Anda di halaman 1dari 20

Makalah Komunikasi Terapeutik pada Bayi dan Anak

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi


Jurusan Akademi Keperawatan D III

Dosen Pengampu:
Wahidin, S.Kep.,NS.,M.Kep

Disusun Oleh:
Alexander Sakti Kuncoro Aji (21006)
Andi Arsyad Amiruddin (21010)
Aulia Nur Azizah (21015)
Bernadine Avelia Riana Pramesthi (21016)
Dwi Oktaviani (21025)
Fauziya Dzatul Hidayati (21036)
Iqbal Yusuf Alghifari (21053)
Jum’ati Wahyu Eka Aguatina (21055)
Nabila Laila Sari (21070)
Sofia Dira Amanda Putri (21092)
Widya Nafitasari (21105)

Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Purworejo


2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Komunikasi
Terapeutik pada Bayi dan Anak” ini dengan baik. Kami berterima kasih kepada
Bapak Wahidin, S.Kep.,NS.,M.Kep selaku dosen pengajar materi komunikasi.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan dan pengetahuan kita mengenai teknik dan pentingnya komunikasi
terapeutik pada bayi dan anak dalam dunia keperawatan. Semoga makalah
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya dan berguna bagi
kami sendiri maupun orang lain. Sebelumnya kami mohon maaf bila terdapat
kesalahan kata – kata dan kami memohon kritik yang membangun demi perbaikan
di masa depan.
Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga
Tuhan Yang Maha Esa selalu memberkahi semua usaha kita.

Purworejo, 1 Oktober 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi terapeutik pada bayi dan anak mempunyai perkembangan
komunikasi, bentuk komunikasi pra-bicara, teknik verbal,dan teknik non verbal
guna penerapan strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik pada bayi dan anak.

B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana mengetahui usia perkembangan komunikasi bayi dan anak?
2. Bagaimana mengetahui bentuk komunikasi pra-bicara pada bayi?
3. Bagaimana peran bicara dalam komunikasi?
4. Apa saja teknik komunikasi verbal dengan bayi dan anak?
5. Apa saja teknik komunikasi non verbal dengan bayi dan anak?
6. Bagaimana cara penerapan strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik
pada bayi dan anak?
C. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah antara lain:
1. Mahasiswa dapat mengetahui usia perkembangan komunikasi bayi dan
anak.
2. Mahasiswa dapat mengetahui bentuk komunikasi pra-bicara pada bayi.
3. Mahasiswa dapat mengetahui peran bicara dalam komunikasi.
4. Mahasiswa dapat mengetahui teknik komunikasi verbal dengan bayi dan
anak?
5. Mahasiswa dapat mengetahui teknik komunikasi non verbal dengan bayi
dan anak?
6. Mahasiswa dapat mengetahui penerapan strategi pelaksanaan komunikasi
terapeutik pada bayi dan anak.
D. Tujuan
Makalah ini di buat dengan berbagai tujuan. Di bagi menjadi tiga tujuan, antara
lain:
1. Tujuan Umum: Mengetahui teknik dan penerapan strategi pelaksanaan
komunikasi terapeutik pada bayi dan anak.
2. Tujuan Khusus: Mengetahui perkembangan, bentuk, dan peran
komunikasi terapeutik pada bayi dan anak.

3. Tujuan Tambahan:
a) Mengetahui Prosedur dan Tahapan selama melakukan komunikasi
terapeutik pada bayi dan anak.
b) Melakukan teknik komunikasi yang tepat dalam komunikasi
terapeutik pada bayi dan anak.

