Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

‫السالم عليكم ور حمة هللا و بر كا ته‬

Bismillahirrahmanirrahim.

Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan manusia beserta isinya. Dia-lah Zat
yang kita sembah,tempat kita meminta pertolongan dan ampunannya-Nya. Shalawat dan
salam senantiasa kita curahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW yang
merupakan suri teladan.
          Alhamdulillah kami ucapkan terimakasih,karena masih diberikan kesempatan untuk
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Namun kami menyadari bahwa terdapat kekurangan
di dalam makalah ini. Oleh karena itu dengan senang hati kami menerima kritik dan saran
yang bersifat membangun.Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin
Wassalamualaikum wr.wb

                                                                                   

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………...........1
DAFTAR ISI......................................................................................................2
BAB I        PENDAHULUAN...........................................................................3
                    A.LATAR BELAKANG.................................................................3

BAB II      PEMBAHASAN...............................................................................4
                    A.ZAMAN KONTEMPORER........................................................4 
                    B.ALIRAN PEMIKIRAN FILSAFAT KONT. BARAT.............. 4
                    D.PILAR-PILAR FILSAFAT KONTEMPORER..........................6
                    E.ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT KONTEMPORER...................7

BAB III     PENUTUP.......................................................................................9 
                   A.KESIMPULAN............................................................................9
                   B.SARAN.........................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................10

BAB I

2
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Perkembangan dan kemajuan peradaban manusia tidak bisa dilepaskan dari peran
ilmu. Bahkan perubahan pola hidup manusia dari waktu ke waktu sesungguhnya berjalan
seperti dengan sejarah kemajuan dan perkembangan ilmu. Tahap-tahap perkembangan itu
kita menyebut dalam konteks ini sebagai periodesasi sejarah perkembangan ilmu: sejak
zaman klasik, zaman pertengahan, zaman modern dan zaman kontenporer.
Kemajuan ilmu dan teknologi dari masa ke masa adalah ibarat mata rantai yang tidak
putus satu sama lain. Hal-hal baru yang ditemukan pada suatu masa menjadi unsur penting
bagi penemuan-penemuan lainnya di masa berikutnya. Demikian semuanya saling terkait.
Oleh karena itu, melihat sejarah perkembangan ilmu zaman kontenporer, tidak lain adalah
mengamati pemanfaatan dan pengembangan lebih lanjut dari rentetan sejarah ilmu
sebelumnya. Kondisi itulah yang kemudian yang mengalami perpecahan atau bahkan
radikalisasi yang tidak jarang berada di luar dugaan manusia itu sendiri.

BAB II

3
PEMBAHASAN

A.    Zaman kontemporer
Filsafat kontemporer yang di awali pada awal abad ke-20, ditandai oleh
variasi pemikiran filsafat yang sangat beragam dan kaya. Mulai dari analisis
bahasa,kebudayaan (antara lain, Posmodernisme), kritik social, metodologi
(fenomenologi,heremeutika, strukturalisme), filsafat hidup (Eksistensialisme), filsafat ilmu,
samapai filsafat tentang perempuan (Feminisme).

B. Aliran Pemikiran Filsafat Kontemporer Barat.


  . Sejauh yang terkait pemikiran filsafat barat kontemporer secara periodik, ada beberapa
aliran pemikiran yang dominan yang semarak.Pertama, tipologi strukturalisme. Tipologi ini
memusatkan perhatiannya pada masyarakat sebagai sistem, di mana fenomena-fenomena
tertentu menggambarkan “suatu kenyataan sosial yang menyeluruh” atau pada landasan
epistemologi akan menggeser inti bahasan dari pemikiran esensialis tentang masyarakat dan
pengetahuan kepada wacana yang melihatnya sebagai ciri-ciri struktural fenomena ini, baik
ciri differensial atau pun relasional.

            Tipologi kedua, Post-Strukturalisme. Pada fase ini, pemikiran diwarnai dengan


varietas pemahaman dalam berbagai segi, sekaligus meninjau tulisan sebagai sumber
subjektivitas dan kultur yang bersifat paradoks, yang sebelumnya merupakan hal yang
bersifat sekunder. Ketidakpuasan akan pra-anggapan tertentu tentang subjektifitas dan bahasa
(misalnya, pengutamaan wicara dibanding dengan tulisan) menuntut akan munculnya
pemikiran ini.
            
            Tipologi ketiga, post-marxisme. Tipologi ini merupakan elaborasi lebih lanjut dari
marxisme dengan karakter dan corak pemikiran yang sangat berbeda.   Mereka menggunakan
Marx untuk untuk mengembangkan sebuah strategi kritik yang sebenarnya di tujukan kepada
‘kapitalisme modern’.  Para filsuf yang mempunyai kecenderungan berfikir post-Marxisme
adalah para pemikir seperti Hannah Arendt, Jurgen Habermas dan Theodor Adorno.

