Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ANAK JALANAN

Dosen pengampu :

Eriyono budi wijoyo, S.Kep.,M.Kep.,Kep.j

Disusun oleh: kelompok 6

1. Bella Putri Indah Sari ( 2014201059 )


2. Fitroh Faatihah ( 2014201078 )
3. Ulfa Ulfia ( 2014201070 )
4. Rabya Putri ( 2014201048 )

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2022
KATA PENGATAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan tuhan yang maha esa karena berkat
rahmat-nya kelompok dpaat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah keperawatan
paliatif dengan judul “ patofisiologi gagal hati “ pada waktunya.
Makalah ini dapat diselesaikan tentunya tidak terlepas dari dorongan dan bantuan dari
berbagai pihak. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini sangat kami
harapkan akhirnya semoga makalah ini dapat berguna bagi semua pihak. Terimakasih.

Penyusun 23 november 2022

Kelompok
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB 1.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
3.1 Latar belakang...........................................................................................................4
3.2 Tujuan........................................................................................................................5
3.3 Manfaat......................................................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI.................................................................................................................6
3.4 keperawatan kesehatan jiwa....................................................................................6
3.5 Definisi........................................................................................................................7
3.6 Penyebab....................................................................................................................7
a. Tingkat Mikro (Immediate Causes).........................................................................7
b. Tingkat Messo (Underlying Cause).......................................................................10
c. Tingkat Makro (Basic Causes)...............................................................................10
3.7 Tanda dan gejala.....................................................................................................12
3.8 Rentang Respon.......................................................................................................12
3.9 Pohon masalah.........................................................................................................13
BAB III....................................................................................................................................19
PENUTUP...............................................................................................................................19
3.10 SIMPULAN..............................................................................................................19
3.11 SARAN.....................................................................................................................19
BAB 1
PENDAHULUAN

3.1 Latar belakang

Anak jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan sebagian besar
waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari di jalanan, mencari nafkah atau
berkeliaran dijalan-jalan atau tempat umum lainnya (Sudarsono, 2009). Pengertian
anak jalanan menurut dinas sosial propinsi DIY tahun 2010 adalah anak yang
melewatkan atau memanfaatkan waktunya dijalanan sampai dengan umur 18 tahun.
Anak jalanan adalah anak yang penampilannya kebanyakan kusam dan pakaian tidak
terurus, mobilitasnya tinggi Departemen Sosial RI,2005.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2008
menyebutkanterdapat 154.861 jiwa anak jalanan, pada tahun 2009 terdapat 230.000
anak jalanan, pada tahun 2010 jumlah anak jalanan di Indonesia diperkirakan
mencapai 200.000 anak jalanan dan Menurut Menteri Sosial Salim Segaf Al-Jufri
menyatakan bahwa pada tahun 2014 jumlah anak jalanan secara nasional 230.000.
Anak-anak jalanan sering melakukan tingkah laku yang meresahkan
masyarakat, salah satu tingkah lakunya yaitu tingkah laku agresi. Perilaku agresiyang
muncul ini disebabkan karena adanya tekanan-tekanan dari lingkungan danketidak
berdayaan serta ketidakmampuan anak untuk menangani permasalahan-
permasalahannya yang menimbulkan perasaan frustrasi di dalam diri anak, padaanak
yang memiliki tipe kepribadian tertentu yang tidak tahan terhadap perubahan
berpotensi dengan perilaku ngelem Moci (2013).
Faktor pencetus kekambuhan yang utama adalah rendahnya komitmen untuk
pulih yang tergantung pada kondisi psikologis dan kepribadian tertentu (BNN,2009).
seseorang yang telah berhenti menggunakan narkoba diharapkan memiliki kondisi
psikologis yang baik, diantaranya ditandai dengan psychological well-being yang
baik. maka tidak akan mudah untuk terjerumus menggunakan narkoba kembali atau
mengalami kekambuhan. Penelitian Marina, dkk (2000) menyatakan bahwa
disamping faktor teman sebaya, faktor lain yang turut berperan dalam mekanisme
penyalahgunaan NAPZA adalah faktor dari dalam diri yaitu kepribadian. Kepribadian
merupakan salah satu faktor etiologik dan konsisten, kepribadian merupakan faktor
predisposisi pada terjadinya penggunaan NAPZA.Kepribadian turut menentukan
terjadinya penyalahgunaan obat, sebagai contoh, kepribadian dapat menentukan
apakah seseorang bergabung dengan kelompok penyalahgunaan obat, apakah ikut
mencoba obat tersebut dan apakah seseorang menggunakan obat tersebut lebih lanjut
Eysenck, 1997(dalam Prawira,2012).