E. Landasan Teori
Komunikasi adalah suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima
oleh komunikan dengan kesamaan makna menegnai suatu pesan yang
disampaikan. Melakukan komunikasi dilakukan oleh dua orang untuk mencapai
kesepahaman makna antara manusia, baik kesepahamaan dalam benak
komunikator (penyampai pesan) dengan komunikan (penerima pesan) haruslah
sepaham dan dipahami baik agar komunikasi berjalan baik dan efektif.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah............................................................................................................3
C. Manfaat............................................................................................................................3
D. Tujuan..............................................................................................................................3
E. Landasan Teori.................................................................................................................4
DAFTAR ISI...............................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................6
A. Perkembangan Komunikasi Bayi dan Anak....................................................................6
1. Usia 0-1 Tahun (Masa Bayi)........................................................................................6
2. Usia 1-5 Tahun (Masa Balita)......................................................................................7
3. Usia 5-8 Tahun (Masa Anak-Anak).............................................................................8
4. Usia 8-12 Tahun (Masa Anak-Anak)...........................................................................8
B. Bentuk Komunikasi Pra-bicara........................................................................................9
1) Tangisan.......................................................................................................................9
2) Ocehan (Cooing) dan Celotehan (Babbling)................................................................9
3) Isyarat...........................................................................................................................9
C. Peran Bicara dalam Komunikasi....................................................................................10
D. Teknik Komunikasi dengan Bayi dan Anak..................................................................11
a) Teknik Verbal.............................................................................................................11
b) Teknik Non Verbal.....................................................................................................13
E. Penerapan Strategi Pelaksanaan (SP) Komunikasi Terapeutik pada Bayi
dan Anak...............................................................................................................................14
1) Penerapan Komunikasi pada Bayi (0-1 Tahun).........................................................14
2) Penerapan Komunikasi pada Kelompok Toddler (1-3 Tahun) dan
Prasekolah (3-6 Tahun).....................................................................................................14
3) Penerapan Komunikasi pada Usia Sekolah (7-12 Tahun)..........................................15
BAB III PENUTUP..................................................................................................................16
Kesimpulan............................................................................................................................16
Saran......................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................17

BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Komunikasi Bayi dan Anak


Berbicara bertujuan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain yang tak lepas
dari tumbuh kembang anak secara kognitif dan sosialnya guna membangun relasi,
mengungkapkan perasaan dan mempengaruhi tindakan. Seorang anak dituntut
untuk belajar aspek-aspek kemampuan secara mengucapkan kata dengan benar
(phnology), mengerti arti kata (semantic), menggunakan kata-kata sesuai konteks
dan tujuan (pragmatic) serta menyusun kata secara terstruktur dan benar (syntax).

Jenjang Tumbuh Kembang pada Bayi sampai Anak – Anak:


