Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“KOMUNIKASI EMPATIK AUD”

(Mata Kuliah : Psikologi Komunisi AUD)

Dosen Pengampu :

Siti Marwah, M.Pd,I


 

Disusun oleh :

Diana (2012000128)
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

SEMESTER VI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’ARIF JAMBI


TAHUN AKADEMIK 2022/2023
 

X
KATA PENGANTAR 

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Komunikasi Empatik AUD” ini tepat pada waktunya.

Adapun  tujuan  dari  penulisan  dari  makalah  ini  adalah untuk


memenuhi  tugas ibu Siti Marwah,M.Pd.I sebagai dosen pengampu di mata
kuliah Psikologi Komunikasi AUD. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Komunikasi Empatik AUD bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak selaku dosen pengampu


mata kuliah ini yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang Saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga Saya dapat menyelesaikan
makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang Saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan Saya
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jambi, 20 Januari  2023

                                                                                                          Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1

A. LATAR BELAKANG.........................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................1
C. TUJUAN MASALAH.........................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2

A. PENGERTIAN KOMUNIKASI EMPATIK.......................................2


B. KOMUNIKASI EMPATIK DALAM POLA PENGASUHAN..........6
C. PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI EMPATIK POLA
PENGASUHAN ANAK.............................................................9

BAB III PENUTUP.........................................................................................12

A. KESIMPULAN...................................................................................12
B. SARAN...............................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Empati merupakan suatu emosi pada anak yang mampu melihat


kesusahan orang lain, walaupun empati sudah ada pada anak namun harus
ditumbuhkan agar berkembang karena salah satu cara untuk menanamkan
perilaku baik dan saling menolong agar anak dapat diterima dalam
lingkungan sekolah dan masyarakat. Menurut Goleman (1997:136)
Kemampuan empati merupakan akar kepedulian dan kasih sayang dalam
setiap hubungan emosional anak dalam upayanya untuk menyesuaikan
emosionalnya dengan emosional orang lain.

Empati merupakan kunci untuk memahami perasaan orang lain


sehingga anak mampu menunjukkan sikap toleransinya dan dapat
memberikan kasih sayang, memahami kebutuhan temannya, serta mau
menolong teman yang sedang mengalami kesulitan. Anak yang belajar
berempati akan memiliki kepedulian dan mampu mengendalikan emosinya
dengan mampu memberi dan menerima maaf serta anak mau bermain
bersama dan saling berbagi dengan temannya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Komunikasi Empatik?
2. Bagaimana Komunikasi Empatik Dalam Pola Pengasuhan Anak?
3. Apa Prinsip-Prinsip Komunikasi Empatik Pola Pengasuhan Anak?

C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk Mengetahui Pengertian Komunikasi
2. Untuk Mengetahui Komunikasi Empatik Dalam Pola Pengasuhan Anak
3. Untuk Mengetahui Prinsip-Prinsip Komunikasi Empatik Pola Pengasuhan
Anak

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KOMUNIKASI EMPATIK

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris adalah communication,


yang berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata
communis,yang berarti sama.Sama di sini maksudnya adalah sama makna.
Dalam hal ini, apabila dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam
bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama
ada kesamaan makna mengenai hal yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa
yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan
makna. Hal itu dikarenakan setiap orang mempunyai maksud dari sesuatu
yang dikatakan, dan maksud itu kadang dapat dipahami dan kadang tidak. Hal
itu tergantung situasi dan kondisi kedua pihak yang terlibat dalam komunikasi
tersebut.1

Wilbur Schramm, seorang ahli komunikasi kenamaan, dalam karyanya,


Communication Research in the United States menyatakan bahwa komunikasi
akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan
kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan pengalaman dan
pengertian (collection of experiences and meanings) yang pernah diperoleh
komunikan. Menurut Schramm, bidang pengalaman (field of experience)
merupakan faktor yang penting dalam komunikasi. Komunikasi akan
berlangsung lancar bila komunikator dan komunikan memiliki banyak
kesamaan dalam hal pengalaman.2

Sementara itu, Lasswell merumuskan komunikasi sebagai proses


penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek teertentu. Harnack dan Fest (1964) menganggap
komunikasi sebagai proses interaksi di antara orang untuk tujuan integrasi

