“FILSAFAT EMPIRISME”
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah filsafat ilmu
Disusun oleh :
SEKOLAH PASCASARJANA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq, hidayah serta
inayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam
selalu dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Penulis menyadari bahwa penyusun Makalah ini, bisa terwujud atas bantuan dan jasa
berbagai pihak, baik bantuan moril maupun materil. Untuk itu penulis tidak lupa mengucapkan
terima kasih kepada: Dosen pengampu mata kuliah Filsafat Ilmu Prof. Dr. Rochiati Wiriatmadja,
M.A yang telah membimbing dan memberikan masukan terhadap pembuatan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap, makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada
umumnya.
Bandung, 2019
Penyusn
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Zaman Modern...............................................................................................................3
B. Aliran Empirisme...........................................................................................................4
1. Pengertian Empirisme..............................................................................................4
2. Pemikiran Aliran Empirisme....................................................................................5
3. Tokoh Pendukung Aliran Empirisme.......................................................................5
a. Thomas Hobbes (1588-1679).............................................................................5
b. John Locke (1632-1704)....................................................................................6
c. David Hume (1711-1776)..................................................................................7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................................9
B. Saran...............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara historis abad modern dimulai sejak adanya krisis abad pertengahan. Selama
dua abad (abad 15 dan 16) di Eropa muncul sebuah gerakan yang menginginkan seluruh
kejayaan filsafat dan kebudayaan kembali hadir sebagaimana pernah terjadi pada masa
jayanya Yunani kuno. Gerakan tersebut dinamakan Renaissance. Renaissance berarti
kelahiran kembali, yaitu lahirnya kebudayaan Yunani dan kebudayaan Romawi. Pada
saat itu, terdapat keinginan untuk melepaskan diri dari dogmatisme Gereja sudah mulai
tampak di Eropa. Abad pertengahan manusia tidak berekspresi secara bebas, manusia
merasa dikekang oleh adanya dogma-dogma agama.
Pada abad ke 14 dan 15 terutama di Italia muncul keinginan yang kuat, sehingga
memunculkan penemuan-penemuan baru dalam bidang seni dan sastra, dari penemuan itu
memperlihatkan suatu perkembangan. Manusia lebih berani berpikir, antara lain
mengenai dirinya sendiri, manusia menganggap dirinya sendiri tidak lagi sebagai fitiator
mundi (objek dunianya), melainkan sebagai vaber mundi (pusat dunianya).
Zaman Renaissance sering disebut sebagai sebagai zaman humanisme, sebab pada
abad pertengahan manusia kurang dihargai sebagai manusia, kebenaran diukur
berdasarkan kebenaran gereja, bukan menurut yang dibuat oleh manusia. Humanisme
menghendaki ukuran haruslah manusia, karena manusia mempunyai kemampuan
berpikir, berkreasi, memilih dan menentukan, maka humanisme menganggap manusia
mampu mengatur dirinya dan mengatur dunianya.
Pada zaman inilah munculnya berbagai macam pemikiran-pemikiran yang
dilakukan oleh orang barat, sehingga menghasilkan aliran-aliran yang menjadi persatuan
dari pemikiran mereka. Diantara aliran tersebut ialah Rasionalisme, Empirisme,
Kritisisme, Idealisme, Positivisme Evolusionisme, Materialisme, Noe-Kantianisme,
Pragmatisme, Filsafat Hidup, Fenomenologi, Eksistensialisme, dan Neo-Thomisme
(Asmoro, 2011:113).
Makalah ini secara khusus membahas mengenai aliran filsafat modern yaitu filsafat
Empirisme, dengan tokoh tokohnya; Francis Bacon (1561-1626), Thomas Hobbes (1588-
1679), John Locke (1632-1704), George Barkeley (1685-1753), David Hume (1711-
1776) (Salam, 2009: 195).
B. Rumusan Masalah
1. Kapan dan bagaimana zaman filsafat modern terjadi ?
2. Bagaimana aliran Empirisme ?
3. Tokoh tokoh Empirisme ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mengetahui dan memahami kapan dan bagaimana zaman filsafat modern
terjadi.
2. Mahasiswa mengetahui dan memahami bagaimana aliran Empirisme.
3. Mahasiswa memahami Empirisme melalui tokoh tokoh.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Aliran Empirisme
Pengetahuan yang diperoleh berdasarkan penalaran dedutif, ternyata dianggap
mempunyai kelemahan, maka muncullah pandangan lain yang berdarkan pengalaman
yang konkret. Mereka mengembangkan pengetahuan yang berdasarkan pengalaman
konkret disebut penganut empirisme. Paham empirisme menganggap bahwa pengetahuan
yang benar adalah pengetahuan yang diperoleh langsung melalui pengalaman konkret.
Menurut paham empirisme, gejala alam bersifat konkret dan dapat ditangkap dengan
pancaindra manusia. Melalui pancaindra manusia berhasil menghimpun banyak
pengetahuan (Burhanuddin, 2018: 43).
