Anda di halaman 1dari 14

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Filsafat Ilmu Faisal Amin S. Ip , M.I.P

KRITISISME

OLEH : KELOMPOK 3

Auliana Safira NIM : 170101050139


Almuna NIM : 170101050178
Azhar Fuadi NIM : 170101050708
Muhammad Ramadhan NIM : 170101050862
Nur Hikmatul Husna NIM : 170101050139
Noor Aziziah NIM : 170101050204

EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt., atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “KRITISISME” ini sampai selesai. Dan tak lupa juga kami berterima
kasih kepada Bapak Faisal Amin selaku dosen mata kuliah Filsafat Ilmu yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.

Kami berharap makalah yang kami buat ini bisa menambah wawasan kepada
pembacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan makalah
yang telah kami buat di masa yang akan datang.

Banjarmasin, 23 Oktober 2019

Kelompook 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i

DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kritisisme...................................................................................................... 3
B. Sejarah Aliran-Aliran Kritisisme.................................................................................... 4
C. Tujuan Filsafat Immanuel Keint..................................................................................... 6
D. Macam-Macam Kritik Menurut Immanuel Keint........................................................... 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sulit sekali untuk membuat suatu definisi yang pasti tentang ilmu, filsafat dan
agama. Hal ini terjadi karena perbedaan sudut pandang, jenis bangsa dan agama yang
di anut, dari orang yang mendefinisikannya itu.
  Pengaruh Immanuel kant dalam ilmu filsafat sangatlah besar. Abad ke-18 di
jerman biasa di sebut Aufklarung atau zaman pencerahan yang di inggris dikenal
dengan enlightenment.  Pemberian nama ini dikarenakn pada zaman itu manusia
mencari cahaya baru dalam rasionya. Immanuel kant mendefinisikan  zaman itu
dengan mengatakan, “dengan aufklarung dimaksudkan bahwa manusia keluar dari
keadaan tidak balig (dalam bahasa jerman disebut unmundigkeit), yang dengannya ia
sendiri bersalah.” Apa sebabnya manusia itu sendiri yang bersalah? Karena manusia
itu sendiri tidak menggunakan  kemungkinan yang ada padanya, yaitu rasio. Oleh
karenanya semboyan aufklarung menjadi sapere aude! Hendaklah anda berani
berpikir sendiri! Dengan demikian zaman pencerahan merupakan tahap baru dalam
proses emansipasi manusia barat yang sudah dimulai sejak renaissance dan reformasi.
 Di inggris pada zaman itu muncul deisme, yaitu suatu pendirian pemikir-
pemikir yang  sunguh pun menerima adanya Allah, akan tetapi beranggapan bahwa
Allah tidak menghiraukan penyelenggaraan dunia. Tokoh zaman pencerahan di sini
antara lain hume yang telah di singgung di atas.
Di prancis muncul para ensiklopedis, materialis serta tokoh-tokoh seperti,
Voltaire (1641-1778), charles de montesque (1689-1775) dan Jean Jaqcues Rousseau
(1712-1778) yang amat terkenal dengan teori kontrak  sosialnya (buku-bukunya terbit
tahun 1762). Di jerman seorang filsuf besar yang melebihi zaman aufklarung telah
lahir , itulah immanuel kant yang akan kita bicarakan secara khusus mengenai
pemikiranya kritisismenya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kritisisme?
2. Bagaimana sejarah dari aliran kritisisme?
3. Apa saja tujuan filsafat Immanuel Kant?
4. Apa saja macam-macam kritik menurut Immanuel Kant?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kritisisme
2. Untuk mengetahui sejarah aliran kritisisme
3. Untuk mengetahui tujuan filsafat Immanuel Kant
4. Untuk mengetahui macam-macam kritik menurut Immanuel Kant

