Dengan menyebut nama Allah Swt. yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Positivisme (Filsafat Berbasis Ilmu
Pengetahuan” guna memenuhi tugas Filsafat Umum.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun, kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua serta dosen pembimbing,
sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa IAIN
Pekalongan. Kami sadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami meminta masukannya
demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan
mengharapkan kritik serta saran dari para pembaca.
Penulis
1
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang................................................................................................ 3
A. Pengertian Positivisme...................................................................................4
A. Simpulan .......................................................................................................11
B. Saran .............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan kita sekarangini sudah sangat jauh dari hukum-hukum alam, yang
digantikan oleh hukum-hukum buatan manusia sendiri yang sangat egoistis dan
mengandung nilai hedonis yang sangat besar, sehingga kita pun
merasakannbetapa banyaknya bencana yang melanda diri kita. Etika hubungan
kita yang humanis dengan tiga komponen relasional hidup kita sudah terabaikan
begitu jauh, jadi jangan harap hidup kita di masa mendatang akan tetap lestari
dan berlangsuung harmonis dengan alam.
Makalah ini kami susun berdasarkan Tugas Mata Kuliah Filsafat Umum, dengan
pembahasan “Filsafat Potivisme”. Makalah ini dititikberatkan pada pemikiran-
pemikiran para filosof aliran positivisme.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian positivisme?
2. Apa saja tokoh-tokoh filsafat positivisme ?
3. Bagaimanakah teori perkembangan dan Ilmu Pengetahuan pada era
positivisme?
C. Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan pengertian positivisme.
2. Mendeskripsikan tokoh-tokoh filsafat positivisme.
3. Mendeskripsikan teori perkembangan dan Ilmu pengetahuan pada era
positivisme.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Positivisme
Positivisme (disebut juga sebagai empirisme logis, empirisme rasional,
dan juga neo-positivisme) adalah sebuah filsafat yang berasal dari Lingkaran
Wina pada tahun 1920-an. Positivisme Logis berpendapat bahwa filsafat harus
mengikuti rigoritas yang sama dengan sains. Filsafat harus dapat memberikan
kriteria yang ketat untuk menetapkan apakah sebuah pernyataan adalah benar,
salah atau tidak memiliki arti sama sekali.
4
penganut paham ini mendukung teori-teori paham realisme, materialisme ,
naturalisme, filsafat dan empirisme.1
1
Zainal Abidin,Filsafat Manusia.Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Hlm. 129
5
Metodologi August Comte
Alat penelitian yang pertama menurut Comte adalah observasi. Kita
mengobservasi fakta; dan kalimat yang penuh tautologi hanyalah pekerjaan sia-
sia. Tindak mengamati sekaligus menghubungkan dengan suatu hukum yang
hipotethik, diperbolehkan oleh Comte. Itu merupakan kreasi simultan observasi
dengan hukum, dan merupakan lingkaran tak berujung. Eksperimentasi menjadi
metode yang kedua menurut Comte. Suatu proses reguler phenomena dapat
diintervensi dengan sesuatu lain tertentu. Komparasi adalah metode penelitian
yang terbaik untuk hal-hal yang lebih kompleks seperti biologi dan sosiologi.
Sosiologi August Comte
Comte juga membedakan antara konsep order dan progress. Order terjadi
bila masyarakatnya stabil berpegang pada prinsip dasar yang sama, dan terdapat
persamaan pendapat. Disebut ada progress, dengan dicontohkan ketika muncul
ide Protestantisme dan revolusi Perancis.2
2
Prof.Dr.H.Noeng Muhadjir.Filsafat Ilmu.Yogyakarta : Rake Sarasin. Hlm. 61
6
3. H. Taine ( 1828 – 1893 )
Ia mendasarkan diri pada positivisme dan ilmu jiwa, sejarah, politik, dan
kesastraan.
4. Emile Durkheim (1852 – 1917 )
Ia menganggap positivisme sebagai asas sosiologi.
Salah satu teori Positivisme Logis yang paling dikenal antara lain teori
tentang makna yang dapat dibuktikan, yang menyatakan bahwa sebuah pernyataan
dapat disebut sebagai bermakna jika dan hanya jika pernyataan tersebut dapat
diverifikasi secara empiris. Konsekuensi dari pendapat ini adalah, semua bentuk
diskursus yang tidak dapat dibuktikan secara empiris, termasuk di antaranya
adalah etika dan masalah keindahan, tidak memiliki makna apa-apa, sehingga
tergolong ke dalam bidang metafisika.3
a. Falibilisme
3
Op.cit hlm.136.
