Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“Rasionalisme Filsafat Berbasis Pengalaman”

(Mata Kuliah : Filsafat Umum)

Dosen Pengampu :

INDRAWATI, M.Pd.I

Disusun oleh :

Sara Ardila (2013000043)

PRODI : BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

SEMESTER II

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’ARIF JAMBI


TAHUN AKADEMIK 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Rasionalisme Filsafat Berbasis Pengalaman” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Ibu INDRRAWATI, M.Pd.i pada Mata Kuliah Filsafat Umum. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang kelahiran
nabi dan perjuangannya di kota mekkah bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibuselaku dosen pengampu mata


kuliah ini yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jambi, Maret 2021

Pemakalah

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR...................................................................................................2

DAFTAR ISI..................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................4

A. LATAR BELAKANG................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN..............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................5

A. PENGERTIAN EMPIRISME.....................................................................................5
B. TOKOH TOKOH EMPIRISME.................................................................................5
C. ILMU PENGETAHUAN MENURUT EMPIRISME.................................................13

BAB III PENUTUP ...........................................................................................15

A. KESIMPULAN...........................................................................................................15
B. SARAN.......................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Filsafat zaman modern lahir karena upaya keluar dari belenggu gereja
pada zaman skolastik. Pada awalnya filsafat abad modern dimulai dengan tiga
aliran, yaitu: aliran rasionalisme dengan pendirinya Rene Descartes (1596-1950
M), aliran empirisme dengan pendirinya Francis Bacon (1210-1292 M), dan aliran
kritisisme dengan pendirinya Immanuel Kant (1724-1804 M). Aliran empirisme
merupakan paham yang menyatakan bahwa semua pengetahuan manusia
diperoleh dari hasil pengalaman manusia itu sendiri. Aliran empirisme lahir pada
abad ke–17 setelah lahirnya aliran rasionalisme, pada saat itu diantara keduanya
saling bertolak belakang, karena rasionalisme menganggap bahwa pengetahuan itu
berasal dari rasio atau akal sehingga pengenalan inderawi menjadi suatu bentuk
pengenalan yang samar. Sebaliknya empirisme mengatakan bahwa pengetahuan
berasal dari pengalaman yang ditangkap dari panca indra.

Tokoh-tokoh aliran empirisme yaitu: John Locke (1632-1704), Thomas


Hobbes (1588-1679), David Hume (1711-1776), George Barkeley (1665-1753).
Dalam makalah ini kami ingin membahas apa itu empirisme, pemikiran dari
tokoh-tokoh empirisme dan ilmu pengetahuan menurut empirisme.

A. Rumusan Masalah
1.  Apa yang dimaksud dengan empirisme?
2.  Apa saja pemikiran-pemikiran dari tokoh-tokoh empirisme?
3. Bagaimana ilmu pengetahuan menurut empirisme?

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan empirisme
2. Untuk mengetahui apa saja pemikiran-pemikiran dari tokoh-tokoh
empirisme
3.  Untuk mengetahui bagaimana ilmu pengetahuan menurut empirisme

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Empirisme

Empirisme berasal dari bahasa Yunani empiria yang artinya Pengalaman


indrawi. Jadi empirisme adalah salah satu aliran dalam filosof yang menekankan
peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan itu sendiri dan mengecilkan
peranan akal (Atang,2008:264). Pada dasarnya empirisme sangat bertentangan
dengan rasionalisme. Rasionalisme yang menyatakan bahwa pengenalan sejati
berasal dari akal (rasio), sehingga pengenalan panca indra merupakan suatu
bentuk pengenalan yang samar, sebaliknya empirisme menyatakan bahwa
pengalaman menciptakan ilmu pengetahuan dan empirisme menolak anggapan
bahwa ketika manusia dilahirkan sudah membawa ilmu pengetahuan. sehingga
pengenalan inderawi merupakan pengenalan yang paling jelas dan paling
sempurna. . (Taufik, 2013: 115)

