Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PERKEMBANGAN MIPA
“Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat MIPA”

Disusun Oleh Kelompok IV :

ANDRIANSYAH BUDIMAN ( 201513500138 )

ANITA MUSLIFAH ( 201513500115 )

IKA NURIMANIYANTI ( 201513500160 )

RIZKY MUFLIH ( 201513500161)

Kelas Y2B

Fakultas Teknik Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

2016

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. atas berkat dan
rahmatNya-lah kami bisa menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas akademik Filsafat MIPA tahun ajaran
2015/2016. Adapun topik yang dibahas didalam makalah ini adalah mengenai
Perkembangan MIPA. Makalah ini akan memperdalam pengetahuan kita tentang
bagaimana perkembangan MIPA dari masa ke masa.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Farah Indrawati, S.Tp., M.Pd.
sebagai dosen Filsafat MIPA yang telah membimbing kami di dalam menyusun
makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi untuk tersajinya makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, hal itu
dikarenakan keterbatasan yang ada. Sehingga kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca. Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, 11 Juni 2016


Penyusun

Kelompok IV

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................................... i


Kata Pengantar ........................................................................................................... ii
Daftar Isi .................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
I.I Latar Belakang .............................................................................. 1
I.II Rumusan Masalah ........................................................................ 2
I.III Tujuan Pembahasan .................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
II.I Perkembangan MIPA Zaman Renaissance ….............................. 3
II.III Perkembangan MIPA Zaman Modern ....................................... 8
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 30
III.I Kesimpulan …............................................................................ 30
Daftar Pustaka ............................................................................................................ iv

iii
BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Awal dari IPA dimulai pada saat manusia memperhatikan gejala-gejala alam,

mencatatnya kemudian mempelajarinya. Pengetahuan yang diperoleh mula-mula

terbatas pada hasil pengamatan terhadap gejala alam yang ada. Kemudian makin

bertambah dengan pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikirannya. Selanjutnya

dari peningkatan kemampuan daya pikirnya manusia mampu melakukan eksperimen

untuk membuktikan dan mencari kebenaran dari suatu pengetahuan. Dari hasil

eksperimen ini kemudian diperoleh pengetahuan yang baru. Setelah manusia mampu

memadukan kemampuan penalaran dengan eksperimen ini lahirlah IPA (Ilmu

Pengetahuan Alam) sebagai suatu ilmu yang mantap.

Dalam perkembangannya, MIPA berkembang secara bertahap dari zaman ke

zaman, dimana perkembangan tersebut diperoleh dari adanya pengetahuan dan

penelitian baru yang telah dilakukan oleh para filsuf, sehingga banyak penemuan dan

teori-teori yang disempurnakan. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai

perkembangan MIPA pada zaman Renaissance dan modern, dimana pada zaman

tersebut terdapat penemuan-penemuan baru dan teori-teori yang telah disempurnakan

dari zaman-zaman sebelumnya.

1
2

I.II Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang kami temukan dalam makalah ini adalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana perkembangan MIPA pada zaman Renaissance ?

2. Bagaimana perkembangan MIPA pada zaman modern ?

3. Apa perbedaan diantara keduanya ?

I.III Tujuan Pembahasan

Tujuan pembahasan makalah ini yaitu agar pembaca dapat mengetahui

sejarah dari perkembangan MIPA, khususnya pada zaman Renaissance dan zaman

modern, dan agar pembaca bisa lebih menghargai para filsuf yang telah berperan

dalam perkembangan MIPA yang telah banyak memberi dampak positif bagi

kehidupan kita saat ini.


BAB II

PEMBAHASAN

II.I Perkembangan MIPA Zaman Renaissance

Renaissance berasal dari kata Re (kembali) dan Naitre (lahir). Pengertian

riilnya adalah manusia mulai memiliki kesadaran-kesadaran baru yang

mengedepankan nilai dan keluhuran manusia. Suasana dan budaya berpikirnya

memang melukiskan “kembali” kepada semangat awal, yaitu semangat filsafat

Yunani kuno yang mengedepankan penghargaan terhadap kodrat manusia itu

sendiri. Zaman ini lebih menekankan gerakan kebudayaan daripada aliran filsafat.

