Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“Interaksi dan Komunikasi dalam Keluarga”

Mata Kuliah Psikologi Keluarga

Kelas 4

Dosen Pengampu :

Dr. Yeniar Indriana

Anggota Kelompok :

Khalisa Rieke Devianti 15000120130109

Vicky Athazaky S. 15000120120013

Neneng Nur Amelia 15000120120030

Lulu Maulida Amry 15000120140210

Titi Fauziah Kamal 15000120120069

Agil Sekar Aryani 15000120130118

Sabrina Amanda Hartati 15000120130121

Tyas Wahyu Alifiana 15000120140207

Fakultas Psikologi

Universitas Diponegoro

Semarang 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Interaksi dan
Komunikasi dalam Keluarga” ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Keluarga, dan
kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya.

Kami selaku penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang
sudah berkontribusi atas penyusunan makalah ini. Kami menyadari dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan
yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk kritik maupun saran
yang membangun sebagai bahan evaluasi kami kedepannya.

Semarang, 28 Agustus 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………... i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang………………………………………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………….. 1
C. Tujuan Makalah………………………………………………………………………. 2

BAB II ISI
1. Definisi Interaksi dan Komunikasi……………………………………………………. 3
2. Dasar Interaksi dan Komunikasi dalam
Keluarga………………………………………………………………………………. 3
3. Pola Interaksi dan Komunikasi dalam
Keluarga………………………………………………………………………………. 7

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………… 11


A. Kesimpulan…………………………………………………………………………... 11
B. Saran…………………………………………………………………………………. 12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Interaksi ialah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi satu sama
lain. Sedangkan komunikasi ialah kegiatan mnegirim ataupun menerima pesan atau
informasi antara dua orang atau lebih dengan tujuan pesan dapat dimengerti dan
dipahami oleh penerima. Jadi, dapat dikatakan bahwa melalui komunikasi terjadilah
suatu interaksi.

Komunikasi keluarga ialah proses mengembangkan intersubjektivitas dan


impact dari penggunaan kode di antara sekelompok manusia yang tinggal dalam
rumah yang sama dan memiliki identitas sebagai kelompok. Diketahui juga bahwa
manusia menggunakan kode digital dan analog untuk berkomunikasi (Segrin &
Flora,2011) Komunikasi dalam keluarga juga memiliki beberapa komponen yang
mempengaruhi

Interaksi dalam keluarga merupakan hubungan saling mempengaruhi dan


memberikan dampak satu sama lain. Terdapat beberapa bentuk interaksi dalam
keluarga. Pola komunikasi dalam keluarga juga mencerminkan bagaimana orang tua
berkomunikasi dengan anaknya.

Makalah ini dilatar belakangi oleh pentingnya pengetahuan dan pemahaman


mengenai interaksi dan komunikasi dalam keluarga, serta pemenuhan tugas mata
kuliah Psikologi Keluarga. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai
pengertian, dasar-dasar interaksi dan komunikasi dalam keluarga, dan juga pola
interaksi dan komunikasi dalam keluarga.

b. Rumusan Masalah
(1) Apa definisi dari Interaksi dan komunikasi ?
(2) Apa yang disebut dengan komunikasi keluarga ?
(3) Komponen apa saja yang ada pada komunikasi keluarga ?
(4) Bagaimana pola interaksi dan komunikasi dalam keluarga ?
(5) Apa saja bentuk interaksi dalam keluarga ?

1
(6) Apa saja jenis komunikasi keluarga yang diidentifikasi ?
c. Tujuan Makalah
(1) Mendefinisikan interaksi dan komunikasi
(2) Menjelaskan yang dimaksud dengan komunikasi keluarga
(3) Menyebutkan dan menjelaskan komponen yang terdapat pada komunikasi
keluarga
(4) Menjelaskan pola interaksi dan komunikasi dalam keluarga
(5) Menyebutkan dan menjelaskan bentuk interaksi dalam keluarga
(6) Menyebutkan dan menjelaskan jenis komunikasi keluarga yang diidentifikasi.