B. Tokoh-tokoh Empirisme

a. John Locke (1632-1704)

Ia lahir tahun 1632 di Bristol Inggris dan wafat tahun 1704 di Oates
Inggris. Keluarganya berasal dari kelas menengah dan ayahnya memiliki rumah
dan tahan di sekitar Pensford yaitu sebuah kota kecil di Bristol, ayahnya bekerja
sebagai pemilik tanah, pengacara, dan tugas administrasi di pemerintah lokal.
John locke belajar dilondon dan masuk di fakultas kedokteran Universitas Oxford
ia juga Jhon Locke pernah belajar di sekolah Westminster pada tahun 1647, disana
ia belajar bahasa-bahasa kuno seperti bahasa Latin, Yunani, dan Ibrani. Pemikiran
filsafatnya banyak dipengaruhi oleh rene descrates, dibidang ilmu alam
dipengaruhi oleh Boyle, john locke juga menajdi dokter pribadi dari lord
shaftesbury seorang politik dan bangsawan. John juga merupakan filsuf pertama
yang menetapkan persoalan bagaimana manusia memperoleh pengetahuan dari
pokok filsafatnya. John locke berpendapat bahwa pengetahuan sumber nya adalah
dari pengalaman baik pengalaman lahiriah (sensasi) maupun pengalaman batiniah
(refleksi), ia juga mengemukakan teori yaitu teori Tabula rasa, Tabula
rasa sendiri artinya lempengan lilin yang putih, licin yang siap menerima
tempelan apa saja artinya, ketika manusia dilahirkan jiwanya masih putih bersih,
seperti kertas putih yang belum tertulis apa-apa, yang intinya pada awalnya rasio

5
manusia itu dianggap sebagai kertas yang masih bersih pada waktu dilahirkan dan
seluruh isinya berasal dari pengalaman yang ditangkap oleh indra manusia yang
melalui proses pengenalan barulah manusia itu mempunyai pengetahuan.
(Mulyono, 2013: 3.19).

Pandangan locke terhadap lembaran putih ini sangat mirip dengan teori
fitrah dalam filsafat islam yang diterangkan dalam QS. Ar-rum ayat 30. Yang
mana manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah.

John Locke adalah seorang filsuf dari Inggris yang menjadi salah satu


tokoh utama dari pendekatan empirisme. Sebelum membahas hal yang lebih jauh
tentang John Locke dan teori Empirisme nya, kita sebaiknya mengetahui dulu apa
sebenarnya arti Empirisme itu sendiri? Pengertian Empirisme menurut Wikipedia
Adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan
berasal dari pengalaman manusia.

Empirisme itu sendiri berasal dari kata Yunani yaitu “Empiris” yang
berarti pengalaman inderawi. Oleh karena itu empirisme adalah faham yang
memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalan baik pengalaman lahiriah
yang menyangkut dunia maupun pengalaman batiniah yang menyangkut pribadi
manusia. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah
pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan.

Pada dasarnya Empirisme sangat bertentangan dengan Rasionalisme.


Rasionalisme mengatakan bahwa pengenalan yang sejati berasal dari ratio,
sehingga pengenalan inderawi merupakan suatu bentuk pengenalan yang kabur.
sebaliknya Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman
sehingga pengenalan inderawi merupakan pengenalan yang paling jelas dan
sempurna. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah
pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan.

Locke disebut sebagai nabi revolusi yang paling moderat dan paling
berhasil dari seluruh revolusi yang ada. Dinamakan demikian karena tujuan
revolusi nya sederhana, tetapi benar – benar tercapai. Selain itu, di dalam
bidang filsafat politik. Locke juga dikenal sebagai filsuf negara liberal. Bersama
dengan rekannya, Isaac Newton, Locke dipandang sebagai salah satu figur
terpenting di era Pencerahan. Locke menandai lahirnya era Modern dan juga era
pasca-Descartes (post-Cartesian), karena pendekatan Descartes tidak lagi menjadi
satu-satunya pendekatan yang dominan di dalam pendekatan filsafat waktu itu.
Locke juga menekankan pentingnya pendekatan empiris dan juga pentingnya
eksperimen-eksperimen di dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.