Keluhuran dan kehebatan manusia tampak dalam ungkapan-ungkapan seni hasil

karya manusia.

Menurut pendapat para ahli sejarah, renaissance awalnya dimulai di Italia. Hal

ini disebabkan karena setelah runtuhnya Romawi Barat tahun 476M, Italia

mengalami kemunduran, kota-kota pelabuhan menjadi sepi. Selama abad 8-11

perdagangan di laut Tengah dikuasai oleh pedagang muslim. Sejak berlangsung

perang salib (abad 11-13) pelabuhan-pelabuhan di Italia menjadi ramai kembali

untuk pemberangkatan pasukan perang salib ke Palestina. Setelah perang salib

berakhir pelabuhan-pelabuhan tersebut berubah menjadi kota dagang yang

berhubungan kembali dengan dunia timur. Muncullah Republik dagang di Italia

seperti Genoa, Florence, Venesia, Pisa di Milano. Kota-kota ini dikuasai oleh para

pengusaha serta pemilik modal yang kaya raya disebut golongan borjuis antara lain

3
4

keluarga Medicci dari Florence. Mereka mendorong terjadinya pendobrakan

terhadap polapola tradisional dari abad pertengahan.

Latar belakang munculnya renaissance adalah sebagai usaha pembaharuan

kebudayaan Romawi dan Yunani yang pada masa abad tengah / masa kegelapan

sempat dilupakan, yaitu tipe manusia yang otonom dan mandiri. Disini renaissance

lahir sebagai pembaharu untuk membentuk manusia yang mandiri, utuh, otonom,

dan bertanggungjawab.

Bila abad pertengahan memegang teguh konsep ilmu pengetahuan sebagai

rangkaian argumentasi, zaman renaissance merombaknya dengan paham baru, yaitu

bahwa ilmu pengetahuan itu adalah soal eksperimentasi. Pembuktian kebenaran

bukan lagi pembuktian argumentatif-spekulatif, melainkan eksperimental-

matematis-kalkulatif. Politik tidak lagi dipikirkan dalam kaitannya dengan iman dan

agama, tetapi dengan politik itu sendiri, sebab politik mempunyai etika dan

moralnya sendiri. Etika politk adalah etika kekuasaan, artinya tunduk pada

pertimbangan-pertimbangan kestabilan dan keselamatan negara, bangsa,

pemerintahan dan kekuasaan.

Aliran-aliran yang ada pada masa ini diantaranya adalah :

a) Aliran Humanisme

Humanisme adalah faham atau aliran yang menjunjung tinggi nilai dan

martabat manusia, sehingga manusia menduduki posisi yang sangat sentral dan

penting, baik dalam perenungan teoritis-filsafati maupun dalam praktis hidup

sehari-hari. Maka dalam faham filsafat ini mengatakan bahwa segala sesuatu

ukuran penilaian dan referensi akhir dari semua kejadian manusiawi dikembalikan
5

kepada manusia itu sendiri, bukan pada kekuatan-kekuatan diluar manusia

(misalnya, kekuatan Tuhan atau alam).

b) Aliran Empirisme

Empirisme adalah suatu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan dan

kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan diperoleh atau

bersumber dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung.

Dengan kata lain kebenaran adalah suatu yang didapat dari pengalaman manusia.

c) Aliran Rasionalisme

Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal adalah alat

terpenting untuk memperoleh pengetahuan. Menurut aliran ini suatu pengetahuan

diperoleh dengan cara berfikir.

d) Aliran Absolutisme

Absolutisme merupakan suatu pandangan dan keyakinan bahwa suatu obyek

yang ada di dunia ini bersifat final dan abadi. Dalam filsafat, absolutisme dapat

dikatakan sebagai suatu paham yang mempelajari bahwa segala sesuatu yang

menyangkut Tuhan adalah abadi. Berdasarkan definisi absolutisme dalam filsafat,

maka dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya tidak ada di dunia ini yang bersifat

absolut selain Tuhan.