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kritisisme
Kritisisme berasal dari kata kritika  yang merupakan kata kerja dari krinein yang
berarti  memeriksa dengan teliti, menguji, atau membeda-mbedakan. Adapun
pengertian yang secara lengkap adalah pengetahuan yang memeriksa dengan teliti ,
apakah pengetahuan kita itu sesuai dengan realita dan bagaimanakah kesesuainya
dengan kehidupan kita.
Selain itu juga kritisime diartikan sebagai pembelajaran yang menyelidiki batasan-
batasan kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia. Keseluruhan
pengertian tersebut adalah hasil dari pemikiran seorang filsuf terkenal yaitu Immanuel
Kant.1
Filsafat yang dikenal dengan kritisisme adalah filsafat yang diintrodusir oleh
Imanuel Kant (1724-1804). Kant mengadakan penelitian yang kritis terhadap rasio
murni dan memugar sifat objektivitas dunia ilmu pengetahuan dengan menghindarkan
diri dari sifat sepihak rasionalisme dan sifat sepihak empirisme. Gagasan itu muncul
karena pertanyaan mendasar dalam dirinya yaitu Apa yang dapat saya ketahui? Apa
yang harus saya lakukan? dan apa yang boleh saya harapkan?
Kritisisme ini bisa dikatakan aliran yang memadukan atau mendamaikan
rasionalisme dan empirisme. Menurut aliran ini, baik rasionalisme maupun empirisme
keduanya berat sebelah. Pengalaman manusia merupakan paduan antara sintesa unsur-
unsur aspriori (terlepas dari pengalaman) dengan unsur-unsur aposteriori (berasal dari
pengalaman). Ciri-ciri kritisisme dapat disimpulkan dalam tiga hal, yaitu sebagai
berikut.
a. Menganggap objek pengenalan itu berpusat pada subjek dan bukan pada objek.
b. Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk mengetahui realitas
atau hakikat sesuatu, rasio hanyalah mampu menjangkau gejala- nya atau
fenomenanya saja.
c. Menjelaskan bahwa pengenalan manusia atas sesuatu itu diperoleh atas
perpaduan antara peranan unsur anaximenes priori yang berasal dari rasio serta

1
Guntur Satria Jati, “Guntur’s World: MAKALAH FILSAFAT UMUM KRITISISME,” Guntur’s World (blog), 4 Januari
2015, http://guntursatriajati.blogspot.com/2015/01/makalah-filsafat-umum-kritisisme.html.
berupa ruang dan waktu dan peranan aposteriori yarng berasal dari pengalaman
yang berupa materi.2
Kehadiran aliran rasionalisme dan empirisme sangat bertolak belakang dari
tujuan semula. Pada satu sisi landasan berpikir aliran rasionalisme yang bertolak dari
rasio dan di lain sisi empirisme yang lebih mendasarkan pada pengalaman seolah
sudah padahal kedua tawaran tersebut bukan jawaban yang tepat. Tokoh yang paling
menolak kedua pandangan di atas adalah Immanuel Kant (1724-1804 M).
Kant berusaha menawarkan perspektif baru dan berusaha mengadakan
penyelesaian terhadap pertikaian itu dengan filsafatnya dinamakan kritisisme. Untuk
itulah ia menulis tiga bukunya yang berjudul: Kritik der Reinen Vernunft (kritik rasio
murni), Kritik der Urteilskraft, dan lainnya. Bagi Kant, dalam pengenalan indriawi
selalu sudah ada dua bentuk apriori, yaitu ruang dan waktu. Kedua-duanya berakar
dalam struktur subjek sendiri. Memang ada suatu realitas terlepas dari subjek yang
mengindra, tetapi realitas tidak pernah dikenalinya. Kita hanya mengenal gejala-
gejala yang merupakan sintesis antara yang di luar (aposteriori) dan ruang waktu (a
priori).3