C.    Aliran Pemikiran Filsafat Kontemporer  Islam.


            Filsafat di dunia Islam merupakan benih pembaharuan, meski hasil asimilasi dari
budaya asing. Namun sangat disayangkan tak pernah bernafas panjang. Di dunia Islam timur,

4
filsafat lenyap atas jasa Hujjatul Islam al-Imam al-Ghozali, dengan kitabnya Tahafut al-
falasifah. Sedang di dunia Islam barat, matinya filsafat setelah wafatnya Ibnu Rusyd (1198
M.) berakhir pula pengaruh filsafat paripatetik. 1 Setelah ini, filsafat secara geografis
berpindah ke Negeri para Mullah, Iran, sebagai akibat dari pengaruh metafisika Yunani dan
Hindu. Maka kita bisa mengenal Ibn Arabim, al-Hallaj, dan Suhrawardi al-Maqtul sebagai
pendekar filsafat gnostik Persia ternama. Kemudian Islam mengalami masa skolastik
(kegelapan) yang berlangsung kurang lebih dua abad.
            Islam terbangun dengan infasi Napoleon Bonaparte di Mesir tahun 1798 M, dengan
disusul berdirinya negri-negri independen yang mengatasnamakan Nasionalisme. Sementara
dinasti Ottoman sebagai representasi kekuatan Islam kala itu, telah dilumpuhkan dan
digerogoti luar-dalam. Datangnya Napoleon merupakan titik tolak pembaharuan pemikiran
Arab-Islam.
            Kemudian muncullah para pemikir rekonstruktif lain semisal Jamal al-Din al-Afghani
dan Muhammad Abduh. Mereka sepakat guna memerangi keterbelakangan dan kolonialisme
yang didasari dengan penafsiran-penafsiran rasionalis terhadap ayat-ayat Tuhan.
            Gerak radikal pemikiran barat yang menyematkan Immanuel kant sebagai puncak
modernisasi filsafat menorehkan berbagai macam pertimbangan humanis-rasionalis yang
semena-mena tidak boleh dialienasikan, apalagi dinilai sebagai wujud kolonialisme modern
atas dunia Islam. Feminisme, rasionalisme dan modernisme adalah fakta perjuangan
cendekiawan muslim yang berupaya mengeluarkan khazanah pemikiran Islam dari stagnansi
masa skolastik dimana agama, lapukan sejarah dan literatur keilmuan telah menjadi Tuhan.
            Ideologi yang digambarkan oleh al-Jabiri atas dunia Arab-Islam masih saja dipahami
secara literal dan melahirkan sikap antipati terhadap perkembangan pemikiran Barat. Angan
mitologis atau mistisisme yang telah menghantui modernisme Islam sudah selayaknya
dihancurlantakkan lalu menaruh sikap inklusif sebagai jembatan pembaharuan.

D.    Pilar  Pilar Filsafat Kontemporer


            Filsafat  telah melahirkan apresiasi dan respon yang besar dalam sejarah pemikiran
dan memunculkan pilar – pilar Filsafat Kontemporer.
            Pilar yang pertama adalah etika, di mana merupakan hasil dari refleksi moralitas yang
kemudian melahirkan aliran-aliran filsafat yang dikembangkan oleh para filosof. Dalam
memahami etika sebagai suatu ajaran tentang seni hidup, atau menempatkan sebagai
kebahagiaan ke pusat etika (Aristoteles), dan kemudian pemikiran ini direligiuskan oleh
1
Hanafi, A. (1990). Pengantar Filsafat Islam. Jakarta: Bulan Bintang

5
Thomas Aquinas. Dan Imanuel Kant menjadikan etika yang semula seni kehidupan menjadi
etika kewajiban, dan ini melahirkan konsep sentral etika modern, yaitu konsep otonomi
moral. Pemikiran ini lebih lanjut, kemudian dikembangkan oleh George Wilhelm Friedrich
Hegel dan dipadukan dengan teori dialektikanya.2
            Pilar yang kedua adalah fenomenologi, dengan tokoh sentralnya Edmund Husserl
(1859-1938) fenomenologi merupakan salah satu dari arus pemikiran yang paling
berpengaruh pada Abad ke-20. Secara umum fenomenologi lahir dari persoalan fenomena
yang dibawa ke ruang publik pertama kali oleh Hegel dengan ruh absolutnya. Husserl lalu
mendefinisikan fenomenologi sebagai ilmu tentang penampakan (fenomena), dan bagi
Husserl berbicara tentang esensi di luar eksistensi adalah kerja sia-sia, dan hal inilah yang
membedakan fenomenologi Husserl dengan fenomenologinya Hegel dan Kant. Para filosof
yang terpengaruh oleh fenomenologi adalah Derrida, Kierkegard, Cascirer.
            Pilar yang ketiga adalah eksisitensialisme. Eksistensialisme tidak lagi membahas
pertanyaan-pertanyaan esensi dan kodrat, akan tetapi lebih menekankan masalah seputar
eksistensi. Seorang filosof eksistensialis, semisal Sartre, bekerja keras dalam permasalahan
esensi dan eksistensi, yang kemudian memunculkan sebuah tesis bahwa "eksistensi
mendahului esensi". Dan ini membalik tradisi pemikiran filsafat Barat sejak Plato, yang
selalu mengatakan bahwa esensi mendahului eksistensi.
            Pilar yang ke empat adalah filsafat budaya. Jika dilihat dari sudut pandang filosofis
akan melahirkan dimensi subyektif dan obyektif. Di mana dimensi subyektif adalah daya
yang menjadikan produk (alam) menjadi produk yang lebih baik, sedangkan dimensi obyektif
adalah hasil dari kegiatan daya tadi.