1. Usia 0-1 Tahun (Masa Bayi)
Bayi lebih banyak menggunakan komunikasi non verbal di karenakan bayi belum
dapat mengekspresikan perasaan dan kata-katanya dengan berkomunikasi.
Seorang bayi hanya bisa mengekspresikan seluruh perasaan dan pikirannya
dengan cara menangis. Walau demikian, bayi dapat merespon komunikasi non
verbal terhadap tingkah laku orang dewasa seperti sentuhan, menggendong,
dekapan dan berbicara dengan lemah lembut.
Beberapa respon non verbal pada bayi seperti menggerakan badan,tangan dan
kaki. Sebuah cara menarik perhatian seseorang pada bayi dengan berusia kurang
dari enam bulan.
Perasaan cemas kepada orang asing yang tidak dikenal (Stranger Anxiety)
merupakan salah satu ciri perilaku seorang bayi pada usia lebih dari enam bulan,
karena perhatiannya berpusat pada ibunya. Cara yang tepat untuk berkomunikasi
pada bayi dengan permasalahan Stranger Anxiety yaitu:
a) Perhatikan saat berkomunikasi dengan bayi tersebut.
b) Jangan menggendong ataupun memangkunya secara langsung karena akan
membuat bayi merasa takut.
c) Lakukan komunikasi terlebih dahulu dengan ibu dari sang bayi ataupun
gunakanlah mainan untuk membuat sang bayi merasa dirinya tidak
terancam dan merasa aman.
d) Tunjukkan bahwa kita ingin membina hubungan yang baik dengan sang
bayi dan ibunya.
Detail Perkembangan Usia Masa Bayi:
1) Usia 0-3 Bulan
Saat masih ada dalam kandungan, bayi telah menemukan cara bagaimana
berkomunikasi dengan kita. Bayi belajar berkomunikasi dengan mendengarkan
percakapan yang sesungguhnya. Bayi pun senang berinteraksi karena itu
membuatnya tahu bahwa dirinya penting bagi kita. Teruslah mengajak bayi
berkomunikasi setiap hari, dan berhentilah sejenak guna mendengarkan saat bayi
berusaha menjawab.
2) Usia 3-6 Bulan
Bayi akan mulai mengeluarkan suara-suara (cooning) pertamanya, seperti betuk-
batuk kecil atau cegukan. Bayi pun sudah mulai menunjukan senyum sosialnya
untuk menanggapi orang lain. Hal ini akan segera berlanjut menjadi satu kata
yang lebih jelas (seperti “eh” atau “ah”). Bayi mulai mengamati gerakan mulut
orang dewasa dan menggerakan bibir dan lidah mereka seolah berusaha
menirukan. Pada tahap ini, bayi hanya memiliki bahasa tubuhnya atau berekspresi
dalam berkomunikasi seperti senyuman, suara-suara, gerakan mulut, dan tatapan
menandai masa pra-bicara. Bayi dapat menyadari adanya interaksi timbal balik
bahwa sang bayi senang melihat kita, atau menangis untuk menunjukan apa yang
sang bayi inginkan.
3) Usia 6-9 Bulan
Bayi masih belum cukup siap mengucapkan kata pertamanya, tetapi pamahaman
sang bayi dalam hal ini akan mengalami kemajuan sangat pesat. Bayi juga akan
mengenali namanya dan akan menengok bila kita memanggilnya. Bayi akan
mengenali sekitar 20 kata setiap harinya.
4) Usia 9-12 Bulan
Bayi belajar bahwa melakukan komunikasi bayi dapat memperoleh apa yang
diinginkannya. Bayi sudah dapat menganggukan kepala atau menggoyangkan
tangannya untuk memjawab sebuah pertanyaan sederhana, dan menunjukan
sesuatu yang bayi inginkan. Bayi cukup siap membuat suara dengan irama dan
bahasa yang bisa dipahami kita. Walaupun bicaranya belum cukup jelas. Namun
cobalah untuk mengartikan kata yang sedang sang bayi ucapkan. Pada usia
delapan sampai sembilan bulan, muncul motivasi pada anak untuk menggunakan
bahasa dan melakukan komunikasi berupa bentuk isyarat non verbal. Aktivitas
sehari-hari menjadi informasi konstektual yang sangat berguna bagi sang bayi
mengenal berbagai kata beserta penggunaannya.

2. Usia 1-5 Tahun (Masa Balita)


Karakteristik balita (anak usia dibawah tiga tahun) mempunyai sikap egosentris.
Dari aspek bahasa, anak belum mampu berbicara fasih. Seorang anak perlu diberi
tahu apa yang akan terjadi padanya karena anak memiliki perasaan takut pada
ketidaktahuannya. Gunakan kata-kata sederhana, singkat dan gunakan istilah yang
dikenalnya. Cara yang tepat saat berkomunikasi pada balita yaitu:
a) Posisi tubuh jongkok, duduk dikursi kecil, atau berlutut.
b) Lakukan kontak mata langsung saat berkomunikasi sehingga pandangan
mata kitz akan sejajar dengannya.
Detail Perkembangan Usia Masa Balita:
1) Usia 1-2 Tahun (Masa Toddler)
Balita sudah mampu untuk memahami kata-kata tunggal atau sederhana serta
mampu membuat kata-kata tersebut. Balita pun mulai bisa menunjukan bagian-
bagian tubuhnya seperti mata, telinga, hidung, dan bagian tubuh lainnya.
2) Usia 2-3 Tahun (Masa Toddler)
Balita sudah mampu memahami kata-kata sederhana dan mulai belajar memahami
kalimat sederhana. Balita sudah mampu mengingat nama- nama orang terdekatnya
seperti orang tua, keluarga dan nama hewan peliharaannya.
3) Usia 3-4 Tahun
Balita sudah mulai bersosialisasi dan memikirkan lingkungan sekitarnya. Hal ini
didukung oleh kemampuan bahasa sang balita yang semakin membaik dan
pemahaman kosa kata yang semakin luas.
4) Usia 4-5 Tahun
Balita sudah memasuki tahap akhir pada usianya. Pada usia ini, balita sudah dapat
meggunakan kalimat kompleks dengan jelas, membedakan warna, bentuk, dan
belajar bercerita.

