Anda di halaman 1dari 9

Filsafat Positivisme

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


“FILSAFAT UMUM”

Dosen Pengampu :
Rohmatul Izad, S . Fil.I, M . Phil

Disusun oleh:

1. Aprilia Septyaningsih (101190191)


2. Arij Amaliyah (101190193)
3. Arina Hidayatul Istiqomah (101190194)

HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PONOROGO
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan
karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang dan terbatas.
Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini agar
kedepannya dapat lebih baik.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................
2
DAFTAR ISI...........................................................................................................
3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
4
A.Latar Belakang.....................................................................................................
4
B.Rumusan Masalah................................................................................................
4
C.Tujuan Penulisan..................................................................................................
4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................
5
A. Pengertian Positivisme........................................................................................
5
B.Tokoh-tokoh Positivisme.....................................................................................
6
BAB III PENUTUP.................................................................................................
9
A.Kesimpulan..........................................................................................................
9
B.Saran....................................................................................................................
6
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan kita sekarang ini sudah sangat jauh dari hukum-hukum alam,
yang digantikan oleh hukum-hukum buatan manusia sendiri yang sangat
egoistis dan mengandung nilai hedonis yang sangat besar, sehingga kita pun
merasakan betapa banyaknya bencana yang melanda diri kita. Etika hubungan
kita yang humanis dengan tiga kompenen relasional hidup kita sudah
terabaikan begitu jauh, jadi jangan harap hidup kita di masa mendatangakan
tetap lestari dan berlangsung harmonis dengan alam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian positivisme?
2. Siapa sajakah tokoh-tokoh positivisme?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian positivisme
2. Mengetahui tokoh-tokoh positivisme
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Positivisme
Filsafat ini berasal dari kata “positif” yang artinya faktual (apa yang
berdasarkan fakta-fakta). Menurut positivisme, pengetahuan kita tidak pernah
boleh melebihi fakta-fakta. Dengan demikian, ilmu pengetahuan empiris
diangkatmenjadi contoh istimewa dalam bidang pengetahuan padan umumnya.
Filsafat harus meneladani contoh itu. Oleh karenanya, tidak mengherankan bila
positivisme menolak cabang filsafat yang biasanya disebut metafisika.
Tugas utama filsafat adalah mengkoordinasi ilmu-ilmu lain dan
memperlihatkan kesatuan antara banyak ilmu yang beraneka ragam coraknya.
Tentu saja, maksud positivisme bersangkut paut dengan apa yang dicita-citakan
oleh empirisme. Positifisme juga mengutamakan pengalaman. Tetapi harus
ditambah bahwa positivisme membatasi diri pada pengalaman obyektif saja. 1
B. Tokoh-tokoh filsafat positivisme
1. August Comte (1798-1857)
August comte menganut empirisme. Ia berpendapat bahwa indera itu
amat penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi harus dipertajam
dengan alat bantu daan diperkuat dengan eksperimen. Kekeliruan indera
akan dapat dikoreksi dengan eksperimen. Eksperimen memerlukan ukuran-
ukuran yang jelas.
Jadi, pada dasarnya positivisme bukanlah suatu aliran yang khas
berdiri sendiri. Ia hanya menyempurnakan empirisisme dan rasionalisme
yang bekerja sama. Dengan kata lain, ia menyempurnakan metode ilmiah
dengan memasukkan perlunya eksperimen dan ukuran-ukuran.2
Bagi August Comte penyelidikan tentang sebab yang pertama (prima
causa), hakikat dan realitas yang sesungguhnya, makna dan tujuan dan
sebagainya itu, tak ada gunanya. Budi manusia harus membatasi dirinya
pada fakta aktual, yang disebut dengan fenomena atau gambaran yang