3.2 Tujuan

1.Tujuan Umum:
Untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah Keperawatan Jiwa serta mengetahui
bagaimana bentuk keperawatan kesehatan jiwa di masyarakat.
2.Tujuan Khusus:
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan jiwa di masyarakat khususnya pada anak
jalanan

3.3 Manfaat

Manfaat yang diharapkan oleh penulis adalah sebagai berikut :


1.Untuk masyarakat Sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuankesehatan
2.Untuk Mahasiswa Sebagai bahan pembanding tugas serupa
3.Untuk tenaga kesehatan Makalah ini bisa di jadikan bahan acuan untukmelakukan
tindakan asuhan keperawatan pada kasus keperawatan kesehatan jiwa masyarakat.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 keperawatan kesehatan jiwa

Jiwa adalah unsur manusia yang bersifat non-materi, tetapi fungsi dan
manifestasinya sangat terkait pada materi, jiwa bersifat abstrak dan tidak berwujud
benda. Hal ini karena jiwa memang bukan berupa benda, melainkan sebuah sistem
perilaku, hasil olah pemikiran, perasaan, persepsi, dan berbagai pengaruh lingkungan
sosial. Semua ini merupakan manifestasi sebuah kejiwaan seseorang. Oleh karena itu,
untuk mempelajari ilmu jiwa dan keperawatannya, pelajarilah dari manifestasi jiwa
terkait pada materi yang dapat diamati berupa perilaku manusia. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, sehat adalah dalam keadaan bugar dan nyaman seluruh tubuh
dan bagian-bagiannya. Bugar dan nyaman adalah relatif, karena bersifat subjektif
sesuai orang yang mendefinisikan dan merasakan.
1. Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataanitu
buruk.
2. Merasa bebas secara relatif dari ketegangan dan kecemasan.
3. Memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan hidupnya.
4. Merasa lebih puas untuk memberi dari pada menerima.
5. Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan
salingmemuaskan.
6. Mempunyai daya kasih sayang yang besar.
7. Menerima kekecewaan untuk digunakan sebagai pelajaran di kemudian hari.
8. Mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan
konstruktif.

Menurut WHO, kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang


menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang menceerminkan
kedewasaan kepribadiannya. UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1966 tentangUpaya
Kesehatan Jiwa, memberikan batasan bahwa upaya kesehatan jiwaadalah suatu
kondisi dapat menciptakan keadaan yang memungkinkan atau mengizinkan
perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang optimal pada seseorang, serta
perkembangan ini selaras dengan orang lain. Menurut UU Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan, pada Bab IX tentang kesehatan jiwa menyebutkan Pasal 144 ayat
1 “Upaya kesehatan jiwa ditujukan untuk menjamin setiap orang dapat menikmati
kehidupan kejiwaan yang sehat, bebasdari ketakutan, tekanan, dan gangguan lain
yang dapat mengganggu kesehatan jiwa”. Ayat 2, “Upaya kesehatan jiwa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas preventif, promotif, kuratif, rehabilitatif pasien gangguan jiwa, dan
masalah psikososial”

2.2 Definisi

Menurut Departemen Sosial RI (2005: 5), Anak jalanan adalah anak yang
menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari
di jalanan, baik untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalan dantempat-tempat
umum lainnya. Anak jalanan mempunyai ciri-ciri, berusia antara 5 sampai dengan 18
tahun, melakukan kegiatan atau berkeliaran di jalanan, penampilannya kebanyakan
kusam dan pakaian tidak terurus, mobilitasnya tinggi. Selain itu, Direktorat
Kesejahteran Anak, Keluarga dan Lanjut Usia.
Departemen Sosial (2001: 30) memaparkan bahwa anak jalanan adalah anak yang
sebagian besar waktunya dihabiskan untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan
atau tempat-tempat umum lainnya, usia mereka berkisar dari 5 tahun sampain 18
tahun. Adapun waktu yang dihabiskan di jalan lebihdari 4 jam dalam satu hari. Pada
dasarnya anak jalanan menghabiskan waktunya.di jalan demi mencari nafkah, baik
dengan kerelaan hati maupun dengan paksaan orang tuanya.

