Anda di halaman 1dari 5

Sejarah Yunani

Berita tertulis terkuno mengenai bangsa berkebudayaan Yunani terdapat dalam karya
pujangga Homerus, Illias yang menceritakan keadaan dalam abad ke 13 SM dan menunjukkan
bahwa pada saat itu suku bangsa Achaea merupakan suku bangsa Yunani yang paling berkuasa.
Namun kekuasaannya itu baru saja jatuh kedalam tangannya. Sebelum orang Achaea ini, bangsa
Yunani lain sudah juga memegang peranan, sekalipun belum sangat menonjol. Tetapi bangsa
Yunani yang mendahului suku bangsa Achaea itu, bukanlah bangsa Pelasgia yang menurut tradisi
disebutkan sebagai bangsa Yunani yang pertama yang berada di semenanjung Yunani sekitar 40
abad yang lalu.
Sekitar abad ke 30 SM, kedatangan pertama kali dari suatu suku bangsa dimulai dari daerah
yang terletak di bagian Utara- Barat Balkan, dan berdatang-datangan bergelombang-gelombang
dalam jumlah yang banyak. Kebudayaan yang berpengaruh atas perkembangan Yunani adalah
kebudayaan Aegaea yang menimbulkan kebudayaan Mycena yang mirip pada kebudayaan kreta
namun sudah dapat dinamakan bercorak Yunani. Mula-mula semua suku bangsa di Yunani
diperintah oleh raja-raja namun dengan berkembangnya kehidupan dalam kota, raja-raja itu lambat
laun tidak disukai lagi, Akhirnya kerajaan dihapuskan, dan timbullah macam negara yang
dinamakan polis yang terpusat pada kota. Dua polis kemudian menonjol. Sparta yang merupakan
yang diperintah dengan kuasa militer, dan Athena yang menjadi polis dimana dianggap lahir
demokrasi modern. Pada saat tersebut juga mulailah hubungan dagang erat dengan Phoenicia, yang
terletak di Asia Minor. Hubungan itu berarti besar bagi kebudayaan Yunani, karena dari phoenicia
inilah orang Yunani mendapat abjadnya. Kekuasaan polis Athena berkembang terutama sepanjang
abad ke-6 dimana macam pemerintahan demokrasi itu diperkuat dan daerah kekuasaan athena juga
diperluas namun perkembangan tidak hanya berjalan dalam bidang politik. Ilmu pengetahuan dan
kesenian berkembang juga. Terutama seni pahat dan seni sastra mencapai taraf yang sampai kini
masih patut dikagumi.
Dalam abad tersebut juga mulailah perselisihan dengan kerajaan Persia, pertama-tama
mengenai daerah kolonialisasi Yunani di Asia, yang kemudian memuncakn dalam peperangan
antara Persia dan Yunani dibawah pimpinan Athena yang dinamakan Persia atau kadang-kadang
Perang Media. Peperangan itu juga merugikan Yunani sendiri. Kesatuan negara-negara Yunani
yang tidak pernah stabil sekali, hancur dalam abad ke V pada waktu peperangan Peloponnesus.
Runtuh juga hegemoni kekuasaan penuh polis Athena. Kelemahan negara-negara di Peloponnesus
memberi kesempatan kepada kerajaan Makedonia, disebelah utara Yunani, untuk mencoba
merebut kekuasaan. Pada tahun 338 SM. Raja Philippus II dari Makedonia berhasil menaklukkan
Yunani, Sedangkan anaknya Alexander yang menggantikannnya setelah Philipus tewas, berhasil
menumbuhkan kerajaan Persia, dan sampai juga ke daerah India. Setelah Al;exander teas,
panglimanya membagikan kerajaan yang telah dibentuknya dengan secepat itu. Para panglima itu,
yang tidak merasa cukup kuat, membentuk persekutuan untuk mempertahankan diri. Sebauah
diantaranya liga Aelia, dengan gegabah minta bantuan pada kerajaan Romawi. Tindakan itu
mengakibatkan bahwa pada tahun 146 SM. Yunani menjadi propinsi Romawi.