2
BAB II

ISI

1. Definisi Interaksi dan Komunikasi


a. Interaksi
- Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Interaksi adalah hal saling
melakukan aksi, berhubungan, memengaruhi;antarhubungan
- Menurut Chaplin (2011), Interaksi adalah satu relasi antara dua sistem yang terjadi
sedemikian rupa sehingga kejadian yang berlangsung pada satu sistem akan
mempengaruhi kejadian yang terjadi pada sistem lainnya.
- Jadi, interaksi merupakan hubungan timbal balik, baik antar individu dengan
individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok yang
saling mempengaruhi satu sama lain.
b. Komunikasi
- Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Komunikasi adalah pengiriman
atau penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat
sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami;hubungan;kontak
- Menurut Wursanto (2001), Komunikasi adalah proses kegiatan
pengoperan/penyampaian warta/berita/informasi yang mengandung arti dari satu
pihak (seseorang atau tempat) kepada pihak (seseorang atau tempat) lain dalam
usaha mendapatkan saling pengertian
- Jadi, komunikasi adalah kegiatan mengirim ataupun menerima
pesan/informasi/berita antara dua orang atau lebih dengan tujuan pesan yang dikirim
ataupun diterima dapat dimengerti dan dipahami.

2. Dasar Interaksi dan Komunikasi dalam Keluarga

Komunikasi keluarga adalah proses mengembangkan intersubjektivitas dan impact


(dampak) dari penggunaan kode di antara sekelompok manusia yang tinggal dalam
sebuah rumah tidak hanya sebagai tempat singgah dan memiliki identitas sebagai
kelompok. Lengkap dengan keterikatan emosi yang kuat dan rasa setia, serta
mengalami sejarah dan mengejar masa depan bersama.

3
Watzlawick, Beavin, dan Jackson dalam (Segrin & Flora, 2011) mengusulkan bahwa
manusia menggunakan kode digital dan analog untuk berkomunikasi.

a. Kode digital disampaikan secara simbolis. Simbol tidak memiliki hubungan


dengan hal atau ide yang direpresentasikan. Kata dan angka adalah dua contoh paling
umum dari simbol. (Contoh: Selama orang Indonesia menyetujui bahwa “lapar”
merepresentasikan sebuah kondisi fisik, maka “lapar” menjadi simbol yang kita
berikan ketika kita membutuhkan makanan)
 Anggota dari sebuah komunitas bahasa menggunakan simbol yang sama dan
mengenali simbol tersebut sebagai sebuah unit makna.
 Dalam (Segini & Flora, 2011), Whitchurch dan Dickson mengemukakan salah
satu asumsi yang melekat dalam komunikasi keluarga yaitu setiap keluarga
memiliki budaya kecil yang unik. Keluarga mengembangkan simbol mereka
sendiri. Arti yang muncul dari simbol tersebut hanya dimengerti oleh anggota
keluarga. (Contoh: Keluarga memiliki nama panggilan untuk tiap anggotanya
dan candaan antar anggota keluarga)
b. Analogic codes mengomunikasikan arti sesuai dengan apa yang ingin mereka
sampaikan. Kode itu adalah hal yang ingin disampaikan, bukanlah sebuah
representasi. Banyak perilaku nonverbal yang dianggap sebagai sebuah kode analogi.
Contohnya, pergerakan wajah bisa menjadi ekspresi dari emosi yang sesungguhnya,
bukan hanya representasi dari sebuah perasaan. Banyak sekali komunikasi keluarga
yang terjadi melalui kode analog nonverbal. (Contohnya: Orang tua memahami bayi
mereka melalui tangisan, dan seiring berjalannya waktu orang tua bisa memahami
perasaan anak hanya dengan melihat ekspresi wajah sang anak)
c. Intersubjektivitas mengacu pada sebuah keadaan ketika seseorang memahami dan
dipahami oleh orang lain. Dalam keluarga, pengalaman yang dilalui bersama
membuat individu mencapai level intersubjektivitas yang tidak dapat dicapai dalam
hubungan biasa. (Contoh: pasangan yang sudah lama menikah sering mengakui
bahwa mereka telah mencapai level intersubjektivitas ini, mereka memahami apa
yang pasangan mereka pikirkan dan rasakan tanpa perlu banyak bicara.)
d. Impact adalah derajat efektivitas dari pesan, apakah pesan tersebut dapat mengubah
keadaan kognitif, emosional, dan perlakuan si penerima pesan. (Contoh: Orang tua
harus bisa menemukan cara untuk memberi tahu anak tentang aturan menyebrang

