Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ATTACHMENT

Makalah ini untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan

Dosen Pengampu: Mildayani Suhana, M.Pd

Disusun Oleh: Kelompok 3

Ai Masriani (22140021)

Della Qurotuain (22140031)

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

UNIVERSITAS ISLAM KH RUHIAT CIPASUNG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya, 14 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................i

Daftar Isi..............................................................................................ii

Bab 1 Pendahuluan

A. Latar Belakang..........................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................2
C. Tujuan.......................................................................................2

Bab 2 Pembahasan

A. Pengertian Kelekatan................................................................4
B. Teori-Teori Kelekatan...............................................................5
C. Figur Lekat................................................................................7
D. Jenis Kelekatan.........................................................................8
E. Faktor yang Mempengaruhi Kelekatan.....................................10
F. Perkembangan...........................................................................11
G. Manfaat.....................................................................................11

Bab 3 Kesimpulan...............................................................................13

Daftar Pustaka.....................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai mahkluk sosial, individu tidak dapat melepaskan diri dari interaksi
terhadap lingkungan sekitarnya tak terkecuali bayi yang baru lahir. Sejak lahir ke
dunia, bayi sudah berada dalam lingkungan sosial yang menerimanya dengan
penuh kasih sayang. Keluarga merupakan lingkungan sosial terkecil dimana
kebutuhan hidup bayi sepenuhnya digantungkan terutama kepada ibu.
Kemampuan memenuhi kebutuhan yang belum dimiliki seperti makan, minum,
buang air dan lain sebagainya tidak akan terwujud manakala tidak ada ibu yang
berperan.

Melalui interaksi yang dimulai sejak lahir, Anak dapat melihat,


mendengar, merasakan dan memaknai lingkungan sekitar melalui hubungan
timbal balik antara diri anak dan orang tua. Hubungan kelekatan berkembang
melalui pengalaman bayi dengan ibu di tahun-tahun awal kehidupannya.1
Hubungan tersebut memberi kesempatan bagi anak untuk mengeksplorasi
lingkungan maupun kehidupan sosial. Apa yang anak rasakan hanya dapat
diekspresikan melalui bahasa tubuh, misalnya anak menangis karena jengkel dan
tersenyum karena bahagia. Saat anak merasakan kondisi yang tidak nyaman
seperti takut terhadap orang asing (orang yang tidak biasa dilihatnya) reaksi yang
muncul adalah menangis. Hal ini sebagai ungkapan bahwa anak membutuhkan
perlindungan agar ia terlindungi dari orang asing itu.

Tingginya tingkat keterikatan ini membuat interaksi keduanya menjadi


sangat intensif. Keterikatan secara emosional inilah yang disebut dengan
kelekatan, yaitu hubungan dekat antara anak dan ibu. Setiap anak akan mengalami
fase kelekatan yang dapat dilakukan tidak hanya kepada ibu, tetapi dapat juga
kepada siapa saja yang dianggap sebagai figur yang dapat menimbulkan rasa
aman dan nyaman pada diri anak, misalnya nenek ataupun baby sitter (pengasuh).

1
Sudah selayaknya sosok yang dapat memberikan rasa nyaman kepada anak
adalah ibu, karena ibu yang memberikan ASI (Air Susu Ibu). Dari sisi kesehatan,
ASI sangat penting diberikan kepada anak, sebab ASI mengandung gizi baik yang
sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan anak, sehingga merupakan suatu keharusan
bagi Ibu untuk memberikan ASI pada anaknya (www.depkes.go.id, 2015). Secara
psikologis, pemberian ASI akan meningkatkan hubungan emosional yang kuat
antara ibu dan anak. Pada saat bayi sedang menyusu, kontak fisik yang dilakukan
dengan canda penuh kasih sayang oleh ibu memberikan kesempatan anak
berinteraksi lebih lama dan intensif dibanding jika berinteraksi dalam kondisi
bermain. Di sinilah dimulainya ikatan yang kuat secara emosional antara ibu dan
anak.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Kelekatan?