6
Tulisan-tulisan Locke tidak hanya berhubungan dengan filsafat tetapi juga
tentang pendidikan, ekonomi, teologi, dan medis. Karya-karya Locke yang
terpenting adalah “Esai tentang Pemahaman Manusia” (Essay Concerning Human
Understanding), buku ini menceritakan tentang semua pengalaman datang dari
pengalaman (Solomon:108). Dia mengatakan bahwa tidak ada ide yang
diturunkan seperti yang dikatakan Plato. Dengan kata lain dia menolak innate idea
atau ide bawaan.

Tulisan-Tulisan lain Locke adalah tentang Toleransi” (Letters of


Toleration) yang isinya tentang perlu pemisahan tegas antara urusan agama dan
urusan negara sebab tujuan masing-masing sudah berbeda.

Dan “Dua Tulisan tentang Pemerintahan” (Two Treatises of Government)


yang berisi tentang pandangan nya terhadap tahap – tahap perkembangan
masyarakat.

Banyak sekali pemikiran yang telah dihasilkan oleh Locke, diantaranya


tentang :

Hasil pemikiran yang didapat Locke dalam hal ini adalah menjelaskan
bagaimana proses manusia mendapatkan pengetahuan. Menurut Locke seluruh
pengetahuan bersumber dari pengalaman manusia. Ini adalah teori empirisme
yang pada waktu itu Locke menolak pendapat kaum rasionalis yang mengatakan
sumber pengetahuan manusia berasal dari rasio atau pikiran manusia. Meskipun
demikian, rasio atau pikiran berperan juga di dalam proses manusia memperoleh
pengetahuan.

Locke berpendapat bahwa sebelum seorang manusia mengalami sesuatu,


pikiran atau rasio manusia itu belum berfungsi atau masih kosong diibaratkan
seperti sebuah kertas putih (tabula rasa) yang kemudian mendapatkan isinya dari
pengalaman yang dijalani oleh manusia itu. Rasio manusia hanya berfungsi untuk
mengolah pengalaman-pengalaman manusia menjadi pengetahuan sehingga
sumber utama pengetahuan menurut Locke adalah pengalaman.

Adapun ragam pengalaman manusia menurut Locke dibedakan menjadi


dua macam pengalaman manusia, yakni pengalaman lahiriah (sense atau eksternal
sensation) dan pengalaman batiniah (internal sense atau reflection).Pengalaman
lahiriah adalah pengalaman yang menangkap aktivitas indrawi yaitu segala
aktivitas material yang berhubungan dengan panca indra manusia.Sedangkan 
pengalaman batiniah terjadi ketika manusia memiliki kesadaran terhadap
aktivitasnya sendiri dengan cara ‘mengingat’, ‘menghendaki’, ‘meyakini’, dan

7
sebagainya.Kedua bentuk pengalaman manusia inilah yang akan membentuk
pengetahuan melalui proses selanjutnya.

Proses manusia mendapatkan pengetahuan itu didapat dari perpaduan


antara pengalaman lahiriah dan batiniah. Dari kedua perpaduan pengalaman
tersebut diperoleh apa yang disebut pandangan – pandangan sederhana seperti:
Pandangan yang hanya diterima oleh satu indra manusia saja. Misalnya, warna
diterima oleh mata, dan bunyi diterima oleh telinga. Pandangan yang diterima
oleh beberapa indra, misalnya saja ruang dan gerak. Pandangan yang dihasilkan
oleh refleksi kesadaran manusia, misalnya ingatan. Pandangan yang menyertai
saat-saat terjadinya proses penerimaan dan refleksi. Misalnya, rasa tertarik, rasa
heran, dan waktu.

