseorang menderita kurang gizi, khususnya zat besi. Gigitan cacing tambang pada
dinding usus juga menyebabkan terjadinya pendarahan sehingga akan kehilangan banyak sel
darah merah. Pendarahan dapar terjadi pada kondisi eksternal maupun internal, misalnya pada
waktu kecelakaan atau menstruasi yang banyak bagi perempuan remaja (Almatsier ,2009).

2.1.4. Dampak Anemia Bagi Remaja Putri

Menurut Sediaoetama (2004), dampak anemia bagi remaja putri adalah :

1) Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar


2) Menggangu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal.
3) Menurunkan kemampuan fisik olahraga
4) Mengakibatkan muka pucat.

2.1.5. Faktor Yang Mempengaruhi Anemia

1) Pendapatan keluarga
Pendapatan keluarga merupakan salah satu perubahan ekonomi yang cukup
dominan sebagai determinan konsumsi pangan. Pendapatan yang memadai akan
menunjang tumbuh kembang anak karena orang tua dapat meyediakan semua kebutuhan
anak baik yang primer maupun sekunder. (Farida, 2004).
2) pengetahuan tentang anemia
pengetahuan atau kognitif merupakan domai yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang. Dari pengealama dan penelitian terbukti bahwa
perilaku yang di dasari oleh pengetahuan yang langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan (Farida, 2004).
3) Pendidikan ibu
Pendidikan ibu merupakan modal utama dalam penunjang ekonomi
keluarga juga berperan dalam penyusunan makan keluarga, serta pengasuhan dan
perawatan anak. Bagi keluarga dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih
mudah menerima informasi kesehatan khususnya bidang gizi, sehingga dapat
menambah pengetahuannya dan mampu menerapakan dalam kehidupan sehari- hari
(Farida, 2004).
4) Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan akses atau keterjangkauan anak dan
keluarga terhadap upaya pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan seperti
imunisasi, penimbangan anak, penyuluhan kesehatan dan gizi serta sarana kesehatan
yang baik seperti posyandu, puskesmas dan rumah sakit (Farida, 2004).

2.1.6. Pencegahan Anemia

Menurut Almatsier (2009), cara mencegah dan mengobati anemia adalah :

1) Menigkatkan konsumsi makanan bergizi


2) Makan sayur-sayuran dan buah –buahan
3) Menambah pemasukan zat besi ke dalam tubuh dengan minum Tablet Tambah Darah
(TTD).
4) Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti: kecacingan,
malaria,dan penyakit TBC.

2.2. Pola Makan

2.2.1. Definisi Pola makan

Pola makan didefinisikan sebagai perilaku sadar, kolektif, dan berulang


seseorang untuk mengkonsumsi makanan sebagai respons dari pengaruh sosial dan budaya
(Rivera et al., 2020). Pola makan sehat adalah konsumsi makronutrien dengan proporsi yang
cukup untuk mencukupi kebutuhan energi dan fisiologis. Selain makronutrien pola makan yang
sehat juga harus mengandung mikronutrien serta hidrasi yang cukup untuk kebutuhan fisiologis
tubuh (Cena dan Calder, 2020).
Asupan kalori dalam makanan memiliki peran penting dalam tubuh. Kalori
dalam makanan digunakan tubuh untuk energi bagi sel. Asupan kalori harian seseorang dapat
dihitung dan dipengaruhi oleh jenis kelamin, tinggi, berat badan, aktivitas fisik, dan usia. Untuk
wanita rata-rata membutuhkan 2000 kalori per hari. Kandungan kalori dalam makanan yang di
konsumsi akan dimetabolisme untuk menjadi energi atau akan disimpan bergantung pada
kondisi tubuh (Osilla et al., 2021).

Pola makan dipengaruhi oleh frekuensi dan waktu makan.


Mempertimbangan frekuensi dan waktu makan adalah hal yang penting. Secara konsisten orang
yang selalu sarapan memiliki resiko kenaikan berat badan lebih rendah, sedangkan orang yang
tidak sarapan namun makan makanan dengan kandungan karbohidrat tinggi pada makan siang
atau makan malam memiliki resiko lebih besar untuk mengalami peningkatan berat badan.
Melewatkan makan malam dan sarapan meningkatkan pengeluaran energi 24 jam, namun
melewatkan sarapan dapat menimbulkan konsentrasi insulin postpandrial yang lebih tinggi dan
terjadi peningkatan oksidasi lemak yang dapat mengganggu proses metabolisme tubuh (Paoli A.
et al., 2019).