2. Apa saja Teori-Teori Kelekatan?

3. Siapa Figur Lekat bagi anak?

4. Apa saja Jenis Kelekatan?

5. Faktor apa saja yang mempengaruhi kelekatan?

6. Bagaimana Perkembangan Lekat?

7. Apa saja Manfaat Lekat?

C. Tujuan

1. Mengetahui Pengertian Kelekatan

2. Mengetahui Teori-Teori Kelekatan

3. Mengetahui Figur Lekat bagi anak

4. Mengetahui Jenis Kelekatan

5. Mengetahui Faktor yang mempengaruhi kelekatan

2
6. Mengetahui Perkembangan Lekat

7. Mengetahui Manfaat Lekat

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kelekatan (Attachment)

Istilah Kelekatan (attachment) untuk pertamakalinya dikemukakan oleh


seorang psikolog dari Inggris pada tahun 1958 bernama John Bowlby. Kemudian
formulasi yang lebih lengkap dikemukakan oleh Mary Ainsworth pada tahun 1969
(Mc Cartney dan Dearing, 2002). Kelekatan merupakan suatu ikatan emosional
yang kuat yang dikembangkan anak melalui interaksinya dengan orang yang
mempunyai arti khusus dalam kehidupannya, biasanya orang tua (Mc Cartney dan
Dearing, 2002).

Bowlby (dalam Haditono dkk,1994) menyatakan bahwa hubungan ini


akan bertahan cukup lama dalam rentang kehidupan manusia yang diawali dengan
kelekatan anak pada ibu atau figur lain pengganti ibu. Pengertian ini sejalan
dengan apa yang dikemukakan Ainsworth mengenai kelekatan. Ainsworth (dalam
Hetherington dan Parke,2001) mengatakan bahwa kelekatan adalah ikatan
emosional yang dibentuk seorang individu dengan orang lain yang bersifat
spesifik, mengikat mereka dalan suatu kedekatan yang bersifat kekal sepanjang
waktu. Kelekatan merupakan suatu hubungan yang didukung oleh tingkah laku
lekat (attachment behavior) yang dirancang untuk memelihara hubungan tersebut (
Durkin, 1995).

Tidak semua hubungan yang bersifat emosional atau afektif dapat disebut
kelekatan. Adapun ciri afektif yang menunjukkan kelekatan adalah: hubungan
bertahan cukup lama, ikatan tetap ada walaupun figur lekat tidak tampak dalam
jangkauan mataanak, bahkan jika figur digantikan oleh orang lain dan kelekatan
dengan figure lekat akan menimbulkan rasa aman (Ainsworth dalam Adiyanti,
1985).

Menurut Maccoby (dalam Ervika, 2000) seorang anak dapat dikatakan


lekat pada orang lain jika memiliki ciri-ciri antara lain:

a. Mempunyai kelekatan fisik dengan seseorang

4
b. Menjadi cemas ketika berpisah dengan figur lekat
c. Menjadi gembira dan lega ketika figur lekatnya kembali
d. Orientasinya tetap pada figur lekat walaupun tidak melakukan interaksi.
Anakmemperhatikan gerakan, mendengarkan suara dan sebisa mungkin
berusaha mencari perhatian figur lekatnya

Selama ini orang seringkali menyamakan kelekatan dengan ketergantungan


(dependency), padahal sesungguhnya kedua istilah tersebut mengandung
pengertian yang berbeda. Ketergantungan anak pada figur tertentu timbul karena
tidak adanya rasa aman. Anak tidak dapat melakukan otonomi jika tidak
mendapatkan rasa aman. Hal inilah yang akan menimbulkan ketergantungan pada
figur tertentu (Faw dalam Ervika, 2000). Adapun ciri kelekatan adalah
memberikan kepercayaan pada orang lain yang dapat memberikan ketenangan.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka maka dapat disimpulkan


bahwayang dimaksud dengan kelekatan adalah suatu hubungan emosional atau
hubungan yang bersifat afektif antara satu individu dengan individu lainnya yang
mempunyai arti khusus, dalam hal ini biasanya hubungan ditujukan pada ibu atau
pengasuhnya. Hubungan yang dibina bersifat timbal balik, bertahan cukup lama
dan memberikan rasa aman walaupun figur lekat tidak tampak dalam pandangan
anak.

