Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FILSAFAT UMUM

POSITIVISME

Dosen pengampuh: Dr, H, Dur Brutu, M.A

Disusun oleh :

Kelompok 14

1. Selviyanah (23051070409)
2. Jimmy Rimbah Rogi (23051070410)
3. Bunga Putri Zazkia (23051070414)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat can karunia-Nya.
Sehingga kami dapat menyelsaikan tugas makalah ini tanpa ada hambatan dan selesai tepat pada
waktunya.Pertama-tama Sholawat Serta Salam tak lupa kita cu
rahkan Nabi Besar kita NABI MUHAMMAD SAW, yang telah membawa kita dari zaman
kegelapan hingga zaman terang- benderang seperti saat ini.Adapun maksud dan tujuan penulis
makalah ini adalah untuk memenuhi. Tugas mata pelajaran filsafat umum yang membahas
tentang Positivisme.
Terima kasih kami sampaikan kapada yang terhormat Pak Dur Brutu, M.A selaku dosen
mata kuliah yang telah membimbing dan memberikan materi demi kelancaran dan
terselsaikannya makalah ini .Pada makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan
kelemahan karena terbatasnya kemampuan kami, maka dari itu kami sangat mengharapan saran
dan keritik untuk menyempurnakan makalah ini buat kedepannya. Kami berharap makalah ini
bisa bermanfaat untuk kita semua Aminn.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar belakang ........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Positivisme ............................................................................................... 4


B. Sejarah Munculnya Filsafat Positivisme ................................................................... 5
C. Perkembangan Positivisme ....................................................................................... 5
D. Karakteristik Positivisme .......................................................................................... 6
E. Metedologi Positivisme ............................................................................................ 8
F. Tokoh- tokoh yang menganut paham positivisme ..................................................... 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 11
B. Saran ........................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan kita sekarang ini sudah sangat jauh dari hukum-hukum alam, yang
digantikan oleh hukum-hukum buatan manusia sendiri yang sangat egoistis dan
mengandung nilai hedonis yang sangat besar, sehingga kita pun merasakan betapa
banyaknya bencana yang melanda diri kita. Etika hubungan kita yang humanis dengan
tiga komponen relasional hidup kita sudah terabaikan begitu jauh, jadi jangan harap
hidup kita di masa mendatang akan tetap lestari dan berlangsuung harmonis dengan
alam.Makalah ini kami susun berdasarkan Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu, dengan
pembahasan “Positivisme”. Makalah ini dititikberatkan pada pemikiran-pemikiran para
filosof aliran positivisme.
Positivisme adalah filsafat awal dan dasar munculnya ilmu pengetahuan serta
hadir sebagai kritik atas pemahaman yang menjamur pada abad pertengahan yaitu
metafisik. Positivisme mendasarkan pembuktian kebenaran menurut metodologi
ilmiyah yang dapat dan diukur selanjutnya menjadi hukum-hukum yang menjadi acuan
pokok dalam mencari kebenaran yang dirangkum menjadi hukum alam. Berbed dengan
metafisik yang tidak dapat diamati dan diukur karena pencarian kebenaran berdasarkan
akal budi manusia. Perbedaaan pengalaman manusia akan menjadi perbedaan dalam
menentukan kebenaran, sehingga pada metafisik kebenaran bersifat abstrak.
Positivisme muncul pada abad ke-19 dipromotori oleh seorang sosiolog asal
prancis yaitu August Comte. Paradigma ini terbukti ampuh dan digunakan banyak
ilmuan untuk mengungkap kebenaran realitas dalam kurun waktu yang cukup
lama(±400 tahun) walau terdapat berapa kelemahan dalam teori ini diantaranya adalah
tidak dapat menjangkau kajian metafisika.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Positivisme?
2. Apa Sejarah munculnya filsafat positivisme?
3. Apa perkembangan positivisme?
4. Apa saja karakteristik positivisme?
5. Apa Metedologi positivisme?
6. Siapa tokoh toko yang menganut paham positivisme?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian positivisme
2. Mengetahui sejarah munculnya filsafat positivisme
3. Mengetahui perkembangan positivisme
4. Mengetahui karakteristik positivisme
5. Mengetahui metedologi positivisme
6. Mengetahui tokoh- tokoh yang menganut paham positivisme