Sejarah Romawi.
Menurut tradisi, kota Romawi didirikan pada tahun 753 SM-510 SM. Berturut-turut
berkuasa tujuh orang raja yakni (1) Romulus (753-715) (2) Numa Pompilius (715-672) (3) Tullus
Hostilius (672-640) (4) Ancus Marcius (640-616) (5) Tarquinius Priscus (616-578) (6) Servius
Tullisius (578-534) (7) Tarquinius Superbus (534-509) Dari raja-raja tersebut dapat dilihat bahwa
Romulus hanyalah merupakan personifikasi dari kota Roma namun nama Tarquinius memang
didapati pada kuburan kuno dalam kota Vulci dan Caer di Etruska, sedangkan nama istri
Tarquinius Priscus juga ditemukan. Demikianlah dalam hal Tarquinius kemungkinannya besar
bahwa kedua raja yang memakai nama tersebut memang pernah memrintah memang juga perlu
diperhatikan bahwa nama-nama pemimpin jaman kuno seringkali masih tersimpan.
Sesudah pemerintahan ketujuh raja tersebut, Kota Roma menjadi republik yang dipimpin
oleh dua orang, yang mula-mula disebut praetor dan kemudian consul. Mereka dipilih setiap tahun
oleh badan yang dinamakan comitia centuriata, yaitu bagian dari perwakilan rakyat. Dalam waktu
bahaya dapat dipilih untuk sementara orang pemimpin khusus yang disebut dictator, hanya untuk
dapat gerak cepat dimana perlu. Dalam tahun-tahun permulaan republik itu rakyat Roma
disibukkan dalam peperangan perebutan hak dan kekuasaan ekonomi anatara golongan patricia
dan golongan plebius. Peperangan itu berakhir pada tahun 300 SM setelah golongan plebius
mencapai hak untuk ikut duduk dalam pemerintahan. Dengan konsolidasi kedalam ini Roma siap
untuk memperluas wilayahnya, Dari tahun 496-270 SM seluruh wilayah Italia dikuasai. Dari 264-
201 diadakan dua peperangan melawan Khartago di Afrika Utara. Peperangan ini dikenal dengan
nama Perang Punica. Dalam dua perang itu bangsa Khartago yang merupakan penyerang lalu pada
perang ketiga 149-146 SM. Roma membalas dendam dengan menghancurkan Khartago.
Pada tahun 146, Yunani masuk kedalam kekuasaan Romawi dengan demikian Roma
menguasai Yunani secara politik. Namun sebaliknya kebudayaan Yunani menguasai Romawi.
Kebesaran Roma mundur lambat laun, akibat perebutan kekuasaan antara para consul, seperti yang
terjadi Marius dan Sulla, (90 -88 SM), Caesar dengan Pompeyus dan Crassus (60 SM) yang
berakhir dengan Caesar merebut pemerintahan sendiri, sehabis ia kembali sebagai pahlawan yang
memenangkan Roma berbagai peperangan. Caesarlah yang menggunakan gelar imperator, yang
sebenarnya merupakan gelar kehormatan yang digunakan oleh tentara untuk memanggil panglima
yang berhasil sebagai gelar resmi dalam pemerintahan untuk pertama kalinya. Namun Caesar tidak
berhasil untuk bertahan lama. Akhirnya ia dibunuh dan sesudahnya timbul perselisihan antara dua
konsul lagi. Octavianus dan Antonius, yang juga menjabat panglima, Sesudah kemenangan
Octavianus di Actium, pada 31 SM Ia dinobatkan sebagai Imperator dengan nama penobatan
Augustus. Demikianlah Roma berakhir menjadi Republik. Imperator tersebut, yang dinamakan
imperator dari dinasti Julio Claudius, yang memerintahkan sampai tahun 192 Masehi. Waktu itu
Roma mencapai puncak kemegahannya. Setelahnya Roma mengalami kemunduran dengan empat
imperator yang memrintah sampai 235 Masehi dan kemudian pemerintahan yang silih berganti
dalam waktu pendek-pendek. Pada tahun 337 Roma dibagi dua imperiumnya: bagian Barat dengan
Ibukota Roma dan bagian Timur dengan ibukota Constantinopel. Akhirnya imperium Barat runtuh
pada tahun 476 karena invasi bangsa Huna dari Asia, sedangkan imperium Timur dikalahkan oleh
bangsa Turki pada tahun 1452.
