FILSAFAT PENDIDIKAN
Dosen Pengampu,
Oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah filsafat pendidikan tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam juga semoga selalu tercurahkan kepada baginda Rasulullah
SAW, sang manajer sejati Islam yang selalu bercahaya dalam sejarah hingga saat
ini. Dalam pembuatan makalah ini, tentu tak lupa penulis mengucapkan terima
kasih kepada Dosen Pengampu. Tentunya makalah ini, masih jauh dari
kesempurnaan. Olehnya itu penulis mengharapkan senantiasa mengharapkan
kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua. Aamiin Yaa Robbal ‘Aalamiin.
Kelompok I
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………..i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………1
A. Latar Belakang…………………………………………………..…….1
B. Rumusan Masalah……………………….………………………….....2
C. Tujuan……………………..……………………...…………………...2
D. Manfaat…………………………………..……………………………2
BAB II PEMBAHASAN……………………………....………………….….3
1. Pengertian Positivisme………………………....………………..…….3
2. Sejarah Kemunculan Positivisme…………………....……..………….3
3. Tokoh-tokoh filsafat positivisme……..…………………….......……..5
4. Ajaran – Ajaran didalam Filsafat Positivisme………...…...………….6
5. Kebenaran ilmiah dalam perspektif filsafat positivisme……...,….…...7
6. Peran dan Fungsi Filsafat Positivisme dalam Mencari Arti dan Makna
Kebenaran Ilmiah...…………………………………….……….…......7
BAB III PENUTUP……………………….....……………………………..10
A. Kesimpulan………………………………………………....……......10
B. Saran………………………………………………………....……….11
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………....,.………..12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Emile Durkheim, objek studi sosiologi adalah fakta sosial. Fakta
sosial yang dimaksud meliputi: bahasa, sistem hukum, sistem politik,
pendidikan, dan lain-lain. Sekalipun fakta sosial berasal dari luar kesadaran
individu, tetapi dalam penelitian positivisme, informasi kebenaran itu
ditanyakan oleh penelitian kepada individu yang dijadikan responden
penelitian. Untuk mencapai kebenaran ini, maka seorang pencari kebenaran
(penelitian) harus menanyakan langsung kepada objek yang diteliti, dan objek
dapat memberikan jawaban langsung kepada penelitian yang bersangkutan.
1
menyebutkan bahwa suatu pernyataan adalah benar jika terdapat fakta-fakta
empiris yang mendukung pernyataan tersebut. Atau dengan kata lain, suatu
pernyataan dianggap benar apabila materi yang terkandung dalam pernyataan
tersebut bersesuaian (korespodensi) dengan obyek faktual yang ditunjuk oleh
pernyataan tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Pengertian Positivisme?
2. Kemukakan Sejarah Kemunculan Positivisme?
3. Siapa saja tokoh-tokoh filsafat positivisme?
4. Apa saja Ajaran – Ajaran didalam Filsafat Positivisme?
5. Bagaimana Kebenaran Ilmiah dalam perspektif filsafat positivisme?
6. Bagaimana Peran dan Fungsi Filsafat Ilmu (filsafat positivisme) dalam
Mencari Arti dan Makna Kebenaran Ilmiah?
C. Tujuan
Mengetahui konsep-konsep filsafat positivisme dan kebenaran ilmiah
D. Manfaat
Dapat menambah wawasan terkait konsep-konsep filsafat positivisme dan
kebenaran ilmiah
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Positivisme
Positivisme merupakan suatu aliran filsafat yang
menyatakan ilmu-ilmu alam (empiris) sebagai satu-satunya sumber
pengetahuan yang benar dan menolak spekuliasi dari suatu filosofis atau
metafisik. Dapat pula dikatakan positivisme ialah “aliran yang
bependirian bahwa filsafat itu hendaknya semata-
mata mengenai dan berpangkal pada peristiwa-peristiwa positif Jadi,
dapat dikatakan titik tolak pemikirannya, apa yang telah diketahui adalah
yang faktual dan positif, sehingga metafisika ditolaknya, karena positif
adalah dalam artian segala gejala dan segala yang tampak seperti apa
adanya, sebatas pengalaman-pengalaman objektif bukannya metafisika
yang merupakan ilmu pengetahuan yg berhubungan dengan hal-hal yg
nonfisik atau tidak kelihatan.
3
pertama kali oleh seorang filosof berkebangsaan Inggris yang bernama
Francis Bacon yang hidup di sekitar abad ke-17. Ia berkeyakinan bahwa
tanpa adanya pra asumsi, komprehensi-komprehensi pikiran dan apriori
akal tidak boleh menarik kesimpulan dengan logika murni maka dari itu
harus melakukan observasi atas hukum alam.
4
Pada fase ini manusia menjelaskan fenomena-fenomena dengan
pemahaman-pemahaman metafisika seperti kausalitas, substansi dan
aksiden, esensi dan eksistensi. Dan akhirnya pada masa positif (tahap
positivisme) manusia telah membatasi diri pada fakta yang tersaji dan
menetapkan hubungan antar fakta tersebut atas dasar observasi dan
kemampuan rasio. Pada tahap ini manusia menafikan semua bentuk tafsir
agama dan tinjauan filsafat serta hanya mengedepankan metode empiris
dalam menyikap fenomena-fenomena.
a) Auguste Comte
5
c) Hippolyte Taine Adolphe
d) Émile Durkheim
6
5. Positivisme menyakini bahwa suatu realitas (gejala) dapat direduksi
menjadi unsur-unsur yang saling terkait membentuk sistem yang dapat
diamati
6. Peran dan Fungsi Filsafat Ilmu dalam Mencari Arti dan Makna
Kebenaran Ilmiah
Filsafat ilmu sebagaimana dijelaskan dimuka adalah
sebagai refleksi yang tidak pernah mengalami titik henti dalam meneliti
hakekat ilmu untuk menuju pada sasarannya, yaitu apa yang disebut
7
sebagai kenyataan atau kebenaran. Sasaran yang tidak pernah akan habis dipikir
dan tidak akan pernah selesai diterangkan sedemikian rupa sehingga menjadi
sangat penting kehadirannya dalam mencari kenyataan dan kebenaran dalam ilmu,
dan itu memang tugasnya. Ilmu merupakan bagian dari ilmu pengetahuan, tidak
bebas dari nilai kebenaran, kegunaan dan manfaatnya sesuai dengan visi dan
orientasinya, cepat atau lambat ilmu akan menyentuh nilai kemanusiaan melalui
obyeknya, maka aktualisasi dan aplikasi filsafat ilmu mutlak dibutuhkan dalam
upaya mencari dan menentukan arti dan makna kebenaran ilmiah. Disinilah letak
kebenaran yang bersifat koherensif dan idealis. Dengan demikian ilmu dalam
aliran ini harus yang berorientasi pada nilai-nilai kemanusiaan sebagaimana
pandangan Phenomenologi.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
. Peran filsafat ilmu sebagai kontrol terhadap ilmu akan lebih memberi arti
dan makna kebenaran ilmiah yang dikandungnya dalam menghadapi zaman
modern sekarang ini yang kian mengikis nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai
tersebut harus ditelaah secara filsafati, tidak hanya terbatas yang faktawi yang
khusus tetapi juga yang non faktawi bahkan lebih umum, yang
penelusurannya melalui proses pemikiran yang sangat mendalam.
10
B. Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
12