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian positivisme
Positivisme berasal dari bahasa Inggris Positivsm, kata ini semula dari bahasa
latin, Positivus, yang asal katanya Ponere, yang berarti “meletakan”. Kata positif disini
berarti yang diketahui, yang factual, dan yang positif artinya yang fakta-fakta.
Positivisme merupakan Aliran pemikiran yang membatasi pikiran pada segala hal yang
dapat dibuktikan dengan pengamatan atau pada analisis definisi dan relasi antara istilah-
istilah. Positivisme (disebut juga sebagai empirisme logis, empirisme rasional, dan juga
neo-positivisme) adalah sebuah filsafat yang berasal dari Lingkaran Wina pada
tahun 1920-an. Positivisme Logis berpendapat bahwa filsafat harus mengikuti rigoritas
yang sama dengan sains. Filsafat harus dapat memberikan kriteria yang ketat untuk
menetapkan apakah sebuah pernyataan adalah benar, salah atau tidak memiliki arti
sama sekali.
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai
satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan
dengan metafisika. Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data
empiris. Positivisme merupakan empirisme, yang dalam segi-segi tertentu sampai
kepada kesimpulan logis ekstrim karena pengetahuan apa saja merupakan pengetahuan
empiris dalam satu atau lain bentuk, maka tidak ada spekulasi dapat menjadi
pengetahuan.
Tokoh-tokoh yang menganut paham positivisme logis ini antara lain Moritz
Schlick, Rudolf Carnap, Otto Neurath, dan A.J. Ayer. Karl Popper, meski awalnya
tergabung dalam kelompok Lingkaran Wina, adalah salah satu kritikus utama terhadap
pendekatan neo-positivis ini. Secara umum, para penganut paham positivisme memiliki
minat kuat terhadap sains dan mempunyai sikap skeptis terhadap ilmu agama dan hal-
hal yang berbau metafisika. Mereka meyakini bahwa semua ilmu pengetahuan haruslah
berdasarkan inferensi logis yang berdasarkan fakta yang jelas. Sehingga, penganut
paham ini mendukung teori-teori paham realisme, materialisme , naturalisme,
filsafat dan empirisme.

3
B. Sejarah Positivisme
Mulanya, positivisme logis muncul di Wina, ibu ota Australia. Oleh karena itu,
para pendukung pertamanya diseebut lingkaran Wina (Vienna Circle). Kelompok ini
terdiri dari mereka yang menyembunyikan diri dengan ilmu-ilmu alam dan matematika.
Pada saat yang sama, mereka tertarik pada kajian-kajian filsafat. Pemimpin kelompok
ini adalah Moritz Scbclick (1882-1936 M) yang pernah menjadi guru besar filsafat ilmu
sejak tahu 1992 M. Kelompok ini terus menerus melakukan kajian studinya, juga turut
serta dalam berbagai seminar tentang filsafat. Kelompok ini menerbitkan sebuah
majalah khusus tentang filsafat sampai meletusnya Perang Dunia II yang
mengakibatkan bubarnya kelompok itu. Sebagian anggotnya pergi ke Inggris sementara
yang lain ke Amerika. Positivisme Logis sekarang memiliki banyak tokoh di Jerman,
Australia, Inggris, Amerika, dan negara Eropa lainnya.
Hal penting bagi Positivisme Logis yang pertama adalah bekerja untuk
membersihkan filsafat dari semua sebab keruwetan dan Ambiguitas, dengan cara
menganalisa bahasa dan ungkapan-ungkapanya, baik apa yang dikatakan ilmuan
maupun yang awam dalam kehidupan mereka. Analisa bahsa bertujuan untuk
menghubungkan ungkapan-ungkapannya dengan pengalaman-pengalaman nyata. Oleh
karenanya, mereka samapai pada pengakuan terhadap persoalan-persoalan Alamiah
dan matematis.
Positivisme pertama kali diperkenalkan oleh Saint-Simon dan dikembangkan
secara pesat oleh seoran soiolog Prancis, Auguste Comte. Dalam sejarah
perkemabangan selanjutnya Positivisme menyebar dibeberapa negara Eropa dan
Amerika. Positvisme sebagai suatu filsafta yang berpengaruh di dunia Barat telah
timbul dalam suatu gelombang. Gelombang pertama dimulai oleh ahli pikir bangsa
Prancis, Auguste Comte (1778-1857).
Menurut Auguste Comte, sejarah manusia itu meningkat dari tingakat pertama
yang dilakukan tingkatan keagamaan kepada tingkatan yang kedua yang dikatakan
tingkatan Metafisik dan akhirnya sampai kepada tingkatan yang ketiga yang dinamakan
tingkatan Postif, yaitu tingkatan pengetahuan (sains) yang didalamnya manusia tidak
lagi suka memikirkan apa yang tak dapat mereka cobakan, akan tetapi manusia
membatsi dan mendasarkan pengetahuannya kepada apa yang dapat dilihat
(observable), apa yang diukur (measurable) dan dapat dibutuhkan (verifiable).