Di dalam proses terbentuknya pandangan-pandangan sederhana ini, rasio


atau pikiran manusia bersifat pasif atau belum berfungsi.Setelah pandangan-
pandangan sederhana ini ada, baru rasio atau pikiran bekerja membentuk
‘pandangan-pandangan kompleks. Rasio bekerja membentuk pandangan
kompleks dengan cara membandingkan, mengabstraksi, dan menghubung-
hubungkan pandangan-pandangan sederhana tersebut.

b. Thomas Hobbes (1588-1679)

Thomas Hobbes dilahirkan dalam keadaan (Prematur) belum waktunya


pada tahun 1588 di Malmesbury, ketika itu ibunya tercekam rasa takut oleh
ancaman penyerangan spanyol ke inggris, ia pernah belajar di Universitas Oxford,
kemudian ia menjadi guru pada keluarga yang sangat terpandang. Berkat ia
mengajar dikeluarga tersebut ia dapat membaca buku-buku, bepergian keluar
negeri dan berjumpa dengan tokoh-tokoh terkenal.(Atang, 2008:267)

Pada tahun 160 kerajaan inggris yang dipimpin raja Charles I mengalami
kegoncangan lalu ia melarikan diri ke prancis disana ia mulai mengenal filsafat
descrates dan filsuf-filsuf lainnya, disana pula ia menulis buku yaitu “De
cive”atau tentag warga negara dan Leviathan atau tentang negara. Thomas
Hobbes ini sangat terkesan dengan ketetapan sains ia berusaha menciptakan
filsafat atas dasar matematika. Dan Hobbes sangat menolak tradisi sekolastik
dalam filsafat dan berusaha menerapkan konsep-konsep mekanik dari alam fisika
kepada pikirannya tentang manusia nya dan kehidupan mental. hal inilah yang
mendorong ia menerima materialisme,mekanisme,dan determinisme. Oleh karena
itu lah ia menulis karya pertamanya dalam filsafat yaitu Leviathan (1651) berisi
tentang hubungan antara alam,manusia dan masyarakat.

8
Hobbes menggambarkan negara sebagai makhluk raksasa dan menakutkan
yang melegitimasikan diri semata-mata karena kemampuannya untuk
mengancam. Hal itu dikarenakan pada pemerintahan di zamannya terkenal dengan
negara yang absolut. Hobbes tidak mau membenarkan kesewenangan para raja,
melainkan ia mau mendasarkan suatu kekuasaan negara yang tidak tergoyahkan.
Pendasaran itu dilakukan dengan secara konsisten mendasarkan kekuasaan negara
pada kemampuannya untuk mengancam para warga Negara. Manusia dapat diatur
more geometrico, secara mekanistik. Apalagi organisasi masyarakat disusun
sedemikian rupa hingga manusia merasa aman dan bebas sejauh ia bergerak dalam
batas-batas hukum, dan terancam mati sejauh tidak, kehidupannya dapat terjamin
berlangsung dengan teratur dan tentram.

Pandangan inilah dasar filsafat negara Hobbes Negara itu benar-benar sang
Leviathan, binatang purba itu yang mengarungi samudera raya dengan perkasa,
tanpa menghiraukan siapapun. Kekuasaannya mutlak. “Siapa yang diserahi
kekuasaan tertinggi, tidak terikat pada hukum negara (karena itu akan berarti
bahwa ia berkewajiban terhadap dirinya sendiri) dan tidak memiliki kewajiban
terhadap seorang warga negara. Hobbes juga menolak segala pembagian
kekuasaan negara. Negara, sang Leviathan, oleh Hobbes juga dijuluki “manusia
buatan” dan Deus mortalis, “Allah yang dapat mati”.

