ATTACHMENT
Ai Masriani (22140021)
2023
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................ii
Bab 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang..........................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................2
C. Tujuan.......................................................................................2
Bab 2 Pembahasan
A. Pengertian Kelekatan................................................................4
B. Teori-Teori Kelekatan...............................................................5
C. Figur Lekat................................................................................7
D. Jenis Kelekatan.........................................................................8
E. Faktor yang Mempengaruhi Kelekatan.....................................10
F. Perkembangan...........................................................................11
G. Manfaat.....................................................................................11
Bab 3 Kesimpulan...............................................................................13
Daftar Pustaka.....................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai mahkluk sosial, individu tidak dapat melepaskan diri dari interaksi
terhadap lingkungan sekitarnya tak terkecuali bayi yang baru lahir. Sejak lahir ke
dunia, bayi sudah berada dalam lingkungan sosial yang menerimanya dengan
penuh kasih sayang. Keluarga merupakan lingkungan sosial terkecil dimana
kebutuhan hidup bayi sepenuhnya digantungkan terutama kepada ibu.
Kemampuan memenuhi kebutuhan yang belum dimiliki seperti makan, minum,
buang air dan lain sebagainya tidak akan terwujud manakala tidak ada ibu yang
berperan.
1
Sudah selayaknya sosok yang dapat memberikan rasa nyaman kepada anak
adalah ibu, karena ibu yang memberikan ASI (Air Susu Ibu). Dari sisi kesehatan,
ASI sangat penting diberikan kepada anak, sebab ASI mengandung gizi baik yang
sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan anak, sehingga merupakan suatu keharusan
bagi Ibu untuk memberikan ASI pada anaknya (www.depkes.go.id, 2015). Secara
psikologis, pemberian ASI akan meningkatkan hubungan emosional yang kuat
antara ibu dan anak. Pada saat bayi sedang menyusu, kontak fisik yang dilakukan
dengan canda penuh kasih sayang oleh ibu memberikan kesempatan anak
berinteraksi lebih lama dan intensif dibanding jika berinteraksi dalam kondisi
bermain. Di sinilah dimulainya ikatan yang kuat secara emosional antara ibu dan
anak.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
6. Mengetahui Perkembangan Lekat
3
BAB II
PEMBAHASAN
Tidak semua hubungan yang bersifat emosional atau afektif dapat disebut
kelekatan. Adapun ciri afektif yang menunjukkan kelekatan adalah: hubungan
bertahan cukup lama, ikatan tetap ada walaupun figur lekat tidak tampak dalam
jangkauan mataanak, bahkan jika figur digantikan oleh orang lain dan kelekatan
dengan figure lekat akan menimbulkan rasa aman (Ainsworth dalam Adiyanti,
1985).
4
b. Menjadi cemas ketika berpisah dengan figur lekat
c. Menjadi gembira dan lega ketika figur lekatnya kembali
d. Orientasinya tetap pada figur lekat walaupun tidak melakukan interaksi.
Anakmemperhatikan gerakan, mendengarkan suara dan sebisa mungkin
berusaha mencari perhatian figur lekatnya
B. Teori-Teori Kelekatan
a. Teori Psikoanalisa
5
Secara natural bayi mendapatkan kenikmatan tersebut dari ibu disaat
bayi menghisap susu dari payudara atau mendapatkan stimulasi oral
dari ibu. Proses ini menjadi saranapenyimpanan energi libido bayi dan
ibu selanjutnya menjadi objek cinta pertama seorang bayi. Kelekatan
bayi dimulai dengan kelekatan pada payudara ibu dan dilanjutkannya
dengan kelekatan pada ibu. Penekanannya disini ditujukan pada
kebutuhan dan perasaan yang difokuskan pada interaksi ibu dan anak
b. Teori Belajar
Kelekatan antara ibu dan anak dimulai saat ibu menyusui bayi
sebagai proses pengurangan rasa lapar yang menjadi dorongan dasar.
Susu yang diberikan ibu menjadi primary reinforcer dan ibu menjadi
secondary reinforcer . Kemampuan ibu untuk memenuhi kebutuhan
dasar bayi menjadi dasar terbentuknya kelekatan. Teori ini juga
beranggapan bahwa stimulasi yang diberikan ibu pada bayi, baik itu
visual, auditori dan taktil dapat menjadi sumber pembentukan
kelekatan (Gewirtz dalam Hetherington dan Parke, 1999).
6
bertambah besar, kedekatan secara fisik menjadi tidak terlalu berarti.
