Dosen Pengampu :
Disusun Oleh:
Kelompok 7 Kelas B
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat serta karunia sehingga kelompok ini dapat menyelesaikan tugas makalah
kelompok yang berjudul “Menilai Hubungan Saat Berkomunikasi”. Penulisan
makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
“Komunikasi Antarpribadi” di Program studi Bimbingan dan Konseling FKIP
Universitas Riau.
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
dosen mata kuliah Komunikasi Antar Pribadi yaitu Ibu Dra. Elni Yakub, MS. dan
Ibu Siska Mardes, S.Pd., M.Pd., Kons.. Selain itu makalah ini juga dibuat dengan
tujuan sebagai metode pembelajaran guna menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan khususnya tentang Menilai Hubungan Saat Berkomunikasi.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari sisi
materi maupun penulisannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini dan menjadi bahan perbaikan di
masa yang akan datang.
Kelompok 7
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan maka tujuan penulisan
adalah sebagai berikut:
2
BAB II
KAJIAN TEORI
3
Watzlawick et al (Cushman, 1985 dalam Edi Harapan dan Syarwani Ahmad,
2016) menemukan adanya tiga respons komunikasi yang dapat diberikan
seorang terhadap presentasi diri atau inisiasi untuk membentuk hubungan,
yaitu konfirmasi, penolakan, dan diskonfirmasi. Respons konfirmasi memberi
umpan balik pada orang lain bahwa seorang menerima presentasi diri atau
hubungan yang disinisiasi. Respons penolakan memberi umpan balik pada
orang lain bahwa seorang mengerti presentasi dirinya beserta inisiasi
hubungannya, tapi ia tetap menolaknya. Sedangkan respons diskonfirmasi
memberi umpan balik bahwa seorang menolak untuk mengerti realita dari
presentasi diri ataupun hubungan yang diharapkannya. Suatu lingkungan
komunikasi bermutu untuk pengembangan diri dan hubungan yang
memuaskan, harus berisi dukungan kuat terhadap konsep diri yang positif
ataupun respons yang bersifat konfirmasi diri orang lain.
Akurasi konsep diri menjadi esensi untuk meramalkan dampak dari perilaku
seseorang terhadap orang lain, untuk mendapatkan tempat dari orang lain,
untuk mencapai penyesuaian hubungan, dan untuk mencapai hubungan yang
memuaskan. Kesalahan penilaian seseorang pada orang lain, atau sebaliknya
kesalahan orang lain terhadap dirinya, sangat mengecewakan. Kekecewaan
mengarah pada disintergrasi konsep diri dan disintergrasi hubungan;
sedangkan akurasi konsep diri menuju pada pertumbuhan konsep diri dan
pertumbuhan hubungan.
4
antarpribadi tersebut yang lahir dari interaksi antarindividu yang hadir di
dalamnya.
Menurut Abizar (1986) (dalam Edi Harapan dan Syarwani Ahmad, 2016)
terdapat empat tipe perhitungan yang dapat dilakukan, yaitu: (1) penyesalan
(excuse), (2) pembenaran (justification), (3) konsesi, dan (4) penolakan.
5
tetapi itu tidak akan menyinggung orang lain". Pada konsesi, seseorang
mengakui bertanggung jawab atas perbuatannya, oleh karena itu ia
memberikan restitusi ataupun kompensasi. Pada penolakan, seseorang akan
menolak sifat negatif dari perbuatannya. Misalnya, "saya sengaja menyatakan
hal itu, dan itu akan membuatnya akan menjadi orang yang lebih baik".
6
menegaskan akan menolak seseorang karena dibentuknya suatu persetujuan
untuk mencoba hubungan baru, dan mewujudkan dukungan terhadap perasaan
yang mendasari hubungan interpersonal yang baru tersebut.
7
mengoordinasikan perilakunya, maka seseorang tidak akan bisa
mengorganisasi diri satu sama lain.
Menurut Abizar, 1986 (dalam Edi Harapan dan Syarwani Ahmad, 2016)
tidak seorang pun yang dapat berbuat banyak secara individu dalam organisasi.
Hanya melalui aktivitas yang terkoordinasi secara terikat segala sesuatu dicapai
dalam kehidupan organisasi. Pernyataan ini dapat menyebabkan kekesalan bagi
seseorang yang melihat dirinya sebagai individu yang memiliki kekuatan
(power). Adapun yang tidak dapat dipahaminya bila power bukanlah sesuatu
yang dapat digunakan seorang diri. Power seseorang didasarkan pada
kemampuan seseorang untuk memengaruhi perilaku orang lain. Semakin
berpengaruh seorang anggota organisasi, semakin besar power yang akan
didapatkan individu tersebut di dalam kegiatan organisasi. Hubungan
interpersonal mampu membantu memengaruhi laku orang lain.