1
Prof. K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1998), 72.
2
Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1990), 23.
terbentuk dalam rohani, ketika pancaindera menangkap barang-barang yang
dapat disentuhnya, yakni pernyataan barang dan peristiwa dalam
pengalaman kita yang aktual.
Dengan menanamkan paham filsafat ini, ia merupakan tahap terakhir
pemikiran manusia. Ia mengenai segala sesuatu yang pasti, perlu, positif,
terutama tentang apa yang berguna untuk menyempurnakan lembaga-
lembaga soaial.3
2. J.S. Mill (1806-1873)
John Stuart Mill juga sangat mengagumi paham positivisme dan juga
merupakan salah seorang sahabat Comte. Ia juga mengarang buku tentang
filfasat Comte. Disini kami hanya menyebut dua pokok ajaran Mill. Dengan
kedua-duanya ia menyimpang dari Comte. Pikiran-pikiran Mill tentang etika
dan politik terpaksa harus kita lewati.
Bertentangan dengan Comte, Mill menerima psikologi sebagai ilmu,
bahkan menurut dia psikologi merupakan ilmu yang paling fundamental.
Psikologi mempelajari penginderaan-penginderaan dan cara susunannya.
Susunan penginderaan-penginderaan terjadi menurut asosiasi. Psikolog
harus memeperlihatkan bagaimana asosiasi penginderaan satu dengan
penginderaan lain diadakan oleh hukum-hukum tetap. Itulah sebabnya
mengapa psikologi merupakan dasar bagi semua ilmu lain salah satunya
yaitu logika.4
3. H. Spencer (1820-1903)
Seluruh pemikiran Herbert Spencer berpusat pada teori evolusi.
Dalam hal itu dia mendahului Charles Darwin. Sembilan tahun sebelum
terbitnya karya darwin yang terkenal, The Origin of spesies (1859), Spencer
sudah menerbitkan sebuah buku tentang evolusi. Ketika ia menginsyafi
pentingnya prinsip evolusi dan terdorong pula dengan buku baru karangan
Darwin, ia memutuskan untuk menulis karya yang menerapkan prinsip
evolusi secara sistematis pada semua lapangan ilmu pengetahuan. Hasilnya

3
Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1992), 9-10.
4
Prof. K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat,........, 74-75.
ialah karya yang berjudul A system of synthetic philosophy, yang terdiri dari
sepuluh jilid (1862-1896).
Menurut Spencer kita hanya bisa mengenal fenomena-fenomena atau
gejala-gejala saja. Memang benar dibelakang gejala-gejala terdapat sebuah
dasar absolut, tetapi yang absolut itu tidak dapat dikenal. Dibelakang gejala-
gejala tinggallah apa yang disebut Spencer dengan “the great Unknowable”.
Dengan demikian, Spencer menganggap mustahil tiap-tiap percobaan untuk
merancang suatu metafisika. Dan dalam bidang religius ia menolak baik
teisme, maupun panteisme dan anteisme.
Spencer mengartikan evolusi secara mekanistis, berarti bahwa hukum-
hukum gerak mengakibatkan bagian-bagian materiil mencapai diferensiasi
dan integrasi yang semakin besar. Tetapi ia tidak mengakui adanya titik
tujuan untuk evolusi sebagai keseluruhan.
Menurut dia tidak dapat dikatakan bahwa evolusi dunia terarah kepada
suatu tujuan tertentu. Ia berpendapat bahwa “evolution” selalu merupakan
puncak suatu proses, lalu menyusul “dissolution” (penghancuran).
Kenyataan konkret dapat dianggap sebagai suatu proses tak henti-hentinya
di mana materi dan gerak yang sama selalu disusun kembali, jika puncak
evolusinya sudah dilewati.5

5
Ibid 75-76.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat ini berasal dari kata “positif” yang artinya faktual (apa yang
berdasarkan fakta-fakta). Menurut positivisme, pengetahuan kita tidak pernah
boleh melebihi fakta-fakta. Dengan demikian, ilmu pengetahuan empiris
diangkatmenjadi contoh istimewa dalam bidang pengetahuan padan umumnya.
Tugas utama filsafat adalah mengkoordinasi ilmu-ilmu lain dan
memperlihatkan kesatuan antara banyak ilmu yang beraneka ragam coraknya.
Tokoh-tokoh filsafat positivisme, yaitu August Comte, John Stuart Mill,
dan Herbert Spencer.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini pembaca diharapkan mampu mengerti dan
memahami apa itu empirisme dalam ilmu filsafat umum. Kami sadari bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, untuk itu
kami sangat membutuhkan saran dan kritik dari kalian supaya ke depannya
bisa lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir. Filsafat Umum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1990.
K. Bertens. Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta: Kanisius, 1998.
Sidi Gazalba. Sistematika Filsafat. Jakarta: PT Bulan Bintang, 1992.

Anda mungkin juga menyukai