1
Onong Uchjana effendy,Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek(Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet-
ix, 1995), hal. 9.
2
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet-xv, 2000), hal. 8

2
3

intrapersonal dan interpersonal.5Komunikasi adalah peristiwa sosial yang


terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia lain. Secara umum,
komunikasi adalah proses penyampaian suatu pernyataan yang dilakukan oleh
seseorang kepada orang lain sebagai konsekuensi dari hubungan sosial. Dalam
pengertian paradigmatis, komunikasi mengandung tujuan tertentu, yang
bersifat informatif dan persuasif. Komunikasi persuasif (persuasive
communication) lebih sulit daripada komunikasi informatif (informative
communication) karena tidak mudah untuk mengubah sikap, pendapat, atau
perilaku seseorang atau sejumlah orang.

Hal penting dalam komunikasi ialah caranya agar pesan yang


disampaikan komunikator dapat menimbulkan dampak atau efek tertentu pada
komunikan. Dampak itu bisa berupa kognitif (menjadi tahu dan mengerti),
afektif (tergerak hatinya dan menimbulkan perasaan tertentu misalnya
perasaan iba, terharu sedih, gembira, marah dan sebagainya) dan behavioral
(berupa perilaku atau tindakan).

Kata empati (empathy) sendiri berasal dari kata einfuhlungyang semula


digunakan oleh seorang psikolog Jerman. Kata ini secara harfiah berarti
merasa terlibat (feeling into). Empati (empathy) menurut Onong Uchjana
Effendy adalah kemampuan memproyeksikan diri kepada orang lain. Dengan
lain perkataan, empati adalah kemampuan menghayati perasaan orang lain
atau merasakan sesuatu yang dirasakan orang lain.9 Empati didefinisikan
sebagai kemampuan atau kecakapan untuk mengidentifikasi atau memahami–
dengan cara seolah mengalami sendiri–perasaan, pikiran, atau sikap orang
lain. Empati dihubungkan dengan ungkapan-ungkapan seperti ”berjalan
dengan memakai sepatu orang lain” atau ”memandang dunia melalui mata
orang lain”.

Empati secara signifikan memengaruhi kualitas kehidupan pribadi dan


profesional manusia, terutama aktivitas-aktivitas yang terkait dengan
hubungan sosial. Empati memfasilitasi komunikasi, kerjasama, sikap
4

menghormati, dan sifat kasih sayang. Empati memberikan kekuatan untuk


mengubah kondisi-kondisi negatif ketika seseorang berusaha meningkatkan
interaksi-interaksi dengan orang lain. Empati bukan sekadar komponen
penting, tetapi juga merupakan komponen paling mendasar dari sebuah
mindset berdaya tahan.3

Daniel Goleman menggambarkan empati sebagai sebuah ciri penting


dari kecerdasan emosional dan itu dapat dipelajari. Empati tidak berarti bahwa
seseorang setuju dengan orang lain, tetapi semata menunjukkan bahwa
seseorang menghargai dan mendukung sudut pandang orang itu.
Empati,menurut De Vito, memungkinkan Anda untuk memahami secara
emosional dan intelektual mengenai sesuatu yang sedang dialami orang lain.
Empati tidak akan terlalu bermakna jika Anda tidak mampu
mengomunikasikan pemahaman empatik ini kembali kepada orang lain
tersebut.

Seseorang lebih mudah untuk berempati terhadap orang-orang yang


ide-idenya cocok dengannya dan bersikap kooperatif. Hal itu jauh lebih sulit
untuk berempati pada saat seseorang bingung, marah, jengkel, atau kecewa
pada orang lain. Pentingnya empati atau merasa terlibat dalam komunikasi ini
dihubungkan dengan pembahasan mengenai persepsi dan kemampuan dalam
mendengarkan. Apapun tujuan yang hendak dicapai; keberhasilan pendidikan,
sosial, atau profesi, bahkan untuk memelihara penghargaan diri seseorang,
kemampuan mendengarkan sangat diperlukan. Penyair sufistik Jalaluddin
Rumi pernah berkata: ”Karena untuk berbicara, orang harus lebih dulu
mendengarkan, belajarlah bicara dengan mendengarkan”. Ali kw. berkata:
”Siapa yang paling baik mendengarkannya, dialah yang paling cepat
memperoleh manfaat”. Dalam berkomunikasi, manusia sering mengalami atau
menyaksikan orang-orang yang sepertinya mendengarkan, tetapi hakikatnya
tidak mendengarkan.4