2.2.2. Komponen Pola Makan

Menurut sulustyoningsih (2011), pola makan tersiri dari tiga komponen


yaitu; jenis, frekuensi, dan jumlah makanan.

1. Jenis makanan
Jenis makanan adalah sejenis makanan pokok yang dimakan setiap hari
terdiri dari makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran dan buah yang di
konsumsi setiap hari. Makanan pokok adalah sumber adalah sumber makanan utama di
negara indonesia yang di konsumsi setiap orang atau sekelompok masyarakat yang
terdiri dari beras, jagung, sagu, umbi-umbian, dan tepung.

2. Frekuensi makan
Frekuensi makan adalah beberapa kali makan dalam sehari meliputi makan
pagi, makan siang, makan malam dan makan selingan.
3. Jumlah makan
Jumlah makan adalah banyaknya makanan yang dimakan dalam setiap
orang atau setiap individu dalam kelompok.

2.2.3. Pengaturan Pola Makan Sehat

Menurut Almatsier (2009), terdapat tiga kelompok bahan makanan sehat


berdasarkan fungsinya, yaitu:

a. Sumber energi/tenaga, berfungsi untuk bekerja, belajar dan lainnya. Bahan makanan
sumber zat tenaga adalah padi-padian, tepung-tepungan, sagu, pisang dan sebagainya.
b. Sumber zat pembangun, berfungsi untuk pertumbuhan dan mengganti jaringan tubuh
yang rusak. Bahan makanan sumber zat pembangun ikan, ayam, telur, daging, susu,
kacang-kacangan dan hasil olahannya, seperti tempe, tahu, dan oncom.
c. Sumber zat pengatur, berfungsi untuk melindungi tubuh dari penyakit. Bahan makanan
sumber zat pengatur adalah semua jenis sayur-sayuran dan buah-buahan, yang
mengandung berbagai macam vitamin dan mineral.

2.2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan

Menurut Kabir et al. (2018) faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan

1. Faktor Individu
a. Keterampilan Memasak
Keterampilan memasak individu menjadi faktor yang mempengaruhi pola
makan dan asupan makanan untuk pelajar.

b. Preverensi Rasa Makanan


Rasa makanan menjadi faktor umum untuk menjadi pilihan pola makan
dan asupan makanan yang dikonsumsi. Warna, bau, dan tekstur makanan menjadi
pertimbangan dalam pemilihan makanan.

c. Pantangan Makanan
Pantangan makanan yang paling sering dihindari adalah makanan yang
dilarang oleh agamanya.

d. Keadaan Pikiran

Kondisi stres pada pelajar menjadi pengaruh dalam pola makan dan
pemilihan makanan yang dikonsumsi.

e. Pengetahuan Tentang Gizi


Tingkat pengetahuan mengenai manfaat gizi bagi kesehatan mempengaruhi
pola makan dan konsumsi makanan pada pelajar. Sebagian besar pelajar tidak
mempertimbangkan nilai gizi saat mengkonsumsi makanan tertentu dan mereka
tidak memiliki pengetahuan yang baik mengenai gizi.
f. Tingkat Aktifitas Fisik
Aktivitas fisik yang dilakukan menjadi faktor yang menentukan pola
makan. Mahasiswa yang terbiasa melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, jalan
kaki secara teratur lebih menyukai asupan makanan yang lebih besar dari pada yang
tidak melakukan aktivitas fisik.