3. Usia 5-8 Tahun (Masa Anak-Anak)


Pada usia ini anak sangat peka terhadap stimulus yang dirasakannya akan
mengancam keutuhan tubuhnya. Seorang anak membutuhkan penjelasan atas
pertanyaannya. Menggunakan bahasa yang dapat dimengerti anak beserta contoh
yang jelas sesuai dengan kemampuan kognitifnya, akan sangat membantu
menjawab dan memberi pemahaman kepada sang anak.

4. Usia 8-12 Tahun (Masa Anak-Anak)


Pada usia ini adalah anak usia sekolah. Anak sudah lebih mampu berkomunikasi
dengan orang dewasa. Pembendaharaan kata sudah lebih banyak dikuasai dan
anak sudah mampu berpikir secara konkret. Memberikan penjelasan dan
mendemonstrasikannya, akan membantu pemahaman untuk sang anak.

B. Bentuk Komunikasi Pra-bicara


Bentuk komunikasi anak yang terjadi selama tahun pertama dan kedua pascalahir
(usia masa balita). Di waktu ini, anak belum mempelajari kata-kata yang cukup
untuk berkomunikasi. Beberapa bentuk komunikasi pra-bicara:
1) Tangisan
Bentuk komunikasi prabicara paling awal. Tangisan bayi menunjukan
kebutuhannya pada seseorang untuk menghilangkan rasa lapar, haus, pedih, lelah,
tidak nyaman, dan kebutuhan untuk diperhatikan. Bayi hanya akan menangis bila
merasa sakit atau tertekan. Pada normalnya frekuensi tangisan bayi menurun pada
usia enam bulan. Menurunya frekuensi ini karena keinginan dan kebutuhan
mereka sudah cukup terpenuhi. Seorang perawat diharuskan banyak berlatih
mengenal macam-macam arti tangisan bayi untuk memenuhi kebutuhannya dan
mengajarkan kepada orang tua sang bayi. Hal ini sangat dibutuhkan pihak orang
tua sang bayi.

2) Ocehan (Cooing) dan Celotehan (Babbling)


Ocehan timbul karena bunyi eksplosif awal, disebabkan oleh perubahan Gerakan
mekanisme “suara”. Ocehan terjadi pada bulan awal kehidupan bayi (seperti
merengek, menjerit, menguap, bersin, menangis, dan mengeluh). Sebagian ocehan
akan berkembang menjadi celotehan. Celotehan merupakan indicator mekanisme
perkembangan otot saraf bayi. Seiring bertambah usia, jumlah bunyi yang
dikeluarkan bayi akan meningkat secara perlahan. Terjadi kapasitas peningkatan
kapasitas ucapan berbagai bunyi. Pada mulanya huruf hidup yang digabungkan
huruf mati (seperti “da”, “ma”, “nu” dan “uh”) kemudian dengan praktek
pengendalian suara, memungkinkan sang bayi mengulangi bunyi tersebut dengan
menggabungkannya (seperti “ma-ma”, “bu-bu-bu”, atau “uh-uh-uh”). Nilai dari
sebuah celotehan yaitu:
a) Praktek verba sebagai perkembangan gerakan terlatih yang dikehendaki
dalam berbicara.
b) Celotehan dapat mempercepat keterampilan berbicara.
c) Mendorong keinginan berkomunikasi dengan orang lain.
d) Membantu bayi merasakan bahwa dirinya merupakan kelompok sosial.