3
Idi Subandy Ibrahim, Sirnanya Komunikasi Empatik, Krisis Budaya Komunikasi dalam
Masyarakat Kontemporer (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), hal. 24.
5

Dalam dunia pendidikan, komunikasi sangat diperlukan untuk


membantu proses kegiatan di dalam maupun diluar pembelajaran. Pola
komunikasi yang digunakan merupakan rangkaian interaksi yang terjadi antara
kepala sekolah, guru, wali murid, dan siswa. Hal ini sejalan dengan Mendora
dan Syafii (2019: 23) bahwa pola komunikasi adalah suatu rangkaian interaksi
antara anggota-anggota dalam suatu perkumpulan. 5

Komunikasi harus terjalin dengan baik antara orang tua dan anak
maupun guru terhadap siswa. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh
komunikator. Orang tua ataupun guru harus memiliki kredibilitas. Kredibilitas
akan mempengaruhi kepercayaan dan mendorong terjadinya internalisasi
dalam diri komunikan. Internalisasi terjadi bila anak atau siswa yang
menerima pengaruh dan melakukan timbal balik atau respon terhadap
komunikan atau komunikator.

Menurut Zulvianti (2012) agar komunikasi empatik ini berjalan secara


efektif, maka harus ada kesetaraan di dalamnya. Masturi (2010) menyatakan
bahwa salah satu fungsi penting penerapan komunikasi empatik dalam
kehidupan secara empiris, ialah dapat membangun relasi sosial. Mengacu pada
definisi dan fungsi komunkasi empatik tersebut, maka dalam konteks
parenting ini komunikasi empatik dapat diterapkan untuk membangun
komunikasi antara orang tua dan anak agar saling memahami dan mengerti
satu sama lain.

Dengan komunikasi empatik ini, maka akan tumbuh kesetaraan antara


orang tua dan anak sehingga pesan komunikasi yang dipertukarkan berjalan
secara lancar. Kesetaraan di sini bukan dalam arti status hubungan struktural
orang tua dan anak, tetapi lebih pada hubungan sosial dan emosional yang
terjadi dalam proses komunikasi tersebut. Berdasarkan realitas tersebut, maka
pada posisi dan fungsi inilah penerapan komunikasi empatik menjadi penting
4
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi Dan Ilmu
Sosial Lainnya, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 161
5
Husaini Usman dan Purnomo Setiady, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:Bumi
Aksara,1996), hal. 15
6

dan perlu dalam pelaksanaan pengasuhan anak atau populer dengan istilah
parenting

B. KOMUNIKASI EMPATIK DALAM POLA PENGASUHAN ANAK

Pola asuh intelektual-otoritatif-atentif seperti yang diulas pada


pembahasan sebelumnya, akan berjalan dengan efektif dan baik jika
menerapkan teknik dan prinsip komunikasi yang relevan dan tepat. Maka dari
itu, diperlukan teknik dan prinsip komunikasi khusus dalam melakukan
pengasuhan dan pendidikan bagi anak. Penggunaan teknik dan prinsip
komunikasi tersebut, akan membantuagar lebih mudah memetakan (mapping)
tahapan yang perlu dilakukan dalam proses pelaksanaan pengasuhan anak,
terutama dengan menerapkan pola asuh intelektual-otoritatif-atentif.

Parenting style dengan pola asuh intelektualotoritatif-antentif ini akan


lebih reliable dan praktis jika penerapannya menggunakan teknik atau prinsip
komunikasi empatik. Maka dari itu, penerapan teknik atau prinsip komunikasi
empatik ini dapat dikatakan sangat relevan dan sesuai dengan praktik
pelaksanaan pola asuh intelektual-otoritatif-atentif. Pemi-lihan penerapan
prinsip komunikasi empatik ini, didasarkan atas karakteristik dan tujuan akhir
yang hendak dicapai dalam pola asuh intelektualotoratif-atentif ini. Berpijak
pada karakter dan tujuan dari pola asuh intelektual-otoritatif-atentif tersebut,
maka uraian selanjutnya akan mencoba mengulas dan pembahasan tentang
penerapan komunikasi empatik dalam pola pengasuhan anak.