4
jalan. Dampak yang diharapkan adalah setiap akan menyebrang jalan, anak ingat
untuk melihat ke kiri dan kanan baru menyebrang)

Selain itu, dalam komunikasi keluarga ada komponen-komponen yang mempengaruhi


kualitas dalam komunikasi di keluarga. Antara lain,

a. Keterbukaan, di sini meliputi dapat membuka perasaan seseorang dan sikap kepada
anggota keluarga dan bisa menerima keterbukaan yang yang datang dari orang lain.
Dalam keluarga modern ada kekurangan dalam keterbukaan yang jelas antara orang
tua dan para remaja mengenai seksualitas mereka. Karena itu, banyak orang yang
merasa perlu adanya mandat mengenai pembicaraan keluarga yang terbuka. Dengan
tidak mengindahkan pendirian politik dan etis dalam isu ini.
b. Konfirmasi disini meliputi menerima Definisi diri dan hubungan yang diberikan
oleh mitra/partner. Konfirmasi ini juga memiliki maksud menerima validasi posisi
orang Laon dan hak mereka untuk memegang kepercayaan yang berbeda dan tetap
disayangi. Dalam hal ini konfirmasi penting bagi kepuasan pernikahan, dan fungsi
keluarga yang sehat.
c. Manajemen interaksi yang mengacu pada kemampuan untuk mendirikan peraturan
yang dapat dilakukan untuk interaksi dan dan mengaplikasikan Aturan ini di dalam
sebuah cara yang pantas untuk mencapai tujuan. Aturan di sini bisa saja berhubungan
dengan isu seperti mendengarkan orang lain, berinteraksi dan mengganti topik.
Aturan dalam manajemen interaksi ini perlu diubah seiring anak bertambah usia.
Aturan yang yang dibuat saat anak masih kecil tidak akan bisa lagi diaplikasikan saat
anak sudah mencapai remaja atau menuju dewasa.
d. Adaptasi situasional yang meliputi memiliki sebuah cara pendekatan yang fleksibel
dalam berinteraksi dan memilih sikap yang pantas di situasi tertentu. Contohnya
adalah saat anak memberikan pendapat pada isu-isu yang mempengaruhi orang tua
mereka hal itu terlihat tidak pantas tetapi pendapat yang anak berikan tetap harus
dipertimbangkan saat masalah itu akan secara langsung berefek pada mereka.

Dari dasar dasar diatas tentunya tidak semua keluarga akan dan dapat menerapkannya
sehingga dapat menimbulkan masalah dalam keluarga. Masalah dalam komunikasi
keluarga bisa jadi berhubungan dengan cara mereka menyampaikan pesan, cara mereka
menerima atau menginterpretasikan pesan atau keduanya. Jika pengirim pesan tidak dapat

5
memahami hal ini mereka bisa secara kebiasaan menyalahkan orang lain namun saat pesan
tidak tersampaikan secara jelas dan kadang penerima pesan menginterprestasikan pesan
secara salah dengan ekspektasi mereka mengenai dan hubungan atau dengan suasana hati
mereka akan menyebabkan masalah yang lain juga. Masalah-masalah seperti orang tua
atau pasangan yang bertengkar hingga bertengkar hebat banyak diawali dengan
miskomunikasi. Sang penyampai pesan tidak bisa menyampaikan pesannya dengan baik
atau penerima pesan menerima pesan tersebut menggunakan interpretasi mereka sendiri
tanpa mengkonfirmasinya ke penyampai pesan. Masalah-masalah yang timbul bisa saja
pertengkaran verbal, fisik, bahkan hingga KDRT atau berujung ke ketidakharmonisan dan
rusaknya keluarga.