Istilah empirisme berasal dari kata Yunani, emperia yang berarti pengalaman
indrawi. Oleh sebab itu, empirisme adalah paham yang memilih pengalaman sebagai
sumber utama pengenalan. Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman lahiriah
(dunia) maupun pengalaman batiniah (menyangkut pribadi manusia) (Juhaya, 2003: 105).
Kata empirisme menurut Amsal Bakhtiar berasal dari kata Yunani
empereikos yang berarti pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh
pengetahuan dari pengalaman inderawi. Hal ini dapat dilihat bila memperhatikan
pertanyaan seperti: “Bagaimana orang mengetahui es itu dingin?” Seorang empiris akan
mengatakan, “Karena saya merasakan hal itu dan karena seorang ilmuan telah merasakan
seperti itu”. Dalam pernyataan tersebut ada tiga unsur yang perlu, yaitu yang mengetahui
(subjek), yang diketahui (objek), dan cara dia mengetahui bahwa es itu dingin.
Bagaimana dia mengetahui es itu dingin? Dengan menyentuh langsung lewat alat
peraba.dengan kata lain, seorang empiris akan mengatakan bahwa pengetahuan itu
diperoleh lewat pengalaman-pengalaman inderawi yang sesuai (Bakhtiar, 2012: 98).
Pelopor pelopor aliran ini adalah John Locke, Thomas Hobbes, Francis Bacon,
George Barkeley, David Hume. Empirisme menganut bahwa sumber pengetahuan yang
benar hanya berasal dari pengetahuan empiris. Akal budi bukanlah sumber pengetahuan,
melainkan hanya berfungsi untuk mengolah bahan bahan yang diperoleh dari
pengalaman. Hanya pengalaman empiris yang benar. Di luar pengalaman tidak ada
kebenaran. Dalam mengembangkan dirinya, aliran ini sangat mengagungkan dan
mengandalkan metode induksi dalam usaha pencarian kebenaran ilmiah. Metode induksi
bertitik tolak dari hal khusus ke hal umum (Fios, 2013: 61).
Karena empirimse ini berkembang di Inggris, maka dikenal pula sebagai
empirisme Inggris, seorang empiri akan mendapatkan pengetahuan mengenal dunia dan
apa yang dikatakan indra. Rumusan klasik dari pendekatan empiris berasal dari
Aristoteles. Dia berkata, tidak ada sesuatu dalam pikiran, kecuali yang sebelumnya telah
diserap oleh indra. Pandangan ini menyiratkan kecaman tajam terhadap plato, yang
berpendapat bahwa manusia membawa serta ide ide bawaan dari dunia ide. Jadi menurut
empirisme, manusia tidak mempunyai gagasan atau konsepsi bawaan mengenai dunia
sebelum ia melihatnya (Solihin, 2007:160).
Jadi, selebihnya penjelasan dari empirisme adalah sebuah aliran filsafat modern
yang sangat berlawanan dengan rasionalisme, karena aliran ini banyak menekankan pada
pengalaman yang terjadi pada diri dari ahli yang mengalaminya itu. Karena sebagian dari
teori yang ada pada aliran ini adalah pengalaman yang benar-benar dialami oleh para ahli
yang kemudian membuat aliran filsafat empirisme ini.
Juhaya. 2003. Aliran Aliran Filsafat dan Etika. Jakarta: Prenada Media.
Maksum, Ali. 2008. Pengantar Filsafat: Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media.
Rahmat, Aceng, dkk.2011. Filsafat Ilmu Lanjutan. Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
Rizal, Muhammad dan Misnal, Muhammad. 2010. Filsafat Ilmu. Yogyakarta:Pustaka Belajar.
Salam, Burhanuddin. 2009. Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara.
Solihin. 2007. Perkembangan Pemikiran Filsafat Dari Klasik Hingga Modern. Bandung:
Pustaka Setia
Sumama, Cecep. 2004. Filsafat Ilmu dari Hakikat Menuju Nilai. Bandung:Pustaka Bani Quraisy.
Sofyan, Ayi. 2010. Kafita Selekta Filsafat. Bandung:Pustaka Setia.
Frumensius, Andy. 2010. Pencari Kebenaran dan Kebijaksanaan.
http://andyfrumens.blogspot.co.id/2010/07. Diakses pada 26 November 2016.
Suhandra. 2012. Rasionalisme dan Empirisme. http://punyasuhanda.blogspot.co.id/2012/05/.
Diakses pada 30 November 2016.
Haq, Muhammad Zainul. 2012. Modern (rasionalisme, empirisme, kritisme, dan idealisme).
http://inul-makalah.blogspot.com/2012/03/. diakses 28 November 2016.
Admin B. Rasionalisme dan Empirisme. http://www.rangkumanmkalah.com/rasionalisme-dan-
empirisme/, diakses 23 November 2016.