2. Faktor Lingkungan
a. Pengaruh Teman
Interaksi sosial menjadi faktor yang mempengaruhi asupan konsumsi
makanan seseorang.
b. Ketersediaan dan keterjangkauan
Ketersediaan bahan makanan dengan harga yang terjangkau menjadi faktor
penting yang menentukan pola makan pelajar.
c. Kegiatan akademik
Ketika mahasiswa akan ujian maka mereka akan cenderung untuk
megurangi jumlah konsumdi makanan yang dimakan.
2.3. Pola Menstruasi
2.3.1. Definisi Pola Menstruasi
Haid atau menstruasi adalah salah satu proses alami seorang perempuan yaitu proses
dekuamasi atau meluruhnya dinding Rahim bagian dalam (endometrium) yang
keluar melalui vagina (Wiknjosastro, 2009). Menstruasi atau haid adalah perubahan
fisiologis dalam tubuh perempuan yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh
hormone reproduksi. Periode ini penting dalam reproduksi. Pada manusia, hal ini
bisa terjadi setiap bulan anatara usia pubertas dan menopause (Fitria, A, 2007).

2.3.2. Pola Menstruasi

Pola menstruasi adlah serangkaian proses menstruasi yang terdiri dari


siklus menstruasi dan lama pendarahan menstruasi. Siklus menstruasi merupakan
waktu sejak hari pertama menstruasi sampai datangnya menstruasi periode
berikutnya. Sedangkan siklus menstruasi pada wanita normalnya berkisar anatara
21-35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki siklus menstruasi 28 hari dengan lama
menstruasi 3-5 hari, ada yang 7-8 hari. Setiap hari ganti pembalut 2-5 kali.
Panjangnya siklus menstruasi ini dipengaruhi oleh usia, berat badan, aktivitas fisik,
tingkat stres, genetik dan gizi (Wiknjosastro, 2009).

2.3.3 Gambaran Klinis

Franser (2009) mengatakan terdapat tiga fase utama yang mempengaruhi


struktur jaringan endometrium dan dikendalikan oleh hormon ovarium. Fase tersebut
antara lain:
1) Fase menstruasi
Fase ini ditandai dengan pendarahan vagina, selama 3-5 hari. Fase ini
adalah fase akhir siklus menstruasi, yaitu saat endometrium luruh ke lapisan
basal bersama darah dari kapiler dan ovum yang tidak mengalami fertilisasi.
2) Fase proliverative
Fase ini terjadi setelah menstruasi dan berlangsung ovulasi. Terkadang
beberapa hari pertama saraf endometrium dibentuk kembali disebut fase
regenerative. Fase ini dikendalikan oleh estrogen dan terdiri atas
pertumbuhan kembali dan penebalan endometrium. Pada fase ini
endometrium terdiri atas tiga lapisan:
a) Lapisan basal terletak tepat di atas myometrium, memiliki
ketebalan sekitar 1 mm. lapisan ini tidak pernah mengalami
perubahan selama siklus menstruasi. Lapisan basal ini terdiri atas
struktur rudimenter yang penting bagi pembentukan endometrium
baru.
b) Lapisan fungsional yang terdiri atas kelenjer tubular dan memiliki
ketebalan 2,5 mm. lapisan ini terus mengalami perubahan sesuai
pengaruh hormonal ovarium.
c) Lapisan epitelium kuboid bersilia menutupi lapisan fungsional.
Lapisan ini masuk kedalam untuk melapisi kalenjer tubular.
3) Fase sekretori
Fase ini terjadi setalah ovulasi di bawah pengaruh progesteron dan
estrogen dari korpus luteum. Lapisan fungsional menebal sampai 3,5 mm
dan menjadi tampak berongga karena kelenjer ini lebih berliku-liku.

2.3.4 Gangguan Haid Atau Kelainan Haid

Gangguan siklus haid disebabkan ketidakseimbangan FSH atau LH


sehingga kadar esterogen dan progesteron tidak normal. Biasanya gangguan
menstruasi yang sering terjadi adalah siklus menstruasi tidak teratur atau jarang dan
pendarahan yang lama atau abnormal, termasuk akibat sampingan yang di
timbulkannya, seperti nyeri perut, pusing, mual atau muntah (Wiknjosastro, 2009).