Komunikasi dan interaksi dalam keluarga juga diharapkan mencapai tujuan tertentu. Untuk
mencapainya, Menurut Sven (1988) ada beberapa faktor pendukung yang perlu dilakukan,
yaitu:

a. Sikap saling percaya. Apabila tidak ada unsur saling mempercayai,komunikasi tidak
akan berhasil. Sebab kedua belah pihak dikuasai oleh perasaan curiga.
b. Pertalian. Keberhasilan komunikasi berhubungan erat dengan situasi atau kondisi
lingkungan pada waktu komunikasi berlangsung.Misalnya situasi atau keadaan yang
sedang kacau, maka komunikasi akan terhambat sehingga komunikasi tidak berhasil.
c. Kepuasan. Komunikasi harus dapat menimbulkan rasa kepuasan antara kedua belah
pihak. Kepuasan ini tercapai apabila isi berita dapat dimengerti oleh pihak penerima
berita dan sebaliknya penerima berita mau memberikan respon positif kepada
pemberi berita.
d. Kejelasan. Dalam berkomunikasi dibutuhkan kejelasan isi berita, tujuan yang hendak
dicapai dan kejelasan makna istilah yang dipergunakan.
e. Keterbukaan. Bersikap terbuka berarti rela mengungkapkan semua informasi yang
relevan dan dibutuhkan untuk menjalin hubungan kerja sama yang harmonis dengan
sesama.
f. Dukungan. Situasi keterbukaan belum cukup apabila komunikasi kita berada dalam
tekanan dan ketakutan. Apabila akan dikritik dan dicaci maka seharusnya akan segan
untuk berbicara. Oleh sebab itu, situasi yang mendukung akan mendukung
keberhasilan komunikasi.

6
3. Pola Interaksi dalam Keluarga

Pola interaksi dalam keluarga merupakan hubungan antara anggota keluarga (ayah,ibu
dan anak) yang saling mempengaruhi dan memberikan dampak, satu sama lain.
Interaksi ini terjadi ketika ada kontak sosial dan komunikasi.
Ada 5 bentuk interaksi dalam keluarga, yaitu:

1. Interaksi antara suami dan istri


Interaksi antara suami istri ini sangat penting, akan terjadi dimanapun dan
kapanpun. Interaksi antara suami istri dapat berupa komunikasi/obrolan,
memberikan ungkapan cinta, sentuhan, memberi bantuan, sikap suportif, saling
mendengarkan, dan meluangkan waktu untuk berdua.
Dengan adanya interaksi yang baik antar suami istri maka akan menciptakan
kehangatan cinta diantara keduanya. Selain kehangatan cinta, interaksi ini juga
diharapkan untuk memberikan kelanggengan perkawinan, keberhasilan dalam
melakukan penyesuaian, pemecahan masalah keluarga, dan keharmonisan
keluarga.
2. Interaksi antara orang tua dan anak
Interaksi ini terjadi antara Ayah, Ibu, dan anak-anak mereka. Proses ini
menciptakan keterikatan antara orang tua dan anak sehingga saling menerima dan
mengerti satu sama lain. Untuk mencapai interaksi yang baik, orang tua
diharapkan bisa menjadi sahabat sekaligus teladan bagi anaknya. Orang tua juga
diharapkan untuk berbagi pengalaman agar bisa digunakan referensi sang anak
dalam perkembangannya. Proses interaksi orang tua dan anak memiliki pengaruh
yang besar bagi perkembangan dan terbentuknya kepribadian anak.
3. Interaksi antara ibu dan anak
Hubungan antara ibu dan anak sudah terjadi saat mereka masih di dalam
kandungan. Hubungan yang terjadi antara ibu dan anak bersifat fisiologis dan
psikologis. Secara fisiologis makanan yang dimakan oleh ibu saat hamil akan
mempengaruhi pertumbuhan fisik anak, sedangkan secara psikologis, antara ibu
dan anak terdapat hubungan emosional yang ditandai dengan adanya tali jiwa
yang utuh di antara keduanya.
Dari salah satu penelitian terkait interaksi di keluarga yang dibahas pada Jurnal
yang berjudul “Child-Mother and Child-Father Play Interaction Patterns with