2.3 Penyebab

Departemen Sosial (2001: 25-26) menyebutkan bahwa penyebab keberadaan anak


jalanan ada 3 macam, yakni faktor pada tingkat mikro (immediate causes), faktor pada
tingkat messo (underlying causes), dan faktor pada tingkat makro (basic causes).

a. Tingkat Mikro (Immediate Causes)

Faktor pada tingkat mikro ini yaitu faktor yang berhubungan dengan anakdan
keluarganya. Departemen Sosial (2001: 25-26) menjelaskan pula bahwa pada tingkat
mikro sebab yang bisa diidentifikasi dari anak dan keluargayang berkaitan tetapi juga
berdiri sendiri, yakni:
1) Lari dari keluarga, disuruh bekerja baik karena masih sekolah atau sudah
putus, berpetualangan, bermain-main atau diajak teman.
2) Sebab dari keluarga adalah terlantar, ketidakmampuan orang tua menyediakan
kebutuhan dasar, ditolak orang tua, salah perawatan ataukekerasan di rumah,
kesulitan berhubungan dengan keluarga atau tetangga, terpisah dengan orang
tua, sikap-sikap yang salah terhadap anak, keterbatasan merawat anak yang
mengakibatkan anak menghadapi masalah fisik, psikologis dan sosial. Hal ini
dipengaruhi pula oleh meningkatnya masalah keluarga yang disebabkan oleh
kemiskinan pengangguran, perceraian, kawin muda, maupun kekerasan dalam
keluarga.
3) Melemahnya keluarga besar, dimana keluarga besar tidak mampu lagi
membantu terhadap keluarga-keluarga inti, hal ini diakibatkan oleh pergeseran
nilai, kondisi ekonomi, dan kebijakan pembangunan pemerintah.
4) Kesenjangan komunikasi antara orang tua dan anak, dimana orang tuasudah
tidak mampu lagi memahami kondisi serta harapan anak-anak,telah
menyebabkan anak-anak mencari kebebasan.
Selain itu, Odi Shalahudin (2004:71) menyebutkan pulafaktor-faktoryang disebabkan
oleh keluarga yakni sebagai berikut:
1) Keluarga miskin
Kemiskinan merupakan faktor dominan yang medoronganak-anakmenjadi
anak jalanan. Anak dari keluarga miskin,karena kondisikemiskinan kerap kali
kurang terlindungi sehinggamenghadapi risikoyang lebih besar untuk menjad
anak jalanan.
2) Perceraian dan kehilangan orang tua
Perceraian dan kehilangan orang tua menjadi salah satufaktor risikoyang
mendorong anak-anak pergi ke jalanan.Perceraian atau perpisahanorang tua
yang kemudian menikah lagiatau memiliki teman hidup barutanpa ikatan
pernikahan seringkali membuat anak menjadi frustasi. Rasafrustasi ini akan
semakin bertambah ketika anak dititipkan ke salah satuanggotakeluarga orang
tua mereka atau tatkala anak yang biasanyalebihmemilih tinggal bersama
ibunya merasa tidakmendapatkanperhatian, justru menghadapi perlakuan
buruk ayah tiri atau pacaribunya.
3) Kekerasan keluarga
Kekerasan keluarga merupakan faktor risiko yang palingbanyakdihadapi oleh
anak-anak sehingga mereka memutuskanuntuk keluar darirumah dan hidup di
jalanan. Berbagai faktorrisiko lainnya yang berkaitan dengan hubungan antara
anakdengan keluarga, tidak lepas dari persoalan kekerasan
4) Keterbatasan ruang dalam rumah
Keterbatasan ruang dalam rumah bisa menimbulkan risikoanak-anakturun ke
jalan. Biasanya ini dialami oleh anak-anakyang berada di beberapa
perkampungan urban yang mendudukilahan milik negara.Banyak dijumpai
adanya rumah-rumah petakyang didirikan secara tidak permanen dan sering
kalimenggunakan barang-barang bekas seadanyadengan ruang yangsangat
sempit, kadang hanya berukuran 3 X 4 metersaja.
5) Eksploitasi ekonomi
Eksploitasi ekonomi oleh orang tua mulaimarak terjadi ketika pada masakrisis,
dimana anak-anak yangmasih aktif bersekolah didorong olehorang tuanya
mencari uangdan ditargetkan memberikan sejumlah uangyang ditentukan
olehorang tua mereka.
6) Keluarga homeless
Seorang anak menjadi anak jalanan bisa pula disebabkankarenaterlahirkan dari
sebuah keluarga yang hidup di jalanantanpa memilikitempat tinggal tetap.
Dijelaskan pula mengenai faktor-faktor yang menyebabkankeluargadan anaknya
terpisah (BKSN, 2000: 111), yaitu:
1) Faktor pendorong

