Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“Kritisisme Imanuel Kant”

(Mata Kuliah : Filsafat Umum)

Dosen Pengampu :

INDRAWATI, M.Pd.I

Disusun oleh :

TRIYAH RAHAYU (2013000044)

PRODI : BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

SEMESTER II

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’ARIF JAMBI


TAHUN AKADEMIK 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Kritisisme Imanuel Kant” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Ibu INDRRAWATI, M.Pd.i pada Mata Kuliah Filsafat Umum. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang kelahiran
nabi dan perjuangannya di kota mekkah bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibuselaku dosen pengampu mata


kuliah ini yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jambi, Maret 2021

Pemakalah

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4

A. LATAR BELAKANG................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................................5
C. TUJUAN.....................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6

A. PENGERTIAN KRITISME........................................................................................6
B. RIWAYAT HIDUP IMANUEL KANT....................................................................7
C. TUJUAN FILSAFAT IMANUEL KANT..................................................................8
D. MACAM MACAM KRITIK IMANUL KANT.........................................................9

BAB III PENUTUP...................................................................................................................14

A. KESIMPULAN...........................................................................................................14
B. SARAN.......................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................15

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sebenarnya, sulit sekali untuk membuat suatu definisi yang pasti
tentang ilmu, filsafat dan agama. Hal ini terjadi karena perbedaan sudut
pandang, jenis bangsa dan agama yang di anut, dari orang yang
mendefinisikannya itu.
Pengaruh Immanuel kant dalam ilmu filsafat sangatlah besar. Abad
ke-18 di jerman biasa di sebut Aufklarung atau zaman pencerahan yang di
inggris dikenal dengan enlightenment. Pemberian nama ini dikarenakn
pada zaman itu manusia mencari cahaya baru dalam rasionya. Immanuel
kant mendefinisikan zaman itu dengan mengatakan, “dengan aufklarung
dimaksudkan bahwa manusia keluar dari keadaan tidak balig (dalam
bahasa jerman disebut unmundigkeit), yang dengannya ia sendiri
bersalah.” Apa sebabnya manusia itu sendiri yang bersalah? Karena
manusia itu sendiri tidak menggunakan kemungkinan yang ada padanya,
yaitu rasio. Oleh karenanya semboyan aufklarung menjadi sapere aude!
Hendaklah anda berani berpikir sendiri! Dengan demikian zaman
pencerahan merupakan tahap baru dalam proses emansipasi manusia barat
yang sudah dimulai sejak renaissance dan reformasi.
Di inggris pada zaman itu muncul deisme, yaitu suatu pendirian
pemikir-pemikir yang sunguh pun menerima adanya Allah, akan tetapi
beranggapan bahwa Allah tidak menghiraukan penyelenggaraan dunia.
Tokoh zaman pencerahan di sini antara lain hume yang telah di singgung
di atas.
Di prancis muncul para ensiklopedis, materialis serta tokoh-tokoh
seperti, Voltaire (1641-1778), charles de montesque (1689-1775) dan Jean
Jaqcues Rousseau (1712-1778) yang amat terkenal dengan teori kontrak
sosialnya (buku-bukunya terbit tahun 1762). Di jerman seorang filsuf
besar yang melebihi zaman aufklarung telah lahir , itulah immanuel kant
yang akan kita bicarakan secara khusus mengenai pemikiranya
kritisismenya.

B. RUMUSAN MASALAH

4
1. Apa yang dimaksud dengan kritisisme?
2. Bagaimanakah riwayat hidup immanuel kant?
3. Apa tujuan filsafat Immanuel kant?
4. Apa saja macam-macam kritik menurut kant?

