Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“ MENILAI HUBUNGAN SAAT BERKOMUNIKASI“

DOSEN PENGAMPU :
ANIEK WIRASTANIA, S.Pd, M.Pd.

DISUSUN OLEH :
NUR INDAH JAYANTI 195000011
PUTRI DEVI RAHMAWATI 195000020
PUJI NING TYAS 195000022
PRAYOGA DWI ADITIYO 195000034

UNIVERSITAS PGRI ADIBUANA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PRODI PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
bertema "Peran Perhatian Dalam Belajar“ sebagai salah satu tugas kelompok mata
kuliah psikologi pendidikan.
Dalam menyelesaikan makalah ini, kami mendapatkan begitu banyak
referensi buku, untuk itu kami mengucapkan banyak terimakasih kepada anggota
kelompok yang sudah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat dalam segala
bentuk belajar mengajar, sehingga dapat mempermudah pencapaian tujuan
pendidikan nasional. Namun makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu
kami mengharap kritik dan sarannya yang akan menjadikan makalah ini lebih
baik.

Surabaya, 03 Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2

BAB II ISI

A. Menilai Kekuatan Hubungan Antarpribadi 3


B. Lingkungan Hubungan yang Bermutu 3
C. Pengembangan Hubungan dan Pengorganisasian 7
D. Sifat Timbal Balik dalam Hubungan Antarpribadi 9
E. Peran Tugas dan Pemeliharaan Hubungan Antarpribadi 11
F. Kepemimpinan dalam Komunikasi Antarpribadi 11

BAB III PENUTUP

A. Simpulan 15
B. Saran 15

Daftar Pustaka 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi merupakan suatu aktivitas dasar manusia, dengan


adanya komunikasi manusia dapat saling berhubungan antara yang satu
dengan yang lainnyadimanapun manusia itu berada. Dengan adanya
komunikasi yang baik suatu organisasi atau lembaga akan berjalan lebih
lancar sesuai dengan apa yang kita inginkan dan akan mendapat
keberhasilan yang kuar biasa dan begitu pula sebaliknya.
Komunikasi berasal dari bahasa latin Communication yang berarti
“pemberitahuan”. Komunikasi pada umumnya diartikan sebagai bentuk
penyampaian informasi atau pesan serta pengertian dari seseorang kepada
orang lain. Banyak makna tentang arti kata komunikasi namun dari sekian
banyak definisi yang diungkapkan oleh para ahli dapat disimpulkan secara
lengkap dengan makna yang hakiki, yaitu komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi
tahu,atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung,
maupun tidak langsung.(Effendy, 2005:5).
Manusia didalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya
seseorang memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau
masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini adalah sebuah hakekat bahwa
sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan
sesamanya. Di kehidupan ini manusia sering bertemu satu dengan yang
lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. Komunikasi
formal adalah proses komunikasi yang bersifat resmi yang dilakukan oleh
lembaga formal melalui garis perintah yang berorientasi pada
produktifitas, berdasarkan struktur organisasi berkomunikasi sebagai
petugas organisasi dengan status masing-masing yang tujuannya
menyampaikan pesan berkaitan dengan kepentingan dinas. Sedangkan
komunikasi informal adalah komunikasi yang biasanya bebas bergerak

1
kesegala arah, tanpa mengikuti komando atau bergantung pada hieraki
wewenang.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang maka rumusan masalah yang diajukan sebagai
berikut:
1. Bagaimana cara menilai kekuatan hubungan antarpribadi?
2. Bagaimana lingkungan hubungan yang bermutu?
3. Bagaimana pengembangan hubungan dan pengorganisasian dalam
komunikasi?
4. Apa tujuan sifat timbal balik dalam hubungan antarpribadi?
5. Apa peran tugas dan pemeliharaan hubungan antarpribadi pada
komunikasi?
6. Bagaimana kepemimpinan dalam komunikasi antarpribadi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara menilai kekuatan hubungan antarpribadi.
2. Untuk mengetahui lingkungan hubungan yang bermutu.
3. Untuk mengetahui pengembangan hubungan dan perorganisasian.
4. Untuk mengetahui sifat timbal balik dalam hubungan antarpribadi.
5. Untuk mengetahui peran tugas dan pemeliharaan hubungan
antarpribadi.
6. Untuk mengetahui kepemimpinan dalam komunikasi antarpribadi.