a) Keadaan ekonomi keluarga yang semakin dipersulit olehbesarnyakebutuhan yang


ditanggung kepala keluarga.
b) Ketidakserasian dalam keluarga, sehingga anak tidak betahtinggaldi rumah atau
anak lari dari keluarga.
c) Adanya kekerasan atau perlakuan salah dari orang tuaterhadapanaknya sehingga
anak lari dari rumah.
d) Kesulitan hidup di kampung, anak melakukan urbanisasiuntukmencari pekerjaan
mengikuti orang dewasa.2)

2) Faktor penarik:
a) Kehidupan jalanan uang menjanjikan, dimana anakmudahmendapatkan
uang, anak bisa bermain dan bergaul dengan beban.
b) Diajak oleh teman.
c) adanya peluang di sektor informal yang tidak terlalu membutuhkan modal
dan keahlian

b. Tingkat Messo (Underlying Cause)

Faktor-faktor penyebab munculnya anak jalanan pada tingkat messo iniyaitu


faktor yang ada di masyarakat. Menurut DepartemenSosial RI(2001: 25-26), pada
tingkat messo (masyarakat), sebab yang dapatdiidentifikasi meliputi:
1) Pada masyarakat miskin, anak-anak adalah aset untuk membantu
peningkatan pendapatan keluarga, anak-anak diajarkan bekerja yang
menyebabkan drop out dari sekolah.
2) Pada masyarakat lain, urbanisasi menjadi menjadi kebiasaandananak-anak
mengikuti kebiasaan itu.
3) Penolakan masyarakat dan anggapan anak jalanan sebagai calonkriminal
4) Ikut-ikutan teman
5) Bermasalah dengan tetangga atau komunitas
Ketidakpedulian komunitas di sekitar tempat tinggal anakatauadanya
toleransi dari mereka terhadap keberadaan anak-anakdijalanan menjadi
situasi yang sangat mendukung bertambahnyaanak-anak untuk turut ke
jalan.

c. Tingkat Makro (Basic Causes)

Faktor-faktor penyebab munculnya anak jalanan pada tingkat makroyaitu


faktor yang berhubungan dengan struktur makro.Departemen Sosial RI (2001: 25-
26)
1) Ekonomi, adalah adanya peluang pekerjaan sektor informalyangtidak
terlalu membutuhkan modal keahlian, mereka harus lamadijalanan dan
meninggalkan bangku sekolah, ketimpangan Desan dan kota yang
mendorong urbanisasi, migrasi dari desa ke kota mencari kerja, yang
diakibatkan kesenjangan pembangunan desakota,kemudahan transportasi
dan ajakan kerabat, membuat banyakkeluarga dari desa pindah ke kota dan
sebagian dari mereka terlantar,hal ini mengakibatkan anak-anak
merekaterlempar ke jalanan.
2) Penggusuran dan pengusiran keluarga miskin dari tanah/rumah mereka
dengan alasan “demi pembangunan”, mereka semakin tidak berdaya
dengan kebijakan ekonomi makro pemerintah yang lebih memguntungkan
segelintir orang.
3) Pendidikan, adalah biaya sekolah yang tinggi, perilaku guru yang
diskriminatif, dan ketentuan-ketentuan teknis dan birokratisyang
mengalahkan kesempatan belajar. Meningkatnya angka anak putus sekolah
karena alasan ekonomi, telah mendorong sebagia nanak untuk menjadi
pencari kerja dan jalanan mereka jadikan salahsatu tempat untuk
mendapatkan uang.
4) Belum beragamnya unsur-unsur pemerintah memandang anak jalanan
antara sebagai kelompok yang memerlukan perawatan(pendekatan
kesejahteraan) dan pendekatan yang menganggap anak jalanan sebagai
trouble maker atau pembuat masalah(securityapproach/ pendekatan
keamanan).
5) Adanya kesenjangan sistem jaring pengamanan sosial sehingga jaring
pengamanan sosial tidak ada ketika keluarga dan anak menghadapi
kesulitan.
6) Pembangunan telah mengorbankan ruang bermain bagi anak(lapangan,
taman, dan lahan-lahan kosong). Dampaknya sangat terasa pada daerah-
daerah kumuh perkotaan, dimana anak-anak menjadikan jalanan sebagai
ajang bermain dan bekerja.
7) Korban penculikan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan anak-
anak berada di jalanan. Kasus penculikan yang menimpa anak-anak untuk
dijadikan sebagai anak jalanan hampir terjadi setiap tahun. Tampaknya
kasus ini luput dari perhatian mengingat jumlah kasusnya memang tidak
besar.
Dari banyak uraian yang berasal dari berbagai sumber di atas dapat diketahui
bahwa terdapat banyak faktor yang menyebabkan anak-anak pada akhirnya bisa
turun ke jalan dan menjadikan jalanan sebagai pusat aktivitas mereka baik faktor
pada tingkat mikro, messo,maupun makro. Permasalahan yang mereka hadapi
begitu kompleks, baik dari segi keluarga, lingkungan sekitar, masyarakat, hingga
kebijakan-kebijakan makro.