C. TUJUAN

1. Untuk tahu lebih jelas mengenai kritisisme


2. Untuk mengetahui riwayat hidup immanuel kant
3. Untuk mengetahui tujuan filsafat immanuel kant
4. Untuk mengetahui macam-macam kritik menurut immanuel kant

BAB II

5
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KRITISISME

Filasafat yang di kenal dengan kritisisme adalah filsafat yang di


introdusir oleh Immanuel Kant. Filsafat ini memulai pelajarannya dengan
menyelidiki batas-batas kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan
manusia. Oleh karena itu, kritisisme sangat berbeda dengan corak filsafat
modern sebelumnya yang mempercayai kemampuan rasio secara mutlak.1

Kant mengadakan penelitian yang kritis terhadap rasio murni dan


memugar sifat objektivitas dunia ilmu pengetahuan dengan menghindarkan
diri dari sifat sepihak rasionalisme dan sifat sepihak empirisme. Gagasan ini
muncul karena pertanyaan mendasar dalam dirinya, yaitu Apa yang dapat saya
ketahui? Apa yang harus saya lakukan? Dan Apa yang boleh saya harapkan?.2

Filsafat Kant disebut sebagai filsafat kritis, karena pemikirannya


mengkritik pandangan empirisme dan rasionalisme sebagai dua pandangan
yang bertentangan dalam filsafat, terutama sejak renaisans dan pencerahan.
Kant kemudian menyatakan bahwa kedua pandangan ini berat sebelah. Kant
berusaha menganalisis syarat-syarat serta batas-batas kemampuan rasional
manusia serta dimensinya yang murni teoritis dan praktis-etis dengan
menggunakan rasio itu sendiri. Titik tolak analisis kant bertolak dari analisis
terhadap kegiatan akal-budi, lalu mencoba memahami kemampuan serta batas-
batas akal budi itu. Analisi itu bersifat kritis dan bukan psikologi dengan
mencari daya/potensi yang berperan dalam proses ilmiah. Analisisnya lebih
bersifat kritis logis yang meneliti hubungan antar unsur-unsur isi pengertian
satu sama lain.3

1
Prof. Dr. Juhaya S, Praja. Aliran-aliran Filsafat dan Etika, Jakarta : Prenada Media, 2008, hlm
114
2
Drs. A. Susanto, M.Pd, Filsafat Ilmu, Jakarta : Bumi Aksara, 2011, hlm 38
3
Dr. Akhyar Yusuf dan Irawan, M. Hum, Filsafat Sosial, Tanggerang Selatan : Universitas Terbuka,
2010, hlm 5-6

6
Ciri-ciri Kritisime dapat dapat di simpulkan dalam tiga hal, yaitu
sebagai berikut :

a. Menganggap objek pengenalan itu berpusat pada subjek dan bukan pada
objek

b. Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk mengetahui


realitas atau hakikat sesuatu, rasio hanyalah mampu menjangkau gejalanya
atau fenomenanya saja.

c. Menjelaskan bahwa pengenalan manusia atas sesuatu itu diperoleh atas


perpaduan antara peranan unsur anaximenes priori yang berasal dari rasio
serta berupa ruang dan waktu dan peranan aposteriori yang berasal dari
pengalaman yang berupa materi.4

Sebelum kita berkenalan jauh mengenai Kritisisme, alangkah lebih


berguna apabila berkenalan dengan latar belakang tokohnya.

B. RIWAYAT HIDUP IMANUEL KANT

Immanuel Kant lahir di Konigserg, Prusia Timur, Jerman. Pikiran-


pikiran dan tulisan-tulisannya yang sangat penting dan membawa revolusi
yang jauh jangkauannya dalam filsafat modern. Ia terpengaruh oleh lahiran
Piettisme dari ibunya, tetapi ia hidup dalam zaman SCEPTISM serta
membaca karangan-karangan Voltaire dan Hume. Akibat dari itu semua
ialah bahwa ia mempunyai problema : what can we know? (apa yang dapat
kita ketahui?) what is nature and what are the limits of human knowledge?
(apakah alam ini dan apakah batas-batas pengetahuan manusia itu?)
sebagian besar hidupnya telah ia pergunakan untuk mempelajari logical
process of thought (proses penalaran logis), the external world (dunia
eksternal) dan the reality of things (realitas segala yang wujud).