B. Teori-Teori Kelekatan

Penjelasan mengenai kelekatan dapat dipandang dari berbagai sudut


pandang atau kerangka berpikir. Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan
kelekatan, antara lain :

a. Teori Psikoanalisa

Berdasarkan teori psikoanalisa Freud (Durkin 1995, Hetherington


dan Parke,1999), manusia berkembang melewati beberapa fase yang
dikenal dengan fase-fase psikoseksual. Salah satu fasenya adalah fase
oral, pada fase ini sumber pengalaman anak dipusatkan pada
pengalaman oral yang juga berfungsi sebagai sumber kenikmatan.

5
Secara natural bayi mendapatkan kenikmatan tersebut dari ibu disaat
bayi menghisap susu dari payudara atau mendapatkan stimulasi oral
dari ibu. Proses ini menjadi saranapenyimpanan energi libido bayi dan
ibu selanjutnya menjadi objek cinta pertama seorang bayi. Kelekatan
bayi dimulai dengan kelekatan pada payudara ibu dan dilanjutkannya
dengan kelekatan pada ibu. Penekanannya disini ditujukan pada
kebutuhan dan perasaan yang difokuskan pada interaksi ibu dan anak

Selanjutnya Erickson (Durkin, 1995) berusaha menjelaskannya


melalui fase terbentuknya kepercayaan dasar (basic trust). Ibu dalam
hal ini digambarkan sebagai figur sentral yang dapat membantu bayi
mencapai kepercayaan dasar tersebut. Hal tersebut dikarenakan ibu
berperan sebagai sumber pemenuhan kebutuhan bayi, menjadi sumber
bergantung pemenuhan kebutuhan nutrisi serta sumber kenyamanan.
Pengalaman oral dianggap Erickson sebagai prototip proses memberi
dan menerima (giving and taking).

b. Teori Belajar

Kelekatan antara ibu dan anak dimulai saat ibu menyusui bayi
sebagai proses pengurangan rasa lapar yang menjadi dorongan dasar.
Susu yang diberikan ibu menjadi primary reinforcer dan ibu menjadi
secondary reinforcer . Kemampuan ibu untuk memenuhi kebutuhan
dasar bayi menjadi dasar terbentuknya kelekatan. Teori ini juga
beranggapan bahwa stimulasi yang diberikan ibu pada bayi, baik itu
visual, auditori dan taktil dapat menjadi sumber pembentukan
kelekatan (Gewirtz dalam Hetherington dan Parke, 1999).

c. Teori Perkembangan Kognitif


Kelekatan baru dapat terbentuk apabila bayi sudah mampu
membedakan antaraibunya dengan orang asing serta dapat memahami
bahwa seseorang itu tetap ada walaupun tidak dapat dilihat oleh anak.
hal ini merupakan cerminan konsep permanensiobjek yang
dikemukakan Piaget (Hetherington dan Parke, 1999). Saat anak

6
bertambah besar, kedekatan secara fisik menjadi tidak terlalu berarti.
Anak mulai dapat memelihara kontak psikologis dengan menggunakan
senyuman, pandangan serta kata-kata. Anak mulai dapat memahami
bahwa perpisahannya dengan ibu bersifat sementara. Anak
tidakmerasa telalu sedih dengan perpisahan. Orang tua dapat
mengurangi situasi distress saat perpisahan dengan memberikan
penjelasan pada anak.

d. Teori Etologi
Bowlby (Hetherington dan Parke, 1999) dipengaruhi oleh teori
evolusi dalam observasinya pada perilaku hewan. Menurut teori
Etologi (Berndt, 1992) tingkah laku lekat pada anak manusia
diprogram secara evolusioner dan instinktif. Sebetulnya tingkah laku
lekat tidak hanya ditujukan pada anak namun juga pada ibu. Ibu dan
anak secarabiologis dipersiapkan untuk saling merespon perilaku.
Bowlby (Hetherington dan Parke,1999) percaya bahwa perilaku awal
sudah diprogam secara biologis. Reaksi bayi berupa tangisan,
senyuman, isapan akan mendatangkan reaksi ibu dan perlindungan atas
kebutuhan bayi. Proses ini akan meningkatkan hubungan ibu dan anak.
Sebaliknya bayi juga dipersiapkan untuk merespon tanda, suara dan
perhatian yang diberikan ibu. Hasil dari respon biologis yang
terprogram ini adalah anak dan ibu akan mengembangkan hubungan
kelekatan yang saling menguntungkan (mutuality attachment).
Teori etologi juga menggunakan istilah “Psychological Bonding”
yaituhubungan atau ikatan psikologis antara ibu dan anak, yang
bertahan lama sepanjang rentang hidup dan berkonotasi dengan
kehidupan sosial (Bowley dalam Hadiyanti,1992).