Negara itu manusia buatan karena hasil rekayasa manusia itu mirip dengan
manusia:negara mempunyai kehidupan dan kehendak sendiri. Dan ia bagaikan
Allah. Ia memang dpt mati, artinya bubar. Tetapi selama ia ada, ia seperti Allah,
merupakan tuan atas hidup dan mati manusia, ia berwenang untuk menetapkan
apa yang baik dan apa yang buruk, apa yang adil namanya dan apa yang tidak, dan
terhadap siapapun negara tidak perlu memberikan pertanggung jawaban. Menurut
Hobbes, manusia tidaklah bersifat sosial. Manusia hanya memiliki satu
kecenderungan dalam dirinya, yaitu keinginan mempertahankan diri. Karena
kecenderungan ini, manusia bersikap memusuhi dan mencurigai setiap manusia
lain: homo homini lupus! (manusia adalah serigala bagi sesamanya). Keadaan ini
mendorong terjadinya "perang semua melawan semua" (bellum omnium contra
omnes).

Pemikiran Thomas Hobbes

Pemikiran Hobbes yang membuat di terkenal adalah Leviathan atau


Commenwelth. Pemikiran Hobbes yang penting adalah mengenai social contract
(perjanjian bersama, perjanjian masyarakat, kontrak sosial). Perjanjian ini

9
mengakibatkan manusia-manusia bersangkutan menyerahkan segenap kekuatan
dan kekuasaannya masing-masing kepada seseorang atau pada suatu Majelis.

Gerombolan orang yang berjanji itu pun menjadi satu dan ini bernama
Commonwealth atau Civitas. Pihak yang memperoleh kekuasaan itu mewakili
mereka yang telah berjanji. Jadi menurut Hobbes, isi perjanjian bersama itu
mengandung dua segi: Pertama, perjanjian antara sesama sekutu, sehingga tercipta
sebuah persekutuan, dan Kedua, perjanjian menyerahkan hak dan kekuasaan
masing-masing kepada seseorang atau majelis secara mutlak.

Menurutnya, penguasa dapat mempergunakan segala cara termasuk


kekerasan untuk menjaga ketentraman yang dikehendaki di awal. Walaupun
Hobbes mengatakan bahwa penguasa dapat berupa majelis, tetapi ia lebih suka
melihatnya berada di tangan satu orang karena seseorang akan dapat berpegang
terus pada satu kebijakan dan tidak berubah-ubah karena banyaknya pemikiran
seperti dalam majelis. Walaupun menurutnya kekuasan bersifat mutlak, tetapi ada
beberapa hal yang membolehkan rakyat untuk menentangnya.

Civil society sudah menjadi mantra baru dalam konstelasi politik


kontemporer. Tak dimungkiri ramifikasi gagasan civil society sudah sedemikian
luas, dari aras liberalisme yang di cetuskan oleh Hobbes.

Hobbes menggambarkan kondsi pra-sosial atau keadaan alamiah yang


diliputi ketidakpastian. Khususnya Hobbes, keadaan alamiah adalah perang
sehingga terkenallah ungkapannya, ‘perang semua melawan semua.’ Ia
menggambarkan keadaan alamiah di mana manusia secara ekstrem individual
mutlak dan hidupnya diliputi konflik. Ini menandai keretakan atau diskontinuitas
dengan keyakinan nilai moral tradisional, yakni relativisme moral dan
pengedepanan nilai-nilai pasar.

Kedaulatan mutlak individu dan etika yang didasarkan pada kepentingan


diri membutuhkan bangunan Negara yang kuat untuk menjamin keamanan,
kepastian relatif, dan kemungkinan antisipasi bagi hadirnya civil society.
Pergeseran dari kondisi alamiah menuju civil society ini dicapai melalui tegaknya
“Leviathan” atau “mortal God” yang bernama Negara.