B. Sejarah Aliran-Aliran Kritisisme.


Immanuel Kant dilahirkan di Koenigsberg, suatu kota di Prusia Timur, Jerman
pada tanggal 22 April 1724, dari keluarga pembuat dan penjual alat-alat dari kulit
untuk keperluan menunggang kuda. Semula namanya ditulis Cant, tetapi karena
adanya perubahaan ejaan yang menentukan huruf C juga dibaca seperti S, maka untuk
tidak membuat meragukan orang yang mengenal dirinya, nama itu ditulis seperti yang
dikenal orang sekarang. Perhatian bagi hal-hal yang kecil semacam itu antara lain
yang mempengaruhi sikap hidup kant yang serba teliti terlebih dalam hal pembagian
waktu, sampai ia terkenal sebagai seorang profesor yang bekerja menurut waktu yang
telah ditentukaan.
Kehidupannya sebagai filsuf dibagi dalam dua periode yaitu : zaman pra-kritis
dan zaman kritis. Paada zaman pra-kritis ia menganut pendirian rasionalis yang
dilancarkan oleh Wolft. Tetapi karena terpengaruh oleh Hume perlahan-lahan kant
meninggalkan rasionalisme. Ia sendiri mengatakan bahwa Hume itulah yang
membangunkannya dari tidur dogmatisnya. Pada zaman kritis, Kant merubah wajah

2
A Susanto, Filsafat Ilmu (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), 38–39.
3
Ali Maksum, Pengantar Filsafat (Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2009), 360–61.

4
filsafatnya secara radikal. Ia menanamkan filsafatnya sekaligus
mempertanggungkannya dengan dogmatisme.4
Menutut Kant, pengetahuan yang dihasilkan oleh rasionalisme bersifat analistik-
apriori sedangkan pengetahuan yang dihasilkan oleh empirisme bersifat sintetik-
aposterioro. Maka kemudian Kant coba memadukan keduanya dalam suatu bentuk
putusan yang sintetik-apriori, yaitu suatu putusan yang bersifat umum universal dan
pasti dengan menunjuk pada tiga tahapan yang harus dilalui yaitu indrawi, akal dan
rasio. Bagi Kant dalam pengenalan indrawi selalu sudah ada dua bentuk apriori, yaitu
ruang dan waktu. Kedua-duanya berakar dalam struktur subjek sendiri. Memang ada
suatu realitas terlepas dari subjek yang mengindra, tetapi realitas tidak pernah
dikenalinya.5 Kant berusaha menawarkan perspektif baru dan berusaha mengadakan
penyelesaian terhadap pertikaian antara rasionalisme dengan empiris yaitu dengan
filsafatnya yang dinamakan kritisisme. Perkembangan ilmu Immanuel Kant mencoba
untuk menjambatani pandangan rasionalisme dan empirisme, teori dalam aliran
filsafat kritisisme adalah sebuah teori pengetahuan yang berusaha untuk
mempersatukan kedua macam unsur dari filsafat rasionalisme dan disini kekuatan
kritis filsafat sangatlah penting, karena ia bisa menghindari kemungkinan ilmu
pengetahuan menjadi dogma. Filsafat ini memulai pelajarannya dengan menyelidiki
batas-batas kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia. oleh karena itu,
kritisisme sangat berbeda dengan corak filsafat modern sebelumnya yang
mempercayai kemampuan rasio secara mutlak. Isi utama dari kritisisme adalah
gagasan Immanuel Kant tentang teori pengetahuan, etika dan estetika. Gagasan ini
muncul karena adanya pertanyaan-pertanyaan mendasar yang timbul pada pemikiran
Immanuel Kant.6

C. Tujuan Filsafat Immanuel Kant


4
Ellechanel, “Mengenal Immanuel Kant Dan Pokok Pemikiranny | Narto’s Note,” Tuesday, 23 December
20144comments, http://nartocalonlegislator.blogspot.com/2014/12/mengenal-immanuel-kant-dan-
pokok.html.
5
Abdul Chalik, Filsafat Ilmu Pendekatan Kajian Keislamian (Yogyakarta: Arti Bumi Intaran, 2015), 36.
6
Ellechanel, “Mengenal Immanuel Kant Dan Pokok Pemikiranny | Narto’s Note.”