C. Figur Lekat

Figur lekat adalah orang yang dijadikan anak sebagai objek lekat. Figur
lekat tidak hanya ibu, tetapi bisa juga ayah, pengasuh (baby Sitter) atau nenek
tergantung kepada siapa bayi merasa nyaman. Anak akan selalu ingin berdekatan

7
dengan figur lekatnya. Hal ini dapat dilihat pada pola tingah laku anak yang
menunjukkan sikap tidak nyaman seperti; menangis jika figur lekatnya pergi,
selalu memandang ke arah perginya figur lekat, dan akan sangat senang jika figur
lekat kembali serta hal yang paling menonjol adalah anak berani bereksplorasi
bebas jika berada dekat figur lekatnya.

Pemenuhan kebutuhan pokok bukan hal yang utama bagi anak, tetapi
dengan kelekatan akan terpenuhilah kebutuhannya. Anak menentukan orang yang
akan menjadi figur lekat berdasarkan apa yang ia rasakan. Biasanya Anak
memilih orang yang sering melakukan interaksi dengan dirinya, baik interaksi
untuk menarik perhatian anak maupun interaksi secara spontan. Orang dijadikan
figur lekatpun bukan hal yang penting bagi anak tetapi seberapa besar orang
tersebut mampu memberikan perhatian kepadanya, bagaimana respon yang
diterima serta tepat tdak respon yang diberikan menjadi sumber kenyamanan bagi
anak dalam menentukan figur lekat.

D. Jenis Kelekatan

Secara umum, tipe kelekatan terbagi menjadi 2 (Ainsworth dalam


Bretherton), yaitu;

a. Secure attachment (kelekatan yang aman)


Kelekatan yang aman akan terjadi bila ibu merespon segala
kebutuhan anak dengan baik dan penuh kasih sayang. Jika anak sejak kecil
sudah dibiasakan hidup harmonis bersama keluarga, maka anak akan
mudah mengembangkan rasa memiliki dan mempercayai orang lain. Anak
banyak mendapatkan pengalaman dari lingkungan sekelilingnya. Hal ini
juga membantu anak untuk belajar mengembangkan kemampuan sosial
seperti empati, kepekaan emosi, dan belajar memahami apa yang orang
lain inginkan dari dirinya. Anak akan dapat mengatasi pengalaman
traumatik ketika pengalaman pertama membuat dirinya aman dan
terlindungi. Menurut Ainsworth (dalam Santrock), kelekatan yang aman
atau terpenuhi pada tahun-tahun pertama kehidupan akan memberi suatu

8
landasan yang penting bagi perkembangan psikologis dikemudian hari
dalam kehidupan anak.
Ciri-ciri secure attachment adalah :
- Merasa aman berada bersama pengasuhnya
- Berhati-hati terhadap orang asing
- Mencari pengasuhnya jika dalam kondisi tertekan
- Tidak berani bereksplorasi jika tidak berada disamping pengasuh
- Pengasuh dijadikan sebagai dasar untuk eksplorasi
- Jika sudah merasa aman, maka anak akan mandiri
b. Insecure attachment (kelekatan yang tidak aman)
Tipe kelekatan ini merupakan tipe kelekatan anak terhadap figur
lekat yang menunjukkan kurang dimengertinya kebutuhan psikologis anak.
Anak diasuh oleh figur lekat yang enggan memberikan respon atau
memberikan respon yang kurang hangat terhadap kebutuhannya. Sebagai
contoh ibu yang memarahi anak saat anak menunjukkan perilaku yang
tidak menyenangkan. Kebutuhan emosional dalam kelekatan ini tidak
terpenuhi secara hangat seperti pada secure attachment , namun anak dan
pengasuh ini tetap terlibat dalam tingkah laku lekat. Anak juga sering
mendapatkan perlakuan yang kurang baik, misalnya anak diberikan
konsep diri yang buruk, dan tidak efektif dalam pemberian perhatian dan
kebjakan. Anak dalam kondisi ini akan sangat beresiko mengalami
gangguan perkembangan (Bretherton dalam Wiebe)
Cirri-ciri Insecure attachment sebagai berikut:
- Ketidakmampuan pengasuh dalam mempercayai anak
- Kurang senang dalam belajar
- Kesulitan merekognisi perasaan
- Kurang empati terhadap orang lain
Kelekatan yang kurang aman ini dibagi lagi menjadi 2, yaitu;
1) Avoidant attachment, dengan ciri-ciri sebagai berikut;
- Menghindari kedekatan dan ketergantungan emosi
- Tidak memperlihatkan perasaan butuh dan tetap menahan
emosinya