2
BAB II
ISI

A. Menilai Kekuatan Hubungan Antarpribadi


Sejumlah penelitian membuktikan bahwa inisiasi hubungan
antarpribadi ternyata menegangkan. Usaha untuk mempertahankan
hubungan antarpribadi ketika seseorang sedang dalam masalah juga sangat
menegangkan. Dalam bentuknya yang lebih kritis, yaitu saat disintegrasi
dari hubungan interpesonal, ternyata melahirkan kesepian dalam hidup,
terjadi kekacauan keluarga, bahkan dapat melahirkan depresi.
Kesuksesan dalam hubungan antarpribadilah yang dirasakan
menyenangkan dan memuaskan. Apapun bentuknya, terjadilah
permasalahan dalam hubungan,dirasakan sebagai hal yang menegangkan
dan tidak mengenakkan. Meninjau kembali hubungan, bagaimana
memeliharanya, ataupun memperbaikinya adalah sangat penting dalam
komunikasi antarpribadi. Alasan untuk melakukan peninjauan kembali
hubungan interpersonal dapat bermacam-macam,seperti kebosanan,
keretakan, pertumbuhan, disintegrasi, dan lain-lain. Jika sebab-sebabnya
dapat banyak sekali, maka akibatnya terbatas jumlahnya, yaitu: kelanjutan,
perbaikan, negosiasi kembali, dan pemutusan hubungan. Ini akan dilihat
pada bagian berikut. Sebelumnya terlebih dahulu akan dikemukakan
lingkungan hubungan yang bermutu.

B. Lingkungan Hubungan yang Bermutu

Lingkungan yang bermutu adalah lingkungan yang memberikan


kesempatan kepada seorang individu untuk selalu mengalami
pertumbuhan. Perkembangan individu dan hubungan sebaiknya berkaitan
dengan kepuasan rasa diri, dan hubungan yang memuaskan. Ini adalah
produk dari: (1) dukungan positif konsep diri, (2) akurasi konsep diri, dan
(3) keterampilan mengelola interaksi.

3
Watzlawick et.al (Cushman, 1985) menemukan adanya tiga respon
komunikasi yang dapat diberikan seorang terhadap presentasi diri atau
inisiasi untuk membentuk hubungan, yaitu konfirmasi, penolakan, dan
diskonfirmasi. Respon konfirmasi memberi umpan balik pada orang lain
bahwa seorang menerima presentasi diri atau hubungan yang disinisiasi.
Respon penolakan memberi umpan balik pada orang lain bahwa seorang
mengerti presentasi dirinya beserta inisiasi hubungannya, tapi ia tetap
menolaknya. Sedangkan respon diskonfirmasi memberi umpan balik
bahwa seorang menolak untuk mengerti realita dari presentasi diri ataupun
hubungan yang diharapkannya. Suatu lingkungan komunikasi bermutu
untuk pengembangan diri dan hubungan yang memuaskan , harus berisi
hubungan kuat terhadap konsep diri yang positif ataupun respons yang
bersifat konfirmasi diri orang lain.
Keterampilan mengelola interaksi dapat terwujud dari pengetahuan
tentang liku-liku dan permasalahan hubungan dan komunikasi
antarpribadi, dan ini adalah mengenai semua yang telah dibicarakan diatas
dan lainnya mengenai hubungan interpersonal.

1. Kelanjutan hubungan

Hal yang snagat menyenangkan adalah mencoba


merefleksikan hubungan antar pribadinya dengan team sejawat,
kemudian memahami bagaimana dan mengapa hadirnya rasa
kebanggan diri dan kepuasan dari hubungan antar pribadi tersebut
yang lahir dari interaksi antarindividu yang ladir didalamnya.
Melanjutkan hubungan yang demikian, melibatkan
penggunaan keterampilan mengelola interaksi, misalnya menjalin
hubungan yang pantas dan kinetik. Ini gunanya untuk memahami
perubahan-perubahan konsep orang lain. Pemahaman mengenai
hubungan demikian, memberi pengetahuan pada diri mengenai
siapa dirinya, dan dapat menjadi apakah dirinya dengan adanya
bantuan dari orang lain.