8
mengarahkan berbagai aksinya sesuai dengan kebutuhan dan harapan dari
individu yang berhubungan tersebut.
Keadaan ini dapat berbahaya, sebab bila satu pihak tidak sadar akan
harapan-harapan yang diharapkan pihak lain, terdapat kemungkinan salah satu
pihak tidak akan berbuat sesuai dengan apa yang diharapkan. Untuk
memperlihatkan konfliknya masalah ini lebih jauh, harapan dari pihak lain dari
adanya perubahan secara kontinu, menjadikan potensi intuk memenuhi
berbagai harapan ini semakin rendah untuk tercapai.
Pola hubungan yang sama, terjadi pada hubungan bisnis dan profesional.
Para pekerja untuk satu tugas yang sama mempunyai harapan tertentu terhadap
perilaku teman sejawatnya. Sebagai contoh, dua orang sekretaris bekerja di
satu kantor kecil mungkin akan saling tergantung satu sama lain untuk berbagai
tugas organisasi. Sekretaris A mungkin mengharapkan sekretaris B melakukan
pekerjaan tertentu, dan sekretarais B juga mengharapkan sekretarais A
melaksanakan pekerjaan lainnya. Masing-masing sekretaris ini dapat bekerja
secara kooperatif serta memenuhi harapan dari masing-masing pihak bila
mereka sadar mengenai hal itu, dan adanya keinginan untuk berbuat sesuai
dengan harapan masing-masing. Bila pekerjaan pengetikan tergesa-gesa
diberikan oleh pimpinan pada salah seorang sekretaris, sedangkan sekretaris
tersebut sedang sibuk mengerjakan pekerjaan lain, maka sekretaris yang lain
diharapkan melaksanakan pekerjaan tersebut. Sementara itu, beban kerja
kantor berubah, maka hubungan kerja kooperatif di antara keduanya juga harus
berubah. Bila kedua sekretaris masih mengandalkan harapan lama untuk
membimbing perilaku mereka, maka mereka tidak akan mampu mengharapkan
9
berbagai tuntutan baru dari organisasi. Jika beban kerja berubah, harapan
hubungan harus diperbaharui dan direvisi melalui komunikasi interpersonal.
Mempelajari berbagai harapan orang lain adalah hal yang tidak dapat
dielakkan dalam hubungan antarpribadi. Setiap saat seorang berkomunikasi
dengan orang lain, seorang memengaruhi hubungan dengan orang tersebut
dalam berbagai hal. Sejauh perilakunya cocok dengan harapan orang lain
terhadap dirinya, maka orang bersangkutan dapat memperkuat hubungan
tersebut. Bila perilakunya tidak cocok dengan harapan mereka, maka dia akan
membuat orang lain menjadi prustasi, dan keadaan ini akan memperlemah
hubungan interpersonal..
Bila seseorang gagal memenuhi harapan yang dibayangkan oleh orang lain
mengenai perilakunya, maka ia akan mengecewakan orang tersebut dan ini
akan merusak hubungan. Interpretasi yang dilakukan terhadap perilaku yang
tidak memenuhi harapan, biasanya sangat negatif. Sering dianggap orang ini
gila (bodoh) ataupun jelek (sengaja tidak mau bekerja sama). Interpretasi elek
dan gila ini sering menjadi streotipe yang dapat melemahkan percayaan
komunikator, dan menimbulkan kecurigaan serta pemahaman yang salah
dalam hubungan. Semakin komunikasi gagal memenuhi harapan orang yang
berhubungan, akan semakin lemah hubungan di antara mereka. Komunikator
dibuat frustasi oleh respons negatif yang diterimanya, dan sering tidak sadar
bahwa telah terjadi pelanggaran terhadap harapan satu sama lain. Kegagalan
untuk memenuhi harapan orang lain, dapat menyebabkan respons yang tidak
pantas, kemarahan, dan bahkan permusuhan. Perilaku seperti ini akan
melahirkan perilaku tambahan yang ridak wajar di mana semua pihak tidak
memenuhi harapan orang-orang yang sedang berhubungan, dan pada akhirnya
menyebabkan siklus yang menarik dari hubungan yang semakin memburuk.