1. Menurut Jumlah Perdarahan


a) Hipomenorea
perdarahan mesntruasi yang lebih pendek atau lebih sedikit dari biasanya
b) hipermenorea
perdarahan mesntruasi yang lebih lama atau lebih banyak dari biasanya
(lebih dari 8 hari).
2. Menurut Siklus atau Durasi Perdarahan
a) Polimenore
Siklus menstruasi tidak normal, lebih pendek dari biasanya atau kurang
dari 21 hari
b) Oligomenorea
Siklus menstruasi lebih panjang atau lebih dari 35 hari
c) Amenorea
Amenorea adalah keadaan tidak ada menstruasi untuk sedikitnya 3 bulan
berturut-turut.
3. Gangguan lain yang berhubungan dengan menstruasi, diantaranya:
a) Premenstrual tension
Gangguan ini berupa ketegangan emosional sebelum haid, seperti
gangguan tidur, mudah tersinggung, gelisah, sakit kepala.
b) Mastadinia
Nyeri pada payudara dan pembesaran payudara sebelum menstruasi.
c) Mittelschmerz
Rasa nyeri saat ovulasi, akibat pecahnya folikel de Graff dapat juga di
sertai dengan perdarahan/bercak.
d) Dismenorea
Rasa nyeri saat menstruasi yang berupa kram ringan pada bagian
kemaluan sampai terjadi gangguan dalam tugas sehari-hari.

2.3.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Pola Menstruasi

Beberapa faktor yang menyebabkan gangguan pola menstruasi dalam


(Wiknjosostro, 2009) adalah:

1) Fungsi hormon terganggu


Menstruasi terkait erat dengan system hormone yang di atur di otak,
tepatnya di kalenjer hipofisis. System hormonal ini akan mengirim sinyal ke
indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila system pengaturan ini
terganggu otomatis siklus menstruasi pun akan terganggu.
2) Kelainan sistemik

Wanita yang tubuhnya sangat gemuk atau kurus bisa mempengruhi siklus
menstruasinya kerena sistem metabolisme didalam tubuh tidak bekerja
dengan baik. Wanita penderita penyakit diabetes juga akan mempengaruhi
sistem metabolismenya sehingga siklus menstruasinya tidak teratur.

3) Cemas

Cemas juga dapat mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh,


bisanya karena stress/ cemas wanita jadi mulai lelah, berat badan turun
drastis, sakit-sakitan, sehingga metabolismenya terganggu. Bila
metabolismenya terganggu, siklus mentruasinya pun ikut terganggu.

4) Kalenjar gondok

Terganggu fungsi kalenjar gondok/ tiroid juga bisa menjadi penyebab tidak
teraturnya siklus menstruasi. Gangguan bisa berupa produksi kelenjar
gondok yang terlalu tinggi (hipertiroid) maupun terlalu rendah (hipotiroid),
pasalnya sistem hormonal tubuh terganggu.

5) Hormon prolaktin berlebihan


Pada wanita menyusui produksi hormon prolaktin cukup tinggi. Hormon
prolaktin ini sering kali membuat wanita tak kunjung menstruasi karena
memang hormon ini menekan tingkat kesuburan.

6) kelainan fisik ( alat reproduksi)


Kelainan fisik yang dapat menyebabkan tidak mengalami menstruasi
(aminorea primer) pada wanita adalah:
a) selaput dara tertutup sehingga perlu operasi untuk membuka selaput dara.
b) indung telur tidak memproduksi ovum
c) tidak mempunyai ovarium

2.3.6. Dampak Gangguan Menstruasi

Gangguan siklus menstruasi dapat mengakibatkan:

1) Gangguan kesuburan
2) Abortus berulang
3) Keganasan pada organ reproduksi

2.4. Mahasiswi

2.4.1. Definisi Mahasiswi

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), mahasiswi adalah


seseorang yang belajar di perguruan tinggi, didalam struktur pendidikan di indonesia mahasiswi
memegang status pendidikan tertinggi diantara yang lain.

Mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut


ilmu di tingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat
dengan perguruan tinggi. Mahasisiwi dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi,
kecerdasan dalam berpikir dan perencanaan dalam bertindak. Berpikir kritis dan bertindak
dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada diri setiap mahasiswi,
yang merupakan prinsip yang saling melengkapi.