4
2. Memperbaiki hubungan

Dalam hubungan antarpribadi kadang-kadang teman


sejawat membuat kesalahan tanpa disengaja, dan kesalahan itu
dapat mengancam hubungan. Juga sering kali hal demikian tidak
disangka akan menimbulkan dampak terhadap hubungan. Bila hal
ini terjadi, ada tiga kemungkinan tindakan yang dapat diambil,
diantaranya adalah :

a. Diabaikan dan dianggap bencana alam


b. Pemutusan hubungan
c. Dikonfirmasikan dengan teman tersebut tentang permasalahan
dan kemungkinan akibatnya, dan diminta untuk melakukan
berbagai pertimbangan.

Menurut Abizar (1986) terdapat empat tipe perhitungan


yang dapat dilakukan, yaitu penyesalan (excuse), pembenaran
(justification), konsesi, penolakan.
Keempat penghitungan diatas adalah cara-cara yang umum
ditemui dalam masyarakat, dalam cara menetralisir konsekuensinya
bila terjadi masalah. Dalam hal ini, perhitungan, meluruskan, dan
memperbaiki kembali identitas individu serta hubungan, jika
terjadi masalah.

3. Membicarakan kembali hubungan

Pengalaman yang cukup menegangkan adalah menilai


kembali hubungan, kemudian sampai pada kesimpulan bahwa
hubungan perlu dibicarakan kembali agar menjadi lebih intim.
Keberhasilan membicarakan kembali hubungan interpersonal
tergantung pada sejumlah keterampilan mengelola interaksi.
Pertama, seorang individu harus mulai dengan memberikan
dukungan kuat dan akurat atas konsep diri orang lain, yang akan
membetuk dasar bagi hubungan baru. Kedua, harus mengisolasi
secara hati-hati sifat konsep diri yang ditolak dalam persahabatan

5
lama. Lalu membicarakan hubungan interpersonal dengan
mencoba secara eksplisit atau implisit menolak sifat-sifat tersebut.
Ketiga, menyimpulkan dampak penolakan itu terhadap hubungan
interpersonal dan memperlihatkan bahwa hal tersebut akan
membangun hubungan yang positif. Keempat, seorang individu
harus menghagai aspek positif dari diri orang lain yang
memungkinkan terciptanya hubungan interpersonal yang baru.
Kelima, seorang individu harus menegaskan akan dibentuknya
suatu persetujuan untuk mencoba hubungan baru, dan mewujudkan
dukungan terhadap perasaan yang mendasari hubungan
interpersonal yang baru tersebut.

4. Memutuskan hubungan

Dalam membina hubungan dengan orang lain, mungkin tiba


waktunya dimana orang lain dirasakan merusak diri dan perasaan
diri seseorang sehingga penilaian kembali hubungan interpersonal
bermuara pada pemutusan hubungan ini. Pertama, dengan cara
mengundurkan diri atau menghindari, yaitu dengan cara
menghilang. Kedua, menyampaikan pemutusan dengan nada
positif. Ketiga, dengan cara yang disebut Machiavellianisme,
dimana seseorang meyeret orang lain kedalam posisinya yang
mana orang lain kedalam posisinya yang mana orang lain harus
merasa kehilangan muka, atau memutuskan hubungan. Akhirnya
mengambil jalan terbuka, yaitu menyatakan dengan terus terang
kenapa hubungan harus berakhir.
Mengelola hubungan interpersonal seperti ini
membutuhkan jelasnya permasalahan. Namun, tidak semua
masalah hubungan interpersonal dirasakan jelas. Menilai hubungan
intepersonal tidak selamanya mudah. Namun harus dibutuhkan
usaha untuk melakukannya. Sebab, bagaimanapun yang diharapkan
adalah pengembangan hubungan, dan bukan pemutusan.