Ulasan dan pembahasan mengenai penerapan komunikasi empatik


dalam pola asuh anak ini, secara mendasar dapat dimulai dengan
mempaparkan definisi komunikasi empatik itu sendiri. Pemaparan definisi
komunikasi empatik ini, dimaksudkan untuk mengetahui secara praktis
tentang pengertian komunikasi empatik sehingga berangkat dari pengertian
praktis tersebut, dapat dipraktikan secara empiris dalam proses pelaksanaan
pengasuhan dan pendidikan pada anak sejak usia dini. Berkenaan dengan
definisi komunikasi empatik ini, jika ditelusuri pada beragam sumber literatur
7

dan referensi, maka akan ditemukan berbagai definisi dari hasil riset maupun
pendapat para ahli.

Definisi komunikasi empatik yang paling awal dan paling sederhana,


pernah dikemukakan oleh Covey (2020) dalam The 7 Habits of Highly
Effective People. Secara singkat Covey menyatakan bahwa kunci utama dari
komunikasi empatik ialah “berusaha mengerti terlebih dahulu, baru
dimengerti”.

Dari pernyataan Covey tersebut, dapat diketahui bahwa komunikasi


empatik dapat terjadi jika komunikator dan komunikan yang terlibat dalam
proses komunikasi berusaha saling mengerti dan memahami satu sama lain.
Oleh karena itu, secara sederhana komunikasi empatik berdasarkan pandangan
Covey(2020) dapat didefinisikan dengan proses komunikasi yang dilakukan
dengan cara saling mengerti dan memahami.

Selanjutnya, DeVito (2013) menjelaskan bahwa komunikasi empatik


akan terjadi jika komunikator memahami secara emosional dan intelektual
mengenai sesuatu yang dialami oleh orang lain. Mengamati dari penejelasan
tersebut, maka dapat diketahui bahwa pada dasarnya definisi komunikasiyang
dikemukakan oleh DeVito sama dengan definisi komunikasi yang dipaparkan
sebelumnya, yakni menekankan pada aspek “pemahaman” dari orangorang
yang terlibat dalam suatu proses komunikasi.

Namun secara spesifik DeVito menegaskan bahwa dalam komunikasi


empatik ini, seorang komunikator perlu memahami secara emosional dan
intelektual apa yang sedang dialami oleh komunikan ketika sedang melakukan
komunikasi. Penegasan tersebut menyiratkan bahwa dalam komunikasi
empatik ini diperlukan aspek ‘perasaan’ dan ‘pemikiran’ untuk dapat mengerti
dan mehami komunikan atau orang yang terlibat dalam sebuah proses
komunikasi.6

6
Etikawati, A. I., Siregar, J. R., Jatnika, R., & Widjaja, H. (2019). Pengembangan Instrumen
Pengasuhan Berbasis Nilai Budaya Jawa. Jurnal Ilmu Keluarga
8

Komunikasi empatik ini dirasa relevan untuk diterapkan dalam pola


pengasuhan anak, terutama jika diaplikasikan pada pola asuh intelektual-
otoritatifatentif. Penerapan komunikasi empatik dalam pola pengasuhan anak
ini akan dapat membantu dalam menyampaikan pengajaran dan pendidikan
kepada anak sejak usia dini secara efektif dan komunikatif. Secara umum,
penerapan komunikasi empatik dalam pola pengasuhan anak ini dapat
dilakukan dengan cara meningkatkan perhatian orang tua kepada anaknya,
terutama dalam menyampaikan pesan komunikasi yang bermuatan nilai-nlai
pendidikan dan pengajaran bagi anak.