10
kontrak legal. Keadaan ini biasanya mengambil bentuk kontrak informal, di
mana orang yang berhubungan selalu belajar dari pengalaman
masa lalu mengenai apa yang diharapkan dari kedua belah pihak. Pesan-
pesan metakomunikasi yang kompleks (pesan-pesan yang memberikan umpan
balik mengenai komunikasi) digunakan untuk membangun kontrak hubungan
tertulis. Terdapat dua tugas dari pengembangan kontrak tertulis ini, yaitu:
(1) teman berhubungan harus memahami harapan dari kedua belah pihak,
(2) teman berhubungan harus setuju untuk mencoba memenuhi harapan
satu sama lain.
11
mengenai harapan- harapan tersebut. Sensitivitas terhadap berbagai kebutuhan
yang selalu berubah dari teman sejawat yang selalu berhubungan dapat
memperbarui harapan dari hubungannya dan membicarakan kembali kontrak
implisit yang mereka sepakati. Komunikator mencoba memperbarui terus
kesadarannya terhadap kontrak implisit dengan cara secara terus-menerus
memberi dan menerima umpan balik interpersonal yang memungkinkan
mereka untuk selalu berbuat secara pantas dengan pertumbuhan hubungan.
Semakin bisa mereka memperbarui kontrak implisit ini, hubungan di antara
keduanya semakin mampu memenuhi kebutuhan secara timbal balik, dan
mampu mempertahankan hubungan yang terus bertumbuh.
12
perilakunya memperlihatkan bahwa ia menghargai eksistensi teman sejawat
tersebut, dan bahwa mungkin ia berharap teman sejawat tersebut menghargai
eksistensi dirinya. Orang yang di tegur merasa dipaksa oleh hukum timbal-
balik untuk menegurnya sebagaimana yang ia lakukan. Bila seseorang setuju
untuk menegur satu sama lain, berarti ia telah membangun satu kontrak
implisit. Berdasarkan pada awal kontrak implisit tersebut, ia mungkin telah
mulai mengembangkan kontrak implisit tambahan dengan orang lain. Bila ia
mencoba untuk membantu teman sejawat menyiapkan satu tugas yang sulit,
ada kemungkinan ia membutuhkan pertolongan, dan ia juga akan menolong
diri anda. Dalam contoh ini, norma timbal-balik membantu seseorang
mengembangkan hubungan kerja sama selangkah demi selangkah dengan
rekan sejawat.
Harapan yang dimiliki oleh setiap orang mengenai perilaku orang lain sering
berfungsi sebagai self-fulfiling prophecy pernal Self-fulfilling prophecy
interpersonal terjadilah terhadap orang lain menyebabkan orang kedua
merespons sesuai dengan harapan ini. Sebagai contoh, bila manajer A percaya
bahwa bawahan B tidak jujur sehingga tidak dapat dipercaya, manajer A akan
mengomunikasikan kecurigaannya ini terhadap bahanny melalu perilaku
verbal dan nonverbal seperti misalnya ekspresi muka yang tidak bersahabat dan
seterusnya. Semakin atasan mendeteksi perilaku yang tidak dapat dipercaya ini,
semakin merasa tidak enak dengan manajernya. Bawahan si B bisa saja enggan
13
untuk mengemukakan informasi yang jujur dan terbuka pada manajer A sebab
bawahan tidak memercayai manajernya Oleh karena bawahan tidak
memberikan informasi yang jujur rhadap manajer, maka harapan manajer
mengenai bawahan jadi terpenuhi.
Satu hal yang terjadi pada waktu menjadi anggota organisasi yaitu
mengembangkan hubungan kerja dengan anggota-anggota lain yang terdapat
14
dalam organisasi. Hubungan pekerjaan ini memaksa pemenuhan harapan
anggota-anggota lainnya dan mengembangkan peran-peran organisasi. Setiap
manusia melakukan banyak peran organisasi. Setiap pimpinan terlibat dalam
penggunaan otoritas dan pengambilan keputusan sebagai bagian dari peran-
peran mereka, sementara bawahan mengikuti perintah atasan, terlibat dalam
perilaku "patuh", sebagai bagian dari peran mereka.
15
meliputi berbagai kegiatan seperti memberikan dukungan, mengekspersikan
perasaan, melepaskan berbagai tekanan, menjaga agar saluran komunikasi
terbuka, meningkatkan semangat anggota lain, meningkatkan keharmonisan
antaranggota organisasi. Peran pemeliharaan ini membantu anggota organisasi
mengembangkan hubungan dan kerja sama yang efektif satu sama lain.