5
Melalui filsafatnya Kant bermaksud memugar filsafat objektivitas dunia ilmu
pengetahuan. Agar maksud itu terlaksana, orang harus orang harus menghindarkan
diri dari sifat sepihak rasionalisme dan sifat sepihak empirisme. Rasionalisme
mengira telah menemukan kunci bagi pembukaan realitas pada diri subjeknya, lepas
dari pengalaman. Adapun empirisme mengira telah memperoleh pengetahuan dari
pengalaman saja. Ternyata bahwa empirisme, sekalipun dimulai dengan ajaran yang
murni tentang pengalaman, tetapi melalui idealism subjektif bermuara pada suatu
keptisisme (paham yang memandang semua sesuatu itu tidak pasti “keraguan/
mencurigakan”) yang radikal. Kant bermaksud mengadakan penelitian yang kritis
terhadap rasio murni.
Menurut Hume, ada jurang yang lebar antara kebenaran-kebenaran resiko murni
dengan realitas dalam dirinya sendiri. Menurut Kant, syarat dasar bagi segala ilmu
pengetahuan adalah:
a. Bersifat umum dan mutlak,
b. Memberi pengetahuan yang baru.7

D. Macam-macam Kritik Menurut Immanuel Kant


a. Kritik Atas Rasio Murni
Di dalam kritik ini, kant menjelaskan bahwa ciri pengetahuan adalah
bersifat umum, mutlak, dan memberi pengertian baru. Untuk itu ia terlebih dahulu
membedakan adanya tiga macam putusan, antara lain:
a. Putusan analitis apriori, dimana predikat ini tidak menambah sesuatu yang
baru pada subjek, karena sudah termuat di dalamnya (misalnya, setiap benda
menempati ruang) .
b. Putusan sintesis aposteriori, misalnya pernyataan ”meja itu bagus” di sini
predikat dihubungkan dengan subjek berdasarkan pengalaman indrawi, karena
dinyatakan setelah mempunyai pengalaman dengan aneka ragam meja yang
pernah diketahui.8

7
Lia Amalia, “Pembahasan Makalah Filsafat Immanuel Kant,” diakses 24 Oktober 2019,
https://www.academia.edu/5020095/Pembahasan_makalah_Filsafat_Immanuel_Kant .
8
AnA Safitri, “Makalah Kritisisme Immanuel Kant,” 3 November 2015,
http://anasafi14.blogspot.com/2015/11/makalah-kritisisme-immanuel-kant.html.

6
c. Putusan sintesis apriori, disini dipakai sebagai suatu sumber pengetahuan yang
kendati bersifat sintesis, namun bersifat apriori juga.

Manusia mempunyai tiga tingkatan pengetahuan, yaitu:

a. Taraf indra
Pendirian tentang pengenalan inderawi ini mempunyai implikasi yang
penting.. Kita hanya mengenal gejala-gejala (Erscheinungen), yang selalu
merupakan sintesa antara hal-hal yang datang dari luar dengan bentuk ruang
dan waktu.
b. Taraf akal budi

Tugas akal budi ialah menciptakan orde antara data-data inderawi. Dengan
perkataan lain bahwa akal budi menciptakan putusan-putusan. Pengenalan
akal budi juga merupakan sintesa antara bentuk dengan materi. Materi adalah
data-data inderawi dan bentuk adalah apriori, yang terdapat pada akal budi.
Bentuk apriori ini dinamakan Kant dengan istilah ”Kategori”.