7
Preschoolers” , menyatakan bahwa ketika ibu berinteraksi dengan anak
cenderung pada hal terstruktur, petunjuk mengajari, dan membuat ikatan dengan
obrolan empatik.
4. Interaksi antara ayah dan anak
Interaksi antara ayah dan anak juga merupakan aspek penting bagi perkembangan
dan pembentukan kepribadian seorang anak.
Menurut Richard Riley (dalam Horn,1998), “Ketika ayah terlibat dalam
kehidupan anak, anak akan belajar lebih banyak”. Selain itu, melanjutkan dari
Jurnal yang berjudul “Child-Mother and Child-Father Play Interaction Patterns
with Preschoolers” juga menyatakan bahwa Ayah cenderung berinteraksi dengan
permainan fisik, bersikap seperti teman sebaya, mengikuti instruksi anak, dan
menantang keberanian anak.
5. Interaksi antara anak dan anak
Interaksi yang terjadi antara anak dan anak juga terjadi kapan saja dan dimana
saja. Interaksi keduanya bisa berupa bersenda gurau, bermain atau melakukan
aktivitas bersama, bertukar pengalaman dan saling memberi dukungan. Jadi
interaksi ini menyebabkan hubungan timbal balik.

Pola komunikasi keluarga mencerminkan bagaimana orang tua berkomunikasi dengan


anaknya. Chaffee, McLeod, dan Wackman (1973) pertama kali mengembangkan dua
dimensi utama pola komunikasi keluarga: berorientasi sosial (social-oriented) dan
berorientasi konsep (concept-oriented). Keluarga yang berorientasi sosial adalah
keluarga yang otoritatif dan mengontrol sehingga anak-anak dalam jenis keluarga ini
harus tunduk pada otoritas orang tua, menjaga hubungan yang harmonis dan
menghindari konflik dengan orang tua atau orang lain. Sebaliknya, komunikasi
berorientasi konsep menekankan ide, keyakinan, dan perasaan individu. Jenis
keluarga ini mendorong anak untuk mengungkapkan ide secara terbuka dan
menentang pendapat orang lain.

Dengan menggunakan dua dimensi tersebut, McLeod dan Chaffee (1972)


mengkategorikan keluarga ke dalam empat tipe yang berbeda dan menciptakan model
pola komunikasi keluarga. Peneliti mengkategorikan keluarga menurut apakah
tanggapan individu tinggi atau rendah pada berorientasi sosial dan berorientasi
konsep. Empat jenis komunikasi keluarga diidentifikasi, yaitu:

8
1. Protektif (rendah pada orientasi konsep dan tinggi pada orientasi sosial),
Komunikasi protektif menunjukkan sedikit perhatian tentang hal-hal konseptual.
Dalam keluarga yang protektif, anak-anak dilarang mengungkapkan pendapat
yang berbeda dan didorong untuk menjaga hubungan yang harmonis
2. Pluralistik (rendah pada orientasi sosial dan tinggi pada orientasi konsep),
Dalam keluarga pluralistik, anak-anak tidak hanya dihadapkan pada isu-isu
kontroversial, tetapi didorong untuk mengembangkan pendapat yang kuat dan
berbeda tanpa takut akan hukuman.
3. Laissez-faire (rendah pada kedua dimensi)
Keluarga laissez-faire tidak peduli tentang percakapan atau kesesuaian. Pola
komunikasi ini tidak mendorong adanya tantangan pendapat orang lain maupun
hubungan yang harmonis, dan
4. Konsensual (tinggi pada kedua dimensi)
Keluarga konsensual menekankan baik harmoni relasional dan komunikasi
terbuka antara orang tua dan anak-anak.

Di atas disebutkan bahwa McLeod dan Chaffe mengkategorikan jenis komunikasi


keluarga berdasarkan 2 dimensi, yaitu berorientasi pada konsep dan berorientasi pada
sosial. Disisi lain, Menurut Devito (1986:157) ada empat pola komunikasi keluarga
yang umum pada keluarga inti berdasarkan perannya, yaitu :

1. Pola persamaan (Equality Pattern)

Pola komunikasi persamaan (Equality Pattern) yaitu tiap individu berbagi hak
yang sama dalam kesempatan berkomunikasi. Peran tiap orang dijalankan secara
merata.Komunikasi berjalan dengan jujur, terbuka, langsung, dan bebas dari
pembagian kekuasaan. Semua orang memiliki hak yang sama dalam proses
pengambilan keputusan. Keluarga mendapatkan kepuasan tertinggi bila ada
kesetaraan