4
Ajaran Pokok Positivisme logis

Pernyataan-pernyataan metafisik tidak bermakna. Pernyataan itu tidak dapat


diverifikasi secara empiris dan bukan tautologi yang berguna. Tidak ada cara yang
mungkin untuk mentukan kebenarannya (atau kesalahannya) dengan mengacu pada
pengalaman. Tidak ada pengalaman yang mungkin yang pernah dapat mendukung
pertanyaan-pertanyaan metafisik seperti : “Yang tiada itu sendiri tiada” (The nothing it
self nothing- Das Nichts selbst nichest, Martin Heidegger), “yang mutlak mengatasi
Waktu”, “allah adalah Sempurna”, “ada murni tidak mempunyai ciri”, pernyataan-
pernyataan metafisik adalah semu. Metafisik berisi ucapan-ucapan yang tak bermakna.

Auguste Comte (1798-1857) ia memiliki peranan yang sangat penting dalam


aliran ini. Istilah “positivisme” ia populerkan. Ia menjelaskan perkembangan pemikiran
manusia dalam kerangka tiga tahap. Pertama, tahap teologis. Disini , peristiwa-peristiwa
dalam alam dijelaskan dengan istilah-istilah kehendak atau tingkah dewa-dewi.
Kedua, tahap metafisik. Disini, peristiwa-peristiwa tersebut dijelaskan melalui hukum-
hukum umum tentang alam. Dan ketiga, tahap positif. Disini, peristiwa-peristiwa
tersebut dijelaskan secara ilmiah.

Upaya-upaya kaum positivis untuk mentransformasikan positivisme menjadi


semacam “agama baru”, cendrung mendiskreditkan pandangan-pandangannya. Tetapi
tekanan pada fakta-fakta, indentifikasi atas fakta-fakta dengan pengamatan-pengamatan
indera, dan upaya untuk menjelaskan hukum-hukum umum dengan induksi berdasarkan
fakta, diterima dan dengan cara berbeda-beda diperluas oleh J.S Mill (1806-
1873).E.Mach (1838-1916), K.Pierson (1857-1936) dan P.Brdgeman (1882-1961).

C. Perkembangan Positivisme
Positivisme berkata bahwa pada zaman dahulu diskusi yang tak ada faedahnya
oleh sebab pihak-pihak yang bertentangan tidak membicarakan hal-hal yang
mengandung arti. Untuk bertanya:”apa maksud Tuhan dalam mencipatakan alam?”
pertanyaan ini merupaka pertanyaan atau suara yang kosong dan tidak berarti. Bukan
saja oleh manusia, akan tetapi juga karena tiap-tiap susunan kata yang mengenai
ketuhanan tidak mengandung sesuatu arti apa pun karena kita tak dapat mengetahui
maksud Allah, sebab susunan kata itu tak dapat dibuktikan, dan bahkan
membentangkan hal-hal yang sebenernya dengan tidak ditambah-tambah.