Seorang mahasiswi dikategorikan pada tahap perkembangan yang usianya


18 sampai 25 tahun. Tahap ini dapat digolongkan pada usia 19 masa remaja akhir samapi masa
dewasa awal dan dilihat dari segi perkembangan, tugas perkembangan pada usia mahasisiwi ini
ialah pemantapan pendirian hidup.Berdasarkan uraian diatas dapat di simpulkan bahawa
mahasiwi ialah seorang peserta didik berusia 18 sampai 25 tahun yang terdaftar dan mejalani
pendidikannya di perguruan tinggi baik dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan
universitas. Sedangkan dalam penelitian ini, onjek yang di gunakan ialah mahasiswi yang
berusia 18 sampai dengan 23 tahun dan masih tercatat sebagai mahasiswa aktif.
2.4. Hubungan Pola Makan dan Pola Menstruasi dengan Kejadian Anemia

Faktor dari anemia salah satunya yaitu pola makan atau pola konsumsi
pangan, pola makan merupakan susunan jenis dan jumlah pangan yang di konsumsi oleh
seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu. Seorang remaja terutama mahasiswi
biasanya sangat memperhatikan bentuk badannya, sehingga sebagian besar mahasiswi
membatasi konsumsi makan dan banyak pantangan terhadap makanan. Terkadang ada
melakukan diet dalam rangka mengubah bentuk tubuh mereka agar menjadi lebih proporsional.
Diet biasanya menghilangkan makanan-makanan tertentu seperti mekanan yang mengandung
karbohidrat. Hal ini tentu tidak sehat bagi remaja ataupun mahasiswi karena tubuh juga
memerlukan asupan makanan yang bernutrisi dan menyehatkan.

Faktor lain yang mempengaruhi kejadian anemia pada mahasiswi adalah


pola menstruasi. Pola menstruasi merupakan serangkaian proses menstruasi yang meliputi
siklus mentruasi, lama pendarahan dan dismenorea. Siklus menstruasi adalah waktu sejak hari
pertama menstruasi hingga datangnya menstruasi periode berikutnya. Sedangkan siklus
menstruasi pada wanita normal yaitu berkisar antara 21-25 hari dan hanya 10-15% yang
mempunyai siklus menstruasi 28 hari dengan lama menstruasi 3-5 hari, ada yang 7-8 hari. Dan
setiap hari mengganti pembalut 2-5 kali. Panjangnya siklus menstruasi ini juga di pengaruhi
oleh usia, bera badan, tingkat stress, aktivitas fisik, genetik dan gizi (Wiknjosastro, 2002).

Berdasarkan hasil penelitian, kejadian anemia pada mahasiswi IAIN Kudus


pola makan mahasiswi yang tidak baik di pengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya
pengetahuan tentang gizi. Tingkat pengetahuan gizi pada seseorang juga akan mempengaruhi
sikap dan perilaku seseorang dalam memilih jenis makanan yang di konsumsi, yang amana
akan menentukan mudah tidaknya seseorang dalam memahami manfaat kandungan gizi dari
makanan yang di konsumsi. Pengetahuan mengenai gizi yang baik di harapkan dapat
mempengaruhi pola konsumsi makanan yang baik sehingga dapat mengarah pada status gizi
yang baik pula (Thomas dkk, 2015).

Status gizi yang kurang dapat di sebabkan karena pola makan yang tidak
baik, kebiasaan makan yang buruk, dan ketidaksukaan terhadap makanan tertentu yang
berlebihan atau terlalu memilih-milih makanan. Mempunyai tubuh yang langsing menjadi
idaman remaja apalagi seorang mahasiswi, hal ini sering menjadi faktor penyebab defisiensi zat
gizi. Untuk menajaga bentuk tubuhnya agar tetap langsing remaja melakukan diet atau
menerapkan pembatasan makanan secara tidak benar (Adriani dan Wirjatmadi, 2012).

Hasil penelitian tentang kejadian anemia pada mahasiswi IAIN Kudus


menunjukan sebagian besar pla menstruasi mahasiswi di pengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain, stress, olahraga yang berlibihan, perubahan berat badan, dan keluhan menstruasi. Stress
merupakan suatu fenomena yang pernah ataupun dialami seseorang dalam kehidupannya dan
tidak ada seorang pun yang terhindar dari stress (Manuaba, 2009).