Diantara aliran-aliran yang ada yang paling dominan pada periode ini adalah

Aliran Humanisme. Hal ini disebabkan karena pada abad pertengahan manusia

kurang dihargai sebagai manusia, dan kebenaran diukur berdasarkan kebenaran

gereja. Paham humanisme berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan


6

berpikir, berkreasi, memilih dan menentukan, karena manuisa sebenarnya mampu

mengatur dirinya dan mengatur dunianya.

Tokoh-tokoh pada zaman renaissance diantaranya :

1. Nicholas Copernicus (1473-1543)

Copernicus adalah seorang tokoh gereja ortodoks, yang merupakan ahli

astronomi, matematika, dan pengobatan, ia menemukan bahwa matahari berada di

pusat jagad raya, dan bumi memiliki dua macam gerak, yaitu berputaran sehari-

hari pada porosnya dan gerak tahunan mengelilingi matahari. Teorinya ini disebut

Heliosentrisme, dimana matahari adalah pusat jagad raya, bukan bumi

sebagaimana yang dikemukakan oleh Ptolomeus yang diperkuat gereja. Teori

Ptolomeus ini disebut Geosentrisme yang mempertahankan bumi sebagai pusat

jagad raya.

Selain itu Copernicus juga menemukan bahwa bumi mengelilingi matahari

sedangkan bulan mengelilingi bumi.

2. Francis Bacon (1561-1626)

Bacon adalah pemikir yang seolah-olah meloncat keluar dari zamannya

dengan melihat perintis filsafat ilmu. Ungkapan Bacon yang terkenal adalah

Knowledge is Power (Pengetahuan adalah kekuasaan). Ada tiga contoh yang

dapat membuktikan pernyataan ini, yaitu:

1) Mesin menghasilkan kemenangan dan perang modern

2) Kompas memungkinkan manusia mengarungi lautan

3) Percetakan yang mempercepat penyebaran ilmu.


7

Bacon juga berpendapat bahwa cara berfikir induktif merupakan satu-satunya

jalan untuk mencapai kebenaran. Hanya percobaan dan penyelidikan yang

menumbuhkan pengertian terhadap keadaan alam.

3. Johannes Keppler (1571-1630)

Johannes Keppler adalah seorang ahli matematik yang merupakan pembantu

dari Tycho Brahe (1546-1601), seorang bangsawan yang tertarik pada system

astronomi baru. Keppler menemukan tiga buah hukum astronomi, yaitu :

1) Orbit dari semua planet berbentuk elips.

2) Dalam waktu yang sama, maka garis penghubung antara planet dan

matahari selalu melintasi bidang yang luasnya sama.

3) Pangkat dua dari waktu yang dibutuhkan sebuah planet untuk mengelilingi

matahari adalah sebanding dengan pangkat tiga dari jarak rata-rata planet

itu dengan matahari.

4. Galileo Galilei (1546-1642)

Setelah Keppler, muncullah Galileo Galilei yang diantaranya menemukan 4

hukum gerak, penemuan tata planet Jupiter, mendukung heliosentrisme dari

Copernicus dan hukum Keppler. Ia juga menyatakan bahwa bulan tidak datar,

penuh dengan gunung, planet Mercurius dan Venus tidak memancarkan cahaya

sendiri dan juga menemukan 4 buah bulan pada planet Jupiter. Penemuannya ini

didasarkan atas pengamatan dengan alat teropong bintangnya.


8

II.I Perkembangan MIPA Zaman Modern

Masa modern menjadi identitas di dalam filsafat modern. Tidak mudah untuk

menentukan mulai kapan abad pertengahan berakhir namun dapat dikatakan bahwa

abad pertengahan berakhir pada abad 15 dan 16 atau pada akhir masa Renaissance.

Jadi abad atau zaman modern dimulai dari abad ke 17 yang ditandai oleh

berkembang pesatnya berbagai kehidupan manusia khususnya dalam bidang

kebudayan , ilmu pengetahuan , dan ekonomi.

Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari

kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa namun dari diri manusia

itu sendiri . Namun tentang aspek mana yang berperan ada perbedaan pendapat.

Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio

kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran empirisme meyakini bahwa

pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin maupun yang inderawi.

Lalu muncul aliran kritisisme, yang mencoba memadukan kedua pendapat berbeda

itu .

Aliran – aliran yang muncul pada Zaman Modern beserta tokohnya :

a) Aliran Rasionalisme

Kata Rasionalisme terdiri dari dua suku kata, yaitu “rasio” yang berarti akal

atau pikiran dan “isme” yang berarti paham atau pendapat . Rasionalisme ialah

suatu paham yang berpendapat bahwa “kebenaran yang tertinggi terletak dan

bersumber dari akal manusia”. Rasionalisme adalah paham filsafat yang

mengatakan bahwa akal adalah alat terpenting untuk memperoleh pengetahuan.


9

Menurut aliran ini suatu pengetahuan diperoleh dengan cara berfikir. Aliran ini

pun sebelumnya telah ada pada zaman renaissance.

Tokoh yang menganut aliran ini ialah :

 Rene Descartes (1596-1650) digelar sebagai “Bapak filsafat modern”

Descartes berasal dari Prancis, lahir tahun 1596 di sebuah kota bernama La

Haye, dan wafat tahun 1650 di Stockholm. Karya pentingnya ialah Discours

de la Methode (Uraian tentang metode), terbit tahun 1637, Mediationes de

Prima Philosophia (Prinsip-prinsip Filsafat), terbit tahun 1644. Semboyan

aliran ini adalah ungkapan Descartes yang mengatakan “Cogito ergo sum”

atau yang berarti saya berfikir maka saya ada. Dari ungkapan sederhana itu

maka dapat diambil beberapa rumusan sebagai berikut :

1. Eksistensi manusia yang paling sempurna adalah rasionya, sehingga rasio

berperan sebagai “pengenal diri” sesuai dengan koherensi antara berfikir dan

berada. Artinya keberadaan manusia terwujud atau terkonsep setelah dia

memikirkan dirinya .

2. Dengan rasio manusia berhasil menemukan kesan (pengetahuan baru) tentang

dirinya yang tidak atau kurang diketahui sebelumnya, kecuali melalui sumber

lain yaitu kitab .

3. Rasio tidak hanya sebagai penemu kesan (pengetahuan dan kebenaran)

melainkan kebenaran dan pengetahuan hanyalah yang diperoleh melalui rasio

tersebut untuk menemukan basis yang kuat bagi filsafat.

Descartes berkata “Aku dapat meragukan bahwa aku duduk disini dalam

pakaian siap untuk pergi keluar, ya aku dapat meragukan itu karena kadang-
10

kadang aku bermimpi persis seperti itu padahal aku ada di tempat tidur

,sedang bermimpi”. Tidak ada batas yang tegas antara mimpi (sedang

bermimpi) dan terjaga. Tatkala bermimpi rasanya seperti bukan mimpi, siapa

yang dapat menjamin kejadian-kejadian waktu terjaga (yang kita rasakan

sebagai terjaga ini) sebagaimana yang kita alami adalah kejadian-kejadian

yang sebenarnya jadi bukan mimpi ? Tidak ada perbedaan yang jelas antara

mimpi dan terjaga demikianlah yang dimaksud oleh Descrates.

b) Aliran Empirisme

Empirisme berasal dari kata “empiri” yang berarti indera atau alat indera, dan

di tambah akhiran “isme” yaitu sebagai suatu aliran yang berpendapat bahwa

pengetahuan dan kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui akal,

melainkan diperoleh atau bersumber dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah,

telinga, kulit dan hidung. Dengan kata lain kebenaran adalah suatu yang didapat

dari pengalaman manusia. Aliran ini pun sebelumnya telah ada pada zaman

renaissance.