6
Memahami dengan baik permasalahan, lalu mengelolanya dengan
baik merupakan langkah ke arah pengembangan hubungan.

C. Pengembangan Hubungan dan Pengorganisasian

Komunikasi antarpribadi merupakan unsur yang sangat penting


dalam sebuah organisasi. Sementara itu kemampuan untuk berkomunikasi
secara interpersonal memungkinkan orang-orang mengoordinasikan
perilaku mereka. Konsentrasi berhubungan denga pembentukan koordinasi
perilaku antar komunikator untuk mencapai tujuan bersama. Koordinasi
adalah esensi dari organisasi. Bila sesorang tidak dapat mempengaruhi
orag lain, mengoordinasikan perilakunya, maka seseorang tidak akan bisa
mengorganisasi diri satu sama lain.
1. Mengembangkan Hubungan Organisasi
Perkembangan hubungan antar individu berorientasi pada
perilaku antara satu individu lainnya. Semakin baik perkembangan
hubungan, akan semakin terjalin hubungan kerjasama antar
individu bersangkutan, dan hubungan akan semakin terkoordinasi.
Oleh karena itu kerjasama interpersonal sangat diperlukan untuk
terjalin menjadi level yang paling dasar dalam organisasi.

Menurut Abizar (1986) tidak seorang pun yang dapat


berbuat banyak secara individu dalam organisasi. Hanya melalui
aktivitas yang terkoordinasi secara terikat segala sesuatu dicapai
dengan kehidupan organisasi. Pernyataan ini dapat menyebabkan
kekesalan bagi seseorang yang melihat dirinya sebagai individu
yang memiliki kekuatan (power). Adapun yang tidak dapat
dipahaminya bila power bukanlah sesuatu yang dapat digunakan
seorang diri. Power seseorang didasarkan pada kemampuan
seseorang untuk mempengaruhi perilaku orang lain.
2. Mengembangkan dan Mempertahankan Hubungan
Hubungan interpersonal yang baik didasarkan pada
pemenuhan kebutuhan yang saling menguntungkan antar orang-

7
orang yang saling berhubungan. Kunci daripada wujud hubungan
yang efektif adalah dengan membuat berbagai ekspestasi yang jalas
dari komunikator interpesonal.
Misalnya, hubungan di antara suami istri memiliki banyak
harapan tentang perilaku interpersonal yang bersifat wajar. Suami
mengharapkan istrinya membersihkan rumah, sementara istri
mengharapkan suaminya membersihkan pekarangan. Seringkali
harapan ini tidak terucapkan sampai apa yang diharapkan tersebut
tidak kesampaian. Masing-masing pihak berpikir bahwa pihak
lainnya tahu apa yang diharapkan darinya tanpa ada pengucapan.
Keadaan ini dapat berbahaya, sebab bila satu pihak tidak sadar
akan harapan-harapan yang diharapkan pihak lain.
Mempelajari berbagai harapan orang lain adalah hal yang
tidak dapat dielakkan dalam hubungan antar pribadi. Setiap saat
berkomunikasi dengan orang lain, seseorang mempengaruhi
hubungan dengan orang tersebut dalam berbagai hal. Bila
seseorang gagal memenuhi harapan yang dibayangkan oleh orang
lain mengenai perilakunya, maka ia akan mengecewakan orang
tersebut dan ini akan merusak hubungan. Interpretasi yang
dilakukan terhadap perilaku yang tidak memenuhi harapan, biasnya
sangat negatif.
Pada batas-batas tertentu, hubungan yang efektif
diibaratkan persetujuan dalam sebuah kontrak. Biasanya tidak
berupa kontrak tertulis yang diceritakan secara detail. Hubungan
biasanya bersifat kurang formal dibandingkan dengan kontrak
legal. Pesan-pesan metakomunikasi yang kompleks (pesan-pesan
yang memberikan umpan balik mengenai komunikasi) digunakan
untuk membangun kontrak hubungan tertulis. Terdapat dua tugas
dari pengembangan kontrak tertulis ini, yaitu: 1) teman
berhubungan harus memahami harapan dari kedua belah pihak, dan
2) teman berhubungan harus setuju untuk mencoba memenuhi
harapan satu sama lain.

8
Dalam hubungan interpersonal yang efektif, teman sejawat
membangun kontrak yang dimengerti dengan jelas dan disetujui
semua pihak. Sensitivitas terhadap berbgai kebutuhan yang selalu
berubah dari teman sejawat yang selalu berhubungan dapat
memperbarui harapan dari hubungannya dan membicarakan
kembali kontrak implisit yang mereka sepakati.

