Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PROBLEMA KESENJANGAN KOMUNIKASI


DALAM KELUARGA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Bimbingan Konseling Keluarga Sakinah

Dosen Pengampu:

Dr. Ragwan Albaar, M.Fil.I

Disusun oleh:

Reta Wahyu O. (B03219050)


Noer Hayati (B93219138)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Problema Kesenjangan
Komunikasi dalam Keluarga” ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya penulis tidak
mungkin akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Dr.
Ragwan Albaar, M.Fil.I pada mata kuliah Bimbingan Konseling Keluarga Sakinah, program
studi Bimbingan Konseling Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang “Problema Kesenjangan Komunikasi dalam Keluarga” bagi pembaca dan
juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
membimbing kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini. Penulis menyadari, makalah
yang dptulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat penulis butuhkan demi kesempurnaan makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sidoarjo, 25 September 2022

Penulis

Problema Kesenjangan Komunikasi dalam Keluarga | i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
C. Tujuan .................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesenjangan Komunikasi dalam Keluarga ....................................... 3


B. Hambatan Komunikasi Keluarga ......................................................................... 5
C. Pola Komunikasi Keluarga .................................................................................. 6
D. Efektivitas Komunikasi dalam Interaksi Keluarga .............................................. 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 10
B. Saran .................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 11

Problema Kesenjangan Komunikasi dalam Keluarga | ii


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia sebagai pribadi maupun makhluk social akan saling berkomunikasi dan
saling mempengaruhi satu sama lain dalam hubungan yang beraneka ragam, dengan
gaya dan cara yang berbeda pula. Komunikasi merupakan dasar dari seluruh interaksi
antar manusia. Interaksi manusia baik antara perorangan, kelompok maupun organisasi
tidak mungkin terjadi tanpa komunikasi. Begitupun dalam interaksi keluarga, baik antar
pribadi anggota keluarga, orang tua dengan anak maupun dengan keluarga yang lain
sebagai perorangan, kelompok maupun sebagai keluarga itu sendiri.
Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi dalam sebuah keluarga,
yang merupakan cara seorang anggota keluarga untuk berinteraksi dengan anggota
keluarga lainnya, selain itu kemunikasi keluarga sebagai wadah dalam membentuk dan
mengembangkan nilainilai yang dibutuhkan sebagai pegangan hidup. Komunikasi
dalam keluarga juga dapat diartikan sebagai kesiapan membicarakan dengan terbuka
setiap hal dalam keluarga baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan,
juga siap menyelesaikan masalah-masalah dalam keluarga dengan pembicaraan yang
dijalani dalam kesabaran dan kejujuran serta keterbukaan.
Jika dalam sebuah keluarga tidak dapat menjaga komunikasi atar terjadi hambatan
dalam komunikasi, maka akan mempengaruhi beberapa aspek dalam kehidupan
keluarga tersebut. Harmonisnya hubungan antara suami dan istri atau hubungan antara
orangtua dan anak akan terlihat dari seberapa berhasilnya komunikasi yang terjalin
dalam keluarga tersebut.
Oleh karena itu, makalah ini dibuat untuk memahami lebih jauh mengenai
problema kesenjangan komunikasi dalam keluarga. Diharapkan baik pembaca atau
penulis mengerti dan memahami dengan apa yang dijelaskan dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kesenjangan komunikasi dalam keluarga?
2. Bagaimana hambatan komunikasi keluarga?
3. Apa saja pola komunikasi keluarga?
4. Bagaimana efektivitas komunikasi dalam keluarga?

Problema Kesenjangan Komunikasi dalam Keluarga | 1


C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian kesenjangan komunikasi dalam keluarga
2. Untuk memahami hambatan komunikasi keluarga
3. Untuk mengetahui apa saja pola komunikasi keluarga
4. Untuk memahami efektivitas komunikasi dalam keluarga

Problema Kesenjangan Komunikasi dalam Keluarga | 2


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian kesenjangan komunikasi dalam keluarga

Menurut kamus Communication and Media Studies, kesenjangan komunikasi


berarti terjadinya kelangkaan proses dan kegiatan komunikasi antar individu, kelompok,
dan masyarakat pada umumnya. Akibatnya, muncul sikap tidak saling mengenal satu
sama lain baik dari sisi orientasi, kepentingan, gaya hidup, harapan dan cita-citanya.
Saling memahami merupakan pilar bagi terwujudnya masyarakat yang kohesif dan
harmonis. Hal tersebut merupakan langkah awal agar terciptanya sikap saling
menerima, membangun kerja sama dan sinergi yang saling menguntungkan baik antar
individu, antar kelompok dan antar bangsa.

Kesenjangan komunikasi bisa berakibat makin tumbuhnya prasangka individual


dan sosial yang berdampak pada beberapa perilaku sosial yang bisa melahirkan konflik,
disharmoni dan disintegrasi sosial. Pertama, prasangka sosial akan menjadi hambatan
bagi terciptanya usaha saling berinteraksi dan berkomunikasi. Orang yang punya
prasangka negatif terhadap pihak lain, akan sulit berinteraksi dan berkomunikasi,
karena masing-masing merasa punya perbedaan baik dalam nilai, sikap dan perilaku.
Kedua, prasangka negatif bisa melahirkan sikap merasa terancam oleh pihak lain.
Karena itu, ada kencenderungan perilaku antar pihak yang saling menegaskan dan
menafikan. Ketiga, prasangka juga bisa melahirkan sikap tidak percaya akan maksud
dan niat baik pihak lain. Karena itu, kalaupun terjadi komunikasi, isi pesan tidak
mungkin terbuka sepenuhnya. Artinya, substansi pesan bisa disembunyikan dan yang
keluar hanyalah pesan yang bersifat permukaan saja. Keempat, prasangka juga bisa
melahirkan lebarnya jarak fisik dan sosial sehingga satu sama lain, mencari tempat yang
relatif jauh dan terpisah.1

Komunikasi dalam keluarga adalah komunikasi yang tertata melalui aturan pada
budaya keluarga itu sendiri, yang dibangun oleh orangtua untuk membentuk karakter
anak dan teladan orangtua. Pada setiap keluarga, komunikasi dapat dibina dengan baik
melalui pola komunikasi yang terdapat pada praktik sehari-hari yang biasa dilakukan

1
Dedy Djamaluddin Malik, Kesenjangan Komunikasi dan Kenakalan Remaja, dikutip dari
http://www.stikombandung.ac.id/file/karya_ilmiah_1562121819.pdf, pada tanggal 26 Maret 2022, hal. 2

Problema Kesenjangan Komunikasi dalam Keluarga | 3


keluarga tersebut, sehingga apa yang didapat pada cara berkomunikasi sehari-hari
dalam kehidupan berkeluarga dapat diimplementasikan dalam kehidupan
bermasyarakat.2

Menurut Fitzpatrick menjelaskan bahwa komunikasi keluarga tidaklah bersifat


acak (random), tetapi sangat berpola berdasarkan atas skema tertentu yang menentukan
bagaimana anggota keluarga berkomunikasi satu dengan lainnya. Morrisan,
mengemukakan bahwa suatu skema keluarga mencakup jenis orientasi tertentu dalam
berkomunikasi. Terdapat dua jenis orientasi penting, yaitu :

1. Orientasi percakapan
Orientasi percakapan berasumsi bahwa setiap anggota keluarga memiliki
kebebasan untuk menyampaikan gagasan dan pikirannya. Keluarga yang memiliki
skema percakapan tinggi akan selalu senang berbicara atau ngobrol.
2. Orientasi kepatuhan
Orientasi kepatuhan menjelaskan bahwa keluarga memiliki dan menjalankan cara
hidup, pandangan, perilaku, dan nilainilai kehidupan yang sama.3

Dalam proses komunikasi banyak hambatan yang dapat membuat komunikasi


tidak berjalan dengan baik. Inilah yang akhirnya menimbulkan kesenjangan dalam
berkomunikasi. Kesenjangan komunikasi disebabkan antara lain yaitu:

1. Kurang respect, jika orang tua memarahi atau mengkritik anak, lakukan itu dengan
penuh hormat atau respek terhadap harga diri anak
2. Kurang Emphaty, orang tua perlu saling memahami dan mengerti keberadaan,
perilaku dan keiinginan dari anak. Jadi sebelum membangun komunikasi dengan
anak orang tua perlu mengerti dan memahami dengan rasa empati
3. Tidak terbuka, sebagai orang tua kita harus mengembangkan sikap terbuka,
sehingga membantu menimbulkan sikap percaya diri pada karena tanpa
keterbukaan dapat menimbulkan kecurigaan hingga berakhir pada kesenjangan
komunikasi

2
Mark Febri Rincap, “Pentingnya Komunikasi Orangtua Pada Anak Dalam Menggunakan Bahasa
Tontemboan Di Desa Kanonang 1 Kecamatan Kawangkoan Barat”, Acta Diurna, Vol. VI, No. 2, (2017),
hal. 4.
3
Andy Corry Wardhany dan Morissan, Teori Komunikasi (Tentang Komunikatir, Pesan, Percakapan, dan
Hubungan), (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), hal. 183.

Problema Kesenjangan Komunikasi dalam Keluarga | 4


4. Terakhir tidak belajar rendah hati, dengan menghargai anak saat berbicara, mau
mendengar, menerima kritik, akan menciptakan komunikasi yang efektif.4

B. Hambatan Komunikasi Keluarga


Penyebab hancurnya komunikasi sangat beragam. Salah satunya adalah karena
ketimpangan komunikasi antara istri dan suami. Di satu sisi suami sangat ekstrovet,
sementara istri cenderung pendiam dan cuek kepada suami. Keluarga yang lain istri
terlalu sibuk sementara suami lebih banyak santai, sehingga suami merasa tidak
diacuhkan. Kasus-kasus tersebut mendorong suami/isteri mencari peluang untuk
mendapatkan perhatian dari orang lain. Hal yang demikianlah yang menyebabkan
terjadilah perceraian dan oleh karenanya, mucul perpisahan. Perpisahan inilah yang
menyebabkan komunikasi terganggu antara anak dengan orangtua terutama ayah karena
pada umumnya anak cenderung mengikuti ibu daripada ayah.
Berbagai hambatan yang timbul dalam komunikasi, yaitu : kebisingan, keadaan
psikologis komunikan, kekurangan komunikator atau komunikan, kesalahan penilaian
oleh komunikator, keterbatasan pengetahuan komunikator atau komunikan, bahasa, isi
pesan berlebihan, bersifat satu arah, faktor teknis, kepentingan atau interes, prasangka,
serta cara penyajian yang verbalistis.
Kegagalan komunikasi suami-istri berdampak pada anak-anak yang sebenarnya
mereka tidak bersalah, namun harus menanggung keegoisan orangtua mereka. Pada
umumnya, ketika terjadi konflik di keluarga, mereka tidak mencari solusi dari gejala-
gejala keretakan komunikasi. Mereka juga tidak berusaha untuk tetap mempertahankan
hubungan sebagai suami dan istri atau sebagai orangtua dari anak-anak mereka. Mereka
cenderung tidak menyadari bahwa perilaku komunikasi verbal maupun non-verbal akan
dicontoh oleh anak-anak mereka.
Pada umumnya penyebab keretakan rumah tangga terletak pada komunikasi yang
tidak lancar, komunikasi yang mendominasi atau pesan yang tak tersampaikan dan tidak
adanya pemahaman akan bahasa kasih yang dimiliki oleh masing-masing pihak. Oleh
karena itu, anak-anak juga meniru perilaku orang tuanya seperti yang dikatakan dalam
teori pembelajaran oleh Albert Bandura.5 Pengalaman orang tua sering membayangi

4
Yossita Wisman, “Komunikasi Efektif Dalam Dunia Pendidikan”, Jurnal Nomosleca, Vol. 3, No. 2, (Oktober
2017), hal. 651.
5
Albert Bandura, A social learning analysis. Englewood Cliffs, (NJ:Prentice-Hall, 1973), hal. 660

Problema Kesenjangan Komunikasi dalam Keluarga | 5


anak dalam memilih pasangan hidup. Anak menjadi lebih mandiri dan dewasa lebih
awal karena keadaan.6

C. Pola Komunikasi Keluarga

Rogers dan Kincaid menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana
dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama
lain,yang terjadi saling pengertian yang mendalam. Djamarah mengungkapkan bahwa
pola komunikasi dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih
dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang
dimaksud dapat dipahami.

Noller dan Flitzpatrick berpendapat bahwa komunikasi keluarga sebagai proses


mengembangkan interriset partisipantivitas (intersubjecttivity) dan pengaruh (impact)
lewat pengguna simbol antara kelompok akrab yang memunculkan perasaan rumah
(sense of home) dan identik kelompok, lengkap dengan ikatan kuat kesetiaan dan emosi,
dan mengalami masa lalu dan masa depan. partisipantivitas (intersubjectivity) adalah
pembentukan arti yang dibagi atau proses untuk mengerti pihak lain dan dimengerti oleh
mereka. Pengaruh (impact) adalah tingkatefektivitas suatu pesan alam mengubah
kognisi, emosi, dan perilaku penerima. Pola komunikasi merupakan suatu sistem
penyampaian pesan melalui lambang tertentu, mengandung arti, dan pengoperan
perangsang untuk mengubah tingkah laku individu lain.

Mc Leod dan Chaffe membagi komunikasi keluarga kedalam empat pola yaitu:

1. Komunikasi keluarga dengan pola laisses-faire, dengan ditandai rendahnya


komunikasi yang berorientasi konsep, artinya anak tidak diarahkan untuk
mengembangkan diri secara mandiri, dan juga rendah dalam komunikasi yang
berorientasi sosial. Artinya anak tidak membina keharmonisan hubungan dalam
bentuk interaksi dengan orangtua. Anak maupun orangtua kurang atau tidak
memahami objek komunikasi, sehingga dapat menimbulkan komunikasi yang
salah.
2. Komunikasi keluarga dengan pola protektif, ditandai dengan rendahnya
komunikasi dalam orientasi konsep, tetapi tinggi komunikasinya dalam orientasi

6
Yulita Daru Priliantari, dkk., “Dinamika Komunikasi dalam Keluarga”, Ilmu Komunikasi dan Bisnis, Vol. 3
No. 1, (Oktober 2017), hal. 21-22

Problema Kesenjangan Komunikasi dalam Keluarga | 6


sosial. Kepatuhan dan keselarasan sangat dipentingkan. Anak-anak yang berasal
dari keluarga yang menggunakan pola protektif dalam berkomunikasi mudah
dibujuk, karena mereka tidak belajar bagaimana membela atau mempertahankan
pendapat sendiri.
3. Komunikasi keluarga dengan pola pluralistic, merupakan bentuk komunikasi
keluarga yang menjalankan model komunikasi yang terbuka dalam membahas ide-
ide dengan semua anggota keluarga, menghormati minat anggota lain dan saling
mendukung.
4. Komunikasi keluarga dengan pola konsensual, keluarga dengan pola konsensual,
ditandai dengan adanya musyawarah mufakat.7

Devito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book mengungkapkan


empat pola komunikasi keluarga pada umumnya,8 yaitu:

1. Pola komunikasi persamaan (equality pattern). Tiap individu membagi kesempatan


komunikasi secara merata dan seimbang, peran yang dimainkan tiap orang dalam
keluarga adalah sama. Tiap orang dianggap sederajat dan setara kemampuannya,
bebas mengemukakan ide, opini, dan kepercayaan. Komunikasi yang terjadi
berjalan dengan jujur, terbuka, langsung, dan bebas dari pemisahan kekuasaan yang
terjadi pada hubungan antarpribadi lainnya.
2. Pola komunikasi seimbang terpisah (balance split pattern). Persamaan hubungan
tetap terjaga, namun dalam pola ini tiap orang memegang kontrol dalam bidangnya
masing-masing. Tiap orang dianggap sebagai ahli dalam wilayah yang berbeda.
Sebagai contoh, suami dipercaya untuk mencari nafkah untuk keluarga dan istri
mengurus anak dan memasak. Konflik yang terjadi tidak dianggap sebagai
ancaman karena tiap orang memiliki wilayah sendiri-sendiri. Namun tidak ada
pihak yang dirugikan oleh konflik tersebut karena masing-masing memiliki
wilayahnya sendiri
3. Pola komunikasi tak seimbang terpisah (unbalanced split pattern). Dalam pola ini
satu orang mendominasi, satu orang dianggap sebagai ahli lebih dari setengah
wilayah komunikasi timbal-balik. Satu orang yang mendominasi ini sering

7
Afrina Sari, “Pola Komunikasi Keluarga, Fungsi Sosialisasi dan Bentuk Komunikasi Yang Telah Terjadi
Dalam Keluarga Di Perumahan Dan Perkampungan Kota Bekasi”, Makna, Vol. 1, No. 2, (September 2010),
hal. 8.
8
J. Devito, Komunikasi Antar Manusia, (Jakarta: Profesional Books, 2007), hal. 277-278

Problema Kesenjangan Komunikasi dalam Keluarga | 7


memegang kontrol. Dalam beberapa kasus, orang yang mendominasi ini lebih
cerdas atau berpengetahuan lebih, namun dalam kasus lain orang itu secara fisik
lebih menarik atau berpenghasilan lebih besar. Pihak yang mendominasi
mengeluarkan pernyataan tegas, memberi tahu pihak lain apa yang harus
dikerjakan, memberi opini dengan bebas, memainkan kekuasaan untuk menjaga
kontrol, dan jarang meminta pendapat yang lain kecuali untuk mendapatkan rasa
aman bagi egonya sendiri atau sekedar meyakinkan pihak lain akan kehebatan
argumennya. Sebaliknya, pihak yang lain bertanya, meminta pendapat dan
berpegang pada pihak yang mendominasi dalam mengambil keputusan.
4. Pola komunikasi monopoli (monopoly pattern). Pola komunikasi keluarga model
ini terdapat orang yang memegang kontrol, yang lebih sering memerintah daripada
berkomunikasi, memberi wejangan daripada mendengarkan umpan balik orang
lain. Pemegang kekuasaan tidak pernah meminta pendapat, dan ia berhak atas
keputusan akhir. Maka jarang terjadi perdebatan karena semua sudah mengetahui
siapa yang akan menang. Karena jarang terjadi perdebatan itulah maka bila ada
konflik masing-masing tidak tahu bagaimana mencari solusi bersama secara baik-
baik. Mereka tidak tahu bagaimana mengeluarkan pendapat atau mengungkapkan
ketidaksetujuan secara benar, maka perdebatan akan menyakiti pihak yang
dimonopoli. Pemegang kekuasaan mendapat kepuasan dengan perannya tersebut
dengan cara menyuruh, membimbing, dan menjaga pihak lain, sedangkan pihak
yang lain mendapatkan kepuasan lewat pemenuhan kebutuhannya dan dengan tidak
membuat keputusan sendiri sehingga ia sama sekali tidak akan menanggung
konsekuensi dari keputusan tersebut.

D. Efektivitas Berkomunikasi dalam Interaksi Keluarga


Komunikasi dalam interaksi keluarga yang dianggap penting untuk mencapai
tujuan tertentu, biasanya direncanakan dan diutamakan. Komunikasi dikatakan berhasil
kalau menghasilkan sesuatu yang diharapkan. Komunikasi demikian harus dilakukan
dengan efektif. Orang tua sebagai pemimpin dalam keluarga, dapat berperan sebagai
komunikator atau dapat menunjuk salah seorang anggota keluarga menjadi
komunikator. Fungsi komunikator adalah menyediakan sumber informasi. Selanjutnya
menjaring dan mengevaluasi informasi yang tersedia dan mengolah informasi ke dalam
suatu bentuk yang cocok dengan bagi beberapa anggota keluarga sebagai penerima

Problema Kesenjangan Komunikasi dalam Keluarga | 8


informasi. Peranan utama komunikator adalah menciptakan suasana yang baik dalam
proses komunikasi tersebut. Anggota keluarga lainnya menjadi komunikan yang aktif
berpartisipasi.
1. Dalam komunikasi, harus ada kemauan antara komunikator dan komunikan, tidak
setengah-tengah dalam berlangsungnya komunikasi
2. Komunikasi akan mencapai hasil yang diharapkan apabila komunikator dapat
mempengaruhi dan mengubah perilaku orang lain
3. Pesan-pesan dalam komunikasi harus dapat dimengerti, difahami dan menjadi jelas
4. Komunikasi yang baik terjadi keselarasan dan kesesesuaian antara pesan dan
umpan balik
5. Komunikasi yang berhasil yaitu pesan yang diterima komuikan sesuai dengan
maksud pesan yang dikirim komunikator. Komunikasi yang berhasil menggunakan
komunikasi dua arah.
Komunikasi yang efektif menurut Cutlip dan Center, komunikasi yang efektif
harus dilaksanakan dengan melalui empat tahap,9 yaitu :
1. Fact finding: Untuk berbicara perlu dicari fakta dan ata tentang komunikan
berkenaan dengan keinginan dan komposisinya
2. Planning: rencana tentang apa yang akan dikemukakan dan bagaimana
mengemukakannya berdasarkan fakta dan data yang diperoleh
3. Communicating: berkomunikasi berdasarkan planning yang telah disusun
4. Evaluation: Penilaian dan analisis untuk melihat hasil komunikasi tersebut.
Efek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, dalam bentuk sikap dan tingkah
laku. Komunikasi yang efektif, yaitu sikap dan tingkah laku itu sesuai dengan yang
diharapkan dari komunikasi tersebut.Prosedur yang dapat ditempuh untuk mendapat
efek yang baik dari komunikasi menurut Wilbur Schraam yang disebut sebagai
Procedur A – A, yaitu: proses dari attention ke action. Komunikasi dalam interaksi
keluarga, pertama harus dibangkitkan dulu Attention (perhatian) anggota keluarga
dengan berbagai cara, kemudian Interest (kepentingan) yang disampaikan, sesuai
dengan kebutuhan keluarga atau anggota keluarga. Selanjutnya kembangkan keinginan-
keinginan anggota kaluarga sehingga timbul Decision (keputusan) untuk melakukan
pesan yang diharapkan. Proses terakhir dari keputusan itu muncul Action (tindakan).10

9
Scott M. Cutlip, dkk., Effective Public Relations, Edisi Kesembilan. (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 51
10
Cecep Darmawan, Komunikasi dan interaksi keluarga, (Bandung : PKK FPTK UPI, 2007), hal. 12-13

Problema Kesenjangan Komunikasi dalam Keluarga | 9


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesenjangan komunikasi berarti terjadinya kelangkaan proses dan kegiatan
komunikasi antar individu, kelompok, dan masyarakat pada umumnya. Kesenjangan
komunikasi bisa berakibat makin tumbuhnya prasangka individual dan sosial yang
berdampak pada beberapa perilaku sosial yang bisa melahirkan konflik, disharmoni dan
disintegrasi sosial.
Penyebab hancurnya komunikasi sangat beragam. Berbagai hambatan yang
timbul dalam komunikasi, yaitu : kebisingan, keadaan psikologis komunikan,
kekurangan komunikator atau komunikan, kesalahan penilaian oleh komunikator,
keterbatasan pengetahuan komunikator atau komunikan, bahasa, isi pesan berlebihan,
bersifat satu arah, faktor teknis, kepentingan atau interes, prasangka, serta cara
penyajian yang verbalistis.
Menurut Mc Leod dan Chaffe empat pola komunikasi keluarga yaitu pola laisses-
faire, pola protektif, pola pluralistic, serta pola konsensual. Sedangkan menurut Devito
empat pola komunikasi keluarga yaitu Pola komunikasi persamaan (equality pattern),
Pola komunikasi seimbang terpisah (balance split pattern), Pola komunikasi tak
seimbang terpisah (unbalanced split pattern), serta Pola komunikasi monopoli
(monopoly pattern).
Komunikasi dikatakan berhasil kalau menghasilkan sesuatu yang diharapkan.
Komunikasi demikian harus dilakukan dengan efektif. Orang tua sebagai pemimpin
dalam keluarga, dapat berperan sebagai komunikator atau dapat menunjuk salah
seorang anggota keluarga menjadi komunikator. Selanjutnya menjaring dan
mengevaluasi informasi yang tersedia dan mengolah informasi ke dalam suatu bentuk
yang cocok dengan bagi beberapa anggota keluarga sebagai penerima informasi.

B. Saran
Penulis menyadari makalah diatas masih banyak kesalahan dan minimnya
penjelasan karena tidak mencari materi dari berbagai sumber. Sehingga pemakalah akan
berusahan mencari lebih banyak referensi untuk makalah yang lebih baik dan agar
materi tersampaikan dengan baik kepada pembaca.

Problema Kesenjangan Komunikasi dalam Keluarga | 10


DAFTAR PUSTAKA

Bandura, Albert. 1973. A social learning analysis. Englewood Cliffs. NJ:Prentice-Hall

Cutlip, Scott M. dkk. 2009. Effective Public Relations. Edisi Kesembilan. Jakarta: Kencana

Darmawan, Cecep. 2007. Komunikasi dan interaksi keluarga. Bandung : PKK FPTK UPI

Devito, J. 2007. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Profesional Books

Malik, Dedy Djamaluddin. Kesenjangan Komunikasi dan Kenakalan Remaja. dikutip dari
http://www.stikombandung.ac.id/file/karya_ilmiah_1562121819.pdf pada tanggal 26
Maret 2022

Priliantari, Yulita Daru. dkk. 2017. “Dinamika Komunikasi dalam Keluarga”. Ilmu
Komunikasi dan Bisnis. Vol. 3. No. 1. (Oktober)

Rincap, Mark Febri. 2017. “Pentingnya Komunikasi Orangtua Pada Anak Dalam
Menggunakan Bahasa Tontemboan Di Desa Kanonang 1 Kecamatan Kawangkoan
Barat”. Acta Diurna. Vol. VI. No. 2

Sari, Afrina. 2010. “Pola Komunikasi Keluarga, Fungsi Sosialisasi dan Bentuk Komunikasi
Yang Telah Terjadi Dalam Keluarga Di Perumahan Dan Perkampungan Kota Bekasi”.
Makna. Vol. 1. No. 2. (September)

Wardhany, Andy Corry dan Morissan. 2013. Teori Komunikasi (Tentang Komunikatir,
Pesan, Percakapan, dan Hubungan). Bogor: Ghalia Indonesia

Wisman, Yossita. 2017. “Komunikasi Efektif Dalam Dunia Pendidikan”. Jurnal Nomosleca.
Vol. 3. No. 2. (Oktober)

Problema Kesenjangan Komunikasi dalam Keluarga | 11

Anda mungkin juga menyukai