Tokoh yang menganut aliran ini diantaranya :

 Francis Bacon (1210-1292) menurut Francis Bacon bahwa pengetahuan yang

sebenarnya adalah pengetahuan yang diterima orang melalui bersentuhan

inderawi dengan dunia. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan yang

sejati. Pengetahuan haruslah dicapai dengan induksi. Jadi pemikiran Francis

ini sangat bertentangan dengan pemikiran para filsuf aliran rasionalisme.

 Thomas Hobbes (1588-1679) menurut Thomas Hobbes bahwa pengalaman

inderawi sebagai permulaan segala pengenalan. Hanya sesuatu yang dapat


11

disentuh dengan inderalah yang merupakan kebenaran. Pengetahuan

intelektual (rasio) tidak lain hanyalah merupakan penggabungan data-data

inderawi belaka.

c) Aliran Kritisisme

Pendirian aliran rasionalisme dan empirisme sangat bertolak belakang.

Rasionalisme berpendirian bahwa rasiolah sumber pengenalan atau pengetahuan,

sedangkan empirisme sebaliknya berpendirian bahwa pengalamanlah yang

menjadi sumber pengetahuan, maka aliran kritisisme inilah yang mencoba untuk

memadukan perbedaan pendapat kedua aliran tersebut .

Tokoh yang menganut aliran ini ialah :

 Immanuel Kant (1724-1804) ia mencoba mengembangkan suatu sintesis atas

dua pendekatan yang bertentangan ini. Kant berpendapat bahwa masing-

masing pendekatan benar separuh dan salah separuh. Benarkah bahwa

pengetahuan kita tentang dunia berasal dari indera kita, namun dalam akal kita

ada factor-faktor yang menentukan bagaimana kita memandang dunia sekitar

kita. Ada kondisi-kondisi tertentu dalam manusia yang ikut menentukan

konsepsi manusia tentang dunia. Untuk menghilangkan pertentangan diantara

rasionalisme dan empirisme. Kant mengadakan pemaduan diantara dua aliran

tersebut dalam perumusan kebenaran, dalam kaitan ini Kant mengatakan

“pengetahuan merupakan hasil kerjasama dua unsur yaitu pengalaman dan

kearifan akal budi. Pengalaman inderawi merupakan unsur posteriori (yang

datang kemudian) sedangkan akal budi adalah unsur priori (yang datang lebih

dahulu) Kant mengkritik empirisme dan rasionalisme karena keduanya hanya


12

mementingkan satu dari dua unsur tersebut sehingga hasilnya dari setiap kali

berat sebelah, padahal menurutnya pengetahuan selalu merupakan sintesis.

Untuk menekan pertentangan ini Kant mengadakan tiga perbedaan perumusan

kebenaran, yaitu akal budi (verstand), rasio (vermunft), dan pengalaman

inderawi.

d) Aliran Idealisme

Idealisme berasal dari kata “idea” yang berarti gambaran atau pemikiran dan

isme yang berarti paham atau pendapat . Idealisme ialah suatu pandangan dunia

atau metafisika yang menyatakan bahwa realitas dasar terdiri atas, atau sangat erat

hubungannya dengan ide, pikiran, atau jiwa . Atau bisa disebut dengan aliran

filsafat yang menjelaskan bahwa kebenaran atau pengetahuan sesungguhnya

bukan bersumber dari rasio atau empiri melainkan dari gambaran manusia tentang

suatu pengamatan.

Tokoh yang menganut aliran ini diantaranya :

 J.G. Fiche (1762-1914) Fiche adalah tokoh idealisme subyektif, yaitu

pandangan bahwa sumber pengenalan dan pengetahuan bukanlah rasio teoritis

atau praktis seperti kata Immanuel Kant, melainkan pada aktifitas ego .

pemikirannya didasarkan pada konsep ego mutlak yaitu menemukan dan

meneruskan pengertian-pengertian tentang obyek, ego tidak hanya sebagai

“penemu” melainkan kata Fiche sekaligus sebagai yang menciptakan benda-

benda (obyek) dengan demikian peran manusia sebagai subyek sangat

dominan didalam menggagaskan sesuatu.