3) Isyarat
Menggantikan kata yakni gagasan yang disampaikan kepada orang lain melalui
gerakan atau bagian tubuh tertentu. Isyarat menekankan pada makna kata yang
diucapkan. Memiliki tujuan komunikasi yang serius seperti halnya tangisan. Tidak
seperti berceloteh yang dinamakan dengan permainan kata. Walaupun hanya
sebagai pelengkap bicara. Bahasa isyarat dapat mempercepat komunikasi dini
pada bayi. Sebagai contoh komunikasi prabicara isyarat pada bayi yaitu:
a) Tersenyum dan mengancungkan tangan yang berarti ingin digendong.
b) Menggeliat, meronta, menangis, pada saat dikenakan pakaian dan
memandikannya. Mengartikan bayi tidak suka akan pembatasan gerak.
c) Tubuh yang mengejang atau gerakan-gerakan tangan atau kaki disesrtei
jeritan dan wajah tertawa merupakan bentuk ekspresi kegembiraan pada
bayi.
d) Menegakan badan, gerakan membantingkan tangan atau kaki, roman
muka tegang dan menanggis adalah bentuk ungkapan marah atau tidak
suka.

C. Peran Bicara dalam Komunikasi


Sebagai makhluk sosial menjadikan kegiatan berbicara sebagai sarana untuk
membangun konsep diri, eksistensi diri, memperoleh kebahagiaan, menghindari
tekanan serta ketegangan. Melalui bahasa manusia dapat menunjukan siapa
dirinya. Orang yang tidak aktif berkomunikasi, cenderung tidak memahami siapa
dirinya sendiri dan perannya sebagai makhluk social.
Anak yang kehidupan sehari harinya berada dalam pingitan orang tua. Umumnya
Ketika terjun ke dalam masyarakat akan mengalami proses adaptasi yang cukup
lama, karna baginya kehidupan social sesungguhnya baru mereka rasakan.

Peran Bicara dalam Komunikasi pada Bayi dan Anak:


1) Ungkapan rasa sayang pada bayi.
2) Merangsang kinerja otak saraf dan merangsang indra pendengaran pada
bayi.
3) Bayi tidak merasa diabaikan dan merasa selalu diperhatikan dengan
membuatnya merasa nyaman.
4) Malatih bayi untuk mengucapkan kata-kata sederhana, sehingga lambat
laun bayi akan menirukannya.
5) Pesiapan Metal
Perkembangan bayi pada usia 1-18 bulan adalah saat yang tepat bayi diajak
bicara. Tergantung pada kematangan otak (asosiasi otak). Meskipun bayi tidak
bisa merespon dengan kata-kata, namun komunikasi (suara dan bicara) yang
ditunjukan pada bayi akan menjadi stimulus dan akan direspon dengan bahasanya
sendiri.

6) Persiapan Fisik
Pertumbuhan organ-organ bicara yang kurang sempurna sangat mempengaruhi
kemampuan bicara pada bayi dan anak. Persiapan ini deipengaruhi kematangan
mekanisme bicara, pada tumbuh kembang bayi dan anak.
7) Motivasi dan Tantangan
Dorongan pada bayi untuk mengucapkan kata ataupun suara. Perlu disadari bahwa
yang diucapkan oleh bayi belum sempurna. Suara yang diucapkan bayi masih
berupa suara-suara atau kata-kata yang belum jelas. Membutuhkan kesabaran dan
ketelatenan dalam mengajarkan bicara kepada bayi atau anak.
8) Model untuk Ditiru
Faktor yang mempengaruhi kemampuan bicara adalah stimulus suara. Ucapan-
ucapan yang sering kita sampaikan kepada bayi, menjadi model atau cerminan
yang bisa ditiru oleh bayi pada perkembangan bicara. Ucapan yang kita
sampaikan hendaknya ucapan yang baik dan mendidik.
9) Bimbingan
Upaya untuk membantu keterampilan bicara anak dapat dilakukan menyediakan
model yang baik, mengatakan dengan perlahan dan jelas, serta membetulkan
kesalahan yang diucapkan anak.
10) Kesempatan Praktek atau Berlatih
Agar bayi atau anak dapat segera bicara, maka beyi perlu diajarkan untuk meniru
kata-kata yang sering kita ucapkan dan mengulanginya.
D. Teknik Komunikasi dengan Bayi dan Anak
Secara umum ada dua teknik berkomunikasi yang digunakan pada bayi dan anak
yaitu:
a) Teknik Verbal
Bentuk komunikasi yang disampaikan dengan cara lisan (oral) berisi muatan
kognitif dan efektif. Beberapa teknik komunikasi verbal yang dapat diterapkan
yaitu:
1) Melalui Pihak Ketiga
Hindari berkomunikasi secara langsung pada anak, melainkan gunakan pihak
ketiga yaitu dengan cara berbicara terlebih dahulu dengan orang tuannya. Hal ini
adalah cara membangun hubungan yang baik terhadap sang anak dan ibunya,
guna menanamkan rasa percaya anak pada perawat terlebih dahulu sebelum
melakukan tindakan yang menjadi tujuan.