Historiografi Romawi.
Sejarah awal Romawi sangat dipengaruhi oleh Yunani sebelumnya. Pengaruh Yunani ini
berlangsung sampai abad ke-2 SM. Sejarawan Romawi pertama Fabius Pictor (kk.254 SM)
menulis Annals tentang Perang-perang Funisia dalam bahasa Yunani. Kemudian sejarawan
Romawi pertama yang menulis Origins dalam bahasa Latin ialah Cato (234-149 SM) mengenai
sejarah Roma menurut tafsirannya yang diwarnai prasangka patriotis dan aristokratis.
Tokoh utama yang mempopulerkan penulisan sejarah Romawi ialah Julius Caesar (100-44
SM). Karyanya Commentaries on the Gallic Wars (Catatan-catatan tentang Perang-perang Galia)
dan yang kemudian Commentaries on the Civil War (Catatan-catatan mengenai Perang Saudara)
merupakan memoir sejarah yang terbaik yang dihasilkan dari zaman kuno. Meskipun tulisan-
tulisannya itu merupakan pembelaan karier politiknya terhadap lawan-lawannya, namun ia tetap
menekankan objektivitas, kejelasan, dan tingkat ketetapan yang tinggi. Karya-karyanya itu
memberikan informasi yang penting mengenai Galia pra-Romawi seperti halnya karya Tacitus
Germania mengenai Jerman pra-Romawi.
1) Titus Livy (59 SM-17M)
Titus Livy adalah seorang sejarawan nasional Romawi yang paling terkemuka,
salah seorang tukang cerita terbesar. Karyanya merupakan suatu epos besar dalam bentuk
prosa mengenai pertumbuhan Romawi sebagai sebuah empirum dunia. Meskipun ia
menghargai ketetapan sejarah dalam pemaparannya, namun ia menempatkan ketetapan itu
setelah gaya penulisan yang sempurna. Ia harus terang mengagungkan Romawi,
menghidupkan kebanggaan nasional, memberikan inspirasi kepada pemuda-pemuda
romawi semangat patriotisme. Livy mencatat proses kemunduran Romawi. Pada mulanya
menulis mengenai awal Empirium Romawi (30 SM-400/476 M) zaman keemasan
Augustus (63 SM-14 M). Tetapi ia menyadari kemerosotan dalam karakter dan institusi-
institusi Romawi dan menulis sebagian untuk menghidupkan kembali moral untuk
menunjukkan kepada orang-orang Romawi peninggalan bahan-bahan yang telah dibuat
oleh nenek moyang mereka.
Livy kurang dapat disebut sebagai seorang sejarawan karena sebagian ia tidak
sanggup mendapatkan sumber-sumber dokumen. Ia mensuplai legenda-legenda tentang
sejarah awal Roma. Tetapi ia seorang stylist berbakat, ia mencari penjelasan dan sangat
hormat pada masa lalu. Jelas hanya Livy luas dibaca dan memainkan peranan penting
dalam menemukan kembali moral sementara zaman Augustus yang juga disumbangkan
oleh Virgil dalam Aeneid. Point-point ini adalah mengenai fungsi-fungsi praktis sejarah:
kebanggaan pada ras, bangsa, atau kelompoknya. Perlu juga dicatat bahwa unifikasi
Romawi atas dunia lama membuat Livy mempunyai perspektif global, melihat berbagai
sejarah lokal sebagai bagian dari satu arus.

2) Tacitus (kk. 55-120 M).