13

 F.W.J. Scheling (1775-1854) Scheling adalah tokoh idealisme yang obyektif

sebagai kebalikan dari idealism subyektif. Menurut Scheling kebenaran

gambaran tentang dunia tidak ditentukan olehsubyek (ego), melainkan oleh

obyek pengamatan, yaitu bagaimana obyek itu menampilkan dirinya, atau

bagaimana obyek menyadarkan subyek. Apabila aku(ego) menentukan

kehendak, hal itu diharuskan oleh kemestian yang mendahului kehendak,

yaitu seluruh obyek pengamatan kecuali sebagai pemberi kehendak, juga

pemberi arah bahkan mampu merubah kehendak.

 Hegel (1770-1831) Hegel adalah tokoh idealisme mutlak yang sangat

berperan bagi penyempurnaan idealisme. Hegel berhasil menampilkan

idealisme yang terpadu setelah dikoyak-koyak oleh Fiche dan Scheling.

Apabila Fiche bersifat subyektif dan Scheling bersifat obyektif, maka Hegel

melihat secara keseluruhan (totalitas). Membuktikan kebenarannya yang

mutlak itu , Hegel menyusun alur piker yang disebut dengan dialektika, yaitu

tesis, antitesis, dan sintesis.

e) Aliran Materialisme

Materialisme berasal dari kata “materi” yang berarti benda . Materialisme

adalah aliran filsafat yang berpendapat bahwa kebenaran tidaklah ditentukan oleh

gambaran melainkan oleh benda dan seluruh kenyataan yang ada dirumuskan dan

ditentukan oleh benda . aliran ini memandang bahwa realitas seluruhnya adalah

materi belaka.
14

Tokoh yang menganut aliran ini diantaranya :

 Ludwig Feuerbach (1804-1872) menurutnya hanyalah alamiah yang ada.

Manusia adalah alamiah juga seperti halnya benda seperti kayu dan batu.

Memang orang materialis tidak mengatakan bahwa manusia sama dengan

benda seperti kayu dan batu, tetapi materialisme mengatakan bahwa pada

akhirnya atau pada dasarnya manusia hanyalah sesuatu yang material.

Menurut bentuknya memang manusia lebih unggul ketimbang sapi, batu, atau

pohon tetapi pada eksistensinya manusia sama saja dengan sapi.

 Karl Marx (1818-1883) pokok pemikiran Marx diambil dari ajaran filsafat

Hegel dan filsafat Feuerbach. Dari Hegel diambil metode dialektikanya dan

mengenai sejarah, juga materialisme dialektika, dan disebut juga materialisme

historis. Disebut sebagai materialism dialektika karena peristiwa kehidupan

yang didominasi dengan keadaan ekonomi yang materiil itu berjalan melalui

proses dialektika : tesis, antitesis, dan sintesis. Disebut materialisme historis

karena menurut teorinya bahwa arah yang ditempuh sejarah sama sekali

ditentukan oleh perkembangan sarana- sarana produksi yang materiil.

f) Aliran Positivisme

Positivisme berasal dari kata “positive” yang berarti jelas dan bisa

digambarkan serta bermanfaat . Positivisme adalah aliran filsafat yang berpangkal

dari fakta yang positif . Sesuatu diluar fakta atau kenyataan dikesampingkan

dalam pembicaran filsafat dan ilmu pengetahuan . Menurut aliran ini pemikiran

manusia mengalami perkembangan mulai dari yang sangat sederhana sampai

yang modern, yaitu positif .pada tahap ini manusia hanya mempercayai yang riil
15

saja berdasarkan ilmu positif (science positive) yang didasarkan pada pengamatan

(observasi) dan percobaan langsung(eksperimentasi). Melalui dua pembuktian ini

segala yang berbau metafisika dibuang karena tidak bisa dibuktikan dengan dua

pendekatan tersebut.