9
- Berperilaku sesuai dengan yang diinginkan orang tua atau
pengasuhnya supaya tidak dimarahi
2) Ambivalent attachment, dengan ciri-ciri;
- Berusaha mendapatkan perhatian dengan cara yang
menjengkelkan, menyebalkan, mempengaruhi dan mengancam
orang lain
.- Meningkatkan perilaku ketahanan terhadap keadaan stress untuk
meyakinkan bahwa kebutuhan mereka tidak diabaikan dan
meningkatkan kemampuan memprediksi pengasuhnya.
- Marah karena pengasuhnya tidak memberikan kenyamanan.

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelekatan

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi attachment


(kelekatan/keterikatan). Menurut Ainsworth (dalam Feeney dan Noller, 1996)
mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang akan mempengaruhi pembentukan
attachment dalam diri seseorang. Faktor–faktor yang mempengaruhi attachment
tersebut antara lain ialah pengalaman masa lalu, keturunan, dan jenis kelamin.

1. Pengalaman Masa Lalu


Pengalaman masa lalu berkaitan dengan kehidupan
seseorang sebelum seseorang memasuki usia dewasa. Perlakuan orang
tua dan orang-orang di sekitar individu tersebut akan mempengaruhi
dirinya dalam membangun attachment dalam dirinya. Kejadian yang ia
alami sejak masih kecil sampai memasuki dewasa muda, akan menjadi
peristiwa yang dapat membentuk attachment pada diri seseorang.
Perpisahan atau kehilangan orang–orang yang disayangi juga akan
menjadi aspek yang dapat membentuk attachment pada diri seseorang.
Maka dapat dikatakan bahwa perceraian orang tua juga akan
mempengaruhi pembentukan attachment pada diri seseorang.
2. Faktor keturunan.
Gen memang belum dapat dipastikan sebagai pembawa sifat
keturunan dari attachment. Keturunan dikatakan dapat mempengaruhi
pembentukan attachment karena cenderung anak untuk melakukan meniru

10
orang tuanya. Anak akan meniru hal yang mereka lihat, tidak hanya yang
dilakukan oleh orang tua tetapi oleh orang–orang di sekitarnya. Anak
melihat dan melakukan hal tersebut berulang–ulang. Pada akhirnya anak
akan meniru tidak hanya perilaku tetapi juga disertai emosi yang sama
dengan figur yang ia contoh.
3. Jenis kelamin
Jenis Kelamin juga menjadi faktor yang membentuk attachment
pada diri seseorang. Feeney dan Noller (1996) menyatakan bahwa wanita
memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan pria. Di dalam
hubungan percintaan, tingkat kecemasan ini akan mempengaruhi kualitas
hubungan seseorang dengan pasangannya.

