Anda di halaman 1dari 20

STATISTIKA TERAPAN

POPULASI DAN SAMPEL

Dosen Pengampu : Dr. Isrok’atun. M.Pd

Oleh :

Ruli Seftiana Aziza ( 1906897 )

Winia Hafiti ( 1906931 )

SEKOLAH PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2019
SAMPEL DAN POPULASI

A. Pengertian Populasi dan Sampel

Kata Populasi (population), juga disebut universum, universe dan


universe of discourse (Satori & Komariah, 2011, hlm. 45). Sedangkan menurut
Gay dan Diehl menyatakan bahwa population is the group of interest to the
researcher, the group to with she or he would like to generalize the results of the
study. Kemudian Frankel dan Wallen mengatakan bahwa populasi adalah
kelompok yang diminati oleh peneliti dimana kelak generalisasi hasil
penelitiannya akan diterapkan. Populasi merupakan obyek atau subyek yang
berada pada satu wilayah topik penelitian dan memenuhi syarat-syarat tertentu
berkaitan dengan masalah penelitian (Satori & Komariah, 2011, hlm. 46).
Menurut Furqon (Furqon, 2011, hlm. 146), populasi dapat didefinisikan sebagai
sekumpulan obyek, orang atau keadaan yang paling tidak memiliki satu
karakteristik yang sama. Selanjutnya menurut Supranto (2008, hlm. 22), populasi
adalah kumpulan dari seluruh elemen sejenis tetapi dapat dibedakan satu sama
lain berdasarkan karakteristiknya. Menurut Soepono (2001, hlm. 82), populasi
adalah keseluruhan subyek atau obyek yang akan menjadi sasaran penelitian.
Selain itu, populasi adalah sekelompok orang, hewan atau tumbuhan benda yang
mempunyai karakteristik tertentu yang akan diteliti. Populasi akan menjadi
bagian dari wilayah generalisasi kesimpulan hasil penelitian.
Menurut Sugiyono (dalam Raharja, 2008, hlm. 59) mengatakan bahwa
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi adalah kumpulan
dari individu dengan kualitas serta ciri - ciri yang telah ditetapkan. Populasi itu
tidak hanya sekedar jumlah yang terdapat pada obyek ataupun subyek yang
dipelajari, tetapi juga meliputi seluruh karakteristik ataupun sifat yang dimiliki
oleh subyek maupun obyek tersebut. Populasi merupakan suatu keseluruhan
subyek penelitian. Jika seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam
wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi atau studi
populasi.
Pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa populasi adalah wilayah
generalisasi yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan
oleh peneliti yang terdiri atas obyek atau subyek untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulannnya.
Jenis jenis populasi berdasarkan jumlah dibagi menjadi:
1. Populasi terbatas (terhingga), yakni populasi yang dinyatakan dengan angka
dan mempunyai batasan.
2. Populasi tak terbatas (tak terhingga), yakni populasi yang tidak dapat
ditentukan batasannya.
Menurut Margono (2004, hlm.119) populasi berdasarkan turunan
populasi dengan ruang lingkup yang lebih dipersempit:
1. Populasi teoretis (teoritical population), yaitu sejumlah populasi yang batas
batasnya ditetapkan secara kualitatif. Kemudian agar hasil penelitian berlaku
juga bagi populasi yang lebih luas, maka ditetapkan terdiri dari guru; berumur
25 tahun sampai dengan 40 tahun, program S1, jalur skripsi, dan lain-lain.
2. Populasi yang tersedia (accessible population), yakni sejumlah populasi yang
secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan tegas. Misalnya, guru sebanyak
250 di kota Bandung terdiri dari guru yang memiliki karakteristik yang telah
ditetapkan dalam populasi teoretis.
Margono (2004: 119-120) pun menyatakan bahwa persoalan populasi
penelitian harus dibedakan ke dalam sifat berikut ini:
1. Populasi yang bersifat homogen, yaitu populasi yang unsur-unsurnya
memiliki sifat yang sama, sehingga tidak perlu dipersoalkan jumlahnya secara
kuantitatif. Misalnya, seorang dokter yang akan melihat golongan darah
seseorang, maka ia cukup mengambil setetes darah saja. Dokter itu tidak perlu
satu botol, sebab setetes dan sebotol darah, hasilnya akan sama saja.
2. Populasi yang bersifat heterogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya
memiliki sifat atau keadaan yang bervariasi, sehingga perlu ditetapkan batas-
batasnya, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Penelitian di bidang
sosial yang obyeknya manusia atau gejala-gejala dalam kehidupan manusia
menghadapi populasi yang heterogen.