Kehidupannya sebagai filsuf dibagi dalam dua periode :

Zaman pra-kritis dan zaman kritis. Pada zaman pra-kritis ia


menganut pendirian rasionalis yang dilancarkan oleh wolff dkk. Tetapi,
karena terpengaruh oleh Hume, berangsur-angsur kant meninggalkan
rasionalisme. Ia sendiri mengatakan bahwa Hume itulah yang
membangunkannya dari tidur dogmatisnya. Pada zaman kritisnya, kant
4
Drs. A. Susanto, M.Pd, Op. Cit hlm 39

7
merubah wajah filsafatinya secara radikal. Ia menanamkan filsafatnya
sekaligus mempertanggungkannya dengan dogmatisme.5

Karyanya yang terkenal dan menampakkan kritisismenya, ialah


kritik der reinen vernunft reason dan Critique of Pure Reason yang
membicarakan tentang reason dan knowing process yang ditulisnya selama
lima belas tahun. Buku ini amat terkenal di dunia filsafat. Dalam literatur
bahasa indonesia biasanya disebut “kritik atas rasio praktis”. Buku kedua
adalah Kritik der Practischen Vernunft (1781) atau biasa disebut Critique
of Practical Reason alias Kritik atas rasio praktis yang menjelaskan filsafat
moralnya. Ketiga, buku Kritik der Arteilskraft (1790) atau Critique of
judgement alias kritik atas daya pertimbangan.6

C. TUJUAN FILSAFAT IMANUEL KANT

Melalui Filsafatnya kant bermaksud memugar sifat objektivitas


dunia ilmu pengetahuan. Agar supaya maksud itu terlaksana, orang harus
menghindarkan diri dari sifat sepihak rasionalisme dan sifat sepihak
empirisme. Rasionalisme mengira telah memperoleh pengetahuan dari
pengalaman saja. Ternyata bahwa empirisme, sekalipun dimulai dengan
ajaran yang murni tentang pengalaman, tetap melalui idealisme subjektif
bermuara pada suatu skeptisisme yang radikal. Nah, kant bermaksud
mengadakan penelitian yang kritis terhadap rasio murni.

Menurut Hume, ada jurang yang lebar antara kebenaran-kebenaran


rasio murni dengan realita dalam dirinya sendiri. Menurut kant, syarat
dasar bagi segala ilmu pengetahuan adalah : Bersifat umum dan mutlak,
dan Memberi pengetahuan yang baru.7

Menurut kant, Hume lah yang menjadikan dia bangun dari


tidurnya dalam dogmatism, walaupun semulanya kant dipengaruhi
rasionalisme Leibniz dan wolff, kemudian juga dipengaruhi empirisme
Hume, sedang Rousseaun juga menampakkan pengaruhnya.

D. MACAM-MACAM KRITIK MENURUT IMANUEL KANT


5
Prof. Dr. Juhaya s. Praja, Op. Cit, hlm 115
6
Ibid, hlm 116
7
Ibid, hlm 116

8
a. Kritik Atas Rasio Murni

Dalam kritik ini, atara lain kant menjelaskan bahwa ciri pengetahuan
adalah bersifat umum, mutlak dan memberi pengertian baru. Untuk itu ia
terlebih dulu membedakan adanya tiga macam putusan, yaitu:

Putusan analitis apriori; dimana predikat tidak menambah sesuatu yang


baru pada subjek, karena sudah termuat di dalamnya (msialnya, setiap benda
menempati ruang).

Putusan sintesis aposteriori, misalnya pernyataan “meja itu bagus” di


sini predikat dihubungkan dengan subjek berdasarkan pengalaman indrawi,
karena dinyatakan setelah (=post, bhs latin) mempunyai pengalaman dengan
aneka ragam meja yang pernah diketahui.

Putusan sintesis apriori; disini dipakai sebagai suatu sumber


pengetahuan yang kendati bersifat sintetis, namun bersifat apriori juga.8

Manusia mempunyai tiga tingkatan pengetahuan, yaitu:

Taraf indra

Pendirian tentang pengenalan inderawi ini mempunyai implikasi yang


penting. Memang ada suatu realitas, terlepas dari subjek, Kant berkata:
memang ada das ding an sich (benda dalam dirinya; the thing itself). Tetapi
das ding an sich selalu tinggal suatu X yang tidak dikenal. Kita hanya
mengenal gejala-gejala (Erscheinungen), yang selalu merupakan sintesa antara
hal-hal yang datang dari luar dengan bentuk ruang dan waktu.