D. Sifat Timbal Balik dalam Hubungan Antarpribadi


Hubungan kemanusiaan yang dibangun di atas aturan yang sangat
kokoh, merupakan norma timbal-balik yang menyatakan bahwa “dalam
hubugan antarpribadi, perilaku masing-masing pihak memiliki kesamaan.
Setiap pihak mempolakan aksinya dalam merespons bagaimana orang lain
berprilaku terhadapnya.”
Atas dasar norma timbal-balik, seseorang berkomunikasi dengan
pihak lain sesuai dengan cara bagaimana orang itu menganggap pihak lain
berkomunikasi dengan dirinya. Semakin ia memperlakukan seseorang
sebagai objek, semakin orang itu melakukannya secara tidak berharga.
Norma timbal-balik menegaskan bahwa hubugan interpersonal
berkembang meningkat dari waktu ke waktu. Semakin seseorang
memperlihatkan keinginan untuk memenuhi harapan orang lain, semakin
besar kemungkinan bahwa orang itu akan menempuhi harapannya.
Sebagai contoh, bila seseorang menegur orang lain dengan keramahan
kepada teman sejawat, perilakunya memperlihatkan bahwa ia menghargai
eksitensi teman sejawat tersebut, dan bahwa mungkin ia berharap teman
sejawat tersebut menghargai eksitensi dirinya. Orang yang di tegur merasa
dipaksa oleh hukum timbal-balik untuk menegurnya sebagaimana yang ia
lakukan. Bila seseorang setuju untuk menegur satu sama lain, berarti ia
sudah membangun satu kontak implisit.
Norma timbal-balik membantu membimbing persamaan usaha
antar rekan yang saling berhubungan. Bila si A dalam suatu hubungan
berbuat lebih banyak untuk si B dibandingkan yang dilakukan si B untuk
si A, berarti mereka akan melanggar norma timbal-balik ini, dan hubungan

9
antara keduanya akan memburuk. Bila teman sejawat yang sedang
berhubungan ingin memperbarui kontak implisit dengan jalan berbuat
sesuatu untuk menolongnya, demi norma timbal-balik ia punya hak untuk
meminta sesuatu sebagai balasan.
Harapan yang dimiliki oleh setiap orang mengenai perilaku orang
lain sering berfungsi sebagai self-fulfiling prophecy interpersonal. self-
fulfiling prophecy interpersonal terjadi bila harapan terhadap orang lain
menyebabkan orang kedua merespons sesuai dengan harpan ini. self-
fulfiling prophecy tidak perlu bersifat destruktif. Hal ini dapat digunakan
secara menguntugkan terhadap kehidupan berorganisasi. Pemenuhan
timbal-balik setiap harapan orang lain, berarti seseorang telah
mengembangkan dan mempertahankan hubungan interpersonal serta
membentuk kerja sama interpersonal. Hal ini membawa orang tersebut
untuk menstruktur dan mempolakan perilakunya sesuai dengan kebutuhan
orang lain. Pola perilaku ini berkembang ke dalam peran-peran
interpersonal yang ia lakukan dengan proses perorganisasian. Satu hal
yang terjadi pada waktu menjadi anggota organisasi yaitu
mengembangkan hubungan kerja dengan anggota-anggota lain yang
terdapat dalam organisasi. Hubungan pekerjaan ini memaksa pemenuhan
harapan anggota-anggota lainnya dan mengembangkan peran-peran
organisasi. Setiap manusia melakukan banyak peran organisasi. Setiap
pemimpin terlibat dalam penggunaan otoritas dan pengambilan keputusan
sebagai bagian dari peran-peran mereka.
Posisi formal yang ditempati seseorang dalam organisasi
memberikan tekanan pada individu untuk bertingkah laku sesuai pera yang
diharapkan. Bila seseorang menerima jabatan sebagai resepsionis, ia
diharapkan dapat menjawab telepon, serta menyampaikan pesan pada
semua anggota organisasi bersangkutan. Bila seseorang menerima tugas
sebagai salesman, ia diharapkan mampu mewakili perusahaan dan berlaku
serta berpakaian sepantasnya meurut aturan perusahaan.