F. Perkembangan Kelekatan

Perkembangan kelekatan pada setiap individu dipengaruhi oleh tingkatan


usia. Pada masa perkembangan anak, kelekatan dibagi menjadi beberapa fase atau
tahapan, yaitu (Ervika, 2005):

 Indiscriminate Sociability. Terjadi pada anak yang berusia di bawah dua


bulan. Bayi menggunakan tangisan untuk menarik perhatian orang dewasa,
menghisap dan menggenggam, tersenyum dan berceloteh digunakan untuk
menarik perhatian orang dewasa agar mendekat padanya.
 Discriminate Sociability. Terjadi pada anak yang berusia dua hingga tujuh
bulan. Pada fase ini bayi mulai dapat membedakan objek lekatnya,
mengingat orang yang memberikan perhatian dan menunjukkan pilihannya
pada orang tersebut.
 Spesific Attachment. Terjadi pada anak yang berusia tujuh bula…

G. Manfaat Kelekatan

Menurut Rini (2002), kelekatan memiliki manfaat yang baik bagi


perkembangan mental anak dan remaja, antara lain yaitu sebagai berikut:

11
 Rasa percaya diri. Perhatian dan kasih sayang orang tua yang stabil,
menumbuhkan keyakinan bahwa diri remaja berharga bagi orang lain.
Jaminan adanya perhatian orang tua yang stabil, membuat remaja belajar
percaya pada orang lain.
 Kemampuan membina hubungan yang hangat. Hubungan yang diperoleh
remaja dari orang tua, menjadi pelajaran bagi remaja untuk kelak
diterapkan dalam kehidupannya setelah dewasa. Kelekatan yang hangat,
menjadi tolak ukur dalam membentuk hubungan dengan teman hidup dan
sesamanya. Namun hubungan yang buruk, menjadi pengalaman yang
traumatis bagi remaja, sehingga menghalangi kemampuan membina
hubungan yang stabil dan harmonis dengan orang lain.
 Mengasihi sesama dan peduli pada orang lain. Remaja yang tumbuh dalam
hubungan kelekatan yang hangat, akan memiliki sensitivitas atau kepekaan
yang tinggi terhadap kebutuhan sekitarnya. Dia mempunyai kepedulian
yang tinggi dan kebutuhan untuk membantu orang lain yang sedang
membutuhkan bantuan.
 Disiplin. Kelekatan membantu orang tua untuk dapat dengan lebih mudah
memahami remaja, sehingga lebih mudah memberikan arahan secara lebih
proporsional, empatik, penuh kesabaran dan pengertian yang dalam.
Remaja juga akan belajar mengembangkan kesadaran diri dari sikap orang
tua yang menghargai remaja untuk mematuhi peraturan dengan disiplin
karena sikap menghukum akan menyakiti harga diri remaja dan tidak
mendorong kesadaran diri.
 Pertumbuhan intelektual dan psikologis yang baik. Bentuk kelekatan yang
terjalin mempengaruhi pertumbuhan fisik, intelektual, dan kognitif, serta
perkembangan psikologis individu.

12
BAB III
KESIMPULAN

Proses kelekatan (attachment) merupakan fase dimulainya perkembangan


psikoemosional dan kognitif anak serta sebagai dasar pengembangan psikososial.
Anak terlibat dalam afeksi keberanian dalam mengeksplorasi lingkungan saat
merasakan kenyamanan terhadap sekitarnya. Kelekatan merupakan sarana
eksplorasi bagi anak. Anak dengan kelekatan yang aman (secure attachment)
cenderung berani melakukan eksplorasi sekalipun figur lekat tidak terlihat tetapi
anak mengerti bahwa figur lekat ada. Sebaliknya kelekatan yang tidak aman,
membuka peluang bagi anak untuk menjadi anak yang minder dan tidak percaya
diri jika berada dalam situasi sosial, sehingga gerak anak untuk berinteraksi
dengan lingkungan menjadi terbatas.

13
DAFTAR PUSTAKA

Aryanti.Zusy(2015), Kelekatan Dalam Perkembangan Anak Sumatra Utara:

Dosen Psikologi Jurusan Tarbiyah STAIN Jurai Siwo Metro

Ervika.Eka (2005). Kelekatan (Attacment) Pada Anak Sumatra Utara: Universitas

Sumatra Utara

Riadi, Muchlisin. (2021). Kelekatan / Attachment (Pengertian, Fase, Jenis dan

Manfaat). Diakses pada 15/3/2023, dari


https://www.kajianpustaka.com/2021/08/kelekatan-
attachment.html

Mani,Psikologi (2013). Faktor-Faktor yang mempengaruni Attachment. Diakses

pada15/3/2023,dari
https://www.psychologymania.com/2013/01/faktorfaktor-yang-
mempengaruhi.html

14

Anda mungkin juga menyukai