Secara sederhana, sampel adalah bagian dari suatu populasi (Furqon, 2011,
hlm. 146). Hal ini sama menurut Sudjana (2005, hlm. 6), sampel adalah sebagian
yang diambil dari populasi sehingga sampel tersebut mewakili populasi. Menurut
Soepono (2002, hlm. 82), sampel penelitian adalah bagian daripada populasi yang
masih terwarnai oleh oleh sifat dan karakteristik populasinya untuk dikenai
penelitian. Konsep sampel dalam penelitian adalah bagian kecil dari anggota
populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili
populasinya secara representatif. Selain itu, sampel yang biasa digunakan dalam
penelitian kuantitatif adalah sampel yang diambil dari populasi yang benar-benar
representatif (mewakili), agar apa yang akan dipelajari dari sampel tersebut
kesimpulannya dapat diberlakukan untuk populasi (Satori & Komariah, 2011,
hlm. 46-47). Sedangkan, Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa sampel adalah
bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel
penelitian adalah sebagian populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat
mewakili seluruh populasi. Sugiyono memberikan pengertian bahwa sampel
adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila
populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada
populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti
dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari
dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu,
sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif.
(http://www.eurekapendidikan.com/2015/09/defenisi-sampling-dan-teknik-
sampling.html).
Sampel juga bisa disebut sebagai cuplikan atau bagian dari populasi.
Peneliti boleh mengambil sebagian populasi saja untuk diteliti meskipun
kesimpulan hasil penelitian akan berlaku untuk semua semua populasi. Cara
pengambilan sampel merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian
terutama bila peneliti menghendaki hasil penelitiannya berlaku untuk semua
populasi. Sampel yang diambil harus mewakili semua karakteristik yang terdapat
pada populasi dimana kesimpulan tersebut berlaku. Apabila sampel tersebut tidak
mewakili karakteristik yang terdapat pada populasi, maka kesimpulan penelitian
dapat menjadi bias.
Populasi dan sampel dilakukan dalam proses pengumpulan data baik itu
dalam penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Sebelum melakukan teknik
sampling maka terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data. Pengumpulan data
ini dilakukan oleh seorang peneliti, misalnya peneliti mengatakan butir soal yang
disusun oleh guru SD 50% butir soal tidak sesuai dengan indikator-indikator
yang dibuat oleh guru berdasarkan SK-KD pada masing-masing mata pelajaran.
Pernyataan tersebut bersifat umum, oleh karena itu berlaku bagi guru SD di
seluruh Indonesia, bukan hanya wilayah tertentu. Pernyataan tersebut harus
sesuai dengan data, maka dilakukan pengumpulan data untuk diketahui menurut
Susetyo (2010, hlm. 138). Dari pernyataan tersebut, pengumpulan data bisa
dilakukan dengan dua cara, yaitu contohnya sebagai berikut :
a. Meneliti seluruh guru SD dalam hal penyusunan butir soal mengetahui
tingkat ketercapaian indikator setelah proses pembelajaran berlangsung
dengan menganalisis kecocokan indikator dengan butir soal yang dibuat.
kecocokan indikator dengan butir soal merupakan karakteristik yang akan
diukur dalam penelitian.
b. Meneliti sebagian guru SD dalam hal penyusunan butir soal untuk
mengetahui tingkat ketercapaian indikator setelah proses pembelajaran
berlangsung dengan menganalisis kecocokan indikator dengan butir soal
yang dibuat.
Dari dua cara pengambilan data diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk cara
yang pertama disebut dengan sensus, sedangkan cara pengambilan data yang
kedua dinamakan sampel atau cuplikan. Keseluruhan data atau obyek yang
diteliti berupa karakteristik tertentu terhadap gejala, fenomena, peristiwa atau
kejadian-kejadian yang dinamakan dengan populasi. Populasi atau sampel yang
kemudian dilakukan pengukuran atau menghitung sehingga diperoleh data yang
akan dianalisis dengan statistika. Sebagian data yang diambil dari populasi
dinamakan dengan sampel. Sampel atau sebagian data yang diambil dari populasi
harus memiliki karakteristik yang sama dengan populasi dan disebut dengan
istilah sampel yang representatif (Susetyo, 2010, hlm. 139).

B. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah pengambilan sampel dalam populasi sebagai bentuk


proses penelitian. Selain itu, menurut Sugiyono (2012,hlm. 81) menyatakan
bahwa teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Menurut
Yusuf (dalam Mulyatiningsih, 2013) dan www.academia.edu mengemukakan
bahwa ada beberapa macam teknik sampling, yaitu sebagai berikut :

1. Teknik Sampling Probabilitas


Teknik sampling probabilitas dapat disebut juga dengan Random Sampling.
Random sampling probabilitas adalah sesuatu cara pengambilan sampel yang
memberikan kesempatan atau atau peluang yang sama untuk diambil kepada
setiap elemen populasinya ada 50 dan yang akan dijadikan sampel adalah 25,
maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25/50 untuk bisa dipilih
menjadi sampel. Syarat yang harus dilakukan untuk mengambil sampel secara
acak adalah memperoleh atau membuat kerangka sampel atau dikenal dengan
nama “sampling frame”. Yang dimaksud dengan kerangka sampling adalah
daftar yang berisikan setiap elemen populasi yang bisa diambil sebagai sampel.
Elemen populasi bisa berupa data tentang orang/binatang, tentang kejadian,
tentang tempat, atau juga tentang benda. Adapun jenis sampling probabilitas,
yaitu sebagai berikut :
1) Simple Random Sampling
Merupakan suatu teknik sampling yang dipilih secara acak, cara ini dapat
diambil bila analisa penelitian cenderung bersifat deskriptif atau bersifat umum.
Setiap unsur populasi harus memiliki kesempatan sama untuk bisa dipilih
menjadi sampel. Sebagai contoh, misalnya ada “pembiayaan pembangunan
pendidikan dasar di Jawa Barat”, sampelnya adalah seluruh SD dan SMP yang
ada di Jawa Barat. Terhadap seluruh SD dan SMP itu dilakukan pemilihan secara
random tanpa pengelompokan terlebih dahulu, dengan demikian peluang SD
maupun SMP untuk terpilih sebagai sampel sama.

2) Stratified Random Sampling


Merupakan suatu teknik sampling dimana populasi kita bagi ke dalam sub
populasi (strata), karena mempunyai karakteristik yang heterogen dan
heterogenitas tersebut mempunyai arti yang signifikan terhadap pencapaian
tujuan penelitian, maka penelitian dapat mengambil dengan cara ini. Setiap
stratum dipilih sampel melalui proses simple random sampling. Sebagai contoh,
misalnya ada suatu manajer yang ingin mengetahui sikap yang positif terhadap
kebajikan. Dia menduga bahwa manajer tingkat atas memiliki sikap yang positif
terhadap kebajikan perusahaan. Agar dapat menguji dugaan tersebut maka
sampel yang harus terdiri dari manajer tingkat atas, menengah, dan bawah.
Kemudian dari masing-masing strata dipilih manajer dengan teknik simple
random sampling. Selain itu, adapun jenis dari stratified random sampling
menurut Sugiyono (2012, hlm 82-83), yaitu sebagai berikut :
a. Proportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota atau unsur yang
tidak homogen dan berstrata secara proposional. Suatu organisasi yang
mempunyai pegawai dari latar belakang pendidikan yang berstrata, maka
populasi pegawai itu berstrata. Misalnya jumlah pegwai yang lulus S 1= 45,
S2 = 30, STM = 800, ST = 900, SMEA = 400, SD = 300. Jumlah sampel
yang harus diambil meliputi strata pendidikan tersebut.
b. Disproportionante Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi
berstrata tetapi kurang proposional. Misalnya pegawai dari unit kerja
tertentu mempunyai; 3 orang lulusan S 3, 4 orang lulusan S2, 90 orang
lulusan S1, 800 orang SMU, 700 orang SMP, maka 3 orang lulusan S 3 dan
4 orang S2 itu diambil semuanya sebagai sampel. Karena dua kelompok ini
terlalu kecil bila dibandingkan dengan kelompok S1, SMU, dan SMP.
3) Cluster Random Sampling/sampel gugus
Merupakan cara pengambilan sampel dengan cara gugus. Populasi dibagi
ke dalam satuan-satuan sampling yang besar yang disebut cluster. Berbeda
dengan pembentukan strata, satuan sampling yang ada dalam tiap cluster harus
relatif heterogen. Pemilihan dilakukan beberapa tingkat: (1) memilih cluster
dengan cara simple random sampling. (2) memilih satuan sampling dalam
cluster. Jika pemilihan dilakukan lebih dari dua kali Multi-stage Cluster
Sampling. Sebagai contoh, misalnya dalam penelitian yang sama diatas,
mengenai penelitian sekolah dasar di Jawa Barat sangat luas, dipilih
kabupaten/kota tertentu sebagai sampel cluster ke-1 secara random. Dari tiap
kabupaten terpilih dilakukan pemilihan lagi, yaitu kecamatan-kecamatan tertentu
dengan cara random sebagai sampel cluster ke-2. Selanjut dari masing-masing
kecamatan dilakukan pemilihan sekolah yang juga dilakukan secara random.
4) Area Sampling atau Sampel Wilayah
Merupakan teknik sampling yang dipakai ketika peneliti dihadapkan pada
situasi bahwa populasi penelitiannya tersebar di berbagai wilayah. Sebagai
contoh, misalnya seorang marketing manajer sebuah stasiun TV ingin
mengetahui tingkat penerimaan masyarakat Jawa Barat atas sebuah mata
tayangan, teknik pengambilan sampel dengan area sampling sangat tepat.