Anak mulai dapat memelihara kontak psikologis dengan menggunakan
senyuman, pandangan serta kata-kata. Anak mulai dapat memahami
bahwa perpisahannya dengan ibu bersifat sementara. Anak
tidakmerasa telalu sedih dengan perpisahan. Orang tua dapat
mengurangi situasi distress saat perpisahan dengan memberikan
penjelasan pada anak.
d. Teori Etologi
Bowlby (Hetherington dan Parke, 1999) dipengaruhi oleh teori
evolusi dalam observasinya pada perilaku hewan. Menurut teori
Etologi (Berndt, 1992) tingkah laku lekat pada anak manusia
diprogram secara evolusioner dan instinktif. Sebetulnya tingkah laku
lekat tidak hanya ditujukan pada anak namun juga pada ibu. Ibu dan
anak secarabiologis dipersiapkan untuk saling merespon perilaku.
Bowlby (Hetherington dan Parke,1999) percaya bahwa perilaku awal
sudah diprogam secara biologis. Reaksi bayi berupa tangisan,
senyuman, isapan akan mendatangkan reaksi ibu dan perlindungan atas
kebutuhan bayi. Proses ini akan meningkatkan hubungan ibu dan anak.
Sebaliknya bayi juga dipersiapkan untuk merespon tanda, suara dan
perhatian yang diberikan ibu. Hasil dari respon biologis yang
terprogram ini adalah anak dan ibu akan mengembangkan hubungan
kelekatan yang saling menguntungkan (mutuality attachment).
Teori etologi juga menggunakan istilah “Psychological Bonding”
yaituhubungan atau ikatan psikologis antara ibu dan anak, yang
bertahan lama sepanjang rentang hidup dan berkonotasi dengan
kehidupan sosial (Bowley dalam Hadiyanti,1992).
C. Figur Lekat
Figur lekat adalah orang yang dijadikan anak sebagai objek lekat. Figur
lekat tidak hanya ibu, tetapi bisa juga ayah, pengasuh (baby Sitter) atau nenek
tergantung kepada siapa bayi merasa nyaman. Anak akan selalu ingin berdekatan
7
dengan figur lekatnya. Hal ini dapat dilihat pada pola tingah laku anak yang
menunjukkan sikap tidak nyaman seperti; menangis jika figur lekatnya pergi,
selalu memandang ke arah perginya figur lekat, dan akan sangat senang jika figur
lekat kembali serta hal yang paling menonjol adalah anak berani bereksplorasi
bebas jika berada dekat figur lekatnya.
Pemenuhan kebutuhan pokok bukan hal yang utama bagi anak, tetapi
dengan kelekatan akan terpenuhilah kebutuhannya. Anak menentukan orang yang
akan menjadi figur lekat berdasarkan apa yang ia rasakan. Biasanya Anak
memilih orang yang sering melakukan interaksi dengan dirinya, baik interaksi
untuk menarik perhatian anak maupun interaksi secara spontan. Orang dijadikan
figur lekatpun bukan hal yang penting bagi anak tetapi seberapa besar orang
tersebut mampu memberikan perhatian kepadanya, bagaimana respon yang
diterima serta tepat tdak respon yang diberikan menjadi sumber kenyamanan bagi
anak dalam menentukan figur lekat.
D. Jenis Kelekatan
8
landasan yang penting bagi perkembangan psikologis dikemudian hari
dalam kehidupan anak.
Ciri-ciri secure attachment adalah :
- Merasa aman berada bersama pengasuhnya
- Berhati-hati terhadap orang asing
- Mencari pengasuhnya jika dalam kondisi tertekan
- Tidak berani bereksplorasi jika tidak berada disamping pengasuh
- Pengasuh dijadikan sebagai dasar untuk eksplorasi
- Jika sudah merasa aman, maka anak akan mandiri
b. Insecure attachment (kelekatan yang tidak aman)
Tipe kelekatan ini merupakan tipe kelekatan anak terhadap figur
lekat yang menunjukkan kurang dimengertinya kebutuhan psikologis anak.