Taraf akal budi

Kant membedakan akal budi Vesrtand dengan Vernunft. Tugas akal


budi ialah menciptakan orde antara data-data inderawi. Dengan lain
perkataan, akal budi menciptakan putusan-putusan. Pengenalan akal budi
juga merupakan sintesa antara bentuk dengan materi. Materi adalah data-
data inderawi dan bentuk adalah apriori, yang terdapat pada akal budi.
Bentuk apriori ini dinamakan Kant dengan istilah “Kategori”. Akal budi
memiliki struktur sedemikian rupa, sehingga terpaksa saya mesti
memikirkan data-data inderawi sebagai subtansi atau menurut ikatan
sebab akibat atau menurut kategori lainnya. Dengan demikian, Kant sudah
menjelaskan Shahihnya ilmu pengetahuan alam. Sekarang kita mengerti
juga bahwa Kant betul-betul mengadakan suatu revolusi Kopernikan.9
8
Louis O. Kattsof, Pengantar filsafat, new York : the Ronald Press Company, hlm. 139
9
Prof. Dr. Juhaya. S. praja, Op. Cit, hlm. 119

9
Taraf Rasio

Tugas rasio ialah menarik kesimpulan dari keputusan-keputusan.


Dengan kata lain, rasio mengadakan argumentasi-argumentasi. Seperti
akal budi menggabungkan data-data inderawi dengan mengadakan
putusan-putusan. Kant memperlihatkan bahwa rasio membentuk
argumentasi-argumentasi itu dipimpin oleh tiga ide : jiwa, dunia, dan
Allah. Karena kategori akal budi hanya berlaku untuk pengalaman,
kategori-kategori itu tidak dapat diterapkan pada ide-ide. Tetapi justru
itulah yang di usahakan oleh metafisika. Uraian yang panjang lebar
dikemukakan oleh kant untuk memperlihatkan kepada kita bahwa bukti-
bukti untuk adanya Allah yang diberikan dalam filsafat bersifat
kontradiktoris.10

Walaupun Kant sangat menagumi empirisme Hume, empirisme


yang bersifat radikal dan yang konsekuen, ia tidak dapat menyetujui
skeptisime yang dianut Hume dengan kesimpulannya bahwa dalam ilmu
pengetahuan, kita tidak mampu mencapai kepastian. Pada waktu Kant
hidup, sudah jelas bahwa ilmu pengetahuan dirumuskan Newton
memperoleh sukses. Hukum-hukum ilmu pengetahuan berlaku selalu dan
dimana-mana. Misalnya air mendidih pada 100 C selalu begitu dan begitu
dan begitulah dimana-mana. Yang menjadi soal adalah, bagaimana hal itu
mungkin terjadi? Syarat-syarat manakah yang harus terpenuhi untuk
menjadikan ilmu pengetahuan alam dapat menghasilkan pengetahuan yang
begitu mutlak dan perlu pasti? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
itu, kant mengadakan suatu revolusi filsafat. Ia berkata bahwa ia mau
mengusahakan suatu “Revolusi Kopernikan”, berarti suatu revolusi yang
dapat dibandingkan dengan perubahan revolusioner yang dijadikan
Copernicus dalam bidang astronomi.

