Anda di halaman 1dari 7

6 Komunikasi Antarpribadi

CHAPTER

6
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI
Hal. 1 dari 7
6 Komunikasi Antarpribadi

CHAPTER 6
RELASI DAN KOMUNIKASI

CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti sesi modul ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami dan
menjelaskan relasi dan komunikasi.

6.1. Relasi dan Komunikasi


Pada dasarnya, relasi dan komunikasi antarpribadi itu bersifat dinamis, sehingga
bisa berubah dari titik harmonis ke titik konflik. Komunikasi memegang peran penting
dalam membangun, mengembangkan, dan menjaga relasi antarpribadi. Titik penting
dalam relasi antarpribadi itu ada pada pemahaman. Komunikasi bisa membangun
pemahaman, tetapi bisa juga sebaliknya membangun kesalahpahaman atau salah
pengertian.

Apabila komunikasi mampu membangun pemahaman, maka dalam relasi


antarpribadi terbangun rasa percaya diri sehingga membawa pada keterbukaan dan
akhirnya terjalin suatu relasi yang intim. Kemampuan komunikasi dengan baik juga
merupakan kemampuan yang khas yang dimiliki oleh yang memiliki kecerdasan
antarpribadi.

Untuk mengetahui adanya kehandalan dari bentuk relasi dan komunikasi


antarpribadi dapat terlihat dari adanya karakteristiknya yang menurut Everet
M.Roger adalah:
1. Arus pesannya yang cendrung dua arah.
2. Konteks komunikasinya tatap muka.
3. Tingkat umpan baliknya yang terjadi tinggi.
4. Kemampuan untuk mengatasi tingkat selektivitas yang tinggi.
5. Kecepatan jangkauan terhadap audience yang besar, relatif lambat.
6. Efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap.

Hal. 2 dari 7
6 Komunikasi Antarpribadi

Secara umum relasi dan komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai suatu
proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Pengertian
proses mengacu pada perubahan dan tindakan (action) yang berlangsung terus-
menerus. Komunikasi antarpribadi juga merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan
menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik. Sedangkan makna, yaitu
sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut, adalah kesamaan pemahaman
di antara orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan
dalam proses komunikasi.

Di balik pengertian ini sebenarnya terdapat karakteristik yang menentukan apakah


suatu kegiatan atau tindakan dapat disebut sebagai komunikasi antarpribadi atau
tidak. Judy C. Pearson (1983) menyebutkan enam karakteristik komunikasi pribadi
(self). Berbagai persepsi komunikasi yang menyangkut pengamatan dan
pemahaman berangkat dari dalam diri kita, artinya dibatasi oleh siapa diri kita dan
bagaimana pengalaman kita. Kedua, komunikasi antarpribadi bersifat transaksional.
Anggapan ini mengacu pada tindakan pihak-pihak yang berkomunikasi secara
serempak menyampaikan dan menerima pesan.

Ketiga, komunikasi antarpribadi mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan


antarpribadi. Maksudnya komunikasi antarpribadi tidak hanya berkenaan dengan isi
pesan yang dipertukarkan, tetapi juga melibatkan siapa partner komunikasi kita dan
bagaimana hubungan kita dengan partner tersebut. Keempat, komunikasi
antarpribadi mensyaratkan adanya kedekatan fisik antara pihak-pihak yang
berkomunikasi.

Kelima, komunikasi antarpribadi melibatkan pihak-pihak yang saling tergantung satu


dengan yang lainnya (interdependen) dalam proses komunikasi. Keenam,
komunikasi antarpribadi tidak dapat diubah maupun diulang. Jika kita salah
mengucapkan sesuatu kepada partner komunikasi kita, mungkin kita dapat meminta
maaf dan memberi maaf, tetapi itu tidak berarti menghapus apa yang pernah kita
ucapkan.

Hal. 3 dari 7
6 Komunikasi Antarpribadi

Demikian pula kita tidak dapat mengulang suatu pernyataan dengan harapan untuk
mendapatkan hasil yang sama, karena dalam proses komunikasi antarmanusia, hal
ini akan sangat tergantung dari tanggapan partner komunikasi kita.

6.1.1 Relasi dan Kebutuhan Manusia


Dalam hierarki kebutuhan, manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dari yang paling
hingga yang tertinggi seperti berikut:
a. Kebutuhan fisiologis: kebutuhan mempertahankan kelangsungan hidup
b. Kebutuhan rasa aman seperti mendapatkan perlindungan aman
c. Kebutuhan cinta kasih dan memiliki seperti mendapatkan pasangan hidup
d. Kebutuhan harga diri seperti ingin dihargai dan dihormati orang lain
e. Kebutuhan aktualisasi diri seperti mengikuti club dan prestisius.

Dalam memenuhi kebutuhan di atas, individu melakukannya dari tingkat yang


terkecil terlebih dahulu. Misalnya, seseorang haus, maka orang itu akan memenuhi
kebutuhan dirinya untuk minum terlebih dahulu sebelum memenuhi kebutuhan
lainnya. Motivasi perkembangan atau kebutuhan didasarkan atas kapasitas manusia
untuk tumbuh dan berkembang, dan kedua kapasitas tersebut merupakan kapasitas
bawaan manusia sehingga manusia tidak bisa lepas dari kedua hal tersebut.

A. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar yang lebih berhubungan
pada kebutuhan fisik, seperti kebutuhan makanan, minuman, tempat berteduh,
seks, tidur, dan oksigen. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang
memiliki potensi besar untuk menuju ke tingkat kebutuhan berikutnya.

B. Kebutuhan akan Rasa Aman


Setelah kebutuhan fisiologis sudah terpenuhi, maka ada kebutuhan rasa aman
seperti rasa aman fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan, dan kebebasan
dari berbagai ancaman, penyakit, takut, cemas, atau bencana alam.

Hal. 4 dari 7
6 Komunikasi Antarpribadi

C. Kebutuhan akan Rasa Memiliki dan Kasih Sayang


Setelah dua kebutuhan di atas terpenuhi, selanjutnya akan muncul kebutuhan
akan rasa memiliki – dimiliki dan kasih sayang. Manusia akan mencari sahabat,
pasangan, keturunan, dan kebutuhan untuk dekat dengan keluarga.

D. Kebutuhan akan Penghargaan


Setelah tiga kebutuhan di atas terpenuhi, manusia akan mengejar kebutuhan
akan penghargaan seperti menghormati orang, status, ketenaran, reputasi,
perhatian, dan sebagainya.

E. Kebutuhan akan Aktualisasi Diri


Kebutuhan aktualisasi diri merupakan tingkatan kebutuhan yang paling tinggi.
Kebutuhan ini melibatkan keinginan yang terus-menerus dalam mencapai potensi.

6.1.2. Sifat Relasi Manusia


Jalaludin Rahmat menjelaskan bahwa motif relasi manusia dapat diuraikan
berdasarkan pendekatan sosiogenis, yakni motif sekunder sebgai lawan dari motif
primer (biologis), motif-motif tersebut mencakup sebagai berikut:
a. Motif ingin tahu : mengerti, menata, menduga,
b. Motif kompetensi : menunjukkan kemampuan menyelesaikan masalah
c. Motif cinta : mencintai dan dicintai orang lain
d. Motif harga diri dan kebutuhan untuk mencari identitas
e. Kebutuhan akan pemenuhan atau aktualisasi diri.

Sering kali kita menemukan teman-teman atau bahkan orang terdekat di sekitar kita
atau bahkan diri kita sendiri yang tanpa kita sadari telah memerankan “motif ingin
tahu”. Beberapa dari mereka atau dari kita begitu bersemangat menggali suatu
informasi terlepas apakah itu fakta atau hanya isu-isu belaka. Dorongan keinginan
tahu itu acap kali timbul karena kita selalu merasa punya kompetensi dalam
memberikan pandangan serta kemampuan untuk menyelesaikan suatu masalah.

Hal. 5 dari 7
6 Komunikasi Antarpribadi

6.1.3. Pengembangan Relasi dalam KAP


Dalam mengatasi konflik manusia memiliki kemampuan untuk mengelola konflik
tersebut. Ada beberapa strategi yang bisa di pergunakan dalam mengatasi konflik,
strategi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menghindar
2. Memaksa orang lain untuk menerima solusi yang ditawarkan
3. Melunak
4. Kompromi
5. Memandang konflik sebagai perkara yang harus diselesaikan

Ini kurang lebih sama dengan pendekatan managemen konflik yang memiliki cara
mengatasi konflik dengan cara berikut:
1. Menghindar
2. Membantu
3. Kompromi
4. Dominasi
5. Intergrasi

Komunikasi memegang peran penting dalam membangun relasi harmonis atau


menyelesaikan konflik. Bahkan konflik pada dasarnya merupakan persepsi atas
pikiran dan perasaan orang lain dari diri sendiri kita yang berkomunikasi. Oleh
karena itu, komunikasi bisa melahirkan konflik, bisa mencerminkan konflik, serta
pada akhirnya apakah menjadi destruktif atau konstruktif.

Jenis-jenis relasi yang ada dalam kehidupan meliputi:


1. Relasi yang di formalkan seperti perkawinan
2. Relasi intim seperti sepasang kekasih
3. Persahabatan
4. Keluarga
5. Kekerabatan
6. Persaudaraan

Hal. 6 dari 7
6 Komunikasi Antarpribadi

Untuk membangun relasi yang akrab itu kita perlu mengetahui apa yang diharapkan
manusia akan mendapatkan kegembiraan, keyakinan, berbagi kepercayaan. saling
membantu, spontanitas, sedangkan untuk relasi dalam keluarga kita bisa
menggunakan teori pandangan komunikasi antarpribadi. Teori ini antara lain
dibangun berdasarkan aksioma bahwa komunikasi adalah isi ditambah relasi. Oleh
karena itu, dalam berkomunikasi antarpribadi inti dan relasi menjadi faktor yang
ditentukan.

BAHAN REVIEW
Mahasiswa diharapkan melakukan review terkait modul chapter di atas!

Hal. 7 dari 7

Anda mungkin juga menyukai