Berdasarkan hasil analisa hubungan pola makan dengan kejadian anemia


pada mahasiswi IAIN Kudus didapatkan hasil pola makan yang tidak baik dapat sehingga
mengakibatkan anemia di sebbakan oleh pola dan gaya hidup yang modern sekarang ini.
Mahasiswa IAIN Kudus yang mempunyai pola makan baik tetapi mengalami anemia
dikarenakn mengkonsumsi gizi yang tidak tepat sehingga terjadi defisiensi zat besi pada wanita,
diantaranya disebabkan oleh jumlah besi yang diabsorpsi sangat sedikit, kurangnya besi yang
masuk dikarenakan bioavailabilitas makanan yang mengandung besi ataupun dari faktor
kenaikan kebutuhan besi selama periode pertumbuhan dan pada saat haid. Anemia gizi di
indonesia di karenakan konsumsi energi, besi dan vitamin C yang kurang atau rendah (Arisman,
2014).

Kejadian anemia pada remaja putri yang disebabkan oleh pola mentruasi
tidak baik karena jumlah darah dan frekuensi menstruasi yang berlebihan. Remaja putri
beresiko lebih tinggi mengalami anemia dibandingkan dengan remaja putra dikarenakan
mengalami menstruasi. Siklus menstruasi yang tidak baik atu tidak teratur mengakibatkan
remaja putri kehilangan banyak darah dibandingkan dengan remaja putri yang memiliki pola
menstruasi yang baik atau teratur. Siklus menstruasi normal jika jarak antara hari pertama
keluarnya darah menstruasi dan hari pertama menstruasi berikutnya terjadi antara selang waktu
21-35 hari (Manuaba, 2009); Wiknjosastro, 2002).

Hubungan pola menstruasi dengan kejadian anemia pada mahasiswi IAIN


Kudus dikarenakan asupan zat besi responden/ mahasiswi IAIN Kudus cukup baik. Zat besi
merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh, sebagai faktor utama pembentuk
hemoglobin. Hampir seluruh jenis anemia disebabkan oleh kurangnya zat besi. Hal ini dapat
menyebabkan berkurangnya konsentrasi hemoglobin dan jumlah serta besarnya sel darah
merah. Anemia jenis ini di sebabkan oleh kurangnya zat besi yang dikonsumsi, absoprsi zat besi
yang kurang baik dalam intestine, atau kenaikan kebutuhan zat besi seperti pada waktu
menstruasi, pertumbuhan dan kehamilan (Fauziah, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai


berikut: pola makan pada mahasiswi IAIN Kudus sebagian besar yaitu dalam kategori kurang
baik. Pola menstruasi pada mahasiswi IAIN Kudus sebagian besar dalam kategori baik, dan
sebagian besar mahasiswi IAIN Kudus mengalami anemia. Terdapat hubungan pola makan
dengan kejadian anemia pada mahasiswi IAIN Kudus, serta ada hubungan antara pola
menstruasi dengan kejadian anemia pada mahasiswi IAIN Kudus. Saran yang dapat
disampaikan berdasarkan hasil penelitian yaitu mahasiswi lebih memperhatikan kebutuhan
gizinya agar tidak kekurangan zat besi yang dapat mengakibatkan anemia yang mana dapat
mengganggu prestasi belajar dan kesehatannya.
2.5. kerangka Teori

Faktor- faktor yang


berhbungan dengan
kejadian anemia

1. Pola makan
4.

2. Pola menstruasi

1. Pendidikan orang tua Pola makan


2. Pengetahuan
1. Jenis makanan Menstruasi :
3. Status gizi
4. Sosial ekonomi 2. Frekuensi makan Luruhnya lapisan dinding
5. Pekerjaan orang tua rahim disebabkan oleh
6. Perdarahan akibat 3. Jumlah makan penurunan kadar estrogen
infeksi dan penyakit dan progesteron
kronis

Pola makan yang


salah,tidk teratur dan
tidak seimbang Kontraksi uterus
mempengaruhi
kesehatan tubuh yang
optimal
Variasi suplai esterogen
berlebihan

Asupan energi,
protein,karbohidrat,vit
C,Fe,asam Folat kurang Siklus anovulatoir
mengakibatkan
= Diteliti perdarahan yang
berlebih baik dari lama
Penurunan haid dan banyaknya
pemebentukan eritrosit darah
= Tidak diteliti

Hemoglobin menurun

Anemia
2.6. Kerangka Konsep

Pola makan

Anemia
Pola menstruasi

Keterangan :

: Variabel Independent

: Variabel Dependent

Anda mungkin juga menyukai