Tokoh yang menganut aliran ini ialah :

 Auguste Comte (1798-1857) ia berpendapat bahwa indera itu amat penting

dalam memperoleh pengetahuan tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan

diperkuat dengan eksperimen. Jadi pada dasarnya positivisme bukanlah suatu

aliran yang khas berdiri sendiri. Ia hanya menyempurnakan aliran

rasionalisme dan empirisme yang bekerja sama. Dengan kata lain, ia

menyempurnakan metode ilmiah dengan memasukan perlunya eksperimen

dan ukuran-ukuran. Jadi pada dasarnya positivisme itu sama dengan

rasionalisme ditambah empirisme.

g) Aliran Fenomenologi

Istilah Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani “Phainomenon” yang

mengandung tiga pengertian saling terkait , yaitu “yang langsung nampak, sesuatu

yang langsung menampakan diri tetapi masih terselubung dan proses

penampakannya”. Berpijak pada tiga pengertian diatas maka fenomenologi

menurut istilah yang dikembangkan ialah “filsafat yang menyatakan bahwa

kebenaran merupakan hasil deskripsi intuitif manusia terhadap suatu obyek sesuai

dengan penampakan diri (fenomena) obyek tersebut. Jadi aliran ini berbeda

dengan aliran rasionalisme (subyektif), empirisme (obyektif), dan idealisme


16

(idealistik). Maka fenomenologi menggabungkan diantara subyek (manusia),

obyek (yang diamati), dengan cara pengamatan secara intuitif.

Tokoh yang menganut aliran ini ialah :

 Edmund Husserl (1859-1938) beliau adalah filosuf Jerman dan pendiri

fenomenologi. Pemikiran terpentingnya adalah :

1. Teori kebenaran : menurut Husserl kebenaran haruslah digabung diantara

subyek dengan obyek. Obyek diberi kesempatan memperkenalkan dirinya

kepada subyek yang mengamati sesuai dengan semboyan “zurukh zu den

schen selbs”(kembalilah kepada benda-benda sendiri).

2. Tiga jenis reduksi, agar intuisi dapat menangkap gejala-gejala diatas secara

benar, maka manusia harus melepaskan diri dari pengalaman-pengalaman dan

gambaran sebelumnya yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.

3. Caranya ialah dengan tiga jenis reduksi , yaitu reduksi fenomenologis, reduksi

eiditis, reduksi fenomenologi transcendental.


BAB III
PENUTUP

III.I Kesimpulan
Perkembangan MIPA ditentukan oleh pemikiran dan pengetahuan para filsuf

yang semakin berkembang dari masa ke masa. Berbagai macam penemuan dan teori-

teori baru pun bermunculan seiring berkembangnya zaman. Teori yang sebelumnya

telah ada disempurnakan kembali melalui penelitian-penelitian baru yang tentunya

berbekal ilmu pengetahuan yang semakin maju.

Dalam perkembangan MIPA pada zaman renaissance, konsep ilmu

pengetahuan bukan lagi sebagai rangkaian argumentasi, melainkan eksperimentasi.

Pembuktian kebenaran bukan lagi pembuktian argumentatif-spekulatif, melainkan

eksperimental-matematis-kalkulatif. Pada zaman renaissance ini, aliran yang paling

dominan yaitu aliran humanisme, hal ini disebabkan karena pada abad pertengahan

manusia kurang dihargai sebagai manusia, dan kebenaran diukur berdasarkan

kebenaran gereja.

Perkembangan MIPA pada zaman modern, tidak jauh berbeda dari zaman

renaissance. Namun pada zaman modern lebih memperlihatkan perkembangan “cara

berpikir”. Oleh karena itu terdapat banyak aliran dalam perkembangan MIPA pada

zaman modern ini, seperti aliran rasionalisme, empirisme, kritisisme, idealisme,

materialisme, positivisme, dan fenomenologi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Hasan Bakri. 2001. Tokoh-Tokoh Filsafat Modern. Jakarta : PT Gramedia.


Bahtiar, Amsal. 1996. Filsafat Ilmu. Jakarta : Rajawali Press.

Poedjawijatna, I. R. 2005. Filsafat Umum. Jakarta : Gaya Media Pratama.

iv

Anda mungkin juga menyukai