Selanjutnya, komunikasi empatik dalam pola pengasuhan anak ini dapat


diterapkan dengan cara orang tua harus selalu mendengarkan dan menyimak
ketika seorang anak sedang berkomunikasi untuk menyampaikan pendapat
dan gagasannya. Karena permasalahannya saat ini, banyak orang tua yang
‘superior’ sehingga sudah tidak mau lagi mendengarkan pendapat atau opini
anaknya. Padahal, menurut Covey (2020), ‘mendengarkan’ inilah merupakan
tahap awal dalam membangun komunikasi yang baik dalam realitas kehidupan
sehari-hari. Upaya praktis lainnya dalam menerapkan komunikasi empatik
dalam pola pengasuhan anak ialah orang tua jangan memaksakan kehendak
kepada anak.

Pada upaya ini, orang tua dituntut sebisa mungkin untuk tidak egois
dengan cara memaksakan kehendaknya kepada anak. Karena pada dasarnya,
setiap anak berhak menentukan sikap dan pilihannya masing-masing, maka
tugas orang tua pada posisi ini ialah mengarahkan agar anak selalu dalam alur
(on the track) yang positif, produktif dan progresif. Berdasarkan tugas
tersebut, maka secara empiris orang tua harus dapat menghargai setiap
pendapat dan pilihan anaknya. Orang tua jangan memaksakan kehendaknya
secara berlebihan, terlebih lagi jika kehendak tersebut bertentangan dengan
pilihan anak.

C. PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI EMPATIK DALAM POLA


PENGASUHAN ANAK
9

Berdasarkan uraian dan pembahasan tentang penerapan komunikasi


empatik dalam pola pengasuhan anak yang telah dipaparkan tersebut, maka
secara sistematis dan praktis dapat dikatakan bahwa ada empat prinsip
komunikasi empatik yang dapat diterapkan dalam pola pengasuhan anak,
yaitu:7

1. Memperhatikan Anak. Prinisp ini dapat diterapkan dengan cara


memperhatikan anak ketika sedang berkomunikasi. Orang tua harus
memperhatikan secara penuh terhadap apa yang disampaikan oleh
anaknya yang berposisi sebagai komunikan dalam alur dan suasan
komunikasi dalam kelurga.
2. Mendengarkan Anak. Prinsip ini merupakan tahap lanjutan dari
prinsip yang pertama. Secara praktis, prinsipi ini dapat dilakukan
dengan cara orang tua harus mendengarkan anaknya ketika sedang
menyampaikan pendapat, opini bahkan pemikirannya. Orang tua
harus menyimak dan mendengarkan dengan baik apa yang
dikomunikan oleh anaknya. Orang tua jangan memotong
pembicaraan dan komunikasi dari anak. Lebih baik tunggu sampai
anak selesai mengungkapkan pendapatnya, baru kemudian
dilakukan komunikasi dialogis.
3. Memahami Anak. Prinsip ini menjadi tujuan utama dari penerapan
komunikasi empatik dalam pola pengasuhan. Mengerti
danmemahami anak ini tentunya diperlukan cara dan upaya tertentu,
oleh karena itu orang tua sebisa mungkin untuk selalu
memperhatikan kondisi dan mendengarkan opini anak. Dengan
mengetahui kondisi dan opini anak, orang tua akan dapat
memahami apa yang diinginkan dan dicitatakan oleh seorang anak.
Jika orang tua telah berhasil mengerti dan memahami anak secara
sepenuhnya, maka ruang-ruang komunikasi akan lebih terbuka

7
Rustina. (2014). Keluarga Dalam Kajian Sosiologi. Jurnal Musawa IAIN Palu, 6 (2), hal.287–
322.
10

sehingga alur komunikasi yang terjadi antara orang tua dengan anak
akan terlaksana secara efektif.8
4. Menghargai Anak. Prinisip ini merupakan tahpaan terakhir pada
penerapan komunikasi empatik dalam pola pengasuhan anak.
Setelah memperhatikan, mendengarkan, dan memahami anak, orang
tua harus bisa menghargai pendapat dan pilihan anak. Pada dasarnya
setiap anak mempunyai pendapat dan berhak menentukan
pilihannya sendiri, oleh karena itu orang tua dituntut untuk tidak
egois dan jangan terlalu memaksakan kehendak. Pada tahap ini,
orang tua harus bisa menghargai setiap pendapat, pemikiran dan
pilihan anak, selama berada pada konteks yang positif dan
produktif. Tugas orang tua pada tahap ini ialah mendukung dan
mengarahkan setiap pilihan anak yang positif dan produktif. Oleh
karena itu, hendaknya orang tua menghargai pilihan dan keputusan
anak demi masa depan anak yang lebih baik.