Bagi Hobbes fungsi normal civil society adalah produksi dan pemerolehan
property baik akumulasi modal aupun ekspansi pasar, budaya, seni, dan hal-hal
umum yang dibutuhkan dalam kehidupan – tergantung pada Negara yang kuat.
Artinya negaralah yang membuat eksistensi civil society menjadi
mungkin.Hobbes memandang Negara mengungguli civil society dan prasyarat
terbentuknya civil society adalah Negara.

10
Liberalisme modern dengan demikian dapat dilacak dalam individualisme
metodologis Hobbes. Oposisi dalam paham liberal antara Negara dan civil society
diteorisasikan pada era ekspansi pasar, transformasi ekonomi, dan munculnya
kelas sosial baru di Eropa. Individualisme metodologis Hobbes setidaknya tampak
dalam dua hal: pertama, seluruh badan korporasi bersifat artifisial dan
konvensional; dan kedua, realitas secara hakiki bersifat individual.

Kebebasan dan kekuasaan selalu berada dalam “satu paket” karena


kebebasan akhirnya dimengerti sebagai “tiadanya oposisi eksternal atau halangan-
halangan eksternal.” Individu-individu atomis adalah halangan eksternal, pula
Negara menjadi semacam “external impediment” yang mengancam kebebasan
individu. Maka, Negara dalam konsepsi politik liberal, lahir sebagai buah
persetujuan antar individu dan kekuasaannya legitim sejauh ia merupakan
kepanjangan tangan dari persetujuan individu-individu.

Di sini tampak kaitan logis dan metodologis antara individualisme


atomistik dengan konstitusionalisme liberal. Ini berarti konsepsi state of nature
dari Hobbes, sampai pada sebuah kesimpulan yang sama tentang hubungan
Negara dan civil society karena koneksi ontologisme antara individualisme dan
kepemilikan (hak milik pribadi).

Hobbes juga berpendapat bahwa nilai itu bersifat subjektif, yang baik dan
yang buruk semata-mata bergantung pada pendapat masing-masing.Oleh sebab itu
baik buruk itu adalah pula soal pribadiDisamping itu ia juga mengugkapkan
bahwa adalah menjadi fitrah manusia untuk berselisih, bertengkar dan cekcok
sesamanya.

Ajaran Thomas Hobbes ini yang terkenal adalah pendapatnya tentang


filsafat politik, ia tidak setuju bahwa manusia menurut kodratnya adalah makhluk
sosial. Hal tersebut mengakibatkan suatu egoisme radikal yaitu homo homoni
lupus (manusia adalah manusia bagi manusia) akan tetapi, dalam keadaan
demikian, manusia justru tidak mampu mempertahankan keegoisannya itulah
sebabnya mereka akan takluk pada suatu kewibawaan (Atang,2008:268).

Jadi menurut pengikut Thomas Hobbes berpendapat bahwa pengalaman


inderawi sebagai permulaan segaa pengenalan. Hanya yang dapat disentuh dengan
inderalah yang merupakan kebenaran. Sedangkan pengetahuan intelektual (rasio)
tidak lain hanyalah merupakan penggabungan data-data inderawi belaka.
(Ahmad,2004:118)

11
c. David Hume (1711-1776)

David Hume lahir di Edinburgh, Skotlandia 7 mei 1711. Ayahnya seorang


pengacara dan pemilik tanah, sedangkan ibunya adalah seorang kalvinis keras.
Ia  belajar di Universitas Edinburgh dan mempelajari hukum, sastra dan filsafat. Ia
lebih tertarik terhadap ilmu filsafat daripada ilmu-ilmu yang lain. Ia pernah
bekerja sebagai diploma di Prancis, Italia, Austria, dan Inggris. Ia meninggal pada
tahun 1776 di Edinburgh.(internet)

Pada usia 28 tahun David Hume sudah membuat karya pertamanya yaitu
sebuah risalah tentang watak manusia (atreatise of human nature). Ia merupakan
filsuf yang berbeda dari filsuf yang lainnya, ia mengambil kehidupan sehari-hari
sebagai titik awal dari filsufnya. Menurut David Hume banyak kesalahan
pemikiran pada abad pertengahan dan dari flsafat rasionalistik pada abad ke 17.
David Hume mengusulkan untuk kembali pada pengalaman spontan kita
menyangkut dunia.