2. Teknik Sampling Non-Probabilitas/Non-Random Sampling atau Sampling


Tidak Acak
Teknik sampling non-probabilitas adalah suatu teknik pengambilan sampel
secara tidak acak/nonrandom sampling. Tidak semua populasi mempunyai
kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Pada saat melakukan
pemilihan satuan sampling tidak dilibatkan unsur peluang, sehingga tidak
diketahui unsur peluang sesuatu unit sampling terpilih ke dalam sampling. Unsur
populasi yang terpilih menjadi sampel bisa disebabkan karena kebetulan atau
karena yang sebelumnya sudah direncanakan oleh peneliti. Sampling tipe ini
tidak boleh dipakai untuk menggeneralisasikan hasil penelitian terhadap
populasi, karena dalam penarikan sampel sama sekali tidak ada unsur
probabilitas. Adapun jenis sampling non-probabilitas, yaitu sebagi berikut :

1) Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan
dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi
yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu diberi nomor urut, yaitu
nomor 1 sampai dengan nomor 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan
dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu,
misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk ini maka yang diambil sebagai
sampel adalah nomor 1,5,10,15,20, dan seterusnya sampai 100 (Sugiyono, 2012,
hlm. 84).
2) Convenience Sampling/incidental Sampling
Merupakan teknik dalam memilih sampel, peneliti tidak mempunyai
pertimbangan lain kecuali berdasarkan kemudahan saja. Seseorang diambil
sebagai sampel karena kebetulan orang tadi ada disitu atau kebetulan dia
mengenal orang tersebut. oleh karena itu ada beberapa penulis menggunakan
istilah accidental sampling tidak sengaja atau juga captive sample (man on the
street). Jenis sampel ini sangat baik jika dimanfaatkan untuk penelitian
penjajagan, yang kemudian diikuti oleh penelitian lanjutan yang sampelnya
diambil secara acak (random). Beberapa kasus penelitian yang menggunakan
jenis sampel ini, hasilnya ternyata kurang obyektif. Sebagai contoh, misalnya ada
seorang peneliti ingin mengetahui tentang kebersihan wilayah Jakarta Selatan ia
menanyakan kepada orang yang ada dijalan atau orang yang dia jumpai bukan
orang yang mengerti tentang kebersihan wilayah Jakarta Selatan seperti petugas
kebersihan atau mendatangi kantor gubernur atau walikota Jakarta Selatan.
3) Sampling Jenuh
Sampling jenuh adlah teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat
generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah
sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2012, hlm.
85).
4) Snowball Sampling/Sampel Bola Salju
Merupakan teknik sampling yang banyak dipakai ketika peneliti tidak
banyak tahu tentang populasi penelitiannya. Dia hanya banyak tahu satu atau dua
orang yang berdasarkan penilaiannya bisa dijadikan sampel. Kerena peneliti
menginginkan lebih banyak lagi, kemudian dia minta kepada sampel pertama
untuk menunjukkan orang lain yang kira-kira bisa dijadikan sampel. Satuan
sampling dipilih atau ditentukan berdasarkan informasi dari responden
sebelumnya. Sebagai contoh, misalnya seorang peneliti ingin mengetahui
pandangan kaum lesbian terhadap lembaga perkawinan. Peneliti cukup mencari
satu orang wanita lesbian dan kemudian melakukan wawancara. Setelah selesai,
peneliti tadi minta kepada wanita lesbian tersebut untuk bisa mewawancarai
teman lesbian lainnya. setelah jumlah wanita lesbian yang berhasil
diwawarancainya dirasa cukup, peneliti bisa menghentikan pencarian wanita
lesbian lainnya. hal ini bisa juga dilakukan pada pecandu narkotik, para gay, atau
kelompok-kelompok sosial lain yang ekslusif (tertutup).
5) Purposive Sampling/Judgement Sampling
Merupakan teknik sampling yang satuan samplingnya dipilih berdasarkan
pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh satuan sampling yang
memiliki karakteristik atau kriteria dikehendaki dalam pengambilan sampel.
Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud dan tinjaun yang
diingikan peneliti atau sesuatu tersebut memiliki atau mengetahui informasi yang
diperlukan bagi penelitian yang dia buat. Sedangkan menurut Sugiyono (2012,
hlm. 85) mengatakan bahwa Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang
kualitas makanan, maka sumber datanya adalah orang yang ahli makanan, atau
penelitian tetang kondisi politik di suatu daerah, maka sampel sumber datanya
adalah orang yang ahli politik. sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian
kualitatif, atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi.
Pengambilan sampel ini dapat dibagi dua yaitu judgement sampling dan quota
sampling.
Judgement sampling ialah teknik pengambilan sampling dimana sampel
yang dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia atau seseorang yang paling
baik jika dijadikan sampel penelitiannya. Sebagai contoh, misalnya dalam suatu
perusahaan untuk memperoleh data tentang bagaimana satu proses produksi
direncanakan oleh sutau perusahaan, maka manajer produksi merupakan orang
yang terbaik untuk bisa memberikan informasi. Jadi, judgement sampling
umumnya memilih sesuatu atau seseorang menjadi sampel karena mereka
mempunyai “information rich”. Dalam program pengembangan produk (product
development), biasanya yang dijadikan sampel adalah karyawannya sendiri,
dengan pertimbangan bahwa jika karyawan sendiri tidak puas terhadap produk
baru yang akan dipasarkan, maka jangan terlalu berharap pasar akan menerima
produk itu dengan baik.
Quota sampling adalah teknik pengambilan sampling dalam bentuk
distratifikasikan secara proposional, namun tidak dipilih acak melainkan secara
kebetulan saja. Sebagai contoh, misalnya di sebuah kantor terdapat pegawai laki-
laki 60% dan perempuan 40%. Jika seorang peneliti ingin mewawancarai 30
orang pegawai dari kedua jenis kelamin tadi maka dia harus mengambil sampel
pegawai laki-laki sebanyak 18 orang sedangkan pegawai perempuan 12 orang.
Ssekali lagi, teknik pengambilan ketiga puluh sampel tadi tidak dilakukan secara
acak, melainkan secara kebetulan saja.
6) Haphazard Sampling
Merupakan teknik sampling dimna Satuan sampling dipilih sembarangan
atau seadanya, tanpa perhitungan apapun tentang derajat kerepresentatipannya.
Sebagai contoh, misalnya ketika kita akan melakukan penelitian mengenai
kompetensi dosen di sebuah Universitas, pertanyaan dapat diajukan kepada
siapapun mahasiswa dari universitas tersebut (sebagai sampel) yang kebetulan
datang pada saat kita berada di sana untuk melakukan penelitian.