Demikian empat prinsip komunikasi empatik yang dapat diterapkan


dalam pola pengasuhan anak.9 Empat prinsip komunikasi empatik yang telah
dipaparkan tersebut, secara konseptual dan teoretis menjadi main finding
(temuan utama) yang diketengahkan dalam studi tentang parenting
communication ini. Empat prinsip komunikasi empatik tersebut didapatkan
dari hasil analisis terhadap definisi dan tujuan komunikasi empatik yang telah
diulas pada bagian awal pembahasan ini.

Berdasarkan hasil analisis secara teoretis dan pengamatan secara


empiris terhadap definisi dan tujuan komunikasi empatik tersebut, maka
didapatkan empat prinisip komunikasi empatik yang secara praktis dapat
diterapkan dalam pola pengasuhan anak yang relevan, aktual dan kontekstual
dengan perkembangan zaman dewasa ini.
8
Rohendi, & Muzzamil, F. (2021). Tipologi Pemilih Pemula pada Pilkada Jabar 2018. Jurnal
Adhyasta Pemilu, 4 (1), 46–65. DOI: https://doi.org/10.55108/JAP. V4I1.46
9
Parhan, M. (2020). Aktualisasi Peran Ibu sebagai Madrasah Pertama dan Utama bagi Anak di Era
4.0. JMIE: Journal of Madrasah Ibtidaiyah Education), 4 (2), 157–174. DOI:
https://doi.org/10.32934/JMIE. V4I2.193
11
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Komunikasi empatik berarti mendengarkan dengan mata, telinga, dan hati
Anda untuk memahami, berintuisi, dan merasa. Mendengarkan di sini
adalah mendengarkan untuk mengerti, bukan untuk menjawab dan
mendengarkan isi pembicaraan dan bukan siapa yang berbicara. Respon
yang tepat juga menjadi kunci komunikasi empatik, maka berikanlah
respon seperti baru pertama kali mendengarkan topik pembicaraan.
2. Pada upaya ini, orang tua dituntut sebisa mungkin untuk tidak egois
dengan cara memaksakan kehendaknya kepada anak. Karena pada
dasarnya, setiap anak berhak menentukan sikap dan pilihannya masing-
masing, maka tugas orang tua pada posisi ini ialah mengarahkan agar anak
selalu dalam alur (on the track) yang positif, produktif dan progresif.
3. Prinsip-Prinsip Komunikasi Empatik Pola Pengasuhan Anak
a. Memperhatikan Anak
b. Mendengarkan Anak
c. Memahami Anak
d. Menghargai Anak

B. SARAN

Akhirnya Saya ucapkan syukur kepada Allah atas segala pertolongan


dan petunjuk-Nya, sehingga Saya dapat menyelesaikan penulisan makalah ini
dengan segala keterbetasan. Saya menyedari bahwa karya ini masih banyak
terdapat kekurangan, oleh karenanya, penulis mengaharapkan kritik dan saran
yang konstruktif dari semua pihak demi menuju kepada perbaikan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi Saya, khususnya dan pembaca pada
umumnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi. Psikologi Umum. 2003. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Alex Sobur. Psikologi Umum. 2003. Bandung: CV. Pustaka setia

Bungin, Burhan. (2010). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan


Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Budyatna, Muhammad., dan Leila Mona Ganiem.(2011). Teori Komunikasi


Antarpribadi. Jakarta: Kencana.

Kurniawan, A., & Ihsan, M. (2020). Komunikasi Empatik Himpunan Mahasiswa


Nahdlatul Wathan (Himmah NW) dalam Meningkatkan Loyalitas Kader.
Mukammil: Jurnal Kajian Keislaman, 3 (1), 61–76

Lestari, S. (2016). Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanaman Konflik


dalam Keluarga. Jakarta: Prenada Media

13

Anda mungkin juga menyukai