10
E. Peran Tugas dan Pemeliharaan Hubungan Antarpribadi
Peran yang dikembangkan oleh anggota organisasi memungkinkan
mereka melaksanakan fungsi-fungsi yang sangat luas dalam kehidupan
organisasi. Dua tipe penting dari organisasi yang berorientasi fungsi
adalah peran tugas (task) dan peran pemeliharaan (maintaining). Kedua
peran direncanakan untuk melaksanakan berbagai aktivitas organisasi yang
berbeda, namun masing-masing saling tergantung satu sama lain.
Peran yang berorientasi tugas berhubungan dengan tugas-tugas
yang harus diselesaikan. Peran tugas meliputi berbagai kegiatan seperti
melahirkan ide-ide, mencari informasi, mengoordinasikan berbagai usaha,
menilai berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan, menyelesaikan
berbagai prosedur, serta memupuk aktivitas dalam rangka mencapai tujuan
organisasi. Secara khusus, bisnis dan industri menekankan pada peran
yang berorientasi tugas.
Peran yang bersifat pemeliharaan terutama yang mengenai
pemeliharaan dan mempertahankan hubungan interpersonal dalam
organisasi. Peran ini meliputi berbagai kegiatan seperti memberikan
dukungan, mengekspresikan perasaan, melepaskan berbagai tekanan,
menjaga agar saluran komunikasi terbuka, meningkatkan semangat
anggota lain, meningkatkan keharmonisan antar anggota organisasi. Peran
ini membantu anggota organisasi mengembangkan hubungan dan
kerjasama yang efektif satu sama lain.

F. Kepemimpinan dalam Komunikasi Antarpribadi

Pimpinan mempengaruhi berbagai kegiatan dari setiap anggota


organisasi melalui komunikasi interpersonal. Kekuatan kepemimpinan
tergantung pada pengaruh antarpribadi. Komunikasi antarpribadi adalah
suatu cara, dimana berbagai kegiatan utama pimpinan organisasi
diselesaikan.
Kepemimpinan (leadership) memberikan pengarahan tepatnya arah
dari organisasi. Pimpinan mengidentifikasikan berbagai tujuan organisasi,

11
dan memutuskan berbagai kegiatan yang harus dilaksanakan oleh anggota
organisasi dalam rangka mencapai tujuan.
Bennis (Kreps, 1986) atas dasar pengalamannya sebagai Presiden
Universitas Cincinnati, mengemukakan bahwa “semakin meningkat
keruwetan organisasi, akan menyebabkan meningkatnya kesulitan yang
dihadapi pimpinan untuk membuat dan menjalankan keputusan-keputusan
kepemimpinan.” Dijelaskan bahwa lingkungan internal dan eksternal,
sekaligus menyulitkan pilihan bagi pimpinan. Bennis mengemukakan
bahwa masyarakat telah menjadi sedemikian keranjingan hukum, yang
menyebabkan pimpinan organisasi banyak tersita waktu dengan kegiatan
menghindari masalah dari agen-agen internal dan eksternal, dan pada
pengarahan-pengarahan mengenai berbagai kegiatan organisasi.
Permasalahan dalam kepemimpinan ini telah menyebabkan
terjadinya dikotomi antara perilaku pemimpin dengan pengelola (manajer),
seperti yang digambarkan oleh Bennis. Tujuan pemimpin adalah untuk
menggariskan arah organisasi, sementara tujuan pengelola adalah untuk
menyelesaikan tugas-tugas organisasi yang telah digariskan tersebut.
Sejalan dengan pendapat Bennis, Zalesnik (Kreps, 1986) menekankan
pada perbedaan kepribadian anatara pemimpin dan pengelola.
Pengelola menganalisi secara rasional tugas-tugas organisasi, dan
mengembangkan strategi-strategi untuk melaksanakan tugas-tugas
tersebut, sementara pimpinan harus memiliki visi yang dalam, yang secara
intuitif mampu menginterpretasikan kondisi lingkungan, meramalkan
kondisi-kondisi masa depan, dan secara kreatif menetapkan, memetakan
kegiatan organisasi.
Pimpinan berhubungan dengan arah dan inovasi, sementara
pengelola berhubungan dengan keterlibatan dan efisiensi. Suatu analogi
yang barangkali dapat dijelaskan perbedaan antara pimpinan dengan
pengelola, di mana seorang pemimpin laksana kepala juru masak yang
dapat membuat sejenis sop yang cocok untuk situasi dengan memilih dan
mengombinasikan resep-resep yang ada. Sementara pengelola mengaduk