Dahulu para filsuf telah mencoba memahami pengenalan dengan


mengandaikan bahwa si subjek mengarahkan diri kepada objek. Kant
mengerti pengenalan dengan berpangkal dari anggapan bahwa objek
mengarahkan diri kepada subjek. Sebagaimana Copernicus menetapkan
bahwa bumi berputar sekitar matahari dan bukan sebaliknya, demikian pun
kant memperlihatkan bahwa pengenalan berpusat pada subjek bukan
objek.11

Mula-mula sains itu dibuktikan absolute bila dasarnya a priori; ia


berhasil disini. Kemudian ia membatasi keabsolutan sains tersebut dengan
10
Ibid, hlm 120
11
Ibid, hlm. 117

10
mengatakan bawa sains itu naïf. Sains hanya mengetahui penampakan
obyek. Bila sains maju selangkah lagi, ia akan terjerumus ke dalam
antinomy. Jadi sains dapat dipegang, tetapi sebatas penampakan obyek.
Dengan demikian, sains telah diselamatkan. Argumennya adalah bahwa
sains dan akal tidak mampu menembus noumena, tidak mampu juga
menembus obyek-obyek keyakinan. Obyek-obyek ini, yaitu obyek
keyakinan, temasuk noumena yang lain, hanya diketahui dengan kala
praktis. Jadi agama telah di selamatkan.12

Adapun Inti dari isi buku yang berjudul Kritik atas Rasio Murni
adalah sebagai berikut:

a. Kritik atas akal murni menghasilkan sketisisme yang beralasan.

b. Tuhan yang sesungguhnya adalah kemerdekaan dalam pengabdian pada


yang di cita-citakan. Akal praktis adalah berkuasa dan lebih tinggi dari
pada akal teoritis.

c. Agama dalam ikatan akal terdiri dari moralitas. Kristianitas adalah


moralitas yang abadi.13

d. Kritik Atas Rasio Praktis

Rasio praktis adalah rasio yang mengatakan apa yang harus kita
lakukan, atau dengan kata lain, rasio yang memberi perintah kepada
kehendak kita. Kant memperlihatkan bahwa rasio praktis memberi
perintah yang mutlak yang disebutnya sebagai imperatif kategori.

Kant beranggapan bahwa ada tiga hal yang harus disadari sebaik-
baiknya bahwa ketiga hal itu dibuktikan, hanya dituntut. Itulah sebabnya
Kant menyebutnya ketiga postulat dari rasio praktis. Ketga postulat
dimaksud itu ialah:

1. Kebebasan kehendak

2. Inmoralitas jiwa, dan

3. Adanya Allah

12
Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat umum Akal dan Hati sejk Thales Sampai Capra, Bandung : Rosda,
1990, hlm. 166
13
http://WWW.doepatu.cp.cc.2010/01/kritisisme-Imanuel-Kant.html

11
Yang tidak dapat ditemui atas dasar rasio teoritis harus diandaikan
atas dasar rasio praktis. Akan tetapi tentang kebebasan kehendak,
immoralitas jiwa, dan adanya Allah, kita semua tidak mempunyai
pengetahuan teoritas. Menerima ketiga postulat tersebut dinamakan Kant
sebagai Glaube alias kepercayaan. Dengan demikian, Kant berusaha untuk
memperteguh keyakinannya atas Yesus Kristus dengan penemuan
filsafatnya.14

Serupa dengan filsuf islam seperti ibn Rusyd yang berupaya


menjadikan filsafat sebagai alat penguat keimanan sebagaimana yang
tampak dalam kitabnya Fasl al-maqa’l fi masyarakat bayn al-hikmat wa al-
shari’at min al-ittisal.15

e. Kritik Atas Daya Pertimbangan

Kritik atas daya pertimbangan, dimaksudkan oleh Kant adalah


mengerti persesuaian kedua kawasan itu. Hal itu terjadi dengan
menggunakan konsep finalitas (tujuan). Finalitas bisa bersifat subjektif
dan objektif. Kalau finalitas bersifat subjektif, manusia mengarahkan
objek pada diri manusia sendiri. Inilah yang terjadi dalam pengalaman
estetis (kesenian). Dengan finalitas yang bersifat objektif dimaksudkan
keselarasan satu sama lain dari benda-benda alam.

Finalitas dalam alam itu diselidiki dalam bagian kedua, yaitu Der
Theologischen Unteilskraft.