Tokoh besar lainnya dalam historiografi Romawi ialah Tacitus yang meninggal
kira-kira sekitar tahun 120 M. Ia menulis antara tahun 85-115 ketika empirium mencapai
puncak kekuasaan dan kejayaannya tetapi sudah mulai dengan proses kemunduran dari
dalam. Ini dapat diketahui dari pergantian kaisar yang seringkali terjadi. Dengan
menggunakan teknik-teknik ilmiah yang dicontohkan oleh Polybius, Tacitus dalam karya-
karyanya yang terkenal Annals dan Histories mencoba memberikan cerita yang tidak
memihak mengenai keruntuhan kebesaran Romawi. Namun pemihakan pribadinya jelas.
Kekuatan yang sesungguhnya ialah dalam kemampuannya menganalisis intrik politik yang
menjadi karakter zamannya. Karya lainnya, lebih sosiologis daripada historis, ialah
Germania, Tacitus memberikan kepada dunia keterangan tentang gerakan bangsa Teuton
ke dalam imperium Romawi, Pujiannya kepada orang barbar yang tidak korup ini
terkandung kritik terhadap peradabannya sendiri.
Tacitus adalah sejarawan moralis, terkenal dengan ucapannya:” Fungsi sejarah
tertinggi adalah untuk menjamin bahwa aksi-aksi mulia harus dicatat dan bahwa kata-kata
dan perbuatan-perbuatan jahat diperlihatkan untuk dikutuk oleh keturunan.
Kelemahan Historiografi Kuno (klasik)
1) Meskipun terdapat beberapa perkembangan dibuat dalam penulisan dan teknik penulisan
sejarah, dan sebagian besar sejarawan telah mencoba akurat dan objektif dalam karya-
karya mereka, namun ada kekurangan utama para sejarawan ialah mereka sangat
dipengaruhi oleh lingkungan budaya mereka sendiri. Pengaruh dewa-dewa, mitos, dan
legenda yang tidak didokumentasi terus menerus menyusup dalam tulisan-tulisan mereka.
Meskipun demikian, aspek-aspek dasar dari penulisan sejarah yang ketat telah dilakukan.
Ini akan menjadi lebih sempurna pada saatnya kelak.
2) Ruang lingkup sempit. Mereka secara eksklusif menulis sejarah politik, khusus pada zaman
mereka sendiri, atau tidak jauh daripada itu. Alasan terutama pada hakekat materi yang
dapat mereka peroleh dari sumber-sumber. Livy tergantung pada legenda-legenda tentang
awal berdirinya Roma karena hanya sedikit dokumen yang tinggal. Thucydides tergantung
pada wawancara saksi hidup. Sedikit koleksi manuskrip dalam arsip, tidak ada majalah
atau pakar. Ini menurut standard modern yang membatasi ruang lingkup sejarawan-
sejarawan kuno dalam waktu dan materi sejarah.
3) Sejarah dianggap sebagai subjek praktis, berfungsi “sejarah didaktik” dan ajaran moral dari
contoh-contoh kehidupan. Menurut defenisi terkenal dari Civero (106-43 SM) sejarah
adalah sinar kebenaran, saksi waktu, guru kehidupan. Ini merefleksikan kepercayaan kuno
yang amat berharga dan amat diyakini bahwa sejarawan tidak boleh berat sebelah, tidak
boleh memihak, dan kritis. “Hukum sejarah yang pertama ialah sejarawan tidak boleh takut
mengatakan sesuatu kecuali kebenaran, kedua ia harus berani mengatakan seluruh
kebenaran. Selanjutnya Cicero merangkum semua pikiran klasik tentang sejarah. Kita
mencari kebenaran, kita melestarikan yang terbaik dari masa lalu untuk membentuk
peradaban, kita mengambil keuntungan dari pelajaran-pelajaran masa lalu.
Tacitus menambah bahwa ingatan pada orang-orang jahat tidak boleh dilupakan,
sebagai peringatan dan pelajaran bagi keturunan. Sebagai “guru kehidupan”. Sejarah
adalah “suatu pelajaran untuk masa sekarang dan sautu peringatan bagi masa yang akan
datang”
Pendekatan bahwa sejarah menjadi ajaran moral dapat juga menggusarkan jika
dilakukan berlebih-lebihan meskipun tujuannya mulia yaitu mengajarkan moral yang baik
dan mengutuk kejahatan.

Anda mungkin juga menyukai