2.4 Tanda dan gejala

1. Orang dengan tubuh yang kotor sekali,


2. Rambutnya seperti sapu ijuk
3. Pakaiannya compang-camping dengan membawa bungkusan besar yang
berisi macam-macam barang
4. Bertingkah laku aneh seperti tertawa sendiri
5. Sukar diajak berkomunikasi
6. Pribadi tidak stabil
7. Tidak memiliki kelompok

2.5 Rentang Respon

Respon adati Respon Maladtif


 Berfikir logis  Pemikiran  Gangguan
sesekali pemikiran-
 Persepsi akurat
 Terdistrosi  Waham/halusinasi-
 Emosi
konsistendengan  Ilusi  Kesulitan
pengalaman pengolahan-
 Reaksi emosi
 Perilaku sesuai berlebih dan tidak  Emosi-
bereaksi-
 Berhubungansosial  Perilaku kacau
 Perilaku aneh danisolasi sosial

 Penarikan tidak
bisa berhubungan
sosial
2.6 Pohon masalah

Effect Gangguan Pemeliharaan Kesehatan


(BAB/BAK,Mandi, Makan, Minum)

Core problem Defisit Perawatan Diri

Causa Menurunnya motivasi dalam


Perwatanan diri

Isolasi sosial: menarik diri


Diagnosa keperawatan :
Defisit perawatan diri b/d penurunan motivasi/minat
Haraga diri rendah b/d ketidakadekuatan pemahaman
Resiko perilaku kekerasan b/d penganiayaan dan pengabaian anak

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1 Defisit Setelah dilakukan Dukungan Perawatan Diri 1. Agar klien
perawatan diri perawatan selama 2x24 Observasi mengetahui bahwa
b/d penurunan jam klien mengenal  Identifikasi kebiasaan aktifitas kebersihan itu
motivasi/minat tentang pentingnya perawatan diri sesuai usia sangatlah penting
kebersihan diri secara  Monitor tingkat kemandirian sehingga dia mau
mandiri.  Identifikasi kebutuhan alat bantu melakukan
1. Kemampuan mandi kebersihan diri, berpakaian, perawatan diri
2. Kemampuan berhias dan makan 2. Agar klien
mengenakan pakaian Terapeutik mengetahui bahwa
3. Kemampuan makan  Sediakan lingkungan yang penampilan diri
4. Kemampuan ke toilet terapeutik (mis. Suasana hangat, dan kebersihan itu
(BAB/BAK) rileks, privasi sangat penting
5. Verbalisasi keinginan  Siapkan keerluan pribadi (mis. 3. Mendorong pasien
melakukan perawatan Farfum, sikat gigi dan sabun untuk melakukan
diri mandi perawatan diri
6. Minat melakukan  Dampingi dalam melakukan secara rutin
perawatan diri perawatan diri sampai mandiri 4. Agar klien dapat
7. Mempertahankan mempertahankan
 Fasilitas untuk menerima
kebersihan diri kebersihan diri
keadaan ketergantungan
8. Mempertahankan
 Fisilitas kemandirian, bantu jika
kebersihan mulut
tidak mampu melakukan
perawatan diri
 Jadwalkan rutinitas perawatan
diri
Edukasi
 Anjurkn melakukan perawatan
diri secara konsisten sesuai
kemampuan