c. Taraf rasio
Tugas rasio ialah menarik kesimpulan dari keputusan-keputusan. Dengan
kata lain, rasio mengadakan argumentasi-argumentasi. Seperti akal budi
menggabungkan data-data inderawi dengan mengadakan putusan-putusan.
Kant memperlihatkan bahwa rasio membentuk argumentasi-argumentasi itu
dipimpin oleh tiga ide, yaitu jiwa, dunia, dan Allah. Karena kategori akal budi
hanya berlaku untuk pengalaman, kategori-kategori itu tidak dapat diterapkan
pada ide-ide. Tetapi justru itulah yang diusahakan oleh metafisika. Uraian
yang panjang lebar dikemukakan oleh kant untuk memperlihatkan kepada kita
bahwa bukti-bukti adanya Allah yang diberikan dalam filsafat bersifat
kontradiktoris.
Adapun inti dari isi buku yang berjudul Kritik atau Rasio Murni adalah
sebagai berikut:
1) Kritik atas akal murni menghasilkan sketisisme yang beralasan.9

9
Safitri.

7
2) Tuhan yang sesungguhnya adalah kemerdekaan dalam pengabdian pada
yang di cita-citakan. Akal praktis adalah berkuasa dan lebih tinggi dari
pada akal teoritis.
3) Agama dalam ikatan akal terdiri dari moralitas. Kristanitas adalah
moralitas yang abadi.
b. Kritik Atas Rasio Praktis
Rasio praktis adalah rasio yang mengatakan apa yang harus kita lakukan, atau
dengan kata lain, rasio yang memberi perintah kepada kehendak kita. Kant
memperlihatkan bahwa rasio praktis memberi perintah yang mutlak yang
disebutnya sebagai imperatif kategori.
Kant beranggapan bahwa ada tiga hal yang harus disadari sebaik-baiknya
bahwa ketiga hal itu dibuktikan, hanya dituntut. Itulah sebabnya Kant
menyebutnya ketiga postulat dari rasio praktis. Ketiga postulat dari rasio praktis.
Ketiga postulat dimaksud itu ialah:
1) Kebebasan kehendak
2) Immoralitas jiwa
3) Adanya Allah

Yang tidak dapat ditemui atas dasar rasio teoritis harus diandaikan atas dasar
rasio praktis. Akan tetapi tentang kebebasan kehendak, immoralitas jiwa, dan
adanya Allah, kita semua tidak mempunyai pengetahuan teoritas. Menerima
ketiga postulat tersebut dinamakan Kant sebagai Glaube alias kepercayaan.
Dengan demikian, Kant berusaha untuk memperteguh keyakinannya atas Yesus
Kristus dengan penemuan filsafatnya.

Serupa dengan filsuf islam seperti ibn Rusyd yang berusaha menjadikan
filsafat sebagai alat penguat keimanan sebagaimana yang tampak dalam kitabnya
Fasl al-maqa’l fi masyarakat bayn al-hikmat wa al-shari’at min al-ittisal.10

c. Kritik Atas Daya Pertimbangan


10
Safitri.

8
Kritik atas daya pertimbangan, dimaksudkan oleh Kant adalah mengerti
persesuaian kedua kawasan itu. Hal itu terjadi dengan menggunakan konsep
finalitas (tujuan). Finalitas bisa bersifat subjektif dan objektif. Kalau finalitas
bersifat subjektif, manusia mengarahkan objek pada diri manusia sendiri.. Dengan
finalitas yang bersifat objektif dimaksudkan keselarasan satu sama lain dari
benda-benda alam. Finalitas dalam alam itu diselidiki dalam bagian kedua, yaitu
Der Theologischen Unteilskraft.
Adapun inti dari Critique of Judgment (Kritik atas pertimbangan)adalah
sebagai berikut:
1) Kritik atas pertimbangan menghubungkan diantara kehendak dan
pemahaman.
2) Kehendak cenderung menuju yang baik, kebenaran adalah objek dari
pemahaman.
3) Pertimbangan yang terlibat terletak diantara yang benar dan yang baik.
4) Estetika adalah cirinya tidak teoritis maupun praktis, ini adalah gejala yang
ada pada dasar subjektif.
5) Teologi adalah teori tentang fenomena, ini adalah bertujuan: (a) subjektif
(menciptakan kesenangan dan keselarasan) dan (b) objektif (menciptakan
yang cocok melalui akibat-akibat dari pengalaman).