Menurut David Hume manusia memiliki dua persepsi, yaitu kesan dan
gagasan. Kesan yaitu pengindraan langsung atas realitas lahiriah. Sedangkan
gagasan yaitu ingatan akan kesan-kesan semacam itu. Contohnya jika terbakar
diatas open panas, kita akan mendapatkan kesan, setelah itu kita pasti akan
mengingat bahwa kita terbakar. Kesan yang diingat itulah yang dikatakan oleh
David Hume sebagai”gagasan”. Perbedaannya adalah bahwa kesan itu lebih kuat
dan lebih hidup daripada ingatan reflektif terhadap kesan tersebut. Perasaan itulah
yang asli, sedangkan gagasan dan refleksi itu hanyalah tiruan yang samar-samar.
Dan kesan itulah yang menyebabkan langsung dari gagasan yang tersimpan dalam
pikiran. David Hume menentang semua pikiran dan gagasan yang tidak dapat
dijangkau oleh panca indra.(Solihin,2007:164-165)

David Hume merupakan filsuf empirisme dan puncak empirisme terjadi


pada masanya, sehingga ia disebut sebagai ultimate skeptic, skeptic tingkat
tertinggi. Ia dikatatakan sebagai seorang skeptis dan seorang empiristis sebab ia
menggunakan prinsip-prinsip empiristis dengan cara yang paling radikal.
Terutama pengertian substansi dan kausalitas (hubungan sebab-akibat) yang
menjadi objek kritiknya, Ia tidak menerima substansi, sebab yang dialami ialah
kesan-kesan saja tentang beberapa ciri yang selalu terdapat bersama-sama.
Contohnya seperti putih, licin, berat, dan sebagainya. Tetapi atas dasar
pengalaman tidak dapat disimpulkan bahwa dibelakang ciri-ciri itu masih ada
suatu substansi tetap, contohnya seperti sehelai kertas yang memiliki ciri-ciri
seperti putih, licin, berat dan lain-lain. Sebagai seorang empiris David Hume
terlihat lebih konsekuen daripada Barkeley. (Atang,2008:274)

12
d. George Barkeley (1665-1753)

Bishop Barkeley  merupakan nama lain dari George Barkeley ia lahir di


County Kilkenny, Irlandia pada 12 maret 1685 dan meninggal di Oxford, Inggris
pada 14 januari 1753 di usia 67 tahun Goerge Barkeley ini merupakan tokoh
filosof modern. Ia pernah belajar di Kilkenny School, Trinity Colege dan
Universitas Oxford. Dia adalah seorang Katolik tetapi dia menerapkan kebijakn
toelransi kepada para penganut katolik, di irlandia dia sangat terkenal sebagai
seorang pemikir subjektif idealisme dan empirisme. George Barkeley ini terkenal
dengan teorinya yang dinamakan Imaterialisme atas dasar prinsip-prinsip
empirisme. (https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.co.id/2014/12/david-Hume-
tokoh-filsuf-modern.html?m=1)

Barkeley berpendapat bahwa tidak ada subtansi-subtansi yang materil


yang adalah pengalaman dalam roh saja ia berpendapat Ese estpercipi (Being is
being perceived) yaitu dunia materiil sama saja dengan ide-ide yang saya alami.
contohnya dalam bioskop, gambar-gambar film pada layar putih dilihat oleh para
penonton sebagai benda-benda yang riil dan hidup. Seperti itu  pula menurut
pemikiran barkeley ide-ide yang membuat itu saya melihat suatu dunia yang
materiil dan begitu pula barkeley mengakui bahwa ia merupakan suatu substansi
rohani.