2. Harga diri Setelah dilakukan tindakan Manajemen perilaku 1. Hubungan saling


rendah keperawatan selama 3x24 Observasi percaya sebagai
situasional b.d jam klien dapat  Identifikasi harapan untuk dasar interaksi
ketidakadekuat berinteraksi sosial dan mengendalikan perilaku yang terapeutik
an pemahaman berhubungan dengan orang Terapeutik antara perawat dan
lain dan lingkungan sekitar  Diskusikan tanggung jawab klien
Kriteria hasil : terhadap perilaku 2. Lingkungan yang
1. Penilaian diri positif  Jadwalkan kegiatan terstruktur tenang membuat
2. Perasaan memiliki  Ciptakan dan pertahankan klien lebih rileks
kelebihan atau lingkungan dan kegiatan 3. Ungkapan
kemampuan positif perawatan konsisten setiap dinas perasaan dapat
3. Penerimaan penilaian  Ciptakan dan pertahankan memberikan rasa
positif terhadap diri lingkungan dan kegiatan lega sehingga
sendiri perawatan konsisten setiap dinas mengurangi
4. Minat mencoba hal  Tingkatkan aktivitas fisik sesuai kecemasan
baru kemampuan 4. Untuk mengetahui
5. Berjalan kemampuan/keter
 Batasi jumlah pengunjung
menampakkan wajah gantungan dalam
 Bicara dengan nada rendah dan
6. Konsentrasi merawat diri
tenang
7. Tidur sehingga dapat
 Lakukan kegiatan pengalihan
8. Kontak mata memenuhi
terhadap sumber agitasi
9. Gairah aktivitas kebutuhan hygiene
 Cegah perilaku pasif dan agresif
10. Aktif 5. Dapat membantu
 Beri penguatan positif terhadap
11. Percaya diri berbicara klien
keberhasilan mengendalikan
12. Perilaku asertif mengembalikan
perilaku
13. Kemampuan membuat kekuatan secara
 Lakukan pengekangan fisik
keputusan bertahap dan
sesuai indikasi
14. Perasaan malu menambah
menurun  Hindari bersikap menyudutkan kemandirian
15. Perasaan bersalah dan menghentikan pembicaraan dalam memenuhi
menurun  Hindari sikap mengancam dan kebutuhannya
16. Perasaan tidak mampu berdebat
melakukan apapun  Hindari berdebat atau menawar
menurun batas perilaku yang telah
17. Meremehkan ditetapkan
kemampuan mengatasi Edukasi
masalah menurun  Informasikan keluarga bahwa
18. Ketergantungan pada keleuarga sebagai dasar
penguatan secara pembentukan kognitif
berlebihan menurun
19. Pencarian penguatan
secara berlebihan
menurun
3 Resiko Setelah dilakukan tindakan Pencegahan perilaku kekerasan 1. Dapat
perilaku keperawatan selama 3x24 Observasi menyebabkan
kekerasan b.d jam klien dapat terhindar  Monitor adanya benda yang peluang untuk
penganiayaan dari mencederai diri, orang berpotensi membahayakan (mis. melakukan tindak
atau lain dan lingkungan Benda tajam, tali) kekerasan
pengabaian Kriteria hasil :  Monitor keamanan barang yang 2. Mencegah
anak 1. Verbalisasi ancaman dibawa oleh pengunjung tindakan yang
kepada orang lain  Monitor selama penggunaan berbahaya
2. Verbalisasi umpatan barang yang dapat 3. Ungkapan
3. Perilaku menyerang membahayakan (mis. Pisau perasaan dapat
4. Perilaku melukai diri cukur) memeberikan rasa
sendiri/orang lain Terapeutik lega sehingga
5. Perilaku merusak  Pertahankan lingkungan bebas mengurangi
lingkungan sekitar dari bahaya secara rutin kecemasan
6. Perilaku agresif/amuk  Libatkan keluarga dalam 4. Membuat perasaan
suara keras perawatan lebih rileks,
7. Bicara ketus Edukasi sehingga bisa
8. Verbalisasi keinginan  Anjurkan pengunjung dan mengontrol diri
bunuh diri keluarga untuk mendukung
9. Verbalisasi isyarat keselamatan pasien
bunuh diri  Latih cara mengungkapkan
10. Verbalisasi ancaman perasaan secara asertif
bunuh diri  Latih mengurangi kemarahan
11. Verbalisasi rencana secara vebal dan nonverbal (mis.
bunuh diri Relaksasi, bercerita
12. Verbalisasi kehilangan
hubungan yang penting
13. Perilaku merencanakan
bunuh diri
14. Euforia
15. Alam perasaan depresi

Implementasi

No Diagnosa Implementasi Evaluasi


1 Defisit perawatan 1. Mendiskusikan bersama S : Klien mengatakan sudah bisa
diri b/d penurunan klien pentingnya
melakukan perawatan diri secara
motivasi/minat kebersihan diri dengan
cara menjelaskan mandiri
pengertian tentang arti
O : Penampilanya sudah nampak
bersih dan tanda- tanda
bersih rapih
2. Menganjurkan klien untuk
A : Defisit perawatan diri teratasi
mandi dan ganti baju dan
ganti baju setiap hari P : Hentikan intervensi
3. Memonitor klien untuk
mandi 2x sehari dan ganti
baju
4. Menjelaskan tempat
BAB/BAK yang sesuai
2 Harga diri rendah 1. Membina hubungan saling S : Klien mengatakan sedikit
b/d percaya : salam
berani uantuk berinteraksi dengan
ketidakadekuatan terapeutik, perkenalan diri,
pemahaman 2. Menjelaskan tujuan orang lain
interaksi, ciptakan
O : Sudah berani berinteraksi
lingkungan yang tenang,
3. Memberi kesempatan pada dengan lingkungan sekitar
klien untuk
A : Harga diri rendah teratasi
mengungkapkan
perasaannya sebagian
4. Mendiskusikan
P ; Lanjutkan intervensi 1-5
kemampuan dan apek
positif yang dimiliki
5. Merencanakan bersama
klien aktivitas yang dapat
dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
3 Resiko perilaku 1. Monitor adanya benda S : Klien mengatakan bahwa ia
kekerasan b/d yang berpotensi
sekarang lebih bisa mengontrol
penganiayaan atau membahayakan
pengabaian anak 2. Mempertahankan emosi
lingkungan bebas bahaya
O : Tampak lebih tenang
secara rutin
3. Melatih cara A : Resiko perilaku kekerasan
mengungkapkan perasaan
teratasi
secara asertif
4. Melatih mengurangi P : Hentkan Intervensi
kemarahan secara verbal
dan nonverbal

BAB III
PENUTUP
3.4 SIMPULAN

Berdasarkan laporan di atas, anak jalanan adalah anak yang berusia 5 – 18


tahun yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah dan atau
berkeliaran di jalanan maupun ditempat – tempat umum. Munculnya anak jalanan
disebabkan adanya beberapa faktor di antaranya kesulitan ekonomi,
ketidakharmonisan keluarga, suasana lingkungan yang kurang mendukung, dan
rayuan kenikmatan kebebasan mengatur hidup sendiri. Permasalahan anak jalanan ini
dapat ditanggulangi dengan 3 jenis model yaitu family base, institutional base dan
multi-system base. Tindakan penanganan permasalahan anak jalanan ini dapat
dilakukan melaui kerjasama antara pihak pemerintah dan masyarakat.

3.5 SARAN

Berbagai pihak perlu melaksanakan program integratif yang diarahkantidak


saja bagi anak jalanan, tetapi juga keluarga dan lingkungan di manamereka
tinggal.Bagi anak jalanan, mereka perlu dilibatkan dalam program pendidikan khusus
yangdapat membuka wawasan mereka mengenai masadepan. Bagi keluarga, terutama
orang tua, perlu diberikan penyuluhan yangdapat meluruskan persepsi mereka
mengenai kedudukan anak di dalamkeluarga, lingkungan dan masyarakat. Disamping
itu program pengembangansentra ekonomi di daerah asal mereka perlu dikembangkan
agar mereka dapatmemenuhi kebutuhan dasarnya dan tidak memposisikan kota
sebagai satu-satunya tempat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Anda mungkin juga menyukai