C. Menentukan Ukuran Sampel


Dijelaskan oleh Sugiyono (2012, hlm. 86) cara menentukan ukuran sampel
adalah dari jumlah anggota sampel. Jumlah sampel yang diharapkan 100%
mewakili populasi adalah sama dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Jadi,
bila jumlah populasi 1000 dan hasil penelitian itu akan diberlakukan untuk 1000
orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil sama
dengan jumlah populasi tersebut yaitu 1000 orang. Makin besar jumlah sampel
mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan
sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka makin besar
kesalahan generalisasi (diberlakukan umum).
Sugiyono dalam bukunya yang berjudul “Metodologi Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R & D” (2012, hlm. 85) mengajukan sebuah
pertanyaan yaitu “berapa jumlah anggota sampel yang paling tepat digunakan
dalam penelitian?. Dijawab pula bahwa anggota sampel yang paling tepat
digunakan dalam penelitian adalah tergantung pada tingkat ketelitian atau
kesalahan yang dikehendaki. Ketelitian atau kepercayaan dalam penelitian
tergantung pada sumber dana, waktu dan tenaga yang tersedia. Dikatakan bahwa
semakin besar tingkat kesalahan maka akan semakin kecil jumlah sampel yang
diperlukan, dan semakin kecil tingkat kesalahan, maka semakin besar jumlah
anggota sampel yang diperlukan sebagai sumber data.
Jelaslah bahwa besar kecilnya sampel sangat menentukan tingkat ketelitian
suatu perkiraan dan sekaligus menentukab apakah sampel tersebut dapat
mewakili populasi. Semakin besar sampel yang digunakan, maka akan
memberikan suatu parameter atau perkiraan yang semakin teliti, namun semakin
besar pula biaya, waktu, tenaga yang diperlukan. Solusinya adalah kembali pada
keseimbangan sampel dengan menggunakan teknik teknik sampling sehingga
penelitian tidak memerlukan biaya yang mahal sekaligus tingkat ketelitian yang
dikehendaki dapat tercapai (Supranto, 1992, hlm. 108).
Berikut ini rumus menentukan jumlah sampel dari populasi yang tertentu
yang dikembangkan dari Isaac dan Michael untuk tingkat kesalahan 1%, 5%, dan
10%. Rumus untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang tidak diketahui
jumlahnya adalah:
Keterangan:
s = Jumlah sample
N = Jumlah populasi
λ2 = Chi Kuadrat, dengan dk = 1, taraf kesalahan 1%, 5% dan 10%
d = 0,05
P = Q = 0,5
Contoh:
Hitunglah sampel ila populasi adalah 1000 orang dengan tingkat
kesalahan sebesar 5% dan perbedaan antara rata rata smapel dengan rata rata
populasi = 0,05. Dengan menggunakan rumusa Isaac dan Michael.

3,841. 1000. 0,5.0,5


= = 277.
0,05∗2 ( 1000−1 )=3,841.0,5. 0,5
Jadi untuk populasi 1000 dengan tingkat kesalahan sebesar 5% jumlah
sampelnya adalah 277 (Sugiyono, 2016, hlm. 69).

D. Cara Mengambil Anggota Sampel


Teknik pengambilan sampel dibagi menjadi dua, yaitu probably sampling
dan non-probably sampling. Menurut Sugiyono (2012, hlm. 91) menyatakan
bahwa probably sampling adalah teknik sampling yang memberi peluang sama
kepada anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. cara tersebut
disebut dengan random sampling. Pengambilan sampling dengan cara random
sampling dapat dilakukan dengan random, komputer, maupun dengan undian.
Bila pengambilan dilakukan dengan undian, maka setiap anggota populasi
terlebih dahulu diberi nomor, sesuai dengan jumlah anggota populasi.
Roscoe dalam (Sugiyono, 2016, hlm. 74), memberikan saran saran tentang
ukuran sampel untuk peneitian seperti berikut:
1. Ukuran sampel layak dalam penelitian adalah antara yang sampai dengan
500.
2. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya:pria-wanita pegawai negeri-
swasta dan lain lain) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal
30.
3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi
atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali
dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitiannya ada 5
(independen+dependen), maka jumlah anggota sampel = 10 x 5 = 50.
4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol maka jumlah anggota sampel masing-
masing kelompok antara 10 s/d 20.

E. Contoh Menentukan Ukuran Sampel


Akan dilakukan penelitian untuk mengetahui tanggapan kelompok
mengenai pelayanan yang diberikan oleh pemerintah daerah tertentu.
Kelompok itu terdiri dari 1000 orang, yang terbagi dalam beberapa jenjang
pendidikan.
S1 = 50, Sarjana muda = 300, SMK = 500, SMP= 100, SD = 50
(bersatrata).
Bila jumlah populasi adalah 1000, kesalahan 5 %, maka jumlah
sampelnya = 277. Karena populasi berstrata maka sampelnya juga berstrata.
Masing masing sampel untuk tingkat pendidikan harus proporsional sesuai
dengan populasi.
S1 = 50/1000 X 277 = 13,85 = 14
SM = 300/1000 X 277 = 83,10 = 84
SMK = 500/1000 X 277 = 138,5 = 139
SMP = 100/1000 X 277 = 27,70 = 28
SD = 50/100 X 277 = 13,83 = 14
277 = 279
Jadi jumlah sampelnya = 14 + 84 + 139 + 28 + 14 = 279.
Lebih aman dibulatkan ke atas dibanding dibulatkan di bawah 277
(Sugiyono, 2016, hlm. 73).
F. Aplikasi Penentuan Populasi dan Teknik Sampling Pada Tesis di Prodi
Pendidikan Sejarah
Menentukan populasi dan teknik sampling di prodi Pendidikan sejarah dapat
diterapkan dalam dua metode penelitian, baik dalam metode kuantitatif maupun
kualitatif. Adapun beberapa contoh penentuan populasi dan teknik sampling pada
tesis di Prodi Pendidikan Sejarah dengan menggunakan metode quasy
eksperimen, yaitu sebagai berikut :
Dalam tesis yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Sejarah Berbasis
Dokumen dan Interpretasi Teks Sejarah Terhadap Keterampilan Berpikir
Kesejarahan: Penelitian Quasy Eksperimen di MAN Purwakarta” dalam
penelitiannya, tesis ini mengambil populasi yang bukan hanya terdiri dari jumlah
atau kuantitas dari obyek atau subyek penelitian. Akan tetapi, populasi diambil
dengan mempertimbangkan bahwa obyek atau subyek tersebut memiliki
karakteristik atau sifat. Obyek atau subyek yang memiliki karakteristik dalam
penelitian tesis ini adalah seluruh siswa kelas X program IPA dan IPS MAN
Purwakarta tahun ajaran 2015/2016.
Sedangkan pengambilan sample dalam tesis ini menggunakan teknik
Sample Random Sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu
karena anggota populasi di anggap homogen (Sugiyono, 2010, hlm 120). Sampel
penelitian diperoleh untuk menentukan kelas eksperimen yang akan dikenai
perlakuan dan kelas kontrol yang tidak dikenai perlakuan. Oleh sebab itu, maka
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sedapat mungkin sama (homogen)
akan mendekati sama karakteristiknya. Kelas yang dipilih sebagai sampel adalah
kelas X IIS 2 dan X IIS 3, dengan jumlah siswa pada masing-masing kelas
berjumlah 28 orang. Alasan pemilihan kedua kelas ini, karena kedua kelas
tersebut memiliki karakter yang relatif sama, yang ditunjukkan dengan perolehan
hasil belajar siswa yang rata-rata sama, bahkan siswa pada kedua kelas tersebut
memiliki persepsi yang sama terhadap mata pelajaran Sejarah (Habsoh, 2016,
hlm. 67-68).
Kemudian Tesis yang kedua berjudul “Pengaruh Model Dual Coding
Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah :Studi
Penelitian Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI di SMAN 1 Ciamis” dalam
penelitiannya, tesis ini menjelaskan adanya alasan dalam pengambilan populasi,
yaitu berdasarkan bahwa sekolah yang menjadi lokasi penelitian merupakan
SMA Negeri terbaik di tingkat Kabupaten yang berstatus rancangan sekolah
bertaraf internasional (RSBI) sehingga kualitasnya tidak jauh berbeda. Sehingga
ditentukan bahwa sekolah tersebut memiliki karakteristik tersendiri yang
mendukung dalam pengambilan populasi. Dengan penentuan lokasi dua sekolah
yaitu SMAN 1 Ciamis dan SMAN 2 Ciamis. Populasi yang diambil yaitu seluruh
siswa IPS kelas XI dari kedua sekolah tersebut yang berjumlah 240 siswa.
Sama seperti tesis sebelumnya, tesis ini pun menggunakan teknik Random
Sampling, karena masing-masing individu memiliki kemungkinan yang sama
untuk dipilih sebagai partisipan penelitian. Sehingga yang menjadi sampel
penelitian adalah dua dari delapan kelas yang dipilih secara acak dengan cara
pengundian dan selanjutnya dijadikan sebagi kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Maka sampel yang digunakan dalam penelitian tesis ini adalah siswa IPS kelas
XI semester ganjil tahun ajaran 2012/2013 berjumlah 56 siswa yaitu kelas XI IPS
3 di SMAN 1 Ciamis sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPS 2 di SMAN 2
Ciamis sebagai kelas kontrol (Fajriah, 2012, hlm. 70).
Kemudian Tesis yang ketiga berjudul “Pengaruh Penerapan Pembelajaran
Aptitude Treatment Interaction (ATI) Terhadap Hasil Belajar dan Motivasi
Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah” , populasi dalam penelitian ini merupakan
kumpulan individu atau obyek yang merupakan sifat sifat umum. Populasinya
adalah seluruh siswa kelas XI IPS 1, 2 dan 3 SMA Negeri 2 Indramayu Tahun
2015/2016, kelas IPS dipilih karena pelajaran Sejarah menjadi mata pelajaran
pokok di kelas IPS, sehingga diharapkan akan terlihat peningkatan motivasi
belajar siswa terjadap pembelajaran Sejarah. Sedangkan, teknik pengambilan
sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling. Purposive Sampling
adalah teknik penentuan sampel dengan menggunakan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2016, hlm. 67). Ditentukanlah kelas X IPS 1 sebagai kelas
eksperimen dan kelas X IPS 2 sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen akan
dikenai perlakuan model pembelajaran ATI sedangkan kelas kontrol tetap
menggunakan metode belajar konvensional. Alasan pemilihan kedua kelas ini,
karena kedua kelas tersebut memiliki karakter yang relatif sama, yang
ditunjukkan dengan perolehan hasil belajar siswa yang rata-rata sama.
Berdasarkan ketiga contoh tesis tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pengambilan populasi dan sampel dalam tesis tersebut dilakukan dengan
mengambil populasi yang memiliki karakteristik, karena sampel tidak hanya
berupa jumlah atau kuantitas tetapi juga mengenai karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. Sedangkan sampel yang digunakan dalam tesis tersebut adalah
menggunakan Random Sampling karena penggunaan metode quasy eksperimen,
yaitu adanya pembagian penelitian berdasarkan kelas kontrol dan kelas
eksperimen sehingga harus dilakukan sampel acak untuk menentukan mana
populasi yang akan dijadikan sampel.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU & JURNAL