2) Bercerita sebagai Alat Komunikasi (Story Telling)


Bercerita dapat menyampaikan pesan tertentu pada anak. Sebuah cerita harus
disesuaikan dengan kondisi anak dan pesan yang ingin disampaikan kepada anak.
Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti anak. Penggunaan
gambar-gambar yang menarik dan lucu saat bercerita akan membuat penyampaian
cerita lebih menarik bagi anak,sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat
diterima dengan efektif.
3) Bermain dan Permainan (Terapeutik Play)
Salah satu bentuk komunikasi paling penting dan efektif untuk berhubungan
dengan anak. Bermain dapat memberikan petunjuk tumbuh kembang fisik,
intelektual dan sosial anak. Teknik ini sering digunakan untuk mengurangi trauma
akibat sakit atau masa perawatan di rumah sakit atau untuk mempersiapkan anak
sebelum prosedur medis (perawatan). Perawat dapat mengeksplor dan bertanya
perasaan anak selama dirumah sakit.
4) Biblioterapi
Sebuah buku atau majalah dapat digunakan untuk membantu anak
mengekspresikan pikiran dan perasaannya. Sebagai perawat harus mengetahui
terlebih dahulu isi dari buku atau majalah yang akan diceritakan. Simpulkan pesan
yang ada didalamnya sebelum bercerita pada anak.
5) Fasilitasi Anak untuk Berespons (Respon Fasilitatif)
Hal penting selama berkomunikasi adalah jangan menimbulkan kesan bahwa
hanya kita yang dominan berbicara pada anak, tetapi fasilitasi anak untuk
berespons terhadap pesan yang kita sampaikan. Dengarkan ungkapan sang anak
dengan baik, dan berhati-hati dalam merefleksikan ungkapan yang negatif.
6) Meminta Anak untuk Mengungkapkan Keinginannya (Harapan)
Mintalah anak untuk menyebutkan keinginannya untuk mengetahui apa yang
sedang dikeluhkan anak. Buatlah pilihan keinginan, apa yang paling diinginkan
anak saat itu. Keinginan yang diungkapkannya akan meningkatkan perasaan dan
pikirannya saat itu sehingga dapat mengetahui masalah dan potensial yang dapat
terjadi pada anak.
7) Pilihan Pro dan Kontra (Pendapat Baik dan Buruk)
Teknik ini sangat penting untuk mengetahui perasaan dan pikiran anak, dengan
mengajukan pilihan yang positif dan negatif sesuai pendapat sang anak.
8) Bercerita tentang Mimpi (Dreams)
Ajaklah anak untuk bercerita tentang mimpi indah atau mimpi buruk yang
dialaminya selama di rawat di rumah sakit. Perasaan stress anak dapat terbawa
dalam mimpi. Gali bersama sang anak tentang kemungkinan mimpi tersebut, guna
membantu mengungkapkan perasaannya.