Kritisisme Immanuel Kant sebenarnya telah memadukan dua pendekatan alam


pencarian keberadaan sesuatu yang juga tentang kebenaran substansial dari
sesuatu itu. Kant seolah-olah mempertegas bahwa rasio tidak mutlak dapat
menemukan kebenaran, karena rasio tidak membuktikan, demikian pula
pengalaman, tidak dapat dijadikan tolak ukur, karena tidak semua pengalaman
benar-benar nyata dan rasional, sebagaimana mimpi yang nyata tetapi “tidak
real”, yang demikian sukar untuk dinyatakan sebagai kebenaran. Dengan
pemahaman tersebut, rasionalisme dan empirisme harusnya bergabung agar
melahirkan suatu pradigma baru bahwa kebenaran empiris harus rasional,
sebagaimana kebenaran rasional harus empiris. Jika demikian, kemungkinan lahir
aliran baru yakni rasionalisme empiris.11

BAB III

11
Safitri.

9
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kritisime diartikan sebagai pembelajaran yang menyelidiki batasan-batasan
kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia. Keseluruhan pengertian
tersebut adalah hasil dari pemikiran seorang filsuf terkenal yaitu Immanuel Kant.
2. Immanuel Kant dilahirkan di Koenigsberg, suatu kota di Prusia Timur, Jerman
pada tanggal 22 April 1724, dari keluarga pembuat dan penjual alat-alat dari kulit
untuk keperluan menunggang kuda. Filsafat ini memulai pelajarannya dengan
menyelidiki batas-batas kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia.
Oleh karena itu, kritisisme sangat berbeda dengan corak filsafat modern
sebelumnya yang mempercayai kemampuan rasio secara mutlak. Isi utama dari
kritisisme adalah gagasan Immanuel Kant tentang teori pengetahuan, etika dan
estetika. Gagasan ini muncul karena adanya pertanyaan-pertanyaan mendasar
yang timbul pada pemikiran Immanuel Kant.
3. Melalui filsafatnya Kant bermaksud memulihkan filsafat objektivitas dunia ilmu
pengetahuan. Agar maksud itu terlaksana, orang harus orang harus
menghindarkan diri dari sifat sepihak rasionalisme dan sifat sepihak empirisme.
4. Macam-macam kritik menurut Immanuel Kant, yaitu
1) Kritik Atas Rasio Murni
2) Kritik Atas Rasio Praktis
3) Kritik Atas Daya Pertimbangan

DAFTAR PUSTAKA

10
Amalia, Lia. “Pembahasan Makalah Filsafat Immanuel Kant.” Diakses 24 Oktober 2019.
https://www.academia.edu/5020095/Pembahasan_makalah_Filsafat_Immanuel_Kant.
Chalik, Abdul. Filsafat Ilmu Pendekatan Kajian Keislamian. Yogyakarta: Arti Bumi Intaran,
2015.
Ellechanel. “Mengenal Immanuel Kant Dan Pokok Pemikiranny | Narto’s Note,” Tuesday, 23
December 20144comments.
http://nartocalonlegislator.blogspot.com/2014/12/mengenal-immanuel-kant-dan-
pokok.html.
Jati, Guntur Satria. “Guntur’s World: MAKALAH FILSAFAT UMUM KRITISISME.”
Guntur’s World (blog), 4 Januari 2015.
http://guntursatriajati.blogspot.com/2015/01/makalah-filsafat-umum-kritisisme.html.
Maksum, Ali. Pengantar Filsafat. Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2009.
Safitri, AnA. “Makalah Kritisisme Immanuel Kant,” 3 November 2015.
http://anasafi14.blogspot.com/2015/11/makalah-kritisisme-immanuel-kant.html.
Susanto, A. Filsafat Ilmu. Jakarta: Bumi Aksara, 2014.

11

Anda mungkin juga menyukai