2. Pola seimbang-terpisah (Balance Split Pattern)

Pola komunikasi seimbang terpisah (Balance Split Pattern) yaitu kesetaraan


hubungan tetap terjaga, namun dalam pola ini tiap orang memiliki daerah

9
kekuasaan yang berbeda dari yang lainnya.Tiap orang dilihat sebagai ahli dalam
bidang yang berbeda.Sebagai contoh, dalam keluarga normal / tradisional, suami
dipercaya dalam urusan bisnis atau politik.Istri dipercaya untuk urusan perawatan
anak dan memasak.Namun pembagian peran berdasarkan jenis kelamin ini masih
bersifat fleksibel.Konflik yang terjadi dalam keluarga tidak dipandang sebagai
ancaman karena tiap individu memiliki area masing-masing dan keahlian sendiri-
sendiri

3. Pola tak seimbang-terpisah (Unbalance Split Pattern)

Pola komunikasi tak seimbang terpisah (Unbalanced Split Pattern) Satu orang
mendominasi, satu orang dianggap sebagai ahli lebih dari yang lainnya.Satu
orang inilah yang memegang kontrol, seseorang ini biasanya memiliki
kecerdasan intelektual lebih tinggi, lebih bijaksana, atau berpenghasilan lebih
tinggi. Anggota keluarga yang lain berkompensasi dengan cara tunduk pada
seseorang tersebut, membiarkan orang yang mendominasi itu untuk
memenangkan argumen dan pengambilan keputusan sendiri.

4. Pola monopoli (Monopoly Pattern).

Pola komunikasi monopoli (Monopoly Pattern) Satu orang dipandang sebagai


pemegang kekuasaan.Satu orang ini lebih bersifat memberi perintah dari pada
berkomunikasi.la memiliki hak penuh untuk mengambil keputusan sehingga
jarang atau tidak pernah bertanya atau meminta pendapat dari orang lain.
Pemegang kuasa memerintahkan kepada yang lain apa yang boleh dan tidak
boleh dilakukan. Maka anggota keluarga yang lainnya meminta izin, meminta
pendapat, dan membuat keputusan berdasarkan keputusan dari orang tersebut.

10
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan
Interaksi merupakan hubungan timbal balik, baik antar individu
dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan
kelompok yang saling mempengaruhi satu sama lain. komunikasi adalah
kegiatan mengirim ataupun menerima pesan/informasi/berita antara dua orang
atau lebih dengan tujuan pesan yang dikirim ataupun diterima dapat
dimengerti dan dipahami. Berinteraksi dan berkomunikasi dalam keluarga
memiliki dasar untuk mengembangkan proses intersubjektivitas, penggunaan
kode, dan impact.intersubjektivitas adalah keadaan dimana individu dapat
saling memahami satu sama lain, penggunaan kode yang dimaksud disini
adalah kode digital dan analog. Kode digital yang dimaksud adalah sebuah
symbol yang hanya dipahami oleh anggota keluarga tersebut, sedangkan kode
analog adalah perilaku nonverbal yang merepresentasikan perasaan, misalnya
seperti ekspresi wajah ketika sedang sedih ataupun senang. Impact adalah
keefetivitasan pesan yang disampaikan dapat mempengaruhi perilaku,
emosional, dan keadaan kognitif penerima pesan. Selain itu, ada beberapa
komponen yang memengaruhi kualitas dalam komunikasi keluarga, yaitu
keterbukaan, konfirmasi, manajemen interaksi, dan adaptasi situasional. Dari
dasar dasar diatas tentunya tidak semua keluarga akan dan dapat
menerapkannya sehingga dapat menimbulkan masalah dalam keluarga.
Masalah dalam komunikasi keluarga bisa jadi berhubungan dengan cara
mereka menyampaikan pesan, cara mereka menerima atau
menginterpretasikan pesan atau keduanya. Komunikasi dan interaksi dalam
keluarga juga diharapkan mencapai tujuan tertentu yang dapat menerapkan
dasar dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik dan maksimal, untuk
mencapainya, menurut Sven (1988) ada beberapa faktor pendukung yang perlu
dilakukan, yaitu sikap saling percaya, kepuasan, pertalian, kejelasan,
keterbukaan, dan dukungan.
Pola interaksi dalam keluarga terdiri dari 5 bentuk, yaitu interaksi
antara suami dan istri, orang tua dan anak, ayah dan anak, ibu dan anak, dan