Barkeley juga mengakui adanya Allah menurut nya Allah lah yang
merupakan asal usul ide yang ia lihat. Jika kita mengatakan bahwa Allah
menciptakan dunia yang kita maksud bukan berarti ada suatu dunia diluar kita
melainkan bahwa Allah memberi petunjuk ide-ide itu kepada kita jika kita
memahami perbandingan wujud ini dengan film seperti diatas tadi, boleh kita
teruskan bahwasannya Allah lah yang memutar film itu dalam batin kita. (Atang,
2008:273)

C. Ilmu Pengetahuan Menurut Empirisme

Ilmu pengetahuan menurut aliran Empirisme adalah di anggap berasal dari


pengalaman. Karna semua pengetahuan betapa pun rumitnya dapat dilacak
kembali, dan apa yang tidak dapat di lacak bukanlah ilmu pengetahuan. Seorang
yang beraliran empirisme biasanya berpendirian bahwa pengetahuan di dapat
melalui pengumpulan yang secara pasif menerima hasil-hasil pengindraan
tersebut.

13
Contohnya sebuah cerita yang dianggap mitos dan legenda tentang suatu
tempat atau suatu hal yang belum jelas adanya seperti keberadaan Nyi Roro Kidul.
Meski keberadaannya diyakini banyak orang namun hal tersebut belum dapat di
buktikan dalam Ilmu Pengetahuan. Oleh karena itu lah belum dapat disebut
sebagai Ilmu Pengetahuan.

Contoh dari mitos yang dapat dijadikan Ilmu Pengetahuan ketika


perempuan yang sedang hamil muda memakan nanas dapat menggugurkan
kandungannya. Ketika penelitian dilakukan dan ternyata memang terbukti nanas
muda mengandung zat-zat yang menimbulkan reaksi terhadap rahim. Karna
adanya zat-zat tersebut kemungkinan besar keguguran dapat terjadi. Sehingga
mitos tentang nanas muda dapat menggugurkan kandungan dapat dijadikan suatu
Ilmu Pengetahuan.

14
BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan

Dapat diambil kesimpulan bahwasannya empirisme adalah paham yang


menyatakan bahwa semua pengetahuan manusia diperoleh dari hasil pengalaman
manusia itu sendiri. Aliran empirisme ini di bangun oleh Francis Bacon (1210-
1292) dan Thomas Hobbes (1588-1679).Tokoh-tokoh filsuf empirisme, dan
mulai mengalami sistematisasi pada dua tokoh berikutnya yaitu John locke dan
David Hume. Puncak aliran empirisme terjadi pada masa David Hume. Ilmu
pengetahuan menurut aliran empirisme adalah berasal dari pengalaman. Karna
semua pengetahuan betapa pun rumitnya dapat dilacak kembali, dan apa yang
tidak dapat di lacak bukanlah ilmu pengetahuan.

B. SARAN    

 Demikianlah makalah yang sangat sederhana ini. Penulis sangat yakin


bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam  makalah ini. Penulis
mengharapkan banyak saran dan kritikan agar kiranya makalah ini bisa menjadi
lebih sempurna.

           

15
DAFTAR PUSTAKA

Mandailing, M. Taufik. 2013. Mengenal Filsafat Lebih Dekat. Yogyakarta: Idea


Press Yogyakarta.

Selamet, Subekti Mulyono. 2013. Sejarah Pemikiran Modern. Banten: Penerbit


Universitas Terbuka.

Sholihin, Muhammad. 2007. Perkembangan Pemikiran Filsafat dari Klasik


Hingga Modern. Bandung: CV Pustaka Setia.

Syadali, Ahmad. 2004. Filsafat Umum. Bandung: CV Pustaka Setia.

https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.co.id/2014/12/david-Hume-tokoh-filsuf-
modern.html?m=1 (03 Maret 2021) jam 15:00 WIB.

16

Anda mungkin juga menyukai