5
Postivisme pada zaman ini memakai istilah yang diapakai oleh Kant dan kawan-
kawannya serta mementingkan kepada sains dan empirisme (aliran yang mengatakan,
bahwa yang perlu kita ketahui hanya barang-barang yang dapat kita rasakan dengan
Indera).
Positivisme ingin membatasi penyelidikan-penyelidikan filsafat dan menjauhi
diskusi yan tak ada buahnya. Positivismee mengatakan bahwa dengan metodenya yang
didasarkan atas apa yang dirasakan, hal-hal yang elah merupakan gangguan kepada
pikiran manusia selama berabad-abad, sekarang dapat dibereskan.
Positivisme pada waktu ini merupakan suatu gabungan dari pada empirirsme dan
logika-logika formil yang baru. Empirisme membatasi segala pengetahuan atas dasar
perasaan (sense). Selain hal-hal yang dapat dirasakan ada susunan kata-kata yang jika
selidiki lebih jauh akan ternyata hanay merupakan tautology, yakni kedua perkataan
yang sama artinya, atau istilah bahasa (conventation of language).
Terdapat 3 tahap perkembangan positivisme :
a. Tempat utama dalam positivisme pertama diberikan kepada sosiologi (positism
social dan evousioner), walaupun perhatiannya juga diberikan pada teori pengetahuan
yang diungkapkan oleh Comte dan tentang logika yang dikemukakan oleh Mill. Tokoh-
tokoh Auguste Comte, E. Littre, P. Laffite, JS. Mill dan Spencer.
b. Munculnya tahap kedua dalam positivisme empiro-positivisme berawal pada tahun
1870-1890an dan berpautan dengan Marc dan Avenarius (positivise kritis). Keduannya
meninggalkan pengetahuan formal tentang obyek-obyek nyata obyetif, yang
merupakan suatu ciri positivisme dari sudut pandangan Psikologi Ekstrim, yang
bergabung dengan subyektivisme.
c. Perkembangan positivisme terhadap tahap terakhir berkaitan dengan lingkaran Wina
dengan tokoh-tokohnya O. Neurath, Carnap, Schlick, Frank, dan lain-lain (positivisme
logis). Serta kelompok yang turut berpengaruh pada perkembangan tahap ketiga ini
adalah masyarakat filsafat ilmiah Berlin. Kedua kelompok ini menggabungkan
sejumlah aliran seperti atonomisme logis, positivisme logis, serta semantika. Pokok
bahasan positivism tahap ketiga ini diantaranya tentang bahasa, logika simbolis,
struktur penyelidikan struktur penyelidikan ilmiah dan lain-lain.

6
D. Karakteristik Positivisme
Positivisme mempunyai ciri-ciri yang bertitik beratkan pada kata positivistik
yang berasal dari salah satu aliran filsafat yaitu positivisme, adapun ciri-ciri adalah
sebagai berikut :
a. Penekanan pada metode ilmiah. Metode ilmiah adalah satu-satunya sumber
pengetahuan yang benar tentang realitas. Telah ada upaya untuk membangun sebuah
system yang menyatukan seluruh sains di bawah satu metodologi logis, matematis dan
eksperiensial.
b. Positivisme mendasarkan suatu atas prinsip verifikasi, sebuah criteria untuk
menentukan bahwa sebuah pernyataan memiliki makna kognitif sebuah pernyataan
dikatakan bermakna jika dapat diverifikasi secara empiris. Segala pengetahuan haruslah
sampai pada tingkat positif, barulah ia dapat memiliki makna kognitif.
c. Filsafat pada pandangan positivisme hanyalah sebagai analisis dan penjelasan makna
dengan menggunakan logika dan metode ilmiah. Karena matematika dan logika sangat
diperlikan untuk menganalis pernyataan-pernyataan yang bermakna.
d. Bahasa filsafat mereka bangun dalam sebuah bahasa yang artificial dan sempurna
secara formal untuk filsafat, sehingga memperoleh efesiensi, ketelitian, kelengkapan
seperti yang dimiliki sains-sains fisika.
e. Ciri positivisme yang cukup radikal adalah penolakan terhadap metafisika. Mereka
menolak metafisika disebabkan hal-hal yang metafisika tersebut tidak dapat diverifikasi
secara empiris.
f. Objektif/bebas nilai. Dikotomi yang tegas antara fakta dan nilai mengharuskan
subyek penelitian mengambil jarak dari realitas dengan bersikap bebas nilai. Hanya
melalui fakta-fakta yang teramati dan terkukur, maka pengetahuan kita tersusun dan
menjadi cermin dari realities (korespondensi).
g. Fenomenalisme, tesis bahwa realitas terdiri dari empiris-empiris. Ilmu pengetahuan
hanya berbicara tentang realitas berupa impresi-impresi tersubut. Substansi metafisis
yang diandaikan berada dibelakang gejala-gejala penampakan ditolak (antimetafisika).
h. Nominalisme, bagi positivism hanya konsep yang mewakili realitas partikularlah
yang nyata.
i. Reduksionisme, realitas direduksi menjadi fakta-fakta yang dapat diamati.
j. Naturalism, tesis tentang keteraturan peristiwa-peristiwa dialam semesta yang
meniadakan penjelasan supranatural (adikodrati). Alam semesta memiliki strukturnya
sendiri dan mengasalkan strukturnya sendiri.
7
k. Mekanisme, tesis bahwa semua gejala dapat dijelskan dengan prinsip-prinsipyang
dapar digunakan untuk menjelaskan mesin-mesin (systemsistem mekanis). Alam
semesta diibaratkan sebagai giant clock work.