9) Penggunaan Skala Peringkat


Skala peringkat digunakan untuk mengkaji kondisi tertentu, misalnya mengkaji
intensitas nyeri. Berkisar antara 0-10 pada satu titik ekstrim dan titik ekstrim
lainnya. Kemudian tentukan kondisi anak berada pada skala berapa saat
mengungkapkan perasaan sedih, nyeri, dan cemas tersebut. Contoh skala
peringkat yaitu:
a) 0 siartikan sebagai perasaan skala tidak nyeri.
b) 1-2 diartikan sebagai skala nyeri ringan.
c) 3-5 diartikan sebagai skala nyeri sedang.
d) 6-8 diartikan sebagai skala nyeri berat.
e) 9-10 diartikan sebagai skala nyeri sangat hebat.
10) Nada Suara
Gunakan nada suara lembut, terlebih jika emosi anak dalam keadaan tidak stabil.
Hindari menggunakan suara tinggi (berteriak) hanya akan mendorong pergerakan
fisik dan merangsang kemarahan anak semakin meningkat.
11) Aktivitas Pengalihan
Untuk mengurangi kecemasan anak saat berkomunikasi, biarkan sang anak
bermain dengan barang kesukaannya (seperti boneka, mobil-mobilan, kacamata,
robot, dan lainnya) atau menggambar bersama sang anak. Aktivitas beragam
tersebut akan membuat fokus anak teralihkan sehingga sang anak akan merasa
lebih rileks atau tenang saat berkomunikasi.

b) Teknik Non Verbal


Metode berkomunikasi dengan orang lain tanpa menggunakan kata-kata,
melainkan tindakan. Beberapa teknik komunikasi non verbal yang dapat
diterapkan yaitu:
1) Menulis
Pendekatan komunikasi secara efektif dengan cara memeriksa atau menyelidiki
tentang tulisan dan mungkin juga meminta untuk membaca beberapa bagian.
Perawat dapat mengetahui apa yang dipikirkan dan perasaan anak dengan
menulis.
2) Menggambar
Teknik ini dilakukan dengan cara meminta anak untuk menggambarkan sesuatu
terkait dengan dirinya. Seperti perasaan, pikiran, dan keinginan. Pengembangan
teknik menggambar ini adalah anak dapat menggambarkan keluarganya dan
dilakukan secara bersamaan antara keluarga dengan anak.
3) Kontak Mata, Postur dan Jarak Fisik
Sikap dapat dilakukan dengan cara membungkuk atau merendahkan posisi kita
sejajar dengan anak. Posisi yang sejajar akan memungkinkan kita dapat berkontak
mata dengan anak dan mendengar secara jelas apa yang dikomunikasikan anak.

4) Ungkapan Marah
Dengarkan dengan baik dengan penuh perhatian apa yang menyebabkan sang
anak merasa jenkel dan marah. Duduklah dekat sang anak, pegang tangannya atau
pundaknya, dan peluklah sang anak untuk memberikan ketenangan pada sang
anak.
5) Sentuhan
Kontak fisik yang dilakukan adalah memegang sebagian tangan atau berjabat
tangan, merangkul pundak atau pelukan, dan usapan di kepala, bertujuan
memberikan perhatian dan penguatan terhadap komunikasi yang dilakukan antara
anak dan orang tua

E. Penerapan Strategi Pelaksanaan (SP) Komunikasi Terapeutik pada Bayi


dan Anak
Standar prosedur asuhan keperawatan yang diterapkan dalam komunikasi
terapeutik pada bayi dan anak.
1) Penerapan Komunikasi pada Bayi (0-1 Tahun)
Bayi terlahir dengan kemampuan menangis untuk berkomunikasi. Bayi
menyampaikan keinginannya melalui komunikasi non verbal (bahasa tubuh).
Tangisan bayi adalah cara sang bayi memberitahukan ada sesuatau yang tidak
nyaman bayi rasakan, lapar, lelah, kedinginan, dan lain-lain.