11
interaksi antara anak dan anak. Pola komunikasi keluarga mencerminkan
bagaimana orang tua berkomunikasi dengan anaknya. Chaffee, McLeod, dan
Wackman (1973) pertama kali mengembangkan dua dimensi utama pola
komunikasi keluarga: berorientasi sosial (social-oriented) dan berorientasi
konsep (concept-oriented). Keluarga yang berorientasi sosial adalah keluarga
yang otoritatif dan mengontrol sehingga anak-anak dalam jenis keluarga ini
harus tunduk pada otoritas orang tua, menjaga hubungan yang harmonis dan
menghindari konflik dengan orang tua atau orang lain. Sebaliknya,
komunikasi berorientasi konsep menekankan ide, keyakinan, dan perasaan
individu. Jenis keluarga ini mendorong anak untuk mengungkapkan ide secara
terbuka dan menentang pendapat orang lain.
Dari kedua dimensi ini, dihasilkan empat jenis komunikasi keluarga
yaitu, Protektif (rendah pada orientasi konsep dan tinggi pada orientasi sosial),
Pluralistik (rendah pada orientasi sosial dan tinggi pada orientasi konsep),
Laissez-faire (rendah pada kedua dimensi), dan Konsensual (tinggi pada kedua
dimensi). Menurut Devito (1986:157) ada empat pola komunikasi keluarga
yang umum pada keluarga inti berdasarkan perannya, yaitu pola komunikasi
persamaan (Equality Pattern) yaitu tiap individu berbagi hak yang sama dalam
kesempatan berkomunikasi, Pola komunikasi seimbang terpisah (Balance Split
Pattern) yaitu kesetaraan hubungan tetap terjaga, namun dalam pola ini tiap
orang memiliki daerah kekuasaan yang berbeda dari yang lainnya, Pola
komunikasi tak seimbang terpisah (Unbalanced Split Pattern) Satu orang
mendominasi, satu orang dianggap sebagai ahli lebih dari yang lainnya, dan
Pola komunikasi monopoli (Monopoly Pattern) Satu orang dipandang sebagai
pemegang kekuasaan.Satu orang ini lebih bersifat memberi perintah dari pada
berkomunikasi.

b. Saran
Kami sebagai penulis menyadari jika makalah ini banyak sekali memiliki
kekurangan yang jauh dari kata sempurna. Tentunya, kami akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu kepada sumber yang bisa
dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan
adanya kritik serta saran mengenai pembahasan makalah di atas.

12
DAFTAR PUSTAKA

Noller, P. Fitzpatrick, M. A. (1992). Communication in Family Relationships. New Jersey:


Prentice Hall.

Permatasati, A.N., Inten, D.N., Wiliani, & Widiyanto, K.N. (2021). Keintiman Komunikasi
Keluarga saat Social Distancing Pandemi Covid-19. Jurnal Obesesi: Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini, 5(1), 346-359. https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i1.577

Segrin, C. Flora, J. (2011). Family Communication Second Edition. New York: Routledge

Sobandi, O., Dewi, N. (2017). Urgensi Komunikasi dan Interaksi dalam Keluarga. Atthulab:
Islamic Religion Teaching and Learning Journal, 2(1).
https://doi.org/10.15575/ath.v2i1.2722

Sutika, I.M. (2017). POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM PENDIDIKAN


KARAKTER ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA. Jurnal Kajian Pendidikan Widya
Accarya FKIP Universitas Dwijendra, 8(2), 1-9. https://doi.org/10.46650/wa.8.2.505.%25p

Repository Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung. (Oktober, 2017). POLA
INTERAKSI DALAM KELUARGA DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU
MENYIMPANG PESERTA DIDIK.
http://repository.radenintan.ac.id/3154/1/Skripsi_Full_HESDALIYA.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai