Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“PENGERTIAN KOMUNIKASI DALAM KELUARGA”

(Mata Kuliah : Komunikasi Dalam Keluarga)

Dosen Pengampu :

Budi Herti, S.Pd.I., M.Pd.I


 

Disusun oleh :

Febby Kurnia Putri

Fadli Hardiansyah

Triyah Rahayu
BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

SEMESTER VI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’ARIF JAMBI


TAHUN AKADEMIK 2022/2023
 

X
KATA PENGANTAR 

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Pengertian Komukasi Dalam Keluarga” ini tepat pada waktunya.

Adapun  tujuan  dari  penulisan  dari  makalah  ini  adalah untuk


memenuhi  tugas ibu Budi Herti, S.Pd.I .,M.Pd.I sebagai dosen pengampu di
mata kuliah Komunikasi Dalam Keluarga. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Pengertian Komukasi Dalam
Keluarga bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak selaku dosen pengampu


mata kuliah ini yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang Kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga Kami dapat menyelesaikan
makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang Kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan Kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jambi, 19 Januari  2023

                                                                                                          Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1

A. LATAR BELAKANG.........................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................1
C. TUJUAN MASALAH.........................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2

A. PENGERTIAN KOMUNIKASI DALAM KELUARGA...................2


B. TUJUAN KOMUNIKASI DALAM KELUARGA.............................7
C. MANFAAT DAN RUANG LINGKUP KOMUNIKASI
DALAM KELUARGA..............................................................11

BAB III PENUTUP.........................................................................................15

A. KESIMPULAN...................................................................................15
B. SARAN...............................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik dan


silih berganti, bisa dari orang tua ke anak atau dari anak ke orang tua, atau dari
anak ke anak. Awal terjadinya komunikasi karena ada sesuatu pesan yang ingin
disampaikan. Pola komunikasi dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua
orang atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat
sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Pola komunikasi yang dibangun
akan mempengaruhi pola asuh orang tua. Dengan pola komunikasi yang baik
diharapkan akan tercipta pola asuh yang baik.

Kegiatan pengasuhan anak akan berhasil dengan baik jika pola komunikasi
yang tercipta dilambari dengan cinta dan kasih sayang dengan memposisikan anak
sebagai subjek yang harus dibina, dibimbing, dididik, dan bukan sebagai subjek
semata ( Djamarah, 2004: 1). Keluarga dan pendidikan adalah dua istilah yang
tidak dapat dipisahkan. Muncullah istilah pendidikan keluarga yang mempunyai
arti pendidikan yang berlangsung dalam keluarga yang dilaksanakan oleh orang
tua sebagai tugas dan tanggung jawabnya dalam mendidik anak dalam keluarga.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Komunikasi Dalam Keluarga?
2. Apa Tujuan Komunikasi Dalam Keluarga?
3. Apa Manfaat Dan Ruang Lingkup Komunikasi Dalam Keluarga?

C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk Mengetahui Pengertian Komunikasi Dalam Keluarga
2. Untuk Mengetahui Tujuan Komunikasi Dalam Keluarga
3. Untuk Mengetahui Manfaat Dan Ruang Lingkup Komunikasi Dalam
Keluarga

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KOMUNIKASI DALAM KELUARGA

Keluarga merupakan panggilan bagi beberapa orang yang melakukan


kegiatan bersama – sama, mereka bekerja keras bersama dan memprioritaskan
kepentingan keluarga atau bersama diatas kepentingan pribadi. Keluarga
terbentuk oleh terjadinya suatu hubungan seperti pernikahan, hubungan darah
atau keluarga yang terbentuk dengan hubungan adopsi. Konsep keluarga
terbentuk dari hubungan misalnya, pernikahan, darah, adopsi. Adanya
hubungan – hubungan tersebutlah yang kemudian memunculkan adanya
proses komunikasi dalam suatu keluarga. Komunikasi menghubungkan antara
individu dengan individu lainnya dalam keluarga.1

Menurut Fitzpatrick dan koleganya dalam Stephen W. Littlejohn


(2014:288) komunikasi keluarga tidak terjadi secara acak, tapi berdasarkan
skema – skema tertentu sehingga menentukan bagaimana anggota keluarga
saling berkomunikasi. Skema tersebut tentang pengetahuan seberapa dekat
keluarga tersebut, seberapa tingkat individualitasnya dan beberapa faktor
eksternal keluarga (teman, pekerjaan, jarak geografis dan lain – lain). Skema
keluarga akan mencakup bentuk komunikasi tertentu. Ada dua tipe, pertama
adalah orientasi percakapan (conversation orientation), yang kedua orientasi
kesesuaian (conformity orientation).2 Kedua tipe tersebut adalah variabel,
sehingga setiap keluarga memiliki skema yang berbeda tergantung jumlah
percakapan dan kesesuaian yang dicakup keluarga tersebut. Keluarga yang
memiliki skema obrolan yang tinggi maka mereka senang berbicara 9 dan
berdiskusi, sebaliknya keluarga dengan skema obrolan dalam percakapan yang
rendah cenderung tidak sering berbicara atau berdiskusi hanya seperlunya jika
ada hal penting yang harus dibicarakan. Keluarga dengan skema kesesuaian
yang tinggi mereka akan selalu berjalan berdampingan dalam keluarga,
1
Stanly J. Baran, Introduction Mass Communication: Media Literacy and Culture, (New York:
McGraw-Hill, 2009), hal. 4.
2
Suharsimi Arikunto, Organisasi Dan Administrasi, (Jakarta: Grafindo Persada, 1993), hal. 207.

2
3

maksudnya selalu ada pemimpin yaitu orangtua, sedangkan skema kesesuaian


yang rendah akan cenderung masing – masing dari mereka individualitasnya
tinggi.

Berbagai skema akan menciptakan tipe keluarga yang berbeda,


menurut Fitzpatrick dan koleganya ada empat tipe keluarga yaitu konsensual,
pluralistik, protektif dan toleran. Empat tipe tersebut juga dipengaruhi oleh
tipe pernikahan orangtua, tradisioanal, mandiri dan terpisah. Tipe keluarga
yang pertama adalah konsensual yaitu keluarga yang sering berbicara, tapi
pemimpin keluarga biasanya salah satu orangtua dan yang membuat
keputusan. Orangtua keluarga konsensual biasanya memiliki orientasi yang
tradisional. Misalnya sebagai seorang istri, istri yang tradisional akan
memakai nama suaminya. Data penelitian menyatakan bahwa dalam
pernikahan tradisional tidak terlalu banyak terjadi konflik. Tipe keluarga yang
kedua adalah pluralistik, karakteristik keluarga ini adalah tinggi dalam
percakapan tapi rendah dalam kesesuaian.3

Orangtua dalam tipe ini cenderung digolongkan melakukan


pernikahan yang mandiri karena mereka tidak kaku dalam memandang
pernikahan. Walaupun tinggi dalam percakapan namun mereka juga
menghargai keinginan masing – masing. Yang ketiga adalah tipe keluarga
protektif, rendah dalam percakapan, namun tinggi kesesuaiannya. Orangtua
dalam tipe ini tidak mempraktikkan perlunya komunikasi yang intens dalam
keluarga. Digolongkan dalam tipe pernikahan yang terpisah dan cenderung
saling bertentangan dalam peran dan hubungan mereka. Dan yang terakhir jika
keluarga 10 dalam posisi yang rendah percakapan dan kesesuaiannya maka
disebut tipe keluarga yang toleran. Keluarga ini benar – benar tidak mau tahu
apa yang dilakukan masing – masing anggota keluarganya dan tidak ingin juga
membicarakannya.

Komunikasi dan keluarga adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan
karena saling berkaitan. Setiap keluarga di seluruh dunia memerlukan
3
Kusdwiratri Setiono, Psikologi Keluarga, (Bandung: P.T. Alumni, 2011), hsl. 24.
4

komunikasi untuk melaksanakan keberlangsungan kehidupan sehari – hari dan


kelancaran dalam bersosialisasi. Bisa dibayangkan apabila tidak ada individu
yang berdialog dalam keluarga pasti akan sangat sulit bertahan hidup dan akan
terasa sangat sepi. Oleh karena itu komunikasi antara suami – istri dan anak
harus dibangun dan dilakukan secara efektif agar keluarga bisa saling
memahami dan bisa meraih tujuan hidup bersama dengan baik. 4

Hurlock dalam Tuti Bahfiarti (2016:70) Komunikasi keluarga adalah


pembentukan pola kehidupan dimana dalam keluarga terdapat unsur
pendidikan, membentuk sikap dan membentuk perilaku anak yang
berpengaruh pada perkembangan anak. Modernitas dapat membawa
perubahan pada beberapa aspek kehidupan keluarga, sehingga perubahan
drastis terjadi pada pola dalam keluarga. Perubahan – perubahan yang terjadi
dalam keluarga nantinya akan memiliki dampak bagi seluruh anggota
keluarga. Anggota keluarga yang terkena dampak yaitu bisa dipihak sang
ayah, ibu dan anak – anak bahkan sampai keluarga besar seperti kakek dan
nenek atau saudara yang lain.

Oleh karena itu, anak pun memikul dampak dari perubahan yang
terjadi pada keluarga. Ikatan dengan keluarga yang renggang dan intensitas
komunikasi keluarga yang berkurang, berkurangnya pekerjaan yang dilakukan
di rumah, perubahan sikap orangtua, atau berubahnya kondisi / susunan
keluarga karena sesuatu akan berdampak pada anak. Anak bisa saja jadi lebih
banyak beraktifitas diluar rumah daripada menghabiskan waktu dengan
keluarga di rumah. Terjadinya pernikahan yang kedua, ketiga bahkan keempat
seperti poligami semakin marak di lingkungan masyarakat. Jika itu terjadi
dalam keluarga diharapkan peran orangtua akan tetap sama dalam mengasuh
anak – anaknya. Peran orangtua selalu memiliki pengaruh dan tanggung jawab
yang besar bagi keberlangsungan kehidupan sang anak. Orangtua pada
umumnya adalah orang – orang yang siap mengorbankan kepentingan pribadi
mereka demi pendidikan anak dan kesuksesan masa depan anak. Peran

4
Moh. Shochib, Pola Asuh Orang Tua, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998), hal. 17.
5

keluarga dalam tumbuh kembang anak sangatlah penting. Kasih sayang


orangtua pada anak dan sikap orang tua menghadapi anaknya penting untuk
pendidikan sang anak. Penuturannya dalam menanamkan nilai – nilai dalam
kehidupan baik tentang agama, lingkungan sekitar dan sosial budaya yang
diajarkan adalah bagian penting untuk membentuk anak dengan pribadi yang
baik dan bisa membaur dengan masyarakat.

Jika hubungan dalam keluarga berjalan tidak harmonis karena


beberapa faktor misalnya orangtua tidak tepat dalam memilih pola asuh,
intensitas dan kurangnya keterbukaan dalam komunikasi, adanya selisih
paham dalam berpendapat dan adanya konflik dalam keluarga karena tidak
menyetujui sesuatu, menyebabkan timbulnya hubungan yang tidak sehat
dalam keluarga, seperti canggung, ketegangan dan ketidaknyamanan.
Komunikasi dalam keluarga bisa terjadi secara sempurna jika komunikasi
tersebut mendapat respon dari anggota keluarga lainya atau mendapat timbal
balik Selanjutnya, komunikasi yang terjadi haruslah efektif agar dapat
memberikan pengertian yang sesuai dan hubungan yang baik antara anggota
keluarga, dengan seperti itu maka komunikasi yang hadir antara anak dan
orangtua akan berjalan lancar dan terbuka. Anak akan selalu jujur dan selalu
berdiskusi mengenai hal – hal yang dialaminya baik saat bahagia maupun
ketika mendapat masalah atau kesulitan.

Apabila memiliki keluarga yang harmonis maka akan mempermudah


kehidupan sosial masing – masing anggota keluarga. Apabila keluarga
diciptakan melalui interaksi sosial dalam kehidupan bermasyarakat,
memahami komunikasi keluarga adalah penting untuk setiap anggota
keluarga. Beberapa ahli dalam Tuti Bahfiarti (2016 : 73) memfokuskan
perhatiannya kepada komunikasi keluarga dengan alasan berikut, yaitu :

1. Komunikasi keluarga merupakan awal pengalaman sosialisasi.


Mengamati dan berinteraksi dengan anggota keluarga adalah awal
proses belajar berkomunikasi dan belajar untuk berpikir tentang
6

pentingnya komunikasi. Mereka belajar bagaimana hubungan dan


fungsi komunikasi keluarga, mereka juga belajar bagaimana harus
berperilaku dalam konteks hubungan keluarga. Memang benar,
komunikasi sebagai sarana yang memerintah tentang interaksi sosial
dan hubungan sosial yang harus dipelihara dan dipertahankan.
Orangtua menggunakan komunikasi guna untuk memberikan
pembelajaran bagi anak tentang berbicara, siapa yang mereka ajak
bicara dan bagaimana penuturan yang disampaikan. Ketentuan inilah
bentuk cara anak-anak dan orang dewasa kemudian, berkoordinasi satu
sama lain atau dengan orang lain.
2. Komunikasi sebagai sarana anggota dalam keluarga untuk
menetapkan, memelihara, mempertahankan bahkan membubarkan
suatu hubungan. Keluarga terbentuk melalui hubungan/interaksi sosial.
Setelah suatu keluarga terbentuk, anggota keluarga secara kontiniti
akan terus berhubungan satu sama lain dan hubungan tersebut melalui
komunikasi.

Komunikasi keluarga adalah komunikasi antara orang tua dan anak


dengan tujuan membentuk kasih sayang, kerjasama dan kepercayaan dalam
suatu hubungan dengan menerapkan keterbukaan pendapat, keterbukaan
keinginan dan keterbukaan dalam bersikap sehingga akan terbentuk saling
pengertian antar anggota dalam keluarga. Komunikasi keluarga tidak sama
dengan komunikasi antar anggota kelompok biasa. Komunikasi yang terjadi
dalam suatu keluarga tidak sama dengan komunikasi keluarga yang lain.
Setiap keluarga mempunyai pola komunikasi tersendiri.5

Relasi atau hubungan antara anak dan orangtua menunjukkan adanya


keragaman yang luas. Relasi orang tua dan anak dipengaruhi dan ditentukan
oleh sikap orangtua. Ada orang tua yang mendominasi, yang memanjakan,
acuh tak acuh dan orang tua akrab, terbuka, bersahabat. Sikap orang tua yang
berhubungan dengan ambisi dan minat yaitu sikap orang tua yang
5
Suryo Subroto, Humas Dalam Dunia Pendidikan Suatu Pendekatan Praktis, (Yogyakrta: Mitra
Gama Widya, 1998), hal. 109.
7

mengutamakan sukses sosial, sukses dunia, suasana keagamaan dan nilai-nilai


artistik. Perbedaan struktur sosial dapat menyebabkan perbedaan relasi antara
orang tua dan anak.6

B. TUJUAN KOMUNIKASI DALAM KELUARGA

Pada dasarnya komunikasi bertujuan untuk memberikan informasi,


mendidik dan menerangkan informasi bahkan menghibur komunikan. agar
komunikan terpengaruh dan berubah sifat sesuai dengan kehendak
komunikator dan untuk mempengaruhi tingkah laku si penerima informasi
yang dinyatakan dalam tindakantindakan tertentu sebagai respons terhadap
informasi yang diterimanya.

Menurut Stanton yang dikutip Ali Liliweri dalam bukunya


”Komunikasi serba ada serba makna” mengatakan bahwa sekurang-kurangnya
ada lima tujuan komunikasi manusia, Yaitu: 7

1. Mempengaruhi orang lain.


2. Membangun atau mengelola relasi antar personal
3. Menemukan perbedaan jenis pengetahuan.
4. Membantu orang lain.
5. Bermain atau bergurau.

Menurut Verdeber et al, yang dikutip oleh Muhammad Budyatna dan


Laila Mona Ganiem komunikasi keluarga memiliki beberapa tujuan utama
bagi para anggota keluarga individual.

1. Komunikasi Keluarga Berkontribusi Bagi Pembentukan Konsep Diri


Tanggung jawab utama yang dimiliki anggota keluarga terhadap
satu sama lain adlah “berbicara” meliputi unsur-unsur komunikasi
verbal dan non verbal, dengan cara-cara yang berkontribusi bagi
pengembangan konsep diri yang kuat bagi semua anggota keluarga,
terutama anak-anak muda atau remaja.
6
Redi Panuju, Sistem Komunikasi Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), hal. 120.
7
Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 128.
8

Penelitian yang dilakukan oleh D.H Demo pada 1987 yang


dikutip oleh Muhammad Budyatna dan Leila Mona Ganiem,
menekankan pada maksud bahwa konsep diri dibentuk, dipelihara,
diperkuat, dan oleh komunikasi para anggota keluarga5 . Konsep diri
para anggota keluarga ditingkatkan dengan cara memberikan
pernyataan seperti pujian, sambutan atau dukungan, dan pernyatan
kasih.
2. Komunikasi Keluarga Memberikan pengakuan dan dukungan yang
Diperlukan
Tanggung jawab kedua dari para anggota keluarga adalah
berinteraksi terhadap satu sama lain dengan cara-cara mengakui dan
mendukung anak secara individual. Pengakuan dan dukungan
membantu para anggota keluarga merasa diri mereka berarti dan
membantu mereka mengatasi pada masa-masa sulit dimana kita
semuanya ada kala menghadapinya.
Pentingnya mengenai tanggung jawab ini tidak dapat dilebih-
lebihkan. Para keluarga biasanya adalah orangorang dengan siapa kita
merasa nyaman, dan ketentraman hati. Bahkan dibanyak keluarga,
tanggung jawab yang penting ini sering dilupakan karena kesibukan
hidup sehari-hari. Sehingga dengan kesibukan orang tuanya anak
remaja ini akan mencari hal-hal yang membuat anak tersebut nyaman
diluar rumah.
3. Komunikasi Keluarga Menciptakan Model-model
Tanggung jawab yang ketiga dari para anggota keluarga adalah
berkomunikasi demikian yang dapat bertindak sebagai model atau
contoh mengenai komunikasi yang baik bagi para anggota keluarga
yang lebih muda. Orang tua bertindak sebagai model seperti sifat atau
perilaku yang dilakukan orang tua terhadap anaknya atau orang lain
maka, itu yang akan dilakukan anak tersebut kepada temannya atau
orang lain. Perilaku mencontoh terutama penting dalam mengelola
9

konflik. Anak-anak akan bereaksi dengan keras apabila mereka merasa


disalahkan.8
Mereka akan menjerit atau berteriak keras, menangis,
menendang, menggebrak meja, dan mencakar. Ketika mereka manjadi
lebih canggih tidak lagi mereka berprilaku diatas, tetapi mereka mulai
belajat memanipulasi, berbohong, dan melakukan apa saja dengan
menggunakan caranya sendiri. Sifat in meruppakan tanggung jawab
orang tua untuk mensosialisasikan anak-anak dengan cara mengajarkan
pada meraka bagaimana mengelola konflik dalam kehidupan meraka.
Tetapi dengan hanya mengatakan kepada anak bagaimana harus
berprilaku tanpa mencontohkan kepada anak atau melakukan hal-hal
yang berlawan dengan apa yang dikatan kepada anak hanya
memperkuat strategi mengelola konflik yang agresif atau pasif.
Dipihak lain, orang tua dapat berkolaborasi dengan memberikan
contoh melalui diskusi, memberikan pertimbangan, mengingatkan,
ungkapkan perasaan mereka, dan memberikan peluang untuk
berpendapat terhadap hal-hal yang disetujui dan tidak disetujuinya6 .
Dengan melakukan hal tersebut orang tua tidak hanya menjaga
hubungan dengan anak tetapi juga ikut berperan dalam mengatasi
konflik didalam diri anak tersebut.
4. Komunikasi Keluarga Antargenerasi
Komunikasi antar anak, orang tua, dan kakek nenek dapat
menjadi sumber kegembiraan yang besar. Hubungan orang tua anak
yang kekal tetap memuaskan apabila adanya hubungan yang tetap,
adanya kasih sayang secara timbal balik, dukungan sosial dan bantuan
yang nyata, dan adanya kesepakatan mengenai nilai-nilai keyakinan,
dan opini. Hal yang juga penting bahwa masing-masing pihak tahu
tipik apa saja yang tidak perlu dibicarakan pada orang lain atau pihak
diluar dari keluarga.

8
Alo Liliweri, Sosiologi Organisasi, (Bandung: PT. Citra Bakti, 1997), hal. 201.
10

Komunikasi antara anggota keluarga yang lebih tua dan ayng


lebih muda dapat juga menjadi menarik dan juga tidak.Anak remaja
dan orang tua mereka saring kali mengalami konflik sekitar masalah
pengawasan, otonomi, dan tanggung jawab.Ini merupakan periode
terjadinya perubahan besar didalam hubungan, dan baik orang tua dan
anak remaja harus bersedia menyesuaikan dan berdiskusi terhadap
perubahan. Menurut Ryan, Pearce, Anas, &Norris yang dikutip dari
buku karangan Muhammad budyatna dan Leila Mona Ganiem,
generasi yang berbeda pada anggota keluarga akan menemukan
kesulitan berkomunikasi antara satu sama lain karena perbedaan
kepentingan, jarak geografis, suasana bebas dalam kehidupan
kontenporer, stereotip mengenai umur tua.9
Salah satu masalah komunikasi yang paling sering terjadi
antara anggota keluarga yang lebih muda dan yang lebih tua adalah
mengenai cara berbicara anak remaja terhadap orang tuanya, bahwa
anggota keluarga yang lebih muda sering kali suka mengasari sanak
yang lebih tua. Mereka membatasi topic pembicaraan yang diajukan,
berbicara dengan cara bersahaja, kata yang sangat kasar, ucapan atau
kata-kata yang diulang-ulang. Orang dewasa yang lebih tua
menandainya dan membeci gaya komunikasi ini sebagai memilki
kemampuan yang terbatas dan suka merendahkan.
5. Meningkatkan Komunikasi keluarga
Dalam menguraikan mengenaik pentingnya komunikasi efektif
dalam keluarga telah disinggung sebelumnya mengenai cara
meningkatkan komunikasi keluarga. Berikut ini akan dibicarakan
secara lebih spesifik lima pentunjuk atau pedoman dimana anggota
keluarga dapat menggunakan untuk meningkatkan komunikasi dalam
keluarga dan juga bagi setiap orang yang memiliki hubungan akrab.
Membuka Jalur komunikasi Menghadapi Pengaruh

9
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2002), hal. 29-
30.
11

Ketidakseimbangan Kekuasaan Mengenali dan Menyesuaikan Kepada


Perubahan Menghormati Kepentingan Individual.10

Dengan demikian tujuan komunikasi dalam keluarga sebenarnya


adalah untuk mencapai pengertian bersama,baik dalam keluarga dan antar
keluarga sesudah itu mencapai persetujuan mengenai suatu pokok ataupun
masalah yang merupakan kepentingan bersama. Dengan kondisi yang
demikian akan terjalin hubungan yang harmonis dan saling mengerti satu
sama lain dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Dalam Islam komunikasi juga bisa dijadikan media untuk ibadah yaitu dengan
cara berlaku baik atau berbuat kebajikan kepada sesama manusia, alam
maupun Tuhan.

C. MANFAAT DAN RUANG LINGKUP KOMUNIKASI DALAM


KELUARGA
1. Manfaat Komunikasi Dalam Keluarga
Keluarga merupakan satu organisasi sosial yang paling penting
dalam kelompok sosial dan keluarga merupakan lembaga di dalam
masyarakat yang paling utama bertanggung jawab untuk menjamin
kesejahteraan sosial dan kelestarian biologis anak manusia (Kartono,
1977). Sedangkan menurut Hawari (1997) keharmonisan keluarga itu akan
terwujud apabila masing-masing unsur dalam keluarga itu dapat berfungsi
dan berperan sebagimana mestinya dan tetap berpegang teguh pada nilai-
nilai agama kita, maka interaksi sosial yang harmonis antar unsur dalam
keluarga itu akan dapat diciptakan.
Dalam kehidupan berkeluarga antara suami istri dituntut adanya
hubungan yang baik dalam arti diperlukan suasana yang harmonis yaitu
dengan menciptakan saling pengertian, saling terbuka, saling menjaga,
saling menghargai dan saling memenuhi kebutuhan (Anonim, 1985)

10
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Jakarta: PT. Citra Aditya Bakti,
2003), hal. 76-77.
12

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan persepsi keharmonisan


keluarga adalah persepsi terhadap situasi dan kondisi dalam keluarga
dimana di dalamnya tercipta kehidupan beragama yang kuat, suasana yang
hangat, saling menghargai, saling pengertian, saling terbuka, saling
menjaga dan diwarnai kasih sayang dan rasa saling percaya sehingga
memungkinkan anak untuk tumbuh dan berkembang secara seimbang.
Komunikasi dalam keluarga jika dilihat dari segi fungsinya tidak
jauh berbeda dengan fungsi komunikasi pada umumnya. Paling tidak ada
dua fungsi komunikasi dalam keluarga, yaitu :
a. Fungsi Komunikasi Sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya
mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun
konsep diri, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk
memperoleh kebahagiaan, untuk menghindarkan diri dari tekanan dan
ketegangan. Misalnya, via komunikasi yang menghibur dan memupuk
hubungan baik dengan orang lain. Selain itu, melalui komunikasi
seseorang dapat bekerja sama dengan anggota masyarakat terlebih
dalam keluarga untuk mencapai tujuan bersama.
b. Fungsi Komunikasi Kultural
Para sosiolog berpendapat bahwa komunikasi dan budaya
mempunyai hubungan timbal balik. Budaya menjadi bagian dari
komunikasi. Peranan komunikasi di sini adalah turut menentukan,
memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya. Pada satu sisi,
komunikasi merupakan suatu mekanisme untuk Hawari (dalam Murni,
2004)) mengemukakan enam aspek sebagai suatu pegangan hubungan
perkawinan bahagia adalah:

 Menciptakan kehidupan beragama dalam keluarga.


 Mempunyai waktu bersama keluarga
 Mempunyai komunikasi yang baik antar anggota keluarga
 Saling menghargai antar sesama anggota keluarga
13

 Kualitas dan kuantitas konflik yang minim.


 Adanya hubungan atau ikatan yang erat antar anggota keluarga.

2. Ruang Lingkup Komunikasi Dalam Keluarga


Berdasarkan defenisi keluarga yang telah diuraikan tersebut,
maka keluarga dapat diartikan sebagai perkumpulan dua orang atau lebih
dalam suatu ikatan keluarga yang berjani untuk menjalani kehidupan
bersama sehingga terjadi hak dan kewajiban diantara masing-masing
anggota keluarga. Jika dilihat berdasarkan defenisi tersebut, maka keluarga
dapat disimpulkan terdiri dari berbagai perspektif dan berbagai pendapat,
hal ini tergantung pada perspektif masyarakat yang memandang. Istilah
yang lebih komprehensif, keluarga mencakup kakek-nenek, paman-bibi,
dan sepupu dari dua belah pihak ikatan pernikahan.
Dalam artian luas, keluarga dapat dipandang sebagai unit bahkan
lebih besar, yang sama dnegan umat, atau keluarga mukmin (Riyadi,
2013:103). Adapun unsure-unsur keluarga dapat dijabarkan meliputi:
a. Ayah/bapak sebagai pemimpin sleuruh keluarga;
b. Ibu, sebagai istri ayah, yang bertanggungjawab mengurus
segala urusan keluarga terutama pendidikan dan ekonomi
keluarga. Ibu juga bertugas sebagai sekretaris keluarga,
bendahara sekaligus juga sebagai pelaksana opreasional
keluarga;
c. Anak-anak, sebagai anggota keluarga (baik laki-laki maupun
perempuan, baik anak kandung maupun anak angkat/tiri);
d. Saudara (baik seayah maupun seibu, yang meliputi kakek,
nenek, paman, kakak, adik, dan lain-lain) dengan catatan
tinggal dalam satu rumah;
e. Saudara lain yang tinggal serumah dan dianggap sebagai
keluarga (biasanya dimasukkan dalam daftar kartu keuarga
/KK).
14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Komunikasi keluarga adalah komunikasi antara orang tua dan anak dengan
tujuan membentuk kasih sayang, kerjasama dan kepercayaan dalam suatu
hubungan dengan menerapkan keterbukaan pendapat, keterbukaan
keinginan dan keterbukaan dalam bersikap sehingga akan terbentuk saling
pengertian antar anggota dalam keluarga.
2. Tujuan komunikasi dalam keluarga sebenarnya adalah untuk mencapai
pengertian bersama,baik dalam keluarga dan antar keluarga sesudah itu
mencapai persetujuan mengenai suatu pokok ataupun masalah yang
merupakan kepentingan bersama.
3. Persepsi keharmonisan keluarga adalah persepsi terhadap situasi dan
kondisi dalam keluarga dimana di dalamnya tercipta kehidupan beragama
yang kuat, suasana yang hangat, saling menghargai, saling pengertian,
saling terbuka, saling menjaga dan diwarnai kasih sayang dan rasa saling
percaya sehingga memungkinkan anak untuk tumbuh dan berkembang
secara seimbang.
4. Istilah yang lebih komprehensif, keluarga mencakup kakek-nenek, paman-
bibi, dan sepupu dari dua belah pihak ikatan pernikahan.

B. SARAN

Akhirnya Kami ucapkan syukur kepada Allah atas segala pertolongan


dan petunjuk-Nya, sehingga Kami dapat menyelesaikan penulisan makalah
ini dengan segala keterbetasan. Kami menyedari bahwa karya ini masih
banyak terdapat kekurangan, oleh karenanya, penulis mengaharapkan kritik
dan saran yang konstruktif dari semua pihak demi menuju kepada perbaikan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi Kami, khususnya dan pembaca
pada umumnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi. Psikologi Umum. 2003. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Alex Sobur. Psikologi Umum. 2003. Bandung: CV. Pustaka setia

Bungin, Burhan. (2010). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan


Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Budyatna, Muhammad., dan Leila Mona Ganiem.(2011). Teori Komunikasi


Antarpribadi. Jakarta: Kencana.

Muhammad Izzuddin Taufiq. Panduan Lengkap & Praktis Psikologi Islam. Gema
Insani: Jakarta. Th. 2006

Musfir bin said Az-Zahrani. Konseling Terapi. Gema Insani: Jakarta. Tahun 2006
Sofyan s. Wilis. Konseling Keluarga.

16

Anda mungkin juga menyukai