7
alam. Beberapa indikasi metodologis dapat dilihat sebagai alasan dari falibilisme
moderat.
Pertama, peneliti sendiri tidak pernah merasa pasti dengan apa yang
dicapainya sendiri. Inilah ciri dasar dari setiap penelitian ilmiah yang selalu
diawali dengan keraguan dan setiap pendapat yang mantap tidak akan membuat
pikirannya tenang. Sehingga hasil penelitiannya sekalipun secara bertahap
mengkonvergensi kebenaran, tidak pernah dilihat sebagai tempat terakhir bagi
penilitiannya.
Kedua, fokus utama dari penelitian ilmiah adalah verifikasi atau hipotesis.
Metode ilmiah dibangun agar sebuah hipotesis, setelah dirumuskan dapat diuji
dengan melihat bagaimana prediksi diverifikasi.
b. Renaisans
8
Manusia pada zaman Renaisans adalah mereka yang merindukan pemikiran yang
bebas seperti pada zaman Yunani kuno. Pada zaman ini manusia disebut sebagai
animal rasionale, karena pada masa ini pemikiran manusia mulai bebas dan
berkembang. Manusia ingin mencapai kemajuan (progres) atas hasil usaha sendiri,
tidak didasarkan atas campur tangan ilahi.
Jika sebelumnya hasil pemikiran oleh filsafat dan ilmu pengetahuan ditulis
dengan tangan pada tahun 1440-an Johann Gutenberg (1396-1468) di Jerman
menemukan mesin cetak, sehingga penyebaran ilmu pengetahuan menjadi cepat.
Mesin cetak ini sangat mendukung perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman
modern.
4
Ilham Nugroho. Positivisme Auguste Comte : Analisa Epistemologis Dan Nilai Etisnya Terhadap Sains.Vol.11
No.2. Jurnal UM Magelang. Hlm.142
9
Galileo Galilei (1546-1642) di Italia dengan memakai teropong yang lebih
sempurna mendukiung teori heliosentris, bahkan dapat melihat adanya gunung-
gunung di bulan. Galileo banyak melakukan percobaan dalam mekanika dan
fisika, sehingga dia dianggap sebagai pelopor dalam metode ekperimental. Gereja
Katolik Roma beranggapan bahwa heliosentrisme bertentangan dengan apa yang
tertulis dalam Alkitab, sehingga memaksa Galileo untuk menarik pendapatnya.
5
Ibid. Hlm 154
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam
sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang
berkenaan dengan metafisika. Positivisme merupakan empirisme, yang dalam
segi-segi tertentu sampai kepada kesimpulan logis ekstrim karena pengetahuan
apa saja merupakan pengetahuan empiris dalam satu atau lain bentuk, maka tidak
ada spekulasi dapat menjadi pengetahuan.
Pada dasarnya positivisme adalah sebuah filsafat yang menyakini bahwa
satu-satunya pengetahuan yang benar adalah yang didasarkan pada pengalaman
aktualfisikal. Pengetahuan demikian hanya bisa dihasilkan melalui penetapan
teori-teori melalui metode saintifik yang ketat, yang karenanya spekulasi metafisis
dihindari. Positivisme, dalam pengertian di atas dan sebagai pendekatan telah
dikenal sejak Yunani Kuno. Terminologi positivisme dicetuskan pada
pertengahan abad ke-19 oleh salah satu pendiri ilmu sosiologi yaitu Auguste
Comte. Comte percaya bahwa dalam alam pikiran manusia melewati tiga tahapan
historis yaitu teologi, metadisik, dan ilmiah.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai media untuk memahami
diantara sumber aliran filsafat modern yang biasa memberikan kekuasaan bagi
adanya bahan-bahan yang bersifat pengalaman, dan sebagai pedoman yang
bersifat untuk menambah wawasan pengetahuan, jadikan acuan pemahaman yang
lebih dalam sebagai wadah untuk menampung ilmu.
11
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal. 2006 Filsafat Manusia (Memahami Manusia Melalui Filsafat) .Bandung :
PT Remaja Rosdakarya.
12