2) Penerapan Komunikasi pada Kelompok Toddler (1-3 Tahun) dan


Prasekolah (3-6 Tahun)
Anak sudah mampu berkomunikasi secara verbal dan non verbal. Ciri khas
kelompokini adalah egosentris, dimana mereka melihat segala sesuatu
berhubungan dengan dirinya sendiri dan sudut pandangnya sendiri. Contoh
penerapan komunikasi kelompok toddler dan prasekolah dalam keperawatan:
1) Memberitahu apa yang terjadi pada diri sang anak.
2) Memberikan kesempatan pada anak untuk menyentuh alat pemeriksaan
yang akan digunakan.
3) Menggunakan nada suara rendah (lembut) dan bicara lambat. Jika tidak
menjawab harus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana.
4) Hindari sikap mendesak untuk dijawab oleh sang anak.
5) Mengalihkan aktivitas saat komunikasi dengan memberikan barang
kesukaan (mainan) saat berkomunikasi.
6) Menghindari konfrontasi langsung (perseteruan)
7) Jangan menyentuh anak tanpa persetujuan dari sang anak.
8) Bersalaman dengan anak saat memulai interaksi, karena bersalaman
dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas.
9) Mengaja anak untuk menggambar, menulis atau bercerita untuk menggali
perasaan dan pikiran anak.

3) Penerapan Komunikasi pada Usia Sekolah (7-12 Tahun)


Masa anak akan banyak mencari tahu terhadap hal-hal baru dan belajar
menyelesaikan masalah yang dihadapinya berdasarkan pengetahuan yang dimiliki
sang anak. Berani mengajukan pendapat dan melakukan klarifikasi atas penjelasan
yang tidak jelas baginya. Contoh penerapan komunikasi pada usia sekolah yaitu:
1) Memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak dengan menggunakan
kata-kata sederhana yang spesifik.
2) Menjelaskan sesuatu yang ingin diketahui sang anak.
3) Keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari objek tertentu
sangat tinggi pada usia ini. Perlunya memberi penjelasan arti, fungsi dan
prosedurnya.
4) Jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak
mampu berkomunikasi secara afektif (ranah yang berkaitan dengan
perasaan, sikap, emosi).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Perkembangan komunikasi pada bayi dan anak memiliki rentan usia yang
beragam. Setiap rentan usia memiliki ciri khas dan penanganannya tersendiri.
Bentuk-bentuk komunikasi pra-bicara juga melekat dalam beberapa rentan usia
perkembangan komunikasi bayi. Teknik komunikasi verbal dan non verbal
menjadi dasar penerapan srategi pelaksanaan komunikasi terapeutik pada bayi dan
anak. Membuat komunikasi memiliki fungsi dan peran dalam tumbuh kembang
bayi dan anak.

Saran
Perbanyaklah membaca dan mencari referensi mengenai komunikasi terapeutik
pada bayi dan anak, guna meningkatkan dan menambah wawasan para pembaca
mengenai materi tentang komunikasi terapeutik yang mana dapat diterapkan
dalam berbagai bidang dan kehidupan sehari-hari. Terlebih dapat diterapkan
dalam bidang keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Nutriclub. 2020. “Kenali 5 Tahap Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini yang
Wajib Diketahui” Diunduh 1 Oktober 2021 dari https://www.nutriclub..id/article-
balita/stimulasi/tumbuh-kembang-anak/kenali-5-tahap-perkembangan-bahasa-
anak-usia-dini-yang-wajib-diketahui

Mother&Beyond. 2019. “Perkembangan Kemampuan Bicara Bayi Usia 0-12


Bulan” Diunduh 1 Oktober 2021 dari
https://motherandbeyond.id/amp/12087/perkembangan-kemampuan-bicara-bayi-
usia-0-12-bulan

Slidesahare. 2015. “Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Bayi dan Anak”


Diunduh 1 Oktober 2021 dari
https://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/penerapan-komunikasi-terapeutik-pada-
bayi-dan-anak
BNET Purwoharjo. 2016. “Makalah Komunikasi Terapeutik Pada Bayi dan Anak
- Lengkap” Diunduh 1 Oktober 2021 dari
http://bnetpwj.blogspot.com/2016/09/makalah-komunikasi-terapeutik-pada-
bayi.html

Puskaloka. 2020. “Perkembangan Awal Bicara Anak” Diunduh 1 Oktober 2021


dari https://www.usd.ac.id/pusat/puskaloka/detail.php?id=10

Sabyan PAUD. 2021. “Bentuk Komunikasi Prabicara Anak” Diunduh 1 Oktober


2021 dari https://sabyan.org/bentuk-komunikasi-prabicara-anak/

Anda mungkin juga menyukai