       E. ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT KONTEMPORER

1. Eksistensialisme
Eksistensi berasal dari kata ex yang berarti keluar dan sister berarti berdiri atau
menempatkan, jadi secara luas eksistensi dapat diartikan sebagai berdiri dengan keluar dari
diri sendiri. Filsafat eksistensialisme tidak sama dengan eksistensi tetapi ada kesepakatan
diantara keduanya yaitu sama-sama menempatkan cara wujud manusia sebagai tema pokok.

2. Fenomonologi

2
.

6
Fenomen atau fenomenon memiliki berbagai arti, yaitu: gejala semu atau lawan
bendanya sendiri (penampakan). Menurut para pengikut fenomenologi, suatu fenomen tidak
perlu harus dapat diamati dengan indera, sebab fenomen dapat juga di lihat secara rohani,
tanpa melewati indera. Untuk sementara dapat dikatakan, bahwa menurut para pengikut
filsafat fenomenologi, fenomen adalah “apa yang menampakkan diri dalam dirinya sendiri”,
apa yang menampakkan diri seperti apa adanya, apa yang jelas di hadapan kita.
3. Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari kata pragma yang artinya guna. Pragma berasal dari bahasa
Yunani. Maka Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah
apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang
bermanfaat secara praktis. Misalnya, berbagai pengalaman pribadi tentang kebenaran mistik,
asalkan dapat membawa kepraktisan dan bermanfaat.
4. Sosialisme-Komunisme (Marxisme)
Teori Marxist dikemukakan oleh Karl Marx (1818-1883). Idea dasar daripada teori ini
adalah penentangan terhadap adanya sistem hirarki kelas, karena ianya adalah penyebab yang
paling utama didalam sosial problem dan ianya mesti diakhiri oleh revolusi proletariat
(buruh). Dengan lain perkataan, boleh dijelaskan bahwa Marx mencoba mencari
kesamarataan, yaitu kesamarataan antara kaum borjuis (golongan ekonomi kelas atas) dengan
kaum buruh/pekerja (golongan ekonomi kelas rendah). Marx menganggap selama ini
golongan pekerja atau kaum buruh telah ditindas oleh kaum elit, sehingga perlu diadakan
sebuah evolusi secara drastis.3

3
Muntansyir, Riza dkk. 2004. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

7
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Filsafat Kotemporer merupakan filsafat yang terjadi pada masa kekinian atau sedang
terjadi pada saat ini yang tidak terikat dengan aturan aturan jaman dulu dan berkembang
sesuai dengan jaman sekarang. Sehingga kontemporer tidaklah sama dengan modern,
karena  modern adalah masa kini yang sudah lewat.
Setelah era moderen atau pasca Immanuel Kant, muncul aliran aliran filsafat
Kotemporer  diantaranya tipologi strukturalisme, Tipologi Post-Strukturalisme,
Tipologi  post-marxisme.
Filsafat Arab Islam bangkit setelah kedatangan kolonialis – imperialis di wilayah
Timur Tengah, dengan metransformasikan filsafat filsafat barat ke Mesir khususnya.
Dari refleksi moralitas yang melahirkan aliran aliraN filsafat tercipta dari pilar-pilar
filsafat yaitu etika, fenomenologi, eksistensialisme, filsafat budaya dan hermeneutika.

B. SARAN
Apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini, kami selaku
penulis menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun agar kami dapat memperbaiki
makalah ini menjadi makalah yang sempurna.

8
DAFTAR PUSTAKA

Muntansyir, Riza dkk. 2004. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Maksum, Ali.2008. Pengantar Filsafat Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media.
Yanur, Fadli. 2008. Hakekat Pragmatisme.
Noor, Hadian. 1997. Pengantar Sejarah Filsafat. Malang: Citra Mentari Group.

Anda mungkin juga menyukai