12
sop dan menjaga agar panas panic tidak melebihi temperatur yang
semestinya.
Dalam organisasi dibutuhkan keduanya, pimpinan dan pengelola.
Oleh para ahli yang disebutkan diatas, ditekankan bahwa dalam organisasi
modern terdapat ketidakseimbangan anatara kepemimpinan dan pengelola,
di mana pengelola biasanya lebih banyak dibandingkan pimpinan.
Bennis menyarankan karakteristik dari kepemimpinan untuk
mengubah pengelola menjadi pimpinan. Bennis menegaskan bahwa
pimpinan haruslah:

1. Mengembangkan visi dan kepercayaan diri untuk membuat berbagai


keputusan organisasi yang efektif dan menentukan.
2. Melihat pada gamabaran organisasi yang lebih besar daripada kunci-
kunci dan sekrup organisasi.
3. Melihat sesuatu dalam konteks, menafsirkan situasi organisasi dari sisi
sejarah dan tujuan organisasi yang unik.
4. Mempunyai kekuatan dan keberanian untuk membuat berbagai
keputusan yang sulit, serta mengambil risiko yang penuh perhitungan.
5. Mengumpulkan informasi dari organisasi dan dapat
menginterpretasikan pesan organisasi yang bersifat jamak.
6. Memahami pentingnya budaya organisasi serta membentuk budaya
tersebut untuk memperkuat kerja sama interpersonal di dalam
organisasi, serta loyalitas terhadap organisasi.
7. Merasa senang dengan diri sendiri, sehingga mereka dapat mengatasi
tekanan-tekanan kepemimpinan.

Zalesnik mengemukakan bahwa kepemimpinan harus dikembangkan.


Di sini ditekankan bahwa, struktur organisasi dari masyarakat modern
tidak membangun keterampilan kepemimpinan, dan kenyataannya malah
tidak menopang perkembangan kepemimpinan, keluarga, pekerjaan, dan
pengalaman dalam organisasi pendidikan menyebabkan orang berbuat
menuruti kekuasaan, daripada mendorong orang untuk mau mengambil
risiko dan berbuat secara kreatif.

13
Pemberian nasihat (mentorship) disarankan oleh Zalesnik sebagai
proses yang sangat potensial pimpinan untuk mendidik, dibimbing, dan
diajar. Penasihat adalah anggota orgnisasi senior yang mengembangkan
hubungan tolong menolong dengan anggota-anggota organisasi junior,
yaitu disebut “mentee”. Organisasi harus menggalakkan perkembangan
hubungan penasihat dengan orang yang dinasihati, sebab mentor
(penasihat) dapat membantu yang dinasihati (mentee) mempelajari
bagaimana menjadi pimpinan yang efektif.
Peran pemimpin menggambarkan kebutuhan organisasi akan
inovasi dan perubahan. Sementara peran pengelola digambarkan sebagai
kebutuhan organisasi untuk stabilitas dan struktur. Oleh karena organisasi
butuh keduanya, yaitu inovasi dan stabilitas secara bersamaan, maka peran
dari pimpinan dan pengeloal menjadi penting bagi kelangsungan hidup
organisasi. Pimpinan membantu mengarahkan jalan yang akan ditempuh,
sementara pengelola mengawasi dan memelihara proses di mana anggota
organisasi bekerja untuk mencapai tujuan tersebut.

14
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Komunikasi merupakan suatu aktivitas dasar manusia, dengan
adanya komunikasi manusia dapat saling berhubungan antara yang satu
dengan yang lainnya dimanapun manusia itu berada. Dengan adanya
komunikasi yang baik suatu organisasi atau lembaga akan berjalan lebih
lancar sesuai dengan apa yang kita inginkan dan akan mendapat
keberhasilan yang luar biasa dan begitu pula sebaliknya.

B. Saran
Makalah ini mungkin sangat jauh dari kata sempurna. Untuk itu
penulis selalu mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian, agar
menjadi masukan dan perbaikan bagi penulis sehingga kedepannya
makalah ini menjadi lebih baik.

15
DAFTARPUSTAKA

Harahap, Edi. dan Ahmad, Syarwani. (2014). Komunikasi Antarpribadi. Jakarta:


PT Raja Grafindo Persada

16

Anda mungkin juga menyukai