Adapun Inti dari Critique of Judgment (Kritik atas pertimbangan)


adalah sebagai berikut:

a. Kritik atas pertimbangan menghubungkan diantara kehendak dan


pemahaman.

b. Kehendak cernderung menuju yang baik, kebenaran adalah objek


dari pemahaman.

c. Pertimbangan yang terlibat terletak diantara yang benar dan yang


baik

d. Estetika adalah cirinya tidak teoritis maupun praktis, ini adalah


gejala yang ada pada dasar subjektif.

14
Drs. Atang Abdul Hakim, MA, Filsafat Umum dari Metologi Sampai Teofiologi, Bandung :
Pustaka Setia, 2008, hlm 287
15
Prof. Dr. Juhaya S.Praja. Op. Cit, hlm. 122

12
e. Teologi adalah teori tentang fenomena, ini adalah bertujuan: (a)
subjektif (menciptakan kesenangan dan keselarasan) dan (b) objektif
(menciptakan yang cocok melalui akibat-akibat dari pengalaman).

Kritisisme Immanuel Kant sebenarya telah memadukan dua


pendekatan alam pencarian keberadaan sesuatu yang juga tentang
kebenaran substanstial dari sesuatu itu. Kant seolah-olah mempertegas
bahwa rasio tidak mutlak dapat menemukan kebenaran, karena rasio tidak
membuktikan, demikian pula pengalaman, tidak dapat dijadikan tolok
ukur, karena tidak semua pengalaman benar-benar nyata dan rasional,
sebagaimana mimpi yang nyata tetapi “tidak real”, yang demikian sukar
untuk dinyatakan sebagai kebenaran.

Dengan pemahaman tersebut, rasionalisme dan empirisme


harusnya bergabung agar melahirkan suatu paradigma baru bahwa
kebenaran empiris harus rasional, sebagaimana kebenaran rasional harus
empiris. Jika demikian, kemungkinan lahir aliran baru yakni rasionalisme
empiris.16

BAB III

PENUTUP

16
Drs. Atang Abdul Hakim, MA, Op. Cit, hlm. 288

13
A. KESIMPULAN

Kritisisme Immanuel Kant merupakan perpaduan antara dua


pemikiran, yakni, Rasionalisme yang dipelopori oleh Rene Descartes dan
empirisme yang dipelopori oleh David Hume. seolah-olah mempertegas
bahwa rasio tidak mutlak dapat menemukan kebenaran, karena rasio tidak
membuktikan, demikian pula pengalaman, tidak dapat dijadikan melulu tolak
ukur, karena tidak semua pengalaman benar-benar nyata, tapi “tidak-real”,
yang demikian sukar untuk dinyatakan sebagai kebenaran.

Tiga karya Immanuel Kant yang sangat penting merupakan kritik atas
rasio murni, kritik atas rasio praktis, kritik atas pertimbangan. Ketiga karyanya
inilah yang sangat mempengaruhi pemikiran filosof sesudahnya, yang mau tak
mau menggunakan pemikiran kant. Karena pemikiran kritisisme mengandung
patokan-patokan berfikir yang rasional dan empiris.

B. SARAN

Dengan pembuatan makalah ini diharapkan kita semua dapat


mengetahui dan mempelajari tentang kritisisme Imanuel Kant. Untuk
kebaikan dan perbaikan di maa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Hakim, Atang Abdul. 2008.Filsafat Umum dari Metologi Sampai teofiologi.


Bndung : pustaka setia.

14
http://www.doepatu.co.cc.2010/01/Kritisisme-Immanuel-Kant.html

Kattsoff, Louis O. Pengantar Filsafat. New york : the Ronald Press Company.

Praja, Juhaya S. 2008. Aliran-Aliran Filsafat dan Etika. Jakarta : Prenada Media.

Susanto, ahmad. 2011. Filsafat Ilmu. Jakarta : Bumi Aksara.

Tafsir, ahmad.1990. Filsafat Umum Akal dan Hati sejak Thales sampai Capra.
Bandung: Rosda.

Yusuf, Akhyar dan Irawan. 2010. Filsafat Sosial. Tangerang selatan : Universitas
terbuka.

15

Anda mungkin juga menyukai