Furqon. (2011). Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Komariah, Aan., & Satori, Djama’an. (2011). Metode Penelitian Kualitatif.


Bandung: Alfabeta.

Margono. (2004), Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Mulyatiningsih, Endang. (2011). Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan.


Bandung: Alfabeta.

Raharja, Surya. (2008). Study Empiris Mengenai Penerapan Metode Sampling


Audit Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Metode
Sampling. Vol. 15, (1).

Soepono. 2002. Statistika Terapan Dalam Penelitian Ilmu Sosial dan Ilmu
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: PT Tarsito Bandung.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. 2016. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Supranto, J. 2008. Statistik: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga.


Supranto, J. 2012. Sampling Untuk Pemeriksaan. Jakarta: UI Press.

Susetyo, Budi. (2012). Statistika Untuk Analis Data Penelitian. Bandung : PT.
Refika Aditama.

TESIS

Habsoh, Siti Yayu. (2016). Pengaruh Pembelajaran Sejarah Berbasis Dokumen


dan Interpretasi Teks Sejarah Terhadap Keterampilan Berpikir
Kesejarahan: Studi Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas X di
MAN Purwakarta. S2 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.

Pajriah, Sri (2013). Pengaruh Model Dual Coding Terhadap Peningkatan Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah :Studi Penelitian Kuasi
Eksperimen Pada Siswa Kelas Xi Di Sman 1 Ciamis. S2 thesis, Universitas
Pendidikan Indonesia.

INTERNET

Yusuf, Musdalifah. (2014). Populasi dan Sampel. [Online]. Diakses dari


http://www.academia.edu

_____. (Tanpa Tahun). Macam-Macam Teknik Sampling. [Online]. Diakses dari


http://www.academia.edu

_____. (2015). Definisi Sampling dan Teknik Sampling. [Online]. Diakses dari
http://www.eurekapendidikan.com/2015/09/defenisi-sampling-dan-teknik-
sampling.html

Anda mungkin juga menyukai