E . Metodologi positivisme
Metodologi berarti salah satu cara untuk memperoleh pengetahuan yang sohih
tentang kenyataan. Ini erarti positivisme meletakkan dasar-dasar iilmu pengetahuan
hanya tentang fakta objektif. Metodologi merupakan isu pertama yang dibawa
positivisme, yang memang dapat dikatakan bahwa refleksi filsafatnya sangat menitik
beratkan pada aspek ini. Metodologi positivisme berkaitan erat dengan pandangannya
tentang obyek positif. Jika metodologi bisa diartikan suatu cara untuk memperoleh
pengetahuan yang sahih tentang kenyataan, maka kenyataan dimaksud adalah objek
positif.
Atas dasar pemikiran ini, bagi Comte ilmu pengetahuan yang pertama adalah
astronomi, lalu fisika, lalu kimia dan akhirnya psikologi (biologi). Anatomi ini
kemudian diterjemahkan ke dalam norma-norma metodologis sebagai berikut.
1. Semua pengetahuan harus terbukti lewat rasa kepastiaan (sense of certainly)
pengamatan sistematis yang terjamin secara intersubjektif.
2. Kesamaan metodis sama pentingnya dengan rasa kepastian
3. Ketepatan pengetahuan dijamin oleh teori-teori yang secara formal kokoh yang
menyerupai deduksi hepotesis.
4. Pengetahuan ilmiah harus bisa digunakan secara teknis.
5. Pengetahuan itu relatif.
Maka menurut Comte metode penelitian yang harus dgunakan dalam proses keilmuan
adalah observasi, eksperimentasi, kemuudian komparasi.

F. Tokoh – Tokoh Yang Menganut Paham Positivisme


1. Auguste Comte (1798 – 1857)
Bernama lengkap Isidore Marrie Auguste Francois Xavier Comte, lahir di
Montepellier, Perancis (1798). Keluarganya beragama khatolik yanga berdarah
bangsawan. Dia mendapat pendidikan di Ecole Polytechnique di Paris dan lama hidup
disana. Dikalangan teman-temannya Auguste Comte adalah mahasiswa yang keras
kepala dan suka memberontak, yang meninggalkan Ecole sesudah seorang mahasiswa
yang memberontak dalam mendukung Napoleon dipecat. Auguste Comte memulai
8
karier professionalnya dengan memberi les dalam bidang Matematika. Walaupun
demikian, perhatian yang sebenarnya adalah pada masalah-masalah kemanusiaan dan
sosial. Tahun 1844, dua tahun setelah dia menyelesaikan enam jilid karya besarnya
yang berjudul “Clothilde Course of Positive Philosophy”. Comte bertemu dengan
Clothilde de Vaux, seorang ibu yang mengubah kehidupan Comte. Dia berumur
beberapa tahun lebih muda dari pada Comte.
Wanita tersebut sedang ditinggalkan suaminya ketika bertemu dengan Comte
pertama kalinya, Comte langsung mengetahui bahwa perempuan itu bukan sekedar
perempuan. Sayangnya Clothilde de Vaux tidal terlalu meluap-luap seperti Comte.
Walaupun saling berkirim surat cinta beberapa kali, Clothilde de Vaux menganggap
hubungan itu adalah persaudaraan saja. Akhirnya, dalam suratnya Chlothilde de Vaux
menerima menjalin keprihatinan akan kesehatan mental Comte. Hubungan intim
suami isteri rupanya tidak jadi terlaksana, tetapi perasaan mesra sering diteruskan
lewat surat menyurat. Namun, romantika ini tidak berlangsung lama, Chlothilde de
Vaux mengidap penyakit TBC dan hanya beberapa bulan sesudah bertemu dengan
Comte, dia meninggal. Kehidupan Comte lalu bergoncang, dia bersumpah
membaktikan hidupnya untuk mengenang “bidadarinya” itu.
Auguste Comte juga memiliki pemikiran Altruisme. Altruisme merupakan
ajaran Comte sebagai kelanjutan dari ajarannya tentang tiga zaman. Altruisme
diartikan sebagai “menyerahkan diri kepada keseluruhan masyarakat”. Bahkan, bukan
“salah satu masyarakat”, melainkan “humanite” suku bangsa manusia” pada
umumnya. Jadi, Altruisme bukan sekedar lawan “egoisme”(Juhaya S. Pradja, 2000 :
91). Keteraturan masyarakat yang dicari dalam positivisme hanya dapat dicapai kalau
semua orang dapat menerima altruisme sebagai prinsip dalam tindakan mereka.
Sehubungan dengan altruisme ini, Comte menganggap bangsa manusia menjadi
semacam pengganti Tuhan.
Kailahan baru dan positivisme ini disebut Le Grand Eire “Maha Makhluk”
dalam hal ini Comte mengusulkan untuk mengorganisasikan semacam kebaktian
untuk If Grand Eire itu lengkap dengan imam-imam, santo-santo, pesta-pesta liturgi,
dan lain-lain. Ini sebenarnya dapat dikatakan sebagai “Suatu agama Katholik tanpa
agama Masehi”. Dogma satu-satunya agama ini adalah cinta kasih sebagai prinsip,
tata tertib sebagai dasar, kemajuan sebagai tujuan. Perlu diketahui bahwa ketiga tahap
atau zaman tersebutdi atas menurut Comte tidak hanya berlaku bagi perkembangan