Anak diasuh oleh figur lekat yang enggan memberikan respon atau
memberikan respon yang kurang hangat terhadap kebutuhannya. Sebagai
contoh ibu yang memarahi anak saat anak menunjukkan perilaku yang
tidak menyenangkan. Kebutuhan emosional dalam kelekatan ini tidak
terpenuhi secara hangat seperti pada secure attachment , namun anak dan
pengasuh ini tetap terlibat dalam tingkah laku lekat. Anak juga sering
mendapatkan perlakuan yang kurang baik, misalnya anak diberikan
konsep diri yang buruk, dan tidak efektif dalam pemberian perhatian dan
kebjakan. Anak dalam kondisi ini akan sangat beresiko mengalami
gangguan perkembangan (Bretherton dalam Wiebe)
Cirri-ciri Insecure attachment sebagai berikut:
- Ketidakmampuan pengasuh dalam mempercayai anak
- Kurang senang dalam belajar
- Kesulitan merekognisi perasaan
- Kurang empati terhadap orang lain
Kelekatan yang kurang aman ini dibagi lagi menjadi 2, yaitu;
1) Avoidant attachment, dengan ciri-ciri sebagai berikut;
- Menghindari kedekatan dan ketergantungan emosi
- Tidak memperlihatkan perasaan butuh dan tetap menahan
emosinya
9
- Berperilaku sesuai dengan yang diinginkan orang tua atau
pengasuhnya supaya tidak dimarahi
2) Ambivalent attachment, dengan ciri-ciri;
- Berusaha mendapatkan perhatian dengan cara yang
menjengkelkan, menyebalkan, mempengaruhi dan mengancam
orang lain
.- Meningkatkan perilaku ketahanan terhadap keadaan stress untuk
meyakinkan bahwa kebutuhan mereka tidak diabaikan dan
meningkatkan kemampuan memprediksi pengasuhnya.
- Marah karena pengasuhnya tidak memberikan kenyamanan.
10
orang tuanya. Anak akan meniru hal yang mereka lihat, tidak hanya yang
dilakukan oleh orang tua tetapi oleh orang–orang di sekitarnya. Anak
melihat dan melakukan hal tersebut berulang–ulang. Pada akhirnya anak
akan meniru tidak hanya perilaku tetapi juga disertai emosi yang sama
dengan figur yang ia contoh.
3. Jenis kelamin
Jenis Kelamin juga menjadi faktor yang membentuk attachment
pada diri seseorang. Feeney dan Noller (1996) menyatakan bahwa wanita
memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan pria. Di dalam
hubungan percintaan, tingkat kecemasan ini akan mempengaruhi kualitas
hubungan seseorang dengan pasangannya.
F. Perkembangan Kelekatan
G. Manfaat Kelekatan
11
Rasa percaya diri. Perhatian dan kasih sayang orang tua yang stabil,
menumbuhkan keyakinan bahwa diri remaja berharga bagi orang lain.
Jaminan adanya perhatian orang tua yang stabil, membuat remaja belajar
percaya pada orang lain.
Kemampuan membina hubungan yang hangat. Hubungan yang diperoleh
remaja dari orang tua, menjadi pelajaran bagi remaja untuk kelak
diterapkan dalam kehidupannya setelah dewasa. Kelekatan yang hangat,
menjadi tolak ukur dalam membentuk hubungan dengan teman hidup dan
sesamanya. Namun hubungan yang buruk, menjadi pengalaman yang
traumatis bagi remaja, sehingga menghalangi kemampuan membina
hubungan yang stabil dan harmonis dengan orang lain.
Mengasihi sesama dan peduli pada orang lain. Remaja yang tumbuh dalam
hubungan kelekatan yang hangat, akan memiliki sensitivitas atau kepekaan
yang tinggi terhadap kebutuhan sekitarnya. Dia mempunyai kepedulian
yang tinggi dan kebutuhan untuk membantu orang lain yang sedang
membutuhkan bantuan.
Disiplin. Kelekatan membantu orang tua untuk dapat dengan lebih mudah
memahami remaja, sehingga lebih mudah memberikan arahan secara lebih
proporsional, empatik, penuh kesabaran dan pengertian yang dalam.
Remaja juga akan belajar mengembangkan kesadaran diri dari sikap orang
tua yang menghargai remaja untuk mematuhi peraturan dengan disiplin
karena sikap menghukum akan menyakiti harga diri remaja dan tidak
mendorong kesadaran diri.
Pertumbuhan intelektual dan psikologis yang baik. Bentuk kelekatan yang
terjalin mempengaruhi pertumbuhan fisik, intelektual, dan kognitif, serta
perkembangan psikologis individu.
12
BAB III
KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
Sumatra Utara
pada15/3/2023,dari
https://www.psychologymania.com/2013/01/faktorfaktor-yang-
mempengaruhi.html
14