Pemimpin organisasi yang tidak benar menekankan peran tugas sebagai hal
yang lebih penting bagi organisasi dibandingkan dengan peran pemeliharaan.
Sebagai contoh, pemerintah-perintah manajemen yang mengarahkan para
pekerja untuk berkonsentrasi pada penyelesaian tugas tanpa menyinggung-
nyinggung pentingnya peran pemeliharaan dalam menyelesaikan tugas-tugas
organisasi. Penekanan pada pengembangan peran tugas dalam organisasi sering
terjadi dengan mengorbankan pengembangan peran pemeliharaan. Untuk
menyelesaikan tugas-tugas organisasi yang ditekankan oleh tugas, setiap
anggota organisasi harus mampu bekerja secara kooperatif seperti yang
ditekankan oleh peran pemeliharaan. Penekanan pada peran pemeliharaan
dengan mengorbankan peran tugas, juga menimbulkan masalah, di mana
anggota organisasi akrab satu sama lain tetapi tidak diarahkan untuk
menyelesaikan tugas-tugas. Dalam organisasi yang efektif, peran tugas dan
pemeliharaan terintegrasi dengan baik.
16
pemeliharaan organisasi, serta membatasi efektivitas kegiatan organisasi.
Ketiga peran tersebut, yaitu: (1) peran tugas, (2) peran pemeliharaan, dan (3)
peran yang berpusat pada diri ini akan dikemukakan secara terinci dalam
membicarakan organisasi kelompok.
Bennis (Kreps, 1986 dalam Edi Harapan dan Syarwani Ahmad, 2016) atas
dasar pengalamannya sebagai Presiden Universitas Cincinnati, mengemukakan
bahwa "semakin meningkat keruwetan organisasi, akan menyebabkan
meningkatnya kesulitan yang dihadapi pimpinan untuk membuat dan
menjalankan keputusan-keputusan kepemimpinan." Dijelaskan bahwa
17
lingkungan internal dan eksternal, sekaligus menyulitkan pilihan bagi
pimpinan. Lingkungan eksternal memberi organisasi berbagai keuntungan
yang jamak dan harus dijawab oleh pimpinan. Lingkungan internal menjadi
semakin terpolitisasi, dan yang mendesak pimpinan untuk mendukung
kegiatannya. Bennis mengemukakan bahwa masyarakat telah menjadi
sedemikian keranjingan hukum, yang menyebabkan pimpinan organisasi
banyak tersita waktu dengan kegiatan menghindarkan masalah dari agen-agen
internal dan eksternal, dan pada pengarahan-pengarahan mengenai berbagai
kegiatan organisasi.
18
Dalam organisasi dibutuhkan keduanya, pimpinan dan pengelola. Oleh para
ahli yang disebutkan di atas, ditekankan bahwa dalam organisasi modern
terdapat ketidakseimbangan antara kepemimpinan dan pengelola, di mana
pengelola biasanya lebih banyak dibandingkan pimpinan. Keadaan demikian
terlalu ditekankan pada penyelesaian tugas, sehingga semua kegiatan
diselesaikan secara membabi buta, serta terlihat kurangnya imajinasi, keahlian,
dan inovasi.
19
yang sukses, informasi dari dalam, dan nasehat-nasehat yang didasarkan pada
pengalaman mereka yang luas, proteksi terhadap anggota-anggota yang lain,
kesempatan untuk bertanggung jawab, membuat berbagai keputusan, dan
menghadapi berbagai risiko. Organisasi harus menggalakkan perkembangan
hubungan penasihat dengan orang yang dinasihati, sebab mentor (penasihat)
dapat membantu yang dinasihati (mentee) mempelajari bagaimana menjadi
pimpinan yang efektif.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan materi diatas dapat disimpulkan bahwa Kesuksesan dalam
hubungan antarpribadilah yang dirasakan menyenangkan dan memuaskan.
Seperti dinyatakan di atas, apa pun bentuknya, terjadinya permasalahan dalam
hubungan, dirasakan sebagai hal yang menegangkan dan tidak mengenakkan.
Meninjau kembali hubungan, bagaimana memeliharanya, ataupun
memperbaikinya adalah sangat penting dalam komunikasi antarpribadi. Alasan
untuk melakukan peninjauan kembali hubungan interpersonal dapat
bermacam-macam, seperti kebosanan, keretakan, pertumbuhan, disintergrasi,
dan lain-lain.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Saran
kami dalam makalah ini adalah untuk menambah lagi wawasan bagi para
pembaca tentang Menilai Hubungan Saat Berkomunikasi
21
DAFTAR PUSTAKA
22