9
rohani seluruh umat manusia, tetapi juga berlaku bagi perkembangan perorangan.
Misalnya sebagai kanak-kanak seorang teolog adalah seorang positivis.
2. John Stuart Mill (1806 – 1873)
Ia adalah seorang filosof Inggris yang menggunakan sistem positivisme pada
ilmu jiwa, logika, dan kesusilaan. John Stuart Mill memberikan landasan psikologis
terhadap filsafat positivisme. Karena psikologi merupakan pengetahuan dasar bagi
filsafat. Seperti halnya dengan kaum positif, Mill mengakui bahwa satu-satunya
yang menjadi sumber pengetahuan ialah pengalaman. Karena itu induksi merupakan
metode yang paling dipercaya dalam ilmu pengetahuan.
3. H. Taine (1828 – 1893)
Ia mendasarkan diri pada positivisme dan ilmu jiwa, sejarah, politik, dan kesastraan.
4. Emile Durkheim (1852 – 1917)
Ia menganggap positivisme sebagai asas sosiologi.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
a) Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-
satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan
dengan metafisika. Positivisme merupakan empirisme, yang dalam segi-segi tertentu
sampai kepada kesimpulan logis ekstrim karena pengetahuan apa saja merupakan
pengetahuan empiris dalam satu atau lain bentuk, maka tidak ada spekulasi dapat
menjadi pengetahuan.
b) Pada dasarnya positivisme adalah sebuah filsafat yang menyakini bahwa satu-
satunya pengetahuan yang benar adalah yang didasarkan pada pengalaman
aktualfisikal. Pengetahuan demikian hanya bisa dihasilkan melalui penetapan teori-
teori melalui metode saintifik yang ketat, yang karenanya spekulasi metafisis
dihindari. Positivisme, dalam pengertian di atas dan sebagai pendekatan telah dikenal
sejak Yunani Kuno. Terminologi positivisme dicetuskan pada pertengahan abad ke-
19 oleh salah satu pendiri ilmu sosiologi yaitu Auguste Comte. Comte percaya bahwa
dalam alam pikiran manusia melewati tiga tahapan historis yaitu teologi, metadisik,
dan ilmiah.
c) Tokoh-tokoh yang menganut paham positivisme : Auguste Comte (1798 – 1857), John
Stuart Mill (1806 – 1873), H. Taine (1828 – 1893), Emile Durkheim (1852 – 1917).
B. Saran
Jadikanlah makalah ini sebagai media untuk memahami diantara sumber aliran
filsafat modern yang biasa memberikan kekuasaan bagi adanya bahan-bahan yang bersifat
pengalaman, jadikanlah makalah ini sebagai pedoman yang bersifat untuk menambah
wawasan pengetahuan, jadikan acuan pemahaman yang lebih dalam sebagai wadah untuk
menampung ilmu.

11
DAFTAR PUSTAKA

Apridasari. Paham Ketuhanan Positivisme Auguste Comte Dalam Perspektif Islam. Skripsi.
Lampung. 2018.

Herabudin, Pengantar Sosiologi ,Badung:Pustaka Setia,2015, h.225

Nugroho Irham, Positivisme Auguste Comte: Analisa Epistemologis Dan Nilai Etisnya
Terhadap Sains, Cakrawala, Vol. Xi, No. 2, 2016

Muslih Mohammad, 2016, Filsafat Ilmu: Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan
Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan, LESFI: Yogyakarta. P.110.

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, 1992 Bagus Lorenz, Kamus Filsafat penerbit
Gramedia Pustaka.

http://haqiqie.wordpress.com/2007/02/27/positivis